Anda di halaman 1dari 28

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP PREAKSI PEMBATAS HASIL

PEMBELAJARAN LANGSUNG MENGGUNAKAN LKS LATIHAN


TERSTRUKTUR DAN LATIHAN SOAL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4
PALANGKARAYA TAHUN AJARAN 2018/2019

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :
SHELA PARANDIKA SP
ACC 115 050

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
2019
KATA PENGENTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan proposal

skripsi dapat diselesaikan. Penulis berharap proposal skripsi yang berjudul”

Perbedaan pemahaman konsep preaksi pembatas hasil pembelajaran

langsung menggunakan LKS Latihan Soal Terstruktur dan LKS Latihan Soal

pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Palangka Raya tahun Ajaran 2018/2019”

dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan kali ini,penulis menyampaikan terimaksih yang sebesar besarnya

kepada
BAB 1

PENEDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu kimia adalah suatu ilmu pengetahuan yang sayangat berhubungan dan

bermanfaat bagi kehidupan manusia. Melalui ilmu kimia kita bisa mengetahuai dan

mengubah suatu materi yaqngmemiliki sifat dan struktur menjadi bermanfaat bagi

kehidupan manusia kehidupan manusia serta segala yang berhubungan dengan

fenomena alam. Karena memiliki banyak pernanan diberbagai ilmu bidang ilmu

pengetahuan, kimia lebih lanjut diterapkan dalam bidang pendidikan yang menjadi

bagian dalam IPA dan menjadi mata pelajaran pada jenjang pendidikan SMA.

Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri

disebutkan oleh Keen & Middlecamp (19984) sebagian besar ilmu kimia bersifat

abstrak. Atom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak nampak,

siswa hanya membanyangkan keberadaan materi tersebut tanpa mengalami secara

langsung. Atom merupakan pusat kegitan kimia, maka walaupun kita tidak melihat

atom secara langsung, tetapi dalam angan-angan kita dapat membentuk suatu gambar

untuk mewakili sebuah atom oksigen yaitu kita dapat gabarkan secara bulatan.

Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya. Kebanyakan

objek yang ada di dunua merupakan campuran zat-zat kimia yang kompleks dan

rumit. Pelajaran kimia dimulai dari gambaran yang disederhanakan, zat-zat dianggap

murni atau hanya mengandung dua atau tiga zat itu saja. Penyederhanaan diperlukan

pemikiran dan pendekatan tertentu agar siswa tidak mengalami salah satu konsep

dalam menerima materi yang diajarkan tersebut.

Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang ddenga cepat sering ali topik-topik

kimia harus dipelajari dengann urutan tertentu. Misalnya, kita tidak dapat
menggabungkan atom-atom untuk menjadi molekul, jika atom dan karekteristiknya

tidak dipelajari lebih dahulu.. perkembangan ilmu kimia sangat cepat, seperti pada

bidang biokimia yang menyelidki tentang rekayasa genetik, kloning dan sebagainya.

Hal ini menuntut semua pihak untuk lebih cepat tanggap dan selektif dalam menerima

semua perkembanga ilmu kimia. Ilmu kimia tidak hanya sekedar mencemaskan soal-

soal. Soal yang terdiri dari angka-angaka (soal numerik )mrupakan bagian yang

penting dalam mempelajari kimia. Bahan atau materi yang dipelajari dalam ilmu

kimia sangat banyak. Bahan atau materi yang sangat banyak dan harus dipelajari oleh

siswa sangat banyak dan harus dipelajari oleh siswa, siswa dituntut untuk dapat

merancang belajarnya denga baik, sehingga waktu yang tersedia dapat digunakan

seefisien mungkin.

Proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi aktif dan pendidikan

dalam kegiatan pembelajaran. Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan baik

apabila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar dengan melibatkan

peserta didik secara emosial dan intelektual dalam proses belajar megajar. Kimia

berkaitan dengan keingintahuan dan memahami alam secara sistematik,sehingga

kimia bukan hanya kumpulan yang berupa fakta-fakta,konsep-konsep,prinsip-prinsip

tapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan kimia diharapkan dapat

menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari alam sekitarnya.

Ilmu kimia mencakup materi yang amat luas yang terdiri dari fakta, konsep,

aturan, hukum, dan prinsip. Ilmu kimia memiliki karekteristik,yaitu: 1) Bersifat

abstrak:2) Peyederhanaan dari keadaan sebenarnya: 3) Berurutan dan berjenjang

(middle camp dan kean 1985). Karekteristik inilah yang membuat ilmu kimia

merupakan salah satu ilmu yang sulit untuk dipelajari siswa.


Menurut Arifin (1995) kesulitan- kesulitan siswa dalam mempelajari ilmu

kimia disebabkan: (1) Kesulitan dalam memahami istilah karena kebanyakan siswa

hanya hafal istilah yang tidak memahmi dengan benar,misalnya preaksi pembatas; (2)

Kesulitan dalam memahami konsep kimia karena materi kimia bersifat abstrak seperti

atom, molekul atau ion sehingga siswa sulit membayangkan keberadaan materi

terebut tanpa mengalaminya secara langsung; (3) Kesulitan siswa dalam memehami

perhitunga matematis materi kimia.

Keberhasilan prses pembelajaran tidak terlepas dari peranan guru sebagai pengejar.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam suatu intraksi

itu peserta didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Keaktifan peserta didik mencakup

kegiatan fisik dan menntal, baik secara individu ataupun kelompok. Oleh karena itu

interaksi dikatan maksimal bila terjadi antara guru dengan semua peseta didik, Peserta

didik dengan bahan dan media pembelajaran, bahkan peserta didik dengan dirinya

sendiri, namun tetap dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Guru memiliki tugas pentng untuk menyediakan bahan ajar yang dapat memotivasi

siswa belajar. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan yaitu LKS (Lembar kerja

Siswa ). Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengejaran sendiri, mendidik siswa

untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil

keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap

pamahaman konsep (tahap lanjut dari penemaan konsep)

Menurut pengamatan penelitan saat PPL-2 metode yang sering digunkan oleh guru

adalah metode ceramah. Dalam hal ini dapatterlihat bahwa guru cenderung berperan

aktif dari pada siswanya. Dapat dikatan bahawa siswa hanya memperoleh semua

informasi dari guru, bukan didapat oleh siswa itu sendiri. Padahal dalam konteknya

siswa diatuntut untuk aktif dalam mencari informasi tidak hanya mengahafal tetapi
dapat memahami materi pelajaran dengan baik. Tugas guru seharusnya dapat

menciptakan susana mendukukung atau suasan berbeda agar siswa tidak merasa

bosan, terutama dalam pemilihan metode. Metode maupun media pembelajaran dalam

setiap materi yang disajikan, pada dasarnya siswa lebih senang apabila ikut serta

dalam pembelajaran, contohnya melakuakan diskusi kelompok aga siswa tidak merasa

jenuh pada materi yang akan dipelajari ha ini akan membuat siswa lebih memaknai

pembelajaran dan lebih antusias mengikuti pembelajaran.

Salah satu pokok pembahasan yang dipelajari siswa dalam pelajaran kimia di

SMA adalah stokiometri. Diantara sub pokok bahasan dalam stokiometri yang

dianggap sulit oleh siswa adalah pereaksi pembatas.

Pemahaman tentang konsep kimia dibedakan atas pemahan konseptua dan pemahamn

algorimik. Berbagai penelitian menunjukan bahwa pemahaman konseptual siswa

cenderung tertinggal dibandingkan dengaan pemahaman algoritmitiknya banyak

siswa dapat memec ahkan masalah algoritmik tanpa memahami konsep dasarnya (

meitianing,2009)

Pemahaman terhadap pereaksi pembatas menurut pemahamn konseptual dan

pemahamn algoritmik. Pemahaman konseptual diperlukan untuk memahami

stokiometri reaksi sedangkan pemahamn algoritma dipelukan untu menyelesaikan

perhitungan yang didasarkan padaperbandingan jumlah mol preaksi dan

perbandingan kofisien reaksi dan masing-masing preaksi untuk mentukan preaksi

yang habis beraksi atau menjadi pembatas berlangsungnya reaksi lebih lanjut.

LKS dengan latihan terstruktur (LKS-Latihan soal Terstruktur) merupaka lembar

kerja siswa yang dirancang untuk pemantapan pengetahuan siswa. Melalui

pembelajaran dengan LKS-terstruktur ini siswa dipandu untk menemukan sendiri


pengetahuan baru yang harus mereka kuasai. Dalam pembelajaran seperti ini para

guru bukan sebagai “pengajar” tetapi sebagai fasilitator dan sebagai narasumber, dan

metode pembelajaran yang dapat dianggap tepat adalah metode disusi. Karena,metode

diskusi adalah terlibatnya suatu kelompok belajar saling berinteraksi secara verbal

didalam kelas. Interaksi tersebut dapat berlangsung antara siswa dengan siswa atau

siswa dengan guru.

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakuakan penelitian yang mengaitakan metode

pembelajaran diskusi dengan bantuan LKS-latihan soal terstruktur dengan hasil

belajar siswa untuk konsep preaksi pembatas. Penelitian ini akan dilakuakan pada

siswa kalas X SMAN-4 Palangka Raya tahun ajaran 2018/2019

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu adalah Perbedaan pemahaman

konsep preaksi pembatas hasil pembelajaran langsung menggunakan LKS

Latihan Soal Terstruktur dan LKS Latihan Soal pada siswa kelas X SMA Negeri

4 Palangka Raya tahun Ajaran 2018/2019

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah yang akan

diamati yaitu perbedaan pemahaman konsep siswa tenteng peaksi pembatas

melalui pemberian LKS Soal Terstruktur dan LKS Latihan Soal.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan Perbedaan pemahaman konsep

preaksi pembatas pada siswa kleas X SMA Negeri 4 Palangka Raya, tahun ajaran

2018/2019.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini meliputi manfaat praktis dan teoritis.

1.5.1. Manfaat Praktis

1. Bag siswa, dapat digunakan membatu meningkatkan pemahaman

konsep preaksi pembatas pasca pembelajaran menggunakan LKS-

Latihan Soal Terstruktur serta dapat dijadikan Bahan rujukan

yang tepat dalam memahami konsep preaksi pembatas.

2. Bagi guru, memberikan masukan dalam memilih dan

menggunakan model pembelajaran serta LKS yang sesuai dengan

materi yang diajarkan.

3. Bagi sekolah penelitian hasil penelitian ini diharapkan memberi

sumbangan yang bermanfaat terutama dalam meningkatkan

kualitas belajar kimia melalui model pembelajaran melalui model

pembelajaran langsung dan LKS-Latihan soal Terstruktur.

1.5.2. Manfaat Teoritis

Secara umum, penelitian ini diharpakan dapat mejadi bahan bacaan

dan alternatif berfikir untuk memperkarya pengetahuan siswa.

Sehingga siswa dapat emiliki hasil belajar yang maksimal dalam

meteri tersebut.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Konsep

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), konsep berarti ide atau

pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit. Dahar (2006) menyatakan bahwa

konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-ejadian,

kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang terbetuk oleh generalisasi dari hal-

hal yang khusus.

Menurut (Nazariti,2007) konsep terdefinisi adalah konsep yang ditetapkan,

dan digunakan untuk menjelaskan sutu objek, seperti konsep tentang atom, dan

molekul.konsep terdefinisi yang diturunkan dari objek-objek mikroskopik disbutjuga

konsep mikroskopik. Obejek mikroskopik merupakan objek yang tidak dapat dilihat

dengan penglihatan.Tetapi untuk menjelaskan konsep dengan objek mikroskopik

dapat dijelaskan dengan bantuan gambar model yang disebut gambaran mikroskopik.

Gamabaran mikroskopisk merupakan suatu gambaran yang disusun sedemikian rupa

sehingga ciri-cirinya diusahakan semirip mungkin dengan objek dan dijadikan model.

Gambaran mikroskopik merupakan model besar dari objek-objek mikroskopik, yaitu

objek yang tidak dapat dilihat dengan bantuan apapun.

Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian,

kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama, menurut Rosser dalam

Dahar 1989. Belajar konsep adalah merupakan hasil utama dalam pendidikan. Konsep

merupakan suatu abstraksi yang yang terbentuk dari observasi tentang prilaku-prilaku

tertentu pada anak-anak. Konsep digunakan siswa untuk membedakan atau membuat

hubungan dengan konsep lainnya membentuk pengetahuan ilmu kimia yang lebih
kompleks ( sempurna). Kegunaan konsep adalah untuk menjelaskan dan

meramalkan(Dahar,1989)

Menurut Gagne dalam Dahar 1989 konsep dapat dibagi dalam dua katagori

yaitu konsep konkritdan konsep terdeferensi. Konsep konkrit merupakan abstraksi

atau gagasan yang diturunkan dari objek konkrit seperti konsep tentabf mejam, kursi,

atau pristiwa-pristiwa konkrit seperti konsep tentang pelebura. Konsep konkrit dapat

dijelaskan dengan car menunjukan pada objek-objek secara langsung dan

menciptakan suatu hubugan yang logis antar konsep. Sedangkan konsep terdefinisi

yaitu jika seseorang dapat mendemonstrasikan arti kata kelas tertentu objel-objek,

kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan.

Pada hakekatnya konsep itu berfungsi untuk mewujudkan suatu yang abstrak

menjadi konkrit. Menurut Dahar(1989) ciri-ciri suatu konsep adalah sebagai berikut:

(1) konsep merupakan buah pikiran yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang

dimana konsep adalah simbol. (2) konsep itu ttimbul sebagai hasil darinpengalaman

manusia dengan lebih dari satu benda, pristia atau fakta. Konsep itu adalah

generalisasi. (3) konsep adalah hasil berfikir abstrak manusia yangmerngakum banyak

pengalaman. (4) konsep merupakan perkaitan fakta atau pemberian pola pada fakta.

(5) suatu konsep dianggap kurang tepat, disebabkan timbulnya fakta-fakta baru dan

karena itu konsep yang bersangkutan harus mengalami perubahan.

Pengertian Belajar

Menurut Slemeto(2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seorrang untuk memproleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut


Gagne dalam dahar (2011:2) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana

suatu organisasi berubah prilakunya sebagai akibat pengelaman.

Menurut Hakim(2000) belajar suatu proses perubahan dalam kepribadian

manusia, dan perunahan tersebut ditempatkan dalam peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku, seperti kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,

pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain. Hal ini berarti peningkatan

kualitas dan kuantitas seseorang diperlihatkan dalam bentuk berubahnya ualitas dan

kuantitas kemampuan seseorang dalam dalam berbagai bidang. Apabila tidak

mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, orang tersebut belum

mengalami proses belajar.( Hamdani, 2011) Berdasarkan beberapa pengertian di atas,

belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungannya.

Teori Belajar Konsep.

Belajar merupakan proses aktif siswa untuk memmahami konsep-konsep yang

dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar (Mulyati.2007). menurut Crow dalam

Sagala(2008)” Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasan-kebiasan,

oengetahun dan sikap-sikap”. Konsep merupakan buah pikiran seorang atau

sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk

pengetahuan meliputi prinsip, hukum, teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,

pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abtrak. Kegunaan konsep adalah untuk

menjelaskan dan meramalkan.

Menurut Dahar (2011:62) konsep merupakan katagori yang kita berikan pada

stimulus yang ada dilingkungan kita. Setiap konsep mewakili satu kelas stimulasi.

Setiap stimulasi tidaklah persis sama sama, tetapi ada kemiripan sehingga antar
stimulasi dikelompokan dalam satu katagori yang mewakili konsep. Konsep

dinyatakan dengan kata-kata atau nama-nama yang memiliki konsep itu. Selanjutnya

manusia dapat dengan mudah memahami konsep dan meberikan konsep yang sama

terhadap stimulasi yang menjadi katagori dari suatu konsep.

Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Dalam dunia pendidikan,

setiap materi pelajaran terhadap konsep yang ber

Pemahamn Konsep

Pemahaman merupakan proses untuk menangkap makna dan arti dari bahan

yang dipelajari. Menurut Dahar(2006) pemahamn konsep bertujuan agar siswa lebih

memahami suatu konsep, dan terdiri dari dua pengertian yaitu; (1) pemahaman konsep

merpakan bagian dari konsep awal. (2) merupakan bagian dari penemuan konsep

baru.

Pemahamn konsep didapatkan siswa melalui proses pembelajaran, karena

tanpa melalui belajar siswa tidak akan mendapatkan pemahaman konsep. Pemahamn

konsep yang diperoleh dalam proses belajar ada tiga proses yaitu: (1). Memproleh

Informasi baru,(2) tranformasi Informasi, (3) menguji revelansi dan ketetapan

pengetahuan.

Bahan Ajar

Bahan ajar secara garis besar terdiri dari pengetahuan, nilai, keterampilan, dan

sikap yang berisi peran, informasi dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan

proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai

tujuan pembelajaran (Pratowo,2014).


Adanya bahan ajar dapat membantu guru dan siswa dalam mekukan proses

pembelajaran. Banyak materi yang dipelajari jika dimuat dalam bahan ajar akan

mengefesienkan penyampain materi oleh guru. Bahan ajar dapat menjadi peran

sebagai guru, sehingga guru dapat mencurahkan waktunya untuk membimbing siswa

belajar (Pratowo,2014).

Lembar Kerja Siswa

Pengetian Lembar Kerja Siswa

LKS suatu lembaran panduan yang memungkinkan bagi siswa untuk

membangaun pengetahan dibenaknya, dan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide terhadap suatu materi tentu. LKS

merupakan alat yang sangat penting dalam menunjang kegiatan belajar, baik

kelompok maupun individual, dan pertanyaan ditulis pada LKS(Pratowo,2014).

LKS disebut juga sebagai lembar kerja yang merupakan salah bagian sumber

beajar dalam proses belajar mengajar. LKS berupa sumber belajar yang terdiri dari

satu atau dua lembar atau lebih yang diberikan kepada siswa disatu kelas dengan

tujuan untuk melakuakn melakukan aktivatas belajar siswa (Tritanto,2009)

Lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran serta berisi tugas yang harus dikerjakan oleh

peserta didik. Setiap LKS berisikan anatara lain, yaitu: Uraian singkat materi, tujuan

kegiatan, alat atau bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja, petanyaan-

pertanyaan untuk didiskusikan, kesipulan hasil diskusi dan latihan ulangan. Jadi

lembar kerja siswa (LKS) bisa diartikan lembaran-lembaran yang digunakan peserta

didik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran, serta berisi tugas yag dikerjakan
oleh siswa baik berupa soal maupun kegiatan yang akan dilakukan peseta didik dalam

proses pembelajaran.

Tujuan Dan Fungsi LKS

Adapun tujuan LKS yaitu: 1) meningkatkan pengetahuan dannsikap keterapilan yang

perlu dimiki siswa, 2) mengecek tingat pemhaman siswa terhadap materi yang telah

disajikan, 3) mengembangkan dan menerapkan materi yang sulit dipelajari

(ambiyar.2013)

Fungsi LKS dalam pembelajaran yaitu sebagai sarana siswa agar aktif dalam

memahami konsep pembelajaran, mengembagakan keterampilan proses sesusi

tuntutan kurikulum , menimbuklan minat belajar siswa dengan bentuk materi yang

lebih inovatif , seta membatu guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran

sehingga guru disini bukan sebagai pusat dari pembelalajaran melaikan sebagai

vasilitator yang memberikan ruang untuk siswa merancang cara berfikirnya untuk

memecahkan masalah. LKS akan lebih membentau dalam proses pembelajaran

apabila disusun dengan rapi serta dapat memancing minat siswa untuk belajar, guru

juga dapat bisa menggunakan gambar animasi yang menarik atau warna tulisan yang

baik untuk menrik perhatian siswa dalam mengerjakan LKS dan membangun mood

siswa.

Kelebihan dan Kekurangan LKS

Kelebihan lembar kerja siwa adalah : 1) guru dapat menggunakan lembar kerja

siswa sebagai media pembelajaran. 2) meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. 3) materi didalam LKS lebih singkat yang mencakup

keseluruhan meteri. 4). Dapat lebih membuat siswa berinteraksi dengan sesama

teamn. 5). Sebagai pengganti media audio visul


Kekurangan dari lembar kerja siswa adalah: 1) soalnya cenderung monoton 2).

Adanya kekhawatiran karena guru hanya mengendalkan media LKS untuk

kepentingan pribadi guru misalnya, siswa disuruh mengerjakan lks kemudian guru

meninggalkan siswa dan kembali lagi untuk membahas LKS tersebut. 3) LKS hanya

melatih siswa untuk menjawab soal, tidak efektif tanpa adanya sebuah pemahaman

konsep materi secaara benar 4) bisa menimbulakan pembelajaran yang membosankan

bagi siswa jika tidak dipadukan dengan media yang lain. 5) didalam LKS hanya bisa

menampilkan dambar diam tidak bisa bergerak, sehingga sehingga siswa kurang dapat

memahami materi.

Lembar Kerja Siswa Terstruktur

Lembar kerja siswa terstrukur memuat informasi, contoh, dan tugas-tugas.

LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu progam kerja atau

mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk

mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS ini dapat menggantikan peran guru

sebagai sumber informasi dalam memahami konsep tanpa guru tetapi, guru tetap

memberikan pengawasan, memotivasi, dorongan belajar, dan pembelajaran

diharapkan dapat maksimalkan hasil belajar siswa. Dengan adanya langkah-langkah

yang dibuat secara sistematis untuk menjawab soal, maka kemungkinan siswa tidak

mengalami kesulitan yang beararti dalam mengerjakannya.

Berdasarkan dari tujuannya tersebut maka LKS berbantuan media dapat dimasukan

dalam jenis LKS terstruktur, yaitu LKS telah yang disusun pertunjuk pengarahan yang

dapat membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pembelajaran.

Ringkasan materi stokiometri

Stokiometri
Hubungan kuantitatif antara suatu unsur dalam sutu senyawa dan hubungan

antara unsur dalam suatu reaksi kimia ditentukan dengan stokiometri. Stokiometri

adallah ilmu mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan

produk dalam reaksi kimia(persamaan kimia)

Reaksi kimia dan persamaan kimia

Persamaan reaksi terdiri atas produk reaski. Reaktan adalah zat yang bereaksi,

sedangkan produk reaksi adalah zat yang terbentuk sesudah reaksi.

Contoh: 4Na + O2 → 2NaO

Ruas disebelah kiri anak penah disebut reaktan,ruas sebelah kanan anak panah

disebut produk. Tanda + berarti” bereaksi dengan”dan anak panah

berarti”menghasilkan”. Angaka didepan rumus kimia menyatakan koefisien reaksi.

Pada persamaan reaksi diatas, koefisien natrium adalah 4, koefisien oksigen adalah 1,

dan koefisien natrium oksida adalah 2. Koefisien reaksi menunjukan perbandingan

paling sederhana dari patikel yang terlibat dalam reaksi.

Menyatakan persamaan reaksi dapat dilakuakan dua tahap,yaitu menuliskan

rumus kimia reakstan dan produk kemudian menyatarakan koefisiennya sehingga

jumlah ataom di kedua ruas sama.. persamaan reaksi yang sudah sama dikedua ruas

disebut raksi setara. Fase zat sebaiknya disetarakan pada persamaan reaksi. Contoh:

Mg + HCl → MgCl + H2 reaksi belum setara

Mg + 2HCl → MgCl2 + H2 reaksi sudah setara

Penentuan preaksi pembatas

Didalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat preaksi yang

dicampurkan tidak selalu sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini
berarti bahwa ada zat pereaksi yang akan habis bereaksi lebih dahulu. Pereaksi

demikian disebut pereaksi pembatas

Preaksi pembatas

Seringkali zat-zat preaksi dicampurkan tidak dalam jumlah yang ekivalen,

artinya tidak sesuai dengan perbandingan koefisien reaksinya. Persamaan reaksi yang

sudah setara dapat dihitung banyak zat pereaksi atau produk reaksi. Perhitungan ini

dilakukan dengan melihat angka perbandingan mol perekasi dan produk reaksi. Salah

satu peereaksi akan habis lebih dahulu, sementra pereaksi lainya bersisa. Jumlah hasil

reaksi akan bergantung pada jumlah pereaksi yang habis lebih dahulu.. preaksi yang

habis dahulu disebut pereaksi pembatas. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa preaksi pembatas adalah zat yang tepat habis terpakai sesuai dengan

perbandingan mol zat yang tersedia dengan koefisien reaksinya. Tidak semua zat

kimia dapat menjadi pereaksi pembatas, zat kimia yang tepat habis terpakai dalam

suatu reaksilah yang menjadi preaksi pembatas (Purba,2006).

Perhatikan reaksi antara alumunium dengan oksigen membentuk alumunum

oksida berkut ini.

4Al + 3O2 → 2Al2O3

Persamaan reaksi menunjukan bahwa perbandinagan mol alumunium dengan

oksigen adalah 4:3. Jka jumlah mol alumunium dan oksigen yang direaksikan sesuai

dengan pebandingan itu, maka kedua preaksi itu akan habis tidak bersisa. Campuran

seperti itu kita sebut ekivalen, tetapi jika jumlah mol alumunium dan oksigen

direaksikan tidak 4:3 maka salah satu preaksi akan habs terlebih dahulu, sedangkan

preaksi lainnya bersisa (Purba,2006).

Menentukan Preaksi Pembatas


Seringkali tidak mudah mentukan preaksi mana yang merupakan preaksi

pembatas. Suatu keadaan dapat terjadi bahwa preaksi pembatas tidak dinyatakan

dengan tegas, beberapa kasusu perekais pembatas harus diteentukan dengan

perhitungan (Petrucci,1987). Kita dapat memntukan preaksi pembatas dengan

memeriksa pengali yang digunakanuntuk masing-masing preaksi. Langkah-langkah

dapat dilakukan sebagai berikut.:

1). Nyatakan zat yang diketahui dalam mol

2). Bagilah jumalah mol masing-masing dengan koefisiennya

3). Preaksi yang hasil pembaginya paling kecil merupakan preaksi pembatas

Kerangka Berfikir
BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yng digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif. Menurut sugiyono (2013 metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel

tetentu, pengumpulan data menggunakan instrmen penelitan, analisis data bersifat

kuantitatif atau statistik,dengan tujuan untuk menguji hiptesis yang telah ditetapkan.

Penelitian ini terbagi dalam dua kelas yaitu kelas eksoerimen dan kelas kontrol.

Kelompok eksperimen adalah kelas sempel yang diberikan perlakuan khusus yaitu

dengan pembelajaran yang menggunakan LKS latihan soal terstrukur sedangkan

pada kelas kontrol adalah kelas ssemoel yang digunakan sebagai perbandingan yaitu

pembelajaran yang menggunakan LKS latihan soal tak terstrukur.

3.2. Rencana Penelitian

3.2.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan suatu percobaan dengan

memberikan perlakuan da menbandingkan pengaruh perlakuan tersebut terhadap

suatu sampel yang dipilih. Dalam penelitian ini kelas eksperimen mendapat

perlakuakn khusus, sedangakan kelas kontrol tidak mendapatkan perkalakuan

khusus kemudian dibandingkan hasil akhirnya. Dalam ini kelas ekperimen diberikan

LKS latihan soal terstruktur sedangkan kelas kontrol diberikan LKS latihan soal tak

terstruktur.
3.2.2. Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu

pengguanaa LKS latihan soal terstruktur dan variabel terikat yaitu hasil pemahamn

konsep siswa tentang tentang preaksi pembatas.

3.2.3. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan desain eksperimen pretes-postes-control

group desaign,( Emzir.2013:97) yang digambarkan pada tabe berikut:

Tabel 1. Tabel Desain Penelitian

Kelompok pembelajaran Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Ekperimen(E) P1 Xe Ae Ye

Kontrol(K) P1 Xk Yk

Keterangan :

Ae : Pembelajaran langsung dengan menggunakan LKS latohan soal terstruktur

Xe : Tes kemampuan alwal kelas ekperimen

Xk : Tes kemampuan alwal kelas kontrol

Ye : Tes akhir kelas eksperimen

Yk : Tes akhir kelas kontrol

P1 : Pembelajaran langsung

3.3. Definisi Oprasional Variabel Penelitian

1. Lembar Kegitan Siswa (LKS), merupakan lembaran-lembaran yang memuat

langkah-langkah kegiatan belajar yang harus titempuh siswa.

2. Pemahaman onsep pada siwa adalah pengetahuan yang dimiliki siswa dalam

menyelesaikan soal-soal yang diukur menggunakan tes tertulis.

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kelas X Semester II di SMA

Negeri 4 Palangka Raya yang terdiri dari lima kelas yaitu kelas X-1 MIA, X-

2 MIA, X-3 MIA, X-4 MIA, X-5 MIA, Tabel 2. Populasi kelas penelitian

Keterangan Kelas X MIA

X-1 X-2 X-3 X-4 X-5 Total

MIA MIA MIA MIA MIA

L 17 15 13 16 17 78

P 20 21 23 19 19 102

Jumlah 37 36 36 35 36 180

Keterangan: L = Laki-Laki

P = Perempuan

3..4.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah cluster sampling. Menurut Sugiyono (2014: 68) clustar

sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana pemilihan mengacu pada

kelompok (kelas) bukan pada individu. Dalam penelitian ini dipilih secara

acak dua kelas sebagai sampel, yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan

satu kelas sebagai kontrol. Kelas X-3 dan kelas X-1 sebagai kelas kontrol.

Tabel 3. Sampel kelas penelitian

Keterangan Kelas

X-1 MIA X-3 MIA Total

Laki-Laki 17 13 30

Perempuan 20 23 43

Jumlah 37 36 73
3.5. Instrumen Penelitaian

Untuk memperoleh data penelitian ini intrumen yang digunakan adalah :

3.5.1. Validasi Instrumen

Sebelum instrumen digunakan terlebih dahulu instrumen tersebut divalidasi. Hal

ini bertujuan untuk mengukur intrumen untuk kualitas tes soal kemampuan siswa

sebagai alat pengumpulan data. Instrumen yang digunakan padapenelitian ini

divalidasi oleh dua orang dosen progm studi pendidikan kimia UPR dan satu orang

guru kimia SMA Negeri 4 Palangka Raya. Uji coba intrumen dilakuakan terhadap

kelas lain yang bukan merupakan sampel yaitu kelas X-2 MIA dan kelas X-4 MIA

SMAN 4 Palangka Raya. Validasi instrumen meliputi isi atau cakupa yang akan

diujikan oada tes awal (postes 1), LKS, dan tes ahkir (postes II). Ketiga intrumen ini

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing memperoleh skor 2 telah sesuai dengan

kriteriayang ingin dicapai dan selanjutnya langsung digunakan untuk pengumpulan

data.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

3.6.1. Data yang diperlukan

Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif berupa skor hasil

tes belajar siswa kelas X SMAN 4 Palangka Raya semester 2 tahuan ajaran

2018/2019 dalam menyelesaikan atau menemtukan preaksi pembatas.


3.6.2. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Teknik pengumpulan data yang digunkan dalam penelitian ini berupa tes uraian.

Adapun tahap-tahap yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu:

Tahap I

Pada tahap ini semua kelas populasi diberikan materi dengan metode pembelajaran

langsung selanjutnya diberikan postes I untuk mengukur kemampuan awal seluruh

kelalas populasi terhadap materi pembelajaran yang akan diberikan pada saat

perlakuaan. Hasil prasyrat kemudian dibandingkan dengan melihat skor rata-rata

kelas. Bentuk postes I adalah uraian sebanyak 5 soal disusun oleh peeliti dengan

mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing skripsi dan guru.

Tahap II ‘

Pada tahap ini kelas yang berperan sebagai kelas eksperimen iajarkan dengan

menggunakan LKS latihan soal terstruktur, sementara kelas kontrol diajarkan dengan

pembelajaran yang sama tetapi mengguankan LKS latihan soal terstrukur atau LKs

latihan soal. Baik lekas ekeperimen mauoun kelas kontrol diberikan materi yang

sama dan jumlah jam belajarnya juga sama. Perlakuan ini terus-menerus diberikan

hingga pokok, bahsa yang diteliti selesai.

Tahap III

Tahap ini adalah tahap pengukuran penguasaan materi oleh siswa. Pengukuran ini

diberikan dengan pemberian postes II pada kedua kelas yakni kelas eksperimen dan

kelas kontrol dan data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan tennis analisis

data penelitian ini.

3.7 Teknik Analisis Data


3.7.1 Data Postes I Dan Postes II
Data postes I didapati sebelum perlakuan (trearment). Dan data postes II yang
didapati
setelah diberikan perlakuan (trearment). Kemudian dapat dilihat ada tidak
adanya perubahan pemahaman konsep siswa setelah menggunakan pembelajaran berbantuan
LKS-latihan soal terstruktur pada kelas ekperimen dan pembelajaran berabntuan LKS tidak
terstruktur pada kelas kontrol.
a. Pemeriksaan Hasil Tes
Pemeriksaan hasil tes setiap siswa dilakukan dengan memberi skor pada lembar
jawaban. Langkah selanjutnya adalah menjumblahkan skor yang diperoleh oleh
masing-masing siswa dan mengkoversikan dalam bentuk nilai dengan rumus
sebagai berikut.

Nilai = jumlah skor diperoleh siswa


Jumlah skor total X 100
3.7.2 Uji Keseimbangan
Sebelum diberikan perlakuan terlebih dahu dilakukan uji kesetimbangan untuk
mengetahui apakah data postes I kelas experimen dan kelas kontrol seimbang. Data tersebut
dilakukan uji normalitas untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dan uji homegenitas untuk menentukan rumus uji-t yang
digunkan uji-t digunakan untuk mengetahui keadaan awal kelas ekperimen dan kelas kontrol.
Jadi, untuk menguji keseimbangan kedua kelas tesebut digunakan rumus uji-t ( Sugiyono,
2013)
𝑋̅𝑒 −𝑋̅𝑘
Sebagai berikut : 𝑡 =
(𝑛𝑒−1)𝑠 𝑒 2+(𝑛𝑘−1)𝑠 𝑘 2+ 1 1
√ ( + )
𝑛𝑒+𝑛𝑘−2 𝑛𝑒 𝑛𝑘

Dimana :
t = signifikan koefisien
𝑋̅𝑒 = rata-rata kelas experimen
𝑋̅𝑘 = rata-rata kelas kontrol
𝑛𝑒 = jumlah sampel dari kelas ekperimen
𝑛𝑘 = jumlah sampel kelas kontrol
𝑠𝑒 = simpangan baku ekperimen
𝑠𝑘 = simpangan baku kontrol
Kriteria bila thitung > ttabel maka kedua kelas dinyatakan tidak seimbang, jika thitung ≤
ttabel maka kedua data tersebut dinyatakan seimbang.
3.7.2.1 Prasyarat Uji Keseimbangan
a. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan uji keseimbangan dengan menggunakan uji statistik,
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis dengan asumsi bahwa data proses I harus
berdistribusi normal. Adapun uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji
normal tidaknya sebaran data kemampuan awal yang akan dianalisis. Uji normalitas ini
menggunakan rumus rumus Chi kuadrat, yaitu untuk mengetahui distribusi data yang akan
diperoleh dari tes masing-masing kelas siswa tersebut. Rumus Chi kuadrat adalah :
(𝑓𝑜 −𝑓ℎ )
𝑥2 = ∑
𝑓ℎ

Keterangan :
𝑥2= nilai Chi kuadrat
𝑓𝑜 = frekuensi observasi (hasil ovservasi)
𝑓ℎ = frekuensi harapan
Kriteria pengujian adalah membandingkan nilai 𝑥 2 hitung dengan 𝑥 2 tabel pada
signifikasi 5% dengan derajat kebebasan db (n-1) yaitu :
- Jika harga 𝑥 2 hitung ≤ 𝑥 2 tabel berarti data mengikuti distribusi normal
- Jika harga 𝑥 2 hitung > 𝑥 2 tabel berarti data tidak mengikuti distribusi normal.

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data proses 1 dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
homogen atau tidaknya varian kedua sampel. Uji homogenitas dilakukan dengan uji F
(Sugiyono.2014) rumus uji F sebagai berikut :

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Di mana:
F= koefisien F tes
Kriteria :
Kriteria pengujian adalah membandingkan harga Fhitung dengan Ftabel pada taraf
signifikan 5% dengan dk pembilang dan penyebut = n1-1 yaitu:

1. Jika harga F hitung < F tabel maka data tersebut homogen.


2. Jika harga F hitung ≤ F tabel maka data tersebut tidak homogen.
3.7.3 Uji Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu Hipotesis kerja (Ha) dan Hipotesis nol (H0).
H0 = pemahaman konsep hukum kekekalan massa hasil pembelajaran langsung menggunakan
LKS latihan soal terstruktur tidak lebih baik dari pada LKS latihan soal pada siswa kelas X
MIA SMA-N 4 palangkaraya tahun ajaran 2018/2019
Ha = terdapat perbedaan pemahaman konsep konsep hukum kekekalan massa hasil
pembelajaran langsung menggunakan LKS latihan soal terstruktur tidak lebih baik dari pada
LKS latihan soal pada siswa kelas X MIA SMA-N 4 palangkaraya tahun ajaran 2018/2019.

H0 : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠µ2
Dimana :

µ1 = hasil belajar dengan pembelajaran langsung berbantuan LKS-latihan soal


terstruktur (ekperimen)

µ2 = hasil pembelajaran langsung berbantuan LKS latihan soal (kontrol)


untuk menguji hipotesis tersebut digunakan uji-t berikut :

𝑋̅𝑒 − 𝑋̅𝑘
𝑡=
√(𝑛𝑒 − 1)𝑠 𝑒 2 + (𝑛𝑘 − 1)𝑠 𝑘 2 + ( 1 + 1 )
𝑛𝑒 + 𝑛𝑘 − 2 𝑛𝑒 𝑛𝑘
Dimana :
t = signifikan koefisien
𝑋̅𝑒 = rata-rata kelas experimen
𝑋̅𝑘 = rata-rata kelas kontrol
𝑛𝑒 = jumlah sampel dari kelas ekperimen
𝑛𝑘 = jumlah sampel kelas kontrol
𝑠𝑒 = simpangan baku ekperimen
𝑠𝑘 = simpangan baku kontrol
Kriteria : pada db = (n2 + n1 -2) dan taraf signifikan 5%
1. Jika harga thitung ≤ ttabel, maka H0 di terima Ha ditolak.
2. Jika harga thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

3.7.3.1 Uji Prasyarat Analisis


a. Uji Normalitas
uji normalitas adalah untuk menguji normal tidaknya distribusi data pada sampel. Uji
normalitas ini menggunakan rumus Chi kuadrat, yaitu untuk mengetahui distribusi data yang
diperoleh dari tes masing-masing kelompok siswa tersebut. Rumus Chi kuadrat adalah :
(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ )
𝑥2 = ∑
𝑓ℎ
Keterangan :
𝑥2= nilai Chi kuadrat
𝑓𝑜 = frekuensi observasi (hasil ovservasi)
𝑓ℎ = frekuensi harapan
Kriteria pengujian adalah membandingkan nilai 𝑥 2 hitung dengan 𝑥 2 tabel pada
signifikasi 5% dengan derajat kebebasan db (n-1) yaitu :
- Jika harga 𝑥 2 hitung ≤ 𝑥 2 tabel berarti data mengikuti distribusi normal
- Jika harga 𝑥 2 hitung ≥ 𝑥 2 tabel berarti data tidak mengikuti distribusi normal.

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data proses 1 dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
homogen atau tidaknya varian kedua sampel. Uji homogenitas dilakukan dengan uji F
(Sugiyono.2014) rumus uji F sebagai berikut :

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Di mana:
F= koefisien F tes
Kriteria :
Kriteria pengujian adalah membandingkan harga Fhitung dengan Ftabel pada taraf
signifikan 5% dengan dk pembilang dan penyebut = n1-1 yaitu:

1. Jika harga F hitung ≤ F tabel maka data tersebut homogen.


2. Jika harga F hitung >F tabel maka data tersebut tidak homogen.

Lampiran 1

KURIKULUM 2013
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELJARAN

(RPP)

PREAKSI PEMBATAS

Anda mungkin juga menyukai