Disusun oleh :
Siti Maghfirah Hafiz
1607101030126
Pembimbing:
dr. Suraiya
dr. Laura Machnum
dr. Mafizarni., M.Kes
Disusun Oleh:
Siti Maghfirah Hafiz
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian Family Medicine Fakultas Kedokteran Unsyiah
di UPTD Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh
Disahkan Oleh :
Banda Aceh, Februari 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Baiturrahman
dr. Suraiya
NIP. 19681021 200212 2 001
Penulis
LAMPIRAN I
PENYULUHAN KESEHATAN
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG
PENANGANAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI
UNIT PELAYANAN TERPADU PUSKESMAS
BAITURRAHMAN BANDA ACEH
I. PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk
terutama Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang ditemukan di daerah tropis
dan sub-tropis.(1) Sampai saat ini demam berdarah masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Seiring dengan
meningkatnya mobilitas serta kepadatan penduduk, jumlah penderita, dan luas
daerah penyebarannya yang semakin bertambah.(2)
Kasus DBD yang terjadi di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 68.407
kasus sedangkan tahun 2016 terdapat sebanyak 204.171 kasus. Hal ini
menunjukkan adanya penurunan jumlah kasus yang signifikan. Provinsi dengan
jumlah kasus DBD tertinggi di Indonesia terdapat di Pulau Jawa.(3) Berdasarkan
Profil kesehatan Provinsi Aceh, pada tahun 2014 salah satu Kabupaten atau Kota
di provinsi Aceh yang endemis DBD adalah Kota Banda Aceh. Pada tahun 2014
dilaporkan terdapat sebanyak 2.211 kasus, serta angka kesakitan sebesar 45 per
100.000 penduduk.(4)
Faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit demam berdarah dengue
antara lain faktor host, lingkungan, serta faktor virusnya sendiri. Faktor
lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang berkaitan dengan terjadinya
infeksi virus ini. Lingkungan pemukiman sangat besar peranannya dalam
penyebaran penyakit DBD ini.(5) Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya
wilayah yang terjangkit salah satunya disebabkan oleh karena kurangnya perilaku
terhadap pemberantasan nyamuk dan terdapatnya vektor hampir di seluruh
pelosok tanah air serta adanya ke empat serotipe virus yang bersirkulasi sepanjang
tahun.(6)
Demam Berdarah Dengue ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam
tinggi, perdarahan terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan
peredaran darah. Demam timbul secara mendadak disertai gejala klinis yang tidak
spesifik seperti anoreksi, lemah, nyeri punggung, tulang, sendi dan nyeri kepala.
Demam sebagai gejala utama terdapat pada semua penderita. Lama demam
sebelum dirawat antara 2-7 hari.(7)
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu bersifat simptomatis dan suportif,
dengan cara mengatasai kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan
permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Simptomatik dengan cara
memperbaiki keadaan pasien, jika demam diberikan antipiretik ditambah dengan
pemberian cairan yang banyak. Supportif dengan cara pemberian cairan baik
secara oral atau secara intravena.(8)
Keberhasilan penanganan DBD ini terletak pada bagaimana cara mendeteksi
secara dini fase kritis. Fase kritis terjadi yaitu disaat suhu tubuh turun yang
merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi. Pada pasien DBD dapat
terjadi peningkatan nilai hematokrit, jika nilai hematokrit meningkat lebih dari
20% mencerminkan perembesan plasma dan merupakan indikasi untuk pemberian
cairan. (9)
Demam Berdarah Dengue ini dapat dicegah dan dikendalikan. Saat ini, cara
yang dianggap efektif dalam pencegahan dan pemberantasan DBD adalah dengan
memberantas sarang nyamuk. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
melalui gerakan 3M Plus memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat.
Selain itu, sejak Juni 2015 Kemenkes juga sudah mengenalkan program 1 rumah
1 Jumantik (juru pemantau jentik) untuk menurunkan angka kematian dan
kesakitan akibat DBD. (10)
Program-program diatas merupakan beberapa upaya preventif untuk
mencegah DBD. DBD masih sulit diberantas karena belum ada vaksin untuk
(11)
pencegahan dan penatalaksanaannya hanya bersifat suportif. Oleh sebab itu
penulis tertarik untuk melakukan penyuluhan kesehatan terkait masalah
Penanganan pada Demam Berdarah Dengue ini.
V. PESERTA KEGIATAN
Kegiatan diikuti oleh masyarakat yang berobat di UPT Puskesmas
Baiturrahman
IX. PENUTUP
X. DAFTAR PUSTAKA
2. Pusat Data dan Infromasi Kementerian Kesehatan RI, 2016. Situasi DBD
di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2016.
7. Setiawati S, Alwi I, Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi keenam. Jakarta: Interna Publishing. 2014.
9. Khie Chen., Herdiman, T., Pohan., Robert. Diagnosis dan terapi cairan
pada demam berdarah dengue. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. RS Dr. Cipto Mangunkusumo. 2009;22(1): 5 – 6
10. Yulidar, Status Angka Bebas Jentik Kota Banda Aceh Sebagai Daerah
Endemis Demam Berdarah Dengue Tahun 2014. Jurnal Biotik, Vol. 5, No.
1, 2017(4). p.78-82.
11. World Health Organization. Dengue; Guidelines for diagnosis, treatment,
prevention and control. New Edition. 2009.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Baiturrahman
dr. Suraiya
NIP. 19681021 200212 2 001
Leaflet Penyuluhan Demam Berdarah Dengue