PENDAHULUAN
1
2
rate yang tinggi ditemukan pada sepsis neonatorum, hal ini terjadi karena banyak
faktor infeksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi.
Angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian
bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis
neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan
nafas, dan gangguan minum (Depkes, 2007).
Berdasarkan Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 menunjukkan bahwa angka kematian bayi (AKB) sebesar 32 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2012. Ini berarti di Indonesia, ditemukan kurang lebih
440 bayi yang meninggal setiap harinya dan penyebab kematian terbanyak
disebabkan oleh masalah neonatal seperti berat bayi lahir rendah (BBLR),
asfiksia, diare, pneumonia, serta penyakit infeksi lainnya (Kemenkes, 2014).
Sedangkan menurut Graber, Toth, and Herting (2006) septikemia adalah invasi
akut mikroorganisme pada aliran darah yang menyebabkan timbulnya demam,
menggigil, takikardia, takipnea, dan perubahan keadaan mental.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami secara konsep dan kasus
tentang sepsis pada bayi baru lahir atau sepsis neonatorum.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
prematur yang menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem
imun mereka yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-
prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan
bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang
normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke
dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia
tersamar, yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis.
Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi
tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia
tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia
ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas – dan penelitian
menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial
di dalam darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar
85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3
tahun
Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal
dari tiga kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
Kurangnya perawatan prenatal.
Ketuban pecah dini (KPD)
Prosedur selama persalinan.
6
2. Faktor Neonatatal
Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor
resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan
lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui
plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir,
konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan
kulit.
Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,
khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA
tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.
Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3
serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.
Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,
bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar
penurunan aktivitas opsonisasi.
Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat
kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering
akibat kontak tangan.
7
Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh
E.colli.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus
melalui beberapa cara, yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir.
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus
masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab
infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella,
herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat
melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan
Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik
mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis,
selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain,
yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi
oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain
cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau
port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh
kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis,
Candida albican,dan N.gonorrea.
3. Infeksi paska atau sesudah persalinan
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi
nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap
lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau
dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka
umbilikus (AsriningS, 2003)
8
2.3 Patofisiologi
Neonatus sangat rentan terhadap infeksi sebagai akibat rendahnya imunitas
non spesifik (inflamasi) dan spesifik (humoral), seperti rendahnya fagositosis,
keterlambatan respon kemotaksis, minimal atau tidak adanya imunoglobulin A
dan imunoglobulin M (IgA dan IgM), dan rendahnya kadar komplemen. Sepsis
pada periode neonatal dapat diperoleh sebelum kelahiran melalui plasenta dari
aliran darah maternal atau selama persalinan karena ingesti atau aspirasi
cairan amnion yang terinfeksi.
Sepsis awal (kurang dari 3 hari) didapat dalam periode perinatal, infeksi
dapat terjadi dari kontak langsung dengan organisme dari saluran gastrointestinal
atau genitourinaria maternal. Organisme yang paling sering menginfeksi adalah
streptokokus group B (GBS) dan escherichia coli, yang terdapat di vagina. GBS
muncul sebagaimikroorganisme yang sangat virulen pada neonatus, dengan
angka kematian tinggi (50%) pada bayi yang terkena Haemophilus influenzae
dan stafilokoki koagulasi negatif juga sering terlihat pada awitan awal sepsis pada
bayi BBLSR.
Sepsis lanjut (1 sampai 3 minggu setelah lahir) utamanya nosokomial,
dan organisme yang menyerang biasanya stafilokoki, klebsiella, enterokoki,
dan pseudomonas. Stafilokokus koagulasi negatif, baiasa ditemukan sebagai
penyebab septikemia pada bayi BBLR dan BBLSR. Invasi bakterial dapat terjadi
melalui tampatseperti puntung tali pusat, kulit, membran mukosa mata, hidung,
faring, dan telinga, dan sistem internal seperti sistem respirasi, saraf, perkemihan,
dan gastrointestinal.
Infeksi pascanatal didapat dari kontaminasi silang dengan bayi lain, personel,
atau benda – benda dilingkungan. Bakteri sering ditemukan dalam sumber air,
alat pelembab, pipa wastafel, mesin penghisap, kebanyakan peralatan respirasi,
dan kateter vena dan arteri terpasang yang digunakan untuk infus, pengambilan
sampel darah, pemantauan tanda vital. (Donna L. Wong, 2009).
Proses patofisiologi sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi
sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi
9
Zat-zat patogen dapat berupa bakteri, jamur, virus, maupun riketsia. Penyebab
yang paling umum dari septisemia adalah organisme gram negatif. Jika
perlindungan tubuh tidak efektif dalam mengontrol invasi mikroorganisme,
mungkin dapat terjadi syok septik, yang dikarakteristikkan dengan perubahan
hemodinamik, ketidakseimbangan fungsi seluler, dan kegagalan sistem multipel.
(Marilynn E. Doenges, 1999).
Leukositosis (>34.000×109/L)
Leukopenia (< 4.000x 109/L)
Netrofil muda 10%
Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau
I/T ratio >0,2
Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)
CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal
3. Peningkatan kerentaan kapiler
Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah)
Perlambatan perkembangansel-sel darah merah
Peningkatan hemolisis
Kehilangan darah akibat uji laboratorium yang sering dilakukan
2.7 Komplikasi
1. Kelainan bawaan jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya
2. Sepsis berat : sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal
3. Syok sepsis : sepsis berat disertai hipotensi\
4. Sindroma disfungsi multiorgan (MODS)
5. Perdarahan
6. Demam yang terjadi pada ibu
7. Infeksi pada uterus atau plasenta
12
2.8 Penatalaksanaan
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24
jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur >
7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg
BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu
pemberian sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap,
urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan
feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal
(jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP
kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula
darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,
pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka
antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong
infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari
diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v
dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi
khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya.
Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian
antibiotika minimal 21 hari.
6. Pengobatan suportif meliputi :
13
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2 , edema paru.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan
preload.
c. Hipertermi / hipotermi berhubungan dengan proses infeksi
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac output
yang tidak mencukupi.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
15
3. Intervensi keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2 edema paru.
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Airway Managemen :
keperawatan selama ... x 24 Buka jalan nafas
jam . pasien akan : Posisikan pasien untuk
TTV dalam rentang memaksimalkan ventilasi (
normal fowler/semifowler)
Menunjukkan jalan napas Auskultasi suara nafas , catat
yang paten adanya suara tambahan
Mendemostrasikan suara Identifikasi pasien perlunya
napas yang bersih, tidak pemasangan alat jalan nafas
ada sianosis dan dypsneu. buatan
Monitor respirasi dan status
O2
Monitor TTV.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan
preload.
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Cardiac care :
keperawatan selama ... x 24 catat adanya tanda dan gejala
jam . pasien akan : penurunan cardiac output
Menunjukkan TTV dalam monitor balance cairan
rentang normal catat adanya distritmia jantung
Tidak ada oedema paru monitor TTV
dan tidak ada asites atur periode latihan dan
Tidak ada penurunan istirahat untuk menghindari
16
kesadaran kelelahan
Dapat mentoleransi monitor status pernapasan yang
aktivitas dan tidak ada menandakan gagal jantung.
kelelahan.
( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
keperawatan selama ... x 24 Kaji tingkat kecemasan
jam . pasien akan : Jelaskan prosedur pengobatan
Mampu mengidentifikasi perawatan.
dan mengungkapkan Beri kesempatan pada keluarga
gejala cemas untuk bertanya tentang kondisi
TTV normal pasien.
Menunjukkan teknik Beri penjelasan tiap prosedur/
untuk mengontrol cemas. tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien dan manfaatnya
bagi pasien.
Beri dorongan spiritual.
19
BAB 3
GAMBARAN KASUS
Seorang bayi laki-laki berinisial By. E lahir pada tanggal 10 Oktober 2018.
Bayi dilahirkan secara SC dengan indikasi PEB (180/100 mmHg) + Impending
eklamsi + fetal distress. Usia gestasi 31-32 minggu, G3 P2 A1 H1, bayi lahir tidak
langsung menangis, bayi lahir dengan BBLR: 1420 gram. Bayi masuk
IPN/Perinatologi pada jam 08:14:52 usia bayi 10 menit, sesak (-), sianosis (-),
retraksi dinding dada ringan, suhu: 35,8°c, GDS: 181 g/dl, anus paten. Saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 06-11-2018, didapatkan hasil : usia bayi 26
hari, bayi tidak sesak, sianosis (-), retraksi didniding dada (-), bayi tidak rewel,
bayi terpasang OGT, bayi minum susu formula 60 cc/3 jam, refleks hisap (+),
BBS: 2120 gram, Nadi: 132 x/menit, RR: 42 x/menit, Suhu: 36,7°c, LK: 29 cm,
LD: 27 cm, LP: 30 cm. Hasil pemeriksaan penunjang pada tanggal 04-11-2018:
Hb: 9,1 g/dl, Leukosit: 14.14 jt/mm, Trombosit: 2.05 jt/mm, Eritrosit 2,66 jt/mm,
Hematokrit:28,9 %, CRP: 96 mg/dl (reaktif), IT ratio: 0,3. Bayi diberikan susu
formula 60 cc/3 jam, bayi diberikan terapi Ciprofloxacim 20 mg/12 jam, Mikasin
15 mg/18 jam, Metrodinazole 15 mg/12 jam.
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada tanggal 06-11-2018
a. Identitas klien
Nama klien : By. E
Tempat/tanggal lahir : Pekanbaru, 10 Oktober 2018
Usia : 26 hari
Nama ayah : Arisman
Pendidikan ayah : SD
Nama ibu : Erima Gule
Pendidikan ibu : SD
Pekerjaan ayah : Petani
20
f. Pemeriksaaan penunjang
Pemeriksaan tanggal 04-11-2018
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Keterangan
Hemoglobin 9,1 g/dl 14-18 g/dl Menurun
Leukosit 14.14 jt/mm 4,8-10 jt/mm Meningkat
Trombosit 205 jt/mm 150-450 Normal
jt/mm
Eritrosit 2,66 jt/mm 4,70-6,10 Menurun
jt/mm
Hematokrit 28,9 % 42-52 % Menurun
g. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :
Tanda-tanda vital :
- Nadi : 132 x/menit
- RR : 42 x/menit
- Suhu : 36,7°c
- BBS : 2120 gram
- LK : 29 cm
Integumen:
- Warna dan pigmentasi kulit:
Warna kulit bayi merah dan tidak terdapat hiperpigmentasi
- Kelembapan dan tekstur:
Kulit bayi lembab dan halus
- Turgor kulit:
23
Kepala:
- Molding: -
- Kaput suksedaneum:
Tidak terdapat kaput suksedaneum
- Sefalhematoma:
Tidak terdapat sefalhematoma
- Rambut:
Distribusi rambut tipis, rambut lurus dan halus.
Mata:
- Refleks kornea:
Refleks terhadap sentuhan (+)
- Refleks pupil: -
- Refleks berkedip:
Refleks berkedip (+)
Telinga:
- Simetrisitas : telinga simestris kiri-kanan
- Posisi: posisi puncak pinna telinga sejajar dengan kantus mata kiri-kanan
- Refleks moro: (+)
- Kartilago: kartilago telinga utuh.
24
Hidung:
- Kesimetrisan lipatan nasolabia: lipatan nasolabia simetris
- Ukuran dan bentuk hidung: bentuk hidung normal, hidung simetris
- Nares eksternal dan kepatenan nares: nares eksternal utuh dan simetris,
kepatenan nares +/+
- Rabas nasal: tidak terdapat rabas pada nasal
Leher:
- Refleks tonik: -
- Refleks neck-righting:-
- Refleks otolith-righting: -
Sistem kardiovaskuler
- Inspeksi: tidak tampak adanya pembesaran jantung
- Palpasi (TIM): teraba pada ICS ke 4 dan 5 mid sternum sebelah kiri
- Auskultasi: bunyi s2 lebih tinggi dan tajam dari pada s1
Abdomen:
- Lingkar perut : 30 cm
- Kontur abdomen: abdomen supel
- Warna dan keadaan kulit abdomen: warna abdomen merah dan kulit abdomen
halus
- Tali pusar: tali pusar sudah lepas
- Bising usus:
- Hepar (batas, kosistensi, permukaan dan ukuran) : -
- Limpa (batas, kosistensi, permukaan dan ukuran):
Sistem reproduksi:
- Jenis kelamin: laki-laki
- Lubang uretra: berada di tengah glands penis
- Testis: terdapat 2 buah testis
- Skrotum: utuh
- Smegma: -
Ekstremitas:
- Jari tangan dan kaki: jari tangan 10 dan jari kaki 10
- Refleks babinski: -
- Telapak kaki : telapak kaki berwarna kemerahan
- Posisi ekstremitas bawah: fleksi ekstremitas bawah kiri-kanan
- Metrodinazole 15
mg/12 jam
- Sesak (-)
- Sianosis (-)
- CRT < 2 detik
Hasil kultur darah:
sesuai.
- Pertahankan teknik isolasi
yang sesuai
-
Resiko a. Status nutrisi bayi:a. a. Manajemen Nutrisi
ketidakseimbangan - Intake nutrisi 3→5
b. Aktivitas:
nutrisi: kurang dari - Intake cairan lewat - Tentukan status gizi
kebutuhan tubuh mulut 3→5 pasien dan kemampuan
- Perbandingan memenuhi kebutuhan gizi
BB/TB 3→5 - Identifikasi adanya alergi
- Hemoglobin 3→5 - Tentukan apa yang
- Pertumbuhan 3→5 menjadi makana bagi
pasien
b. Berat badan: massa b.Terapi nutrisi
tubuh Aktivitas:
- Berat badan 3→5 - Lengkapi pengkajian
nutrisi, sesuai kebutuhan
- Monitor intake
makanan/cairan dan
hitung masukan kalori
perhari, sesuai kebutuhan
- Monitor intruksi diet yang
sesuai untuk memenuhi
kebuthan nutrisi
- Tentukan jumlah kalori
dan tipe nutrisi yang
diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi dengan
berkolaborasi bersama
ahli gizi, sesuai
30
kebutuhan.
- Berikan nutrisi enteral
sesuai dengan kebutuhan.
c. Bantuan peningkatan BB
- Berikan antibiotik
07-11- Dx I a. Melakukan S:-
2018 pengecekan TTV O:
b. Melakukan - BB: 2125 gram
21:00 wib perawatan bayi: - BAB: 80 gram
mandi, - Pemberian susu 60
membersihkan oral, cc/3 jam
perawatan tali pusat, - Suhu: 36,7°c
ganti popok, dan - RR: 48 x/menit
ganti laken. - N: 130 x/menit
- Sianosis (-)
Dx II a. Melakukan - Sesak (-)
penimbangan BB - Jumlah kalori bayi
bayi 176,6
b. Memberikan minum A: Masalah belum teratasi
susu bayi lewat P: Intervensi dilanjutkan:
OGT - Observasi TTV
c. Menghitung jumlah - Berikan susu /3jam
kalori bayi perhari - Timbang BB
d. Melakukan - Menghitung intake
pembilasan setelah dan output
minum susu - Berikan antibiotik
e. Mengatur posisi - Cek GDS
bayi
f. Melakukan
penimbangan popok
bayi
32
BAB 4
PEMBAHASAN
- IT ratio: 0,3
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri
pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan. (Bobak, 2004).
Sepsis adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan
pertama kehidupan (Mary E. Muscari, 2005).
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman
seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Faktor- faktor yang mempengaruhi
kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu: faktor
maternal, faktor neonatal dan faktor lingkungan.
Terdapat beberapa pemeriksaan yang mana bila sindroma klinis mengarah ke
sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk
biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.
- Leukositosis (>34.000×109/L)
- Leukopenia (< 4.000x 109/L)
- Netrofil muda 10%
- Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T
ratio >0,2
- Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)
- CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal
35
DAFTAR PUSTAKA