Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

UPTD PUSKESMAS BAITURRAHMAN


PERIODE 11 FEBRUARI – 22 FEBRUARI 2019

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Klinik


di SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Disusun oleh :
Siti Maghfirah Hafiz
1607101030126

Pembimbing:

dr. Suraiya
dr. Laura Machnum
dr. Mafizarni., M.Kes

SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


UPTD PUSKESMAS BAITURRAHMAN
PERIODE 11 FEBRUARI – 22 FEBRUARI 2019

Disusun Oleh:
Siti Maghfirah Hafiz

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian Family Medicine Fakultas Kedokteran Unsyiah
di UPTD Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh

Disahkan Oleh :
Banda Aceh, Februari 2019

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Laura Machnum dr. Mafizarni., M.Kes


NIP. 19801221 200904 2 004 NIP. 19691112 200112 2 003

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Baiturrahman

dr. Suraiya
NIP. 19681021 200212 2 001

Kepala Bagian Family Medicine

Rina Suryani Oktari, S.Kep., M.Si


NIP. 19831012 201404 2 001
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Unsyiah di UPTD Puskesmas Baiturrahman
periode 11 Februari hingga 22 Februari 2019. Shalawat dan salam kami hanturkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke
zaman islamiyah juga kepada sahabat dan keluarga beliau.
Penyusunan laporan ini berdasarkan data-data yang ada, bimbingan dan
hasil pengamatan yang dilakukan di UPTD Puskesmas Baiturrahman selama
mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Unsyiah.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Kepala UPTD
Puskesmas Baiturrahman, dr. Suraiya dan seluruh staf yang telah banyak
membimbing dan membantu kami mulai dari pelaksanaan tugas hingga
pembuatan laporan ini, juga kepada teman sejawat dokter muda yang telah turut
memberikan kontribusinya berupa ide, semangat dan dukungan moral, tidak lupa
pula kepada semua pihak yang telah membantu sehingga semua tugas dapat
dilaksanakan dengan baik.
Kami menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa tulisan ini masih
jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan dan perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Banda Aceh, Februari 2019

Penulis
LAMPIRAN I
PENYULUHAN KESEHATAN
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG
PENANGANAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI
UNIT PELAYANAN TERPADU PUSKESMAS
BAITURRAHMAN BANDA ACEH

I. PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk
terutama Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang ditemukan di daerah tropis
dan sub-tropis.(1) Sampai saat ini demam berdarah masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Seiring dengan
meningkatnya mobilitas serta kepadatan penduduk, jumlah penderita, dan luas
daerah penyebarannya yang semakin bertambah.(2)
Kasus DBD yang terjadi di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 68.407
kasus sedangkan tahun 2016 terdapat sebanyak 204.171 kasus. Hal ini
menunjukkan adanya penurunan jumlah kasus yang signifikan. Provinsi dengan
jumlah kasus DBD tertinggi di Indonesia terdapat di Pulau Jawa.(3) Berdasarkan
Profil kesehatan Provinsi Aceh, pada tahun 2014 salah satu Kabupaten atau Kota
di provinsi Aceh yang endemis DBD adalah Kota Banda Aceh. Pada tahun 2014
dilaporkan terdapat sebanyak 2.211 kasus, serta angka kesakitan sebesar 45 per
100.000 penduduk.(4)
Faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit demam berdarah dengue
antara lain faktor host, lingkungan, serta faktor virusnya sendiri. Faktor
lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang berkaitan dengan terjadinya
infeksi virus ini. Lingkungan pemukiman sangat besar peranannya dalam
penyebaran penyakit DBD ini.(5) Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya
wilayah yang terjangkit salah satunya disebabkan oleh karena kurangnya perilaku
terhadap pemberantasan nyamuk dan terdapatnya vektor hampir di seluruh
pelosok tanah air serta adanya ke empat serotipe virus yang bersirkulasi sepanjang
tahun.(6)
Demam Berdarah Dengue ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam
tinggi, perdarahan terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan
peredaran darah. Demam timbul secara mendadak disertai gejala klinis yang tidak
spesifik seperti anoreksi, lemah, nyeri punggung, tulang, sendi dan nyeri kepala.
Demam sebagai gejala utama terdapat pada semua penderita. Lama demam
sebelum dirawat antara 2-7 hari.(7)
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu bersifat simptomatis dan suportif,
dengan cara mengatasai kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan
permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Simptomatik dengan cara
memperbaiki keadaan pasien, jika demam diberikan antipiretik ditambah dengan
pemberian cairan yang banyak. Supportif dengan cara pemberian cairan baik
secara oral atau secara intravena.(8)
Keberhasilan penanganan DBD ini terletak pada bagaimana cara mendeteksi
secara dini fase kritis. Fase kritis terjadi yaitu disaat suhu tubuh turun yang
merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi. Pada pasien DBD dapat
terjadi peningkatan nilai hematokrit, jika nilai hematokrit meningkat lebih dari
20% mencerminkan perembesan plasma dan merupakan indikasi untuk pemberian
cairan. (9)
Demam Berdarah Dengue ini dapat dicegah dan dikendalikan. Saat ini, cara
yang dianggap efektif dalam pencegahan dan pemberantasan DBD adalah dengan
memberantas sarang nyamuk. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
melalui gerakan 3M Plus memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat.
Selain itu, sejak Juni 2015 Kemenkes juga sudah mengenalkan program 1 rumah
1 Jumantik (juru pemantau jentik) untuk menurunkan angka kematian dan
kesakitan akibat DBD. (10)
Program-program diatas merupakan beberapa upaya preventif untuk
mencegah DBD. DBD masih sulit diberantas karena belum ada vaksin untuk
(11)
pencegahan dan penatalaksanaannya hanya bersifat suportif. Oleh sebab itu
penulis tertarik untuk melakukan penyuluhan kesehatan terkait masalah
Penanganan pada Demam Berdarah Dengue ini.

II. NAMA KEGIATAN


Penyuluhan kesehatan tentang Penanganan pada Demam Berdarah Dengue
III. TUJUAN KEGIATAN
1. Sebagai tindakan promotif dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang upaya penanganan awal demam berdarah dengue.
2. Sebagai wahana mempererat tali silaturrahmi antara mahasiswa kedokteran
dengan masyarakat wilayah kerja UPT Puskesmas Baiturrahman.
3. Sebagai satu wadah bagi dokter muda untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah didapat selama pendidikan profesi dokter kepada masyarakat.

IV. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN


Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan pada tanggal:
Hari/Tanggal : Kamis, 14 Februari 2019
Waktu : 09.00 wib s/d selesai
Tempat : UPT Puskesmas Baiturrahman
Topik : Penyuluhan Penanganan Demam Berdarah Dengue

V. PESERTA KEGIATAN
Kegiatan diikuti oleh masyarakat yang berobat di UPT Puskesmas
Baiturrahman

VI. METODE PENYULUHAN


Adapun metode penyuluhan yang dilakukan yaitu dengan cara komunikasi
langsung kepada masyarakat dengan materi penyuluhan yang sudah dipersiapkan
sebelumnya dan memberikan kesempatan interaksi tanya jawab sesudah materi
penyuluhan selesai disampaikan. Metode kegiatan penyuluhan dibagi dalam 3
tahap, yaitu:
1. Tahap pengenalan dan penggalian pengetahuan peserta.
Setelah memberi salam dan perkenalan, pemateri terlebih dahulu
menyampaikan maksud dan tujuan diberikannya penyuluhan sebelum materi
disampaikan.
2. Penyampaian materi
Materi disampaikan dengan menggunakan alat bantu penyajian berupa
leaflet. Dan disela materi diberikan, pemateri memberikan kesempatan bertanya
jika ada materi yang tidak dimengerti oleh peserta.
3. Penutup
Setelah penyampaian materi, pemateri memberikan kesempatan peserta
untuk bertanya.

VII. MATERI PENYULUHAN


1. Definisi Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu infeksi virus yang
disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue sendiri berasal dari Arbovirus yang
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride. Infeksi virus
dengue ini memiliki manifestasi klinis yang ditandai dengan demam bersifat
bifasik. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari disertai gejala perdarahan
dengan atau tanpa syok, disertai pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan
trombositopenia (trombosit <100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih
dari nilai normal.(12)
2. Etiologi Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, virus ini termasuk
kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi dari salah satu serotipe mengakibatkan
terbentuknya antibodi terhadap virus yang bersangkutan, sedangkan untuk
serotipe lain antibodi yang terbentuk sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di
daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe yang berbeda
selama hidupnya. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.(13)
3. Tanda dan Gejala Demam Berdarah Dengue
Demam akut 2-7 hari bersifat bifasik dengan tanda-tanda non-spesifik dan
gejala seperti nyeri kepala, malaise, mual-muntah, terkadang muncul ruam, nyeri
retro-orbital, mialgia dan arthralgia. Manifestasi perdarahan yang umum terjadi
pada DBD adalah petekie dan perdarahan lainnya seperti epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis, melena, hipermenorea, hemoglobinuria yang membantu
mengidentifikasi sejak dini pasien-pasien yang dicurigai menderita demam
berdarah(7).
Menurut World Health Organization 2011, pasien diduga demam berdarah
dengue jika demam tinggi disertai dua tanda atau gejala berikut(12):
• Sakit kepala
• Nyeri retro-orbital
• Mialgia
• Arthralgia / nyeri tulang
• Ruam
• Manifestasi pendarahan: petekie, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis,
melena, atau uji tourniquet positif.
• Leukopenia (≤ 5.000 sel/mm3)
• Jumlah trombosit ≤ 150.000 sel/mm3
• Hematokrit meningkat 5-10%.
4. Diagnosis Demam Berdarah Dengue
a. Anamnesis
Demam berdarah dengue ditandai dengan demam tinggi, fenomena
perdarahan, hepatomegali, dan sering pula terjadi gangguan sirkulasi serta syok.
Trombositopenia sedang hingga berat bersamaan dengan hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit merupakan temuan laboratorium yang sering dan khas.
Perubahan patofisiologi utama yang menentukan keparahan DBD dan
membedakannya dari demam dengue dan demam akibat virus lainnya adalah
adanya gangguan hemoestasis dan kebocoran plasma(11,7).
Perjalanan klinis DBD diawali dengan kenaikan suhu yang mendadak
disertai kemerahan pada wajah serta gejala lain yang khas pada demam dengue,
seperti anoreksia, muntah, sakit kepala, nyeri otot dan nyeri sendi. Beberapa
pasien DBD mengeluh sakit tenggorokan yang sejalan dengan ditemukannya
injeksi pada faring saat pemeriksaan. Rasa tidak nyaman di epigastrium, nyeri
pada area sub-kosta kanan, nyeri pada seluruh area abdomen. Suhu biasanya
tinggi dan berlanjut selama 2-7 hari sebelum kembali ke suhu normal atau di
bawah normal. Kadang-kadang suhu bisa mencapai 40°C dan kejang demam
dapat pula terjadi. Pola demam bifasik dapat diamati(11,12,7).
Gambar 2.1 Fase Demam Dengue dan Potensi Komplikasi(15).
Pada kasus DBD sedang hingga berat, kondisi pasien akan semakin
memburuk beberapa hari setelah munculnnya demam. Ada beberapa warning sign
seperti muntah persisten, nyeri abdomen, anoreksia, letargi atau gelisah atau
mudah marah, hipotensi postural dan oliguria. Saat mendekati akhir dari fase
demam, begitu demam hilang, beberapa saat setelah suhu tubuh turun, atau
biasanya antara hari ketiga hingga ketujuh setelah onset demam akan muncul
tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Kulit menjadi dingin, sianosis kulit sekitar mulut,
nadi cepat dan lemah, perubahan kesadaran dimana pasien terlihat letargi dan
gelisah, hal ini dapat berpindah secara cepat kepada kondisi syok. Nyeri abdomen
akut adalah keluhan yang paling sering sesaat sebelum pasien syok(11).
b. Pemeriksaan Fisik
Uji tourniquet positif (≥10 petekie per inci persegi), merupakan fenomena
perdarahan yang paling sering dan dapat dijumpai pada awal fase demam. Mudah
memar dan pendarahan di titik pungsi vena sering dijumpai pada banyak kasus.
Petekie halus tersebar di ekstremitas, aksila, wajah serta palatum lunak dapat
dilihat selama fase awal demam. Ruam petekie konfluen ukuran kecil, bulat dapat
terlihat di area kulit yang normal pada fase pemulihan. Epistaksis dan perdarahan
gusi tidak begitu sering dijumpai. Perdarahan gastrointestinal ringan kadang-
kadang dapat dijumpai, namun, hal ini bisa menjadi semakin berat jika pasien
sebelumnya menderita ulkus peptikum. Hematuria jarang terjadi(11,12,7).
Fase kritis DBD, yaitu periode kebocoran plasma, dimulai saat transisi dari
fase febris ke fase afebris. Bukti kebocoran plasma, efusi pleura dan ascites dapat
ditemui, namun sering tidak terdeteksi dengan pemeriksaan fisik terutama pada
fase awal kebocoran plasma atau jika kasusnya ringan. Kebocoran plasma akan
semakin terdeteksi sejalan dengan progresivitas penyakit atau setelah terapi
cairan. Bahaya yang paling signifikan dari kebocoran plasma adalah syok
hipovolemik.(11)
Ciri dari syok adalah jarak tekanan darah yang sempit yakni <20 mmHg
dengan peningkatan TD diastolik misalnya 100/90mmHg, atau hipotensi. Tanda-
tanda berkurangnya perfusi jaringan : waktu pengisian kapiler yang memanjang
(> 3 detik), kulit dingin dan basah serta gelisah. Pasien syok memiliki resiko dekat
dengan kematian jika tidak ada penanganan yang cepat dan tepat. Selanjutnya
pasien bisa jatuh pada kondisi syok yang sebenarnya dimana tekanan darah dan
atau pols tidak dapat diperiksa (DBD derajat IV). Yang paling penting diketahui
adalah pasien DBD dapat tetap sadar hingga di ujung mendekati derajat akhir
(derajat IV)(11).
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif
disertai gambaran limfosit plasma biru(7).
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih
rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap
dengue berupa antibodi total, lgM maupun lgG.-lebih banyak.(7)
Parameter Laboratorium yang dapat diperiksa antara lain(7):
1. Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45 % dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma
biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat. Pada kasus DHF ditemukan jumlah bervariasi mulai dari
lekositosis ringan sampai lekopenia ringan.
2. Pemeriksaan Limfosit Plasma Biru (LPB)
Pada pemeriksaan darah hapus ditemukan limfosit atipik atau limfosit plasma
biru 4 % dengan berbagai macam bentuk : monositoid, plasmositoid dan
blastoid.
3. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali pada saat pasien
didiagnosa sebagai pasien DHF, Pemeriksaan trombosit perlu di lakukan
pengulangan sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut normal atau
menurun. Penurunan jumlah trombosit < 100.000 /µl atau kurang dari 1-2
trombosit/ lapang pandang dengan rata-rata pemeriksaan 10 lapang pandang
pada pemeriksaan hapusan darah tepi.
4. Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3
demam. Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan terjadinya
hemokonsentrasi, yang merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
Nilai peningkatan ini lebih dari 20%. Pemeriksaan kadar hematokrit dapat
dilakukan dengan metode makro dan mikro.
5. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan
darah.
6. Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
7. SGOT/SGPT dapat meningkat.
8. Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
9. Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
10. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi): bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah.
11. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan lgM dan lgG terhadap dengue.
IgM: terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang
setelah 60-90 hari. lgG: pada infeksi primer, lgG mulai terdeteksi pada hari ke-
14, pada infeksi sekunder lgG mulai terdeteksi hari ke-2.
12. Uji HI: dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.
13. NS 1 : antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai hari
ke delapan. Sensitivitas antigen NS1 berkisar 63% - 93,4% dengan spesifisitas
100% sama tingginya dengan spesifisitas gold standard kultur virus. Hasil
negatif antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue.
d. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan
tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada
kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi
pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG(11,7).
5. Penanganan Awal Demam Berdarah Dengue
Pada pasien DBD dapat terjadi peningkatan nilai hematokrit, jika nilai
hematokrit meningkat lebih dari 20% mencerminkan perembesan plasma dan
merupakan indikasi untuk pemberian cairan. Tujuan pemberian cairan oral adalah
untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena
tidak mau minum, muntah, atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan
intravena rumatan perlu diberikan(7).
Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung dari umur
dan berat badan serta derajat kehilangan plasma. Jumlah cairan rumatan
diperhitungkan 24 jam(7).
Tabel 2.1 Kebutuhan Cairan Rumatan
Berat Badan (kg) Jumlah Cairan (ml)
10 100 per kg BB
10-20 1000 + 50 x kg (diatas 10 kg)
>20 1500 + 20 x kg (diatas 20 kg)
Jenis cairan yang direkomendasikan pada pasien DBD sebagai cairan
rumatan adalah(7):
a. Kristaloid
1. Larutan ringer laktat (RL) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer
laktat (D5/RL).
2. Larutan asetat (RA) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat
(D5/RA).
3. Larutan NaCl 0,9% (faali/GF) atau dekstrosa 5% dalam larutan
garam faali (D5/GF)
6. Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi virus
dengue ini, diantaranya yaitu(5):
1. Host, yaitu kondisi imunitas tubuh pasien, pencegahan dengan menggunakan
baju lengan panjang ataupun menggunakan obat anti nyamuk, dan dapat
menjaga nutrisi pasien dengan baik.
2. Vektor, dengan menggunakan obat pembasmi nyamuk, menghilangkan tempat
perkembangbiakan vektor, menggunakan obat abate untuk mencegah
perkembangbiakan telur vektor pada air, serta menyadari bahwa vektor dapat
bertransportasi dari satu tempat ke tempat lain dengan kemampuan terbang
kurang lebih 100 meter.
3. Lingkungan, dengan cara 3 M yaitu (menutup, mengubur dan menguras),
menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan di dalam rumah, kurangi
menggantung baju serta membersihkan sampah secara rutin yang dapat
membuat genangan air yang bertahan lama.

VIII. TANYA JAWAB DENGAN PESERTA

1. Apa itu trombosit?


Trombosit adalah sel darah yang penting dalam pembekuan darah normal.
Apabila trombosit seseorang rendah maka faktor risiko terjadinya perdarahan
semakin meningkat.
2. Apa saja gejala pada fase kritis yang harus diketahui?
Suhu tubuh menurun, terjadi perdarahan aktif (mimisan, gusi berdarah, muntah
darah, BAB berdarah atau perdarahan dari saluran cerna lainnya). Bisa sampai
perubahan tingkat kesadaran dan terjadi

IX. PENUTUP

Target penyuluhan kesehatan ini adalah masyarakat yang berobat ke UPT


Puskesmas Baiturrahman. Adapun tujuan dari penyuluhan kesehatan ini yaitu
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penanganan pada demam
berdarah dengue dan menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya
serta tatacara pencegahan. Penyuluhan ini juga bertujuan untuk menurunkan
angka kejadian dan angka kematian demam berdarah dengue.

X. DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. 2015. Dengue and Dengue Haemorrhagic


Fever. Fact Sheets World Health Organization. 2015

2. Pusat Data dan Infromasi Kementerian Kesehatan RI, 2016. Situasi DBD
di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2016.

3. Pusat Data dan Infromasi Kementerian Kesehatan RI, 2018. Situasi


Penyakit Demam Berdsarah Dengue di Indonesia Tahun 2017. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. 2018.

4. Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2016. Profil Kesehatan Provinsi Aceh


Tahun 2015. Banda Aceh: Dinkes Provinsi Aceh. 2016

5. Maria I, Ishak H, Selomo M. Faktor Risiko Kejadiam Demam Berdarah


Dengue (DBD) di Kota Makassar Tahun 2013. Artikel Kesehatan
Lingkungan Universitas, UNHAS, Makassar. 2013

6. Lim H, Lindarto D, Zein U. Prinsip Farmakologi-Endokrin-Infeksi;


Pengobatan Berbasis Patobiologi. Edisi pertama. PT.Sofmedia. 2014.
p175-2018.

7. Setiawati S, Alwi I, Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi keenam. Jakarta: Interna Publishing. 2014.

8. Karyanti MR, Diagnosis dan Tatalaksana Terkini DBD. Divisi Infeksi


dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Cipto
Mangunkusumo, FKUI. 2011

9. Khie Chen., Herdiman, T., Pohan., Robert. Diagnosis dan terapi cairan
pada demam berdarah dengue. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. RS Dr. Cipto Mangunkusumo. 2009;22(1): 5 – 6

10. Yulidar, Status Angka Bebas Jentik Kota Banda Aceh Sebagai Daerah
Endemis Demam Berdarah Dengue Tahun 2014. Jurnal Biotik, Vol. 5, No.
1, 2017(4). p.78-82.
11. World Health Organization. Dengue; Guidelines for diagnosis, treatment,
prevention and control. New Edition. 2009.

12. World Health Organization. Comprehensive Guidelines for Prevention and


Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever: Revised and
expanded edition. Regional Office for South East Asia. SEARO Technical
Publication Series No.60. India. 2011.

13. Kalayanarooh S. Clinical Manifestations and Management of


Dengue/DHF/DSS. Tropical Medicine and Health Supplement. 2011;39(4)
p.83-87

XI. DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN


Disahkan Oleh :
Banda Aceh, Februari 2019

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Laura Machnum dr. Mafizarni., M.Kes


NIP. 19801221 200904 2 004 NIP. 19691112 200112 2 003

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Baiturrahman

dr. Suraiya
NIP. 19681021 200212 2 001
Leaflet Penyuluhan Demam Berdarah Dengue

Anda mungkin juga menyukai