PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara
berkembang terutama disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia,
sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan
dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya
pencegahan yang efektif. Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa
terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih mensejahterakan
anggota masyarakat. Asuhan neonatal trfokus untuk memantau perkembangan
kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan dan
kesediaan menghadapi komplikasi. Asuhan pasca keguguran untuk
penatalaksaan gawat darurat keguguran dan komplikasinya.
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu,
khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami
kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang
pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu dan anak.
Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih cukup
tinggi. Padahal jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di Indonesia
cukup banyak. Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap
tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan
atau persalinan. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
tahun 2012 (SDKI 2012), Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar mencapai
359/100.000 penduduk atau meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan
kondisi pada 2007, yang hanya sebesar 228/100.000 penduduk.
1
Sementara itu, salah satu target MDGs 5 adalah menurunkan AKI atau
maternal mortality ratio (MMR) hingga tiga perempatnya dari tahun 1990.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1991,
AKI adalah 390 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Dengan demikian,
target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Namun, hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan bahwa AKI
baru dapat diturunkan menjadi 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Ini
berarti diperlukan upaya keras semua pihak untuk mencapai target tersebut.
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Angka Kematian Maternal dapat
menggambarkan tingkat kesadaran akan perilaku hidup bersih dan sehat,
status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan
kesehatan terutama untuk ibu melahirkan, waktu melahirkan maupun masa
nipas. Angka Kematian Ibu pada populasi (rate) di Provinsi NTB
Sampai saat ini belum bisa digambarkan. Angka kematian ibu secara
nasional dapat diperoleh dari hasil survei terbatas seperti Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT). Angka kematian ibu secara nasional pada tahun 2004
s/ d tahun 2007 dan Tren Kematian Maternal di Provinsi NTB Tahun 2001 -
2010 dapat dilihat pada gambar III. 3 berikut ini :
Jumlah kematian maternal di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun
2010 sebesar 113 orang yang terdiri dari kematian ibu hamil 35 orang,
kematian ibu bersalin 28 orang dan kematian ibu nifas 50 orang. Kematian
tertinggi terdapat di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 38 orang.
Sedangkan kematian terendah di Kabupaten Dompu sebanyak 1 (satu) orang.
Penyebab Kematian Ibu di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2010
paling banyak disebabkan oleh perdarahan 30,97%, eklampsia 21,24% yang
merupakan penyebab langsung kematian ibu, disusul infeksi jalan lahir
1,77%, dan penyebab kematian terendah yaitu partus lama 0,89%. Kematian
ibu oleh kasus lain-lain apabila dijumlah juga menjadi besar yaitu 45,13%
yang biasanya dilatarbelakangi oleh penyebab tidak langsung. Dalam hal ini
2
penulis melakukan asuhan persalinan normal Ny “A” di puskesmas
meninting.
B. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
1. Mengkaji dan mengumpulkan data akurat dari berbagai sumber yang
berhubungan dengan kondisi pasien.
2. Mengidentifikasi dengan benar terhadap masalah atau diagnosa dan
kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atau data-data
yang telah dikumpulkan.
3. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
4. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh untuk pasien
berdasarkan masalah yang ada dan langkah-langkah sebelumnya.
6. Melaksanakan asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
perencanaan dan dilaksanakan secara efisien dan aman.
7. Mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam masalah dan diagnosa
C. Manfaat Penulisan
3
1. Bagi Lahan Praktikan
2. Bagi Pendidikan
3. Bagi Klien/Masyarakat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin & uri), yang
dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
(Mochtar, 1998)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. (Depkes RI, 2014)
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada
hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor
femoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.
5
Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan merenggang
menyebabkan iskemia otot – otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi
utero – plasenter.
Teori iritasi mekanik : dibelakang serviks terletak ganglion servikale
(flexsus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya
oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
Induksi Partus : (induction of labour). Partus dapat pula ditimbulkan
dengan jalan :
1) Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan ke dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang
fleksus frankenhauser
2) Amniotomi : pemecahan ketuban
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus
C. Tanda-tanda persalinan
Kontraksi uterus
6
Kontraksi uterus yang mengakibatkan pembukaan serviks adalah
dengan frekuensi 2 kali dalam 10 menit.
Bloody show
Power (Tenaga atau kekuatan), yaitu his (kontraksi otot rahim), kontraksi
otot dinding perut atau kekuatan meneran, ketegangan kontraksi
ligamentum rotundum.
Passenger, yaitu keadaan janin (letak, presentasi, ukuran /berat janin,
ada/tidak kelainan), dan plasenta.
Passage, yaitu keadaan jalan lahir yang terdiri dari bagian keras tulang
panggul dan bagian lunak yaitu otot-otot jaringan, dan ligament-ligament.
Psikologi, yaitu psikis ibu mempengaruhi proses persalinan dimana psikis
sangat mempengaruhi keadaan emosional ibu dalam proses persalinan.
Penolong, yaitu penolong mempengaruhi proses persalinan dimana
persalinan yang ditolong oleh dokter / bidan yang profesional.
E. Tahapan Persalinan
a. Persalinan kala I (fase pematangan dan pembukaan)
a) Definisi
7
primigravida berlangsung ± 12 jam, sedangkan pada multigravida
berlangsung ± 8 jam. Berdasarkan kurva friedman pembukaan primi 1
cm/jam, sedangkan padamulti 2cm/jam. Kala pembukaan dibagi dua fase :
a) Mengusap keringat
c) Memberikan minum
8
Ibu di minta menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar,
kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his
Jika ibu suka, lakukan pijatan atau massase pada punggung atau
mengusap perut dengan lembut
9
11. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong
12. Sentuhan
Pada kala ini his terkoordinir, cepat dan lebih lama, kira – kira
2 – 3 menit sekali kepala janin telah masuk keruangan panggul
sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang
menimbulkan rasa ingin mengedan, karena tekanan pada rectum,
ibu ingin seperti mau buang air besar, dengan tanda anus
10
membuka. Pada saat his, kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka, perineum meregang. Dengan kekuatan his dan
mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala,
membuka pintu, dahi, hidung, mulut dan muka dan seluruhnya,
diikuti oleh putaran paksi luar yaitu penyesuaian kepala dengan
punggung. Setelah itu sisa air ketuban. Lamanya kala II untuk
primigravida 60 menit dan multigravida 30 menit.
11
Dalam memimpin mengedan dapat dipilih posisi jongkok,
menungging, tidur miring dan setengah duduk.
8) Memimpin meneran
12
Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak
terlalu cepat
Menahan perineum dengan satu tangan lainnya bila
diperlukan
Mengusap kepala bayi untuk membersihkan dari
kotoran/lendir
b. Periksa tali pusat
Bila lilitan tali pusat terlalu ketat, di klem pada dua tempat
kemudian di gunting diantara kedua klem tersebut sambil
melindungi leher bayi
13
13) Merangsang bayi
Kala III persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran
plasenta. Kala III persalinan dimulai setelah bayi lahir dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. (JNPK-KR 2014)
14
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sesaat setelah
plasenta lepas TFU akan naik, hal ini disebabkan oleh adanya
pergerakan plasenta ke segmen uterus yang lebih bawah
15
c) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan
kain) tepat di atas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk
meraba kontraksi uterus dan menekan uterus pada saat
melakukan penegangan tali pusat. Setelah terjadi kontraksi
yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan
tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus
ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso – kranial). Lakukan
secara hati – hati untuk mencegah inversio uteri
d) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus
berkontraksi kembali (sekita 2 – 3 menit berselang) untuk
mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali
e) Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat
menjulur) tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan
dorso – kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus
uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas
dan dapat dilahirkan
f) Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan sebagaimana
mestinya dan plasenta tidak turun setelah 30 – 40 detik
dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tanda –
tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan
lanjutkan penegangan tali pusat. (pegang klem dan tali pusat
dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika
perlu pindahkan klem lebih dekat dengan perineum pada
saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat
melahirkan plasenta. Pada saat kontraksi berikutnya terjadi,
ulangi penegangan tali pusat terkendali dan tekanan dorso –
kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah –
langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa
plasenta terlepas dari dinding uterus)
16
g) Setelah plasenta lepas, anjurkan ibu untuk meneran agar
plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap
tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti
poros jalan lahir)
h) Pada saat plasenta terlihat pada intoritus vagina, lahirkan
plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan
menopang tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan
tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah penampung.
Karena selpaut ketuban mudah robek, pegang plasenta
dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta
hingga selaput ketubah terpilin menjadi satu
i) Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan – lahan
untuk melahirkan selaput ketuban
j) Jika selaput robek dan tertinggal di jalan lahir saat
melahirkan plasenta, dengan hati – hati periksa vagina dan
serviks dengan seksama. Gunakan jari – jari tangan
atauklem DTT atau forsep untuk keluarkan selaput ketuban
yang teraba
c. Rangsangan taktil (massase) fundus uteri
17
uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan
penatalaksanaan atonia uteri
d) Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan
keduanya lengkap dan utuh (periksa plasenta sisi maternal
yang melekat pada dinding uterus untuk memastikan bahwa
semuanya lengkap dan utuh, tidak ada bagian yang hilang.
Pasangkan bagian – bagian plasenta yang robek atau
terpisah untuk memastikan tidak adanya kemungkinan lobus
tambahan. Evaluasi selaput untuk memastikan
kelengkapannya
e) Periksa kembali uterus setelah 1 – 2 menit untuk
memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus masih belum
berkontraksi baik, ulangi massase fundus uetri. Ajarkan ibu
dan keluarga cara melakukan massase fundus uterus
sehingga mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak
berkontraksi dengan baik
f) Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam
kedua psaca persalinan
d. Persalinan kala IV
Definisi
18
b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus
uterus setinggi atau beberapa jari di bawah pusat
c) Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan
d) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau
episiotomi) perineum
e) Evaluasi keadaan umum ibu
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
b) Tujuan
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu
penolong persalinan untuk :
19
Mencatat kemajuan persalinan.
Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi
adanya penyulit.
Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu
c) Penggunaan Partograf
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya
penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun
yang disertai dengan penyulit.
Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta, rumah sakit, dll).
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada
ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum,
residen dan mahasiswa kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka
(Prawirohardjo, 2010).
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
20
5. Penurunan kepala setiap 4 jam
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
21
Frekuensi dan lamanya
6. Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
· Oksitosin
· Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
7. Kondisi ibu:
· Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
· Urin (volume, aseton atau protein)
8. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom
yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada partograf)
dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat
waktu terjadinya pecah ketuban.
Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan
denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
22
menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik
lainnya dengan garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal
angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di
bawah 120 atau di atas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus
dilakukan jika DJJ melampaui kisaran nor¬mal ini. Catat tindakan-
tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari
kedua sisi partograf.
Warna dan adanya air ketuban
23
tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
24
3. Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya
dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri.
Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang
satu dengan kotak yang lain pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan
dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh
penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30
menit.
a. Pembukaan serviks
25
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya
diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi
kadangkala, turunnya bagian terbawah/presen¬tasi janin baru terjadi
setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
Kata-kata "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera
di sisi yang sama dengan angka " pada garis waktu yang
sesuai.pembukaan serviks. Berikan tanda " " diSebagai contoh, jika
kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda " " dari setiap pemeriksaan
dengan garis tidaknomor 4. Hubungkan tanda " terputus.
26
5. Jam dan waktu
a. Waktu mulainya fase aktif persalinan
6. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan
"kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi
dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
27
Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya kurang dari 20 detik.
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya 20-40 detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya lebih dari 40 detik.
7. Obat-obatan yang diberikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk
mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV
a). Oksitosin.
28
1. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit).
Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai)
2. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase
aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya
penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom
waktu yang sesuai.
3. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika
meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan
catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
b. Volume urin, protein atau aseton
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi
luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan.
Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
29
Pencatatan pada lembar belakang Partograf
Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas
terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong
persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik
yang se¬suai.
Cara pengisian
30
· Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat
persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk,
tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data
pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan
cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang
sesuai.
2). Kala I
3). Kala II
31
· Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan
panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir,
pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan ter¬pilih
dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta
beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai.
6). Kala IV
Inisiasi Menyusui Dini adalah proses memberikan kesempatan bayi yang baru
lahir untuk menyusu sendiri kepada ibunya dalam 1 jam pertama setelah bayi lahir.
Sementara manfaat IMD (Inisiasi Menyusu Dini) sendiri sangat berguna secara
fisiologis maupun psikologis, baik untuk bayi maupun ibu.Untuk ibu, sentuhan dan
hisapan payudara ibu bisa membantu mengeluarkan plasenta dan mencegah
terjadinya perdarahan.Sementara untuk bayi, selain memberikan rasa nyaman dan
hangat, juga bermanfaat untuk memberikan antibodi tubuh sehingga dapat menekan
tingkat kematian bayi.
32
Sehubungan dengan manfaat IMD yang begitu besar, dalam rangka
menurunkan angka kematian bayi baru lahir di Indonesia dan sekaligus pemenuhan
hak anak, Kementerian Kesehatan RI sudah memberikan pedoman
pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini sesaat setelah bayi lahir. Pedoman ini berlaku
untuk tenaga medis yang bertugas di seluruh puskesmas dan jaringannya, dalam
upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir di Indonesia.
Teknisnya, sesaat setelah bayi lahir dan dipotong tali pusatnya, bayi segera
diletakkan di dada ibu dengan posisi tengkurap, di mana antara kulit bayi dengan
kulit ibu kontak langsung. Proses Inisiasi Menyusu Dini ini bisa dilakukan,
jika proses persalinan ibu dilakukan secara normal, sehingga memungkinkan ibu
untuk melakukan IMD sesuai yang dianjurkan. Sedangkan, bagi ibu yang melahirkan
secara caesar, peluang untuk melakukan IMD lebih kecil, mengingat kondisi
kesehatan ibu pasca operasi belum memungkinkan untuk melakukan itu.
33
6) Biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibu minimal 1 jam,
meskipun bayi sudah selesai menyusu kurang dari 1 jam.
7) Apabila dalam waktu 1 jam bayi belum menemukan puting susu ibu,
dekatkan mulut bayi dengan puting susu ibu dan biarkan kontak kulit
bayi dengan kulit ibu terjadi selama 30 menit atau 1 jam sesudahnya.
Setelah proses IMD ini selesai dilakukan, barulah bayi dilakukan penanganan
lebih lanjut oleh tenaga kesehatan, seperti: ditimbang, diukur, dicap/diberi tanda
identitas, diberi salep mata dan penyuntikan vitamin K1 pada paha kiri. Satu jam
kemudian, bayi diberikanimunisasi Hepatitis B (HB 0) pada paha kanannya.
34
BAB III
TINJAUAN KASUS
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Ibu datang hamil 9 bulan megeluh sakit pinggang menjalar ke perut
dan rasa ingin melahirkan
b. Riwayat perjalanan penyakit
35
Ibu hamil 9 bulan merasakan sakit sejak pukul 24.00 dan semakin
sakit pinggang menjalar ke perut hingga pukul 02.00
c. Riwayat perkawinan
Perkawinan ke : Satu
Menikah sejak umur : 21 tahun
Lama perkawinan : 10 tahun
Status perkawinan : sah
d. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
36
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit kronis
seperti penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, dan lain-
lain.
Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengaakan bahwa ia dalam kondisi sehat dan tidak sedang
memiliki penyakit apapun
Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa dari keluarga ibu maupun suami tidak
ada yang mempunyai atau mengidap penyakit kronis seperti
penyakit jantung, ginjal, hipertensi dan penyakit menular
seksual dan lain-lain. Ibu juga mengataan tidak ada keturunan
kembar
g. Riwayat Kehamilan Sekarang
ANC di : Posyandu dan puskesmas
HPHT : 15-03-2016
Usia kehamilan : 39-40 minggu
Gerakan janin dirasakan sejak : usia kehamilan 4 bulan dan masih
dirasakan selama 24 jam terakhir
Frekuensi periksa : TM 1 = 1 kali, TM II = 2 kali, TM III =
2 kali
Senam hamil : ibu mengatakan tidak pernah
melakukan senam hamil
Obat yang dikonsumsi: ibu mengatakan tidak mengkonsums obat
kecuali yang diberikan bidan yaitu tablet tambah darah yang
dikonsumsinya setiap malam
h. Permasalahan dan keluhan dalam kehamilan
Trimester Keluhan Tindakan/terapi
I Pusing, mual dan muntah SF, antacid
37
II Pusing SF dan BK
Banyak istirahat, tidak
Sakit pinggang dan cepat
III melakukan pekerjaan
lelah
berat
38
Istirahat terakhir : Tanggal 19 Desember 2015 pukul, 20.00 wita.
Siang : ± 2 jam
Malam : ± 7 jam
kesulitan : Tidak ada
d. Aktivitas terakhir : Makan
j. Riwayat psikososial
Kesiapan ibu menghadapi persalinan dan keluarga : Ibu dan
keluarga mengatakan sudah siap menghadapi persalinan
Pengambilan keputusan : Keputusan berdua
Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Ibu dan
suami merara senang karena kehamilannya sudah di
rencanakan. Keluarga ibu sangat senang.
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang kehamilan : Ibu
mengatakan sudah berpengalaman dalam menjalani
kehamilannya kali ini karena ini merupakan kehamilannya
yang ketiga.tusan : Suami
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaraan : Composmentis
c. Emosi : Stabil
d. HTP : 22-12-2016
e. TB : 150 cm
f. BB sebelum hamil : 41 kg
g. BB sekarang : 50 kg
h. LILA : 23,6 cm
i. Tanda – Tanda Vital
39
TD : 110/ 70 mmHg
N : 84 x/ menit
R : 18 x/ menit
S : 36,6 oC ( Aksila )
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan rambut
kulit kepala bersih, warna rambut hitam, distribusi merata, ketombe
(-), rambut rontok (-), luka / lesi (-), benjolan (-)
b. Wajah
Pucat (-), oedema (-)
c. Mata
Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus
d. Mulut dan gigi
Bibir pucat (-) gusi berdarah (-),caries (-), stomatitis (-)
e. Leher
Bendungan vena jugularis (-), pembesaran kelenjar limfe
(-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
f. Payudara
Inspeksi : tidak ada retraksi, bentuk simetris, puting susu menonjol
(+/+), hiperpigmentasi pada areola (+/+)
Palpasi : tidak ada benjolan (-/-)
Kolostrum : (+/+)
g. Abdomen
1) Inspeksi :
Bekas luka operasi (-), linea alba (+), striae (-),
2) Palpasi
a) Leopod I : Teraba bokong janin pada fundus uteri, TFU
29 cm, PBBJ 2790 gram
b) Leopod II : Teraba punggung janin di sebelah kanan
40
c) Leopod III : Presentasi kepala
d) Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP 3/5 bagian
e) Kontraksi uterus: Frekuensi 3 kali dalam 10 menit lamanya 40
detik,intensitas sedang
f) Auskultasi : DJJ (+), irama teratur 12-12-12, frekuensi
144x/menit
h. Ekstremitas atas dan bawah
Simetris, kuku jari tangan pucat (-), tangan edema (-/-), ekstremitas
bawah edema (-), varises (-/-), kuku jari kaki pucat (-)
i. Pemeriksaan genetalia
Oedema pada vulva (-), terdapat lender bercampur darah.
j. Pemeriksaan dalam
Tanggal 20 Desember 2016,pukul 02.15 WITA
VTØ 5 cm, eff 50 % ketuban (+), bagian terendah janin
kepala,denominator ubun-ubun kecil kiri depan, penurunan kepala H2,
tidak teraba bagian terkecil janin atau tali pusat.
41
e) Ibu mengatakan sakit perut menjalar ke pinggang sejak tanggal 20
desember 2015 pukul 00.05 wita dan di sertai pengeluaran lendir
campur darah tanggal 20 desember pukul 01.30 wita
42
V. RENCANA ASUHAN YANG DIBERIKAN
Tanggal 20-12-2015 pukul, 02:20
43
6. Menyiapkan lingkungan, alat dan bahan persiapan ibu dan bayi:
a. Menyiapkan lingkungan yang bersih,nyaman.
b. Menyiapkan alat,bahan dan obat-obatan partus Seperti partus set,
heeting set, penghisap lendir, obat-obatan oksitosin 10 IU 8
ampul,matergin 0,2 mg 1-2 ampul lidokain 2% betadine spuit 2,5 cc
).
c. Menyiapkan kebutuhan bayi seperti baju,kain,selimut, topi,sarung
tangan dan kaki.
7. Mengobservasi kesejahteraan ibu dan janin setiap 30 menit dan
kemajuan persalinan setiap 4 jam.
Lembar Observasi :
VT Ø 5 cm, eff
44
Ibu
VT Ø 10 cm,eff
mengel
100 %, ket(-
uh sakit
20/12 )jjernh, teraba
pinggan
/ kepala, UUK di
lendir g
12-12- depan, penurunan
2016 4 45’’ kuat + 144 80 bercampu menjala
12 kepala di H III +,
r darah r
04:30 tidak teraba
keperut
wita bagian terkecil
dan
janin dan tali
ingin
pusat.
BAB
VII. EVALUASI
Tanggal : 20 Desember 2016 pukul 04.30 wita
1. Keadaan umum ibu baik, TD 120/80 mmHg, N 76x/menit S 36,7 0C, R
20 x/menit.
2. His 4 x dalam 10 menit lamanya 45 detik dan intensitasnya kuat.
3. Djj (+) Frekuensi 144 x/menit, irama teratur 12-12-12.
4. VTØ 10 cm, eff 100 %, ketuban (-) jernih,persentasi kepala,
denominator UUK di depan, penurunan kepala hodge III+ tidak teraba
bagian terkecil janin atau tali pusat.
5. Kandung kemih kosong.
Kala II
45
a) Ibu mengatakan tidak kuat lagi dengan rasa sakitnya yang makin sering
dan tambah kuat.
b) Ibu mengatakan ingin BAB dan ingin mengedan.
b. Data Obyektif (O)
a) Keadaan umum ibu baik, TD 130/90, N 76x/menit S 36,70C, R 20
x/menit.
b) His 5 x dalam 10 menit lamanya 45 detik dan intensitas kuat.
c) Pengeluaran lendir bercampur darah semakin banyak,ketuban sudah
pecah warna jernih dorongan untuk meneran,tekanan pada anus,perinium
menonjol ,vulva membuka.
d) Djj (+) Frekuensi 140 x/menit, irama teratur 12-12-12.
e) VTØ 10 cm, eff 100 %, ketuban (-)persentasi kepala denominator uuk
depan penurunan kepala hodge III+ tidak teraba bagian terkecil janin atau
tali pusat.
f) Kandung kemih kosong.
46
d) Vulva membuka
e) Kepala turun didasar panggul dan tampak di introitus vagina
47
4. Memberitahukan kepada ibu mengenai pembukaan yaitu pembukaan sudah
lengkap 10 cm dan mengajari cara mengejan yang benar yaitu dagu ibu
menempel kedada, mata membuka dan melihat perut, tangan diselipkan
kedalam kedua paha sampai batas siku, gigi dirapatkan, kemudian menarik
nafas dangkal dan perlahan lahan, menganjurkan ibu melakukan hal tersebut
pada saat kontraksi
5. Menolong persalinan sesuai APN
a. Ibu ingin mengedan, anus dan vulva mebuka, perinium menonjol dan his
kuat penolong mempersiapkan diri dan memastikan alat partus set
memastikan ampul oxytosin 10 IU, penolong memakai celemek yang
bersih, mencuci tangan dan mengeringkan tangan lalu menggunakan
sarung tangan dengan tekhnik satu tangan mengambil spuit 3cc tangan kiri
memegang ampul oxytosin dan di sedot, kemudian di letakkan kembali
dalam wadah partus set .penolong membersihkan vulva dan perineum
dengan kapas DTT dan melakukan VT untuk memastikan pembukaan
sudah lengkap VT Ø 10 cm , Eff 100% ketuban (-), presentasi kepala ,
UUK depan penurunan kepala HIII dan tidak teraba bagian kecil janin/tali
pusat.Kemudian penolong melakukan amniotomi untuk membantu
penurunan kepala.
b. Kemudian sarung tangan didekontaminasi dalam larutan klorin 0,5%
secara terbalik, lalu periksa DJJ frekuensi 140x/menit, irama 12-12-12.
Ibu dan kelurga diberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik kemudian salah satu keluarga atau suami membantu ibu dalam
posisi setengah duduk atau posisi lain sesuai keinginan ibu kecuali posisi
terlentang. Pada saat his kuat ibu di anjurkan mengedan dan saat his
menghilang ibu di istrahatkan dan berhenti mengedan dan ibu di anjurkan
untuk makan makan-makanan yang manis-manis. Pada saat kepala bayi
dengan diameter 5-6 cm handuk di pasang diatas perut ibu dan kain bersih
48
1.
di lipat /3 bagian dipasang dibawah bokong ibu penolong membuka
partus set dan memakai sarung tangan steril.
c. Saat suboksiput bregmatika berada dibawah simpsis tangan kanan
melindungi perineum dengan diatasi alas bokong, tangan kiri menahan /
melindungi kepala bayi agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat.
Perineum ibu tidak mengalami robekan. Pada saat kepala turun, ibu terus
dipimpin mengedan hingga lahir berturut – turut UUB, dahi, mata, hidung,
dan dagu secara keseluruhan dan minta ibu untuk berhenti mengedan serta
bernafas pendek – pendek. Kemudian penolong memeriksa apakah ada
lilitan tali pusat dan ternyata tidak ada ditemukan.
d. Kemudian penolong menunggu kepala bayi mengadakan putaran paksi
luar secara spontan kesalah satu paha ibu sesuai dengan arah punggung
janin. Setelah itu kedua tangan penolong berada diantara posisi biparietal
kepala janin. Kepala ditarik secara perlahan – lahan kebawah untuk
melahirkan bahu depan atau bahu anterior, kemudian ditarik secara
perlahan – lahan ke bawah sampai bahu posterior lahir. Setelah bahu lahir
tangan kanan penolong menyangga kepala, leher dan bahu bayi bagian
posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan
keempat jari lainnya pada bahu dan dada / punggung bayi, sementara
tangan kiri penolong memegang lengan bahu bayi bagian anterior, setelah
badan bayi tangan kiri menelusuri punggung, bokong, dan tungkai bayi,
lalu menyelipkan telunjuk tangan kanan kiri diantara kedua lutut setelah
seluruh badan bayi lahir, pegang setelah badan bayi lahir, pegang bayi
bertumpu pada tangan kanan sedemikian rupa, sehingga bayi menghadap
ke arah penolong kemudian dilakukan penilaian bayi, antar lain tangisan
bayi, warna kulit dan tonus otot bayi.
e. Mengeringkan bayi mulai dari muka,kepala,dan bagian tubuh lainnya
kecuali tangan tanpa membersihkan verniks.Mengganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering.
49
VII. EVALUASI
Tanggal 20-12-2016, pukul 04.45 wita
a) Bayi lahir spontan, letak belakang kepala,langsung menangis, jenis kelamin
laki-laki, BB 3100 gram PB 52 cm LIKA 32 cm LIDA 32 cm LILA 11 cm
anus (+) afgar score 8-9.
b) TFU sepusat Cut baik.
PENILAIAN KEADAAN BAYI
(APGAR SCORE)
KALA III
Tanggal : 20-12-2016
50
1. Ibu mengatakan sangat senang karena bayinya sudah lahir
2. Ibu mengatakan ari-arinya belum lahir, ibu masih mules
b.Data objektif (O )
1.Kontraksi uterus baik
2.TFU sepusat
3.Plansenta belum lahir
4.Ada tali pusat pada vagina
5.Kandung kemih kosong
c. Analisa (A)
kala III
d. penatalaksanaan
1. Memberitau ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaannya baik.
2. Melakukan MAK III sebagai berikut:
- Memastikan tidak adanya bayi kedua dengan merabafundus uteri
- Memberitau ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin untuk
mempercepat penegeluaran plasenta mencegah pendarahan
- Menyuntikan oksitosin 10 iu segera setelah bayi lahir di 1/3
pahakanan atas bagian luar.
- Penolong mengklem talipusat 2-3cm dari umbilikalis bayi dan
klem kedua 2 cm dari klem pertama.
- Setelah itu potong tali pusat di antara dua klem dengan tepat
melindungi perut bayi agar tidak terkena gunting selanjutnya
mengikat tali pusat dengan kuat.
- Membiarkan bayi di atass perut ibu untuk kintak kulit
- Menyelimuti bayi dengan kain hangat dan memakainya topi
- Memindahkan klem hingga berjarak 6-10 cm dari vulva
51
- Meletakan satu tangan satu tangan pada kain pada satu tepi atas
simpisis untuk mendeteksi, tangan lain merenggangkan tali pusat
.
- Melakukan peregangan tali pusat terkendali
- Setelah ada tanda-tanda plasenta lepas, yaitu tali pusat semakin
memanjang.setelah dilakukan peregangan tali pusat. Adanya
semburan darah, perut ibu membundar/globular, tangan kiri
menekan uterus secara lembut ke arah dorso kranial, plasenta di
keluarkan kearah bawah dan selanjutnya ke atas.
- Sesuai dengan kurve jalan lahir. Plasenta lahir spontan pada
pukul 10;00 wita
- Setelah plasenta lahir, kedua tangan menrima plasenta melakukan
gerakan memutar searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput
ketubannya.
- Massase fundus uteri selama 15 detik dengan tangan berada di
fundus dan lakukan gerakan memutar.
- Memeriksa kelengkapan plasenta, plasenta
lengkap,baik,kotiledon, dan selaput ketubannya.
- Memeriksa robekan jalan lahir,terdapat robekan jalan lahir drajat
2.
KALA IV
Tanggal : 20-12-2016
Pukul :05;00 wita
Tempat : puskesmas meninting
52
B. Data obyektif (o)
- Plasenta sudah lahir
- Keadaan umum ibu baik
- Td: 100/70 mmhg, nadi : 80x/menit, suhu: 36,5oc, respirasi : 22x/menit
- Tfu 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik,kandung kemih kosong, perdarahan
normal.
C. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaanya baik dan
pendarahan normal.
2. Melakukan peenjahitan luka perineum dengan jahit jelujur memakai anastesi
lidocain.
3. Membersihkan ibu, melakuka vulva hygiene, membersihkan tempat bersalin.
Menkaitkan softex untuk ibu, menggantipakaian ibu dengan menggunakan
kain bersih untuk memberi kenyamanan pada ibu serta mengucapkan selamat
atas kelahiran bayinya.
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minumyang banyak serta istirahat yang
cukup.
5. Memberikan ibu terapi parcetamol,amoxilin 500mg 3x1/hari sf 1x1/hari (30
tablet) vit.a 1x1/hari (2 kapsul)
6. Menganjurkan ibu agar tetap memberi asi pada bayinya tanpamemberikan
makanan pendamping sampai 6 bulan.
7. Menjelaskan pada ibu perlunya melakukan gerakan-gerakan kecil setelah
melahirkan dimulai dari bangun tidur, turun dari tempat tidur, berdiri dan
berjalan, jia ibu sudah merasa tidak kuat maka istirahat.
8. Mengajarkan ibu cara massase yang baik, yaitu menggosok fundus uteri
secara memutar agar kontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan,
9. Melakukan pemantauan kala IV, meliputi ttv,kontrskdi,kandung krmih,serta
jumlah pendarahan.
53
PEMANTAUAN KALA IV
54
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pengkajian data subjektif dan objektif telah dilakukan sesuai
dengan manajemen kebidanan. Diagnosa yang ditegakkan telah sesuai dengan data
subjektif dan objektif yang telah diperoleh dengan diagnosa kehamilan G3 P2A0H2 UK
40 minggu, keadaan umum ibu baik dengan inpartu kala I fase aktif. Janin tunggal,
hidup, intrauterine, presentasi kepala, keadaan umum janin baik.Kemudian pada
kasus Ny “A” didapatkan beberapa hal, yaitu:
1. Selama persalinan tidak ditemukan masalah, hanya masalah yang muncul adalah
masalah yang fisiologi, yaitu ibu mengeluh sakit pinggang menjalar ke perut
bagian bawah hilang timbul seperti ingin melahirkan.
2. Pemeriksaan dalam,tanggal 20 Desember 2016,pukul 02.15 WITA, VTØ 5 cm,
eff 50 % ketuban (+), bagian terendah janin kepala,denominator ubun-ubun
kecil, penurunan kepala H 2, tidak teraba bagian terkecil janin atau tali pusat..
Waktu yang diperlukan dalam proses pembukaan hingga melahirkan dalam
prakteknya sesuai dengan teori (Asuhan Persalinan Normal 2010) yang ada yaitu
pembukaan serviks dari 4 cm ke 10 cm biasanya berlangsung dengan kecepatan
1 cm atau lebih perjam tergantung dengan kontraksi dan kekuatan ibu, namun
pada prakteknya terjadi lebih cepat dikarenakan kontraksi yang kuat sehingga
mendorong pembukaan lebih dari 1 cm perjam.
3. Kala II pada Ny. A berlangsung selama ±15 menit, lama persalinan ini termasuk
normal karena ibu termaksud multigravida. Hal ini lebih cepat dari pada
persalinan pada primigravida yang berlangsung kurang lebih selama 1 jam.
4. Setelah bayi lahir terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta : uterus globular, tali
pusat memanjang dan terdapat semburan darah tiba – tiba. Melakukan
manajemen aktif kala III yaitu memberikan oksitosin 10 IU IM, melakukan
peregangan tali pusat terkendali, serat massase fundus uterus setelah bayi lahir
55
selama 15 detik. Dan melahirkan plasenta dengan caratangan kiri berada di atas
shympisis mendorong ke arah dorso kranial, setelah plasenta berada di vulva
tangkap dengan kedua tangan dan putar searah jarum jam. Kala III pada Ny. A
berlangsung ±6 menit, hal tersebut sesuai dengan teori dalam buku Asuhan
Persalinan Normal, 2008 yang menyatakan bahwa kala III yang berlangsung
normal tidak lebih dari 30 menit, perdarahan kala III ± 200 cc, hal ini normal
karena menurut teori perdarahan normal kala III kurang dari 500 cc
5. Pada kala IV dilakukan observasi selama 2 jam pertama, yaitu setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Yang dinilai tekanan
darah, nadi, suhu, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan darah yang keluar.
Hal ini sesuai dengan asuhan persalinan kala IV dalam buku Asuhan Persalinan
Normal, 2008. Pada kala IV juga dilakukan pemeriksaan robekan perineum
dengan perkiraan jumlah darah yang keluar. Tindakan ini sesuai dengan
pernyataan menurut Saifuddin,2006, bahwa darah yang keluar harus ditakar
sebaik – baiknya. Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang
kritis bagi ibu dan bayi. Petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi
untuk memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan
yang tepat untuk melakukan stabilisasi. Dari hasil pemeriksaan terhadap Ny. A
terdapat luka laserasi derajat dua, perdarahan total ± 50 ml, kontraksi uterus baik,
tanda – tanda vital dalam batas normal, IMD dapat dilakukan dengan baik.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
57
B. Saran
Saran-saran yang dapat penulis sampaikan antara lain:
1. Untuk pasien
ANC yang teratur dapat membantu mendeteksi setiap hal sehingga
memudahkan dalam proses persalinan.
Segera periksa ke tenaga kesehatan apabila mengalami gangguan dalam
kehamilan.
2. Untuk mahasiswa
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan laporan kasus ini.
Mahasiswa bisa mengkaji dan melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
normal.
Referensi terbaru dalam penulisan laporan kasus ini sangat diperlukan guna
mendukungperkembangan ilmu pengetahuan.
3. Untuk lahan
Dengan adanya presentasi kasus ini lebih banyak perhatian dan
bimbingan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan
dan pendidikan.
4. Untuk institusi
Semoga dengan adanya presentasi kasus di lahan dapat dijadikan
klarifikasi antara teori dikampus dengan di lahan.
58
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyawati, Ari. 2007. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.
59