Anda di halaman 1dari 4

Belum Sepenuhnya Hilang

Namaku Ganesha Jasmine Maurelli, aku kelas dua Sekolah Menengah Atas dan sebentar lagi akan
naik ke kelas 3 Sekolah Menegah Atas. Rasanya waktu begitu cepat, tiga tahun yang lalu aku pernah
punya teman special, hmm memang sejak Sekolah Menengah Pertama kelas 2 aku sudah mulai
mengenal cinta.Aku juga heran kenapa diusiaku yang belum cukup dewasa sudah merasakan cinta,
namun itu kenyataanya. Dan kini sebuah kisah singkat tiga tahun yang lalu itu sulit untuk dilupakan.

Hari itu matahari terbit dengan begitu indahnya dan hari itu adalah hari pertama aku masuk ke kelas
dua Sekolah Menengah Pertama, aku memang seorang murid yang cukup heboh dan perkenalan
pun dimulai. Satu persatu siswa memperkenalkan diri di depan kelas yang belum disapu. Satu
minggu berlalu, dan sekarang giliran tempat duduk yang diubah dari model bus menjadi
kelompok.Satu kelompok terdiri dari empat anak, saat itu aku bersama Putri,Hila,dan Siska yang
sama-sama heboh.Tidak terasa ternyata aku sudah satu bulan berada dikelas tersebut. Hingga
akhirnya, Siska memberitahuku bahwa Radit diam-diam menyukaiku.

“Nes, kamu tahu tidak kalau Radit diam-diam menyimpan rasa padamu?”.

Rasanya aku sungguh tidak percaya karena saat itu aku belum memikirkan untuk mencintai
seseorang.

Radit adalah saingan terberatku di kelas, karena dia begitu pintar. Segala jenis mata pelajaran dia
bisa. Aku sempat berpikir, apakah ini cara Radit mengalahkanku?. Aku tidak memperdulikan ucapan
Siska.Karena Radit tidak boleh menjadi bintang kelas Tapi setiap hari Siska terus meyakinkan ku
tentang hal itu, dan aku pun semakin tidak peduli. Tapi, karena setiap hari Siska begitu dan
membuatku penasaran. Akhirnya aku memberanikan diri bertanya kepada Siska soal hal ini.

“Hmm Sis, aku mau Tanya”.

“Apa soal apa, soal Radit yaa” Jawab SIska sambil menggodaku.

“iya, apa benar Radit menyukaiku?”

“ iya, kamu suka juga yaa?” kata siska yang semakin lama semakin membuatku malas untuk ngobrol
dengannya.

Dua bulan berlalu, hingga akhirnya aku benar-benar berkenalan dengan Radit. Entah dari mana dia
dapat nomor ponselku dan aku cukup kaget mendapat sms pertama darinya.

“Hai Nes”

Mulai dari sms itu aku menjadi dekat dengannya dan seakan-akan kata saingan berat itu hilang
seketika. Aku pun semakin dekat dengan Radit tapi, Siska belum tahu karena aku melarang Radit
untuk memberitahu Siska soal kedekatannya dengan aku.
Hari itu sekitar pukul 06.10 aku sudah siap untuk berangkat ke sekolah, entah kenapa hari itu aku
begitu bersemangat. Mungkin karena kehadiran Radit. Dan sesuai dengan dukaanku dia pun sudah
sampai duluan. Tapi diantara kami tidak ada yang bertegur sapa dan seolah-olah tidak kenal.

Satu bulan berlalu tepatnya tanggal 12 Agustus Radit menyatakan cinta padaku.

“Nes, Kamu mau nggak jadi pacar aku?”.

Namun aku bingung harus menjawab apa karena aku belum siap. Tapi akhirnya setelah beberap hari
aku bisa menjawabnya. Dan aku menerimanya. Siska tahu setelah satu minggu aku jadian dengan
Radit.

Hari-hari ku seperti pelangi setiap hari Radit selalu mengucapkan kalimat-kalimat yang menurutku
alay dan kadang membuatku malas untuk membalas pesan singkatnya tapi dia tetap setia dengan
sikapku yang begitu acuh tak acuh padanya. Satu bulan berlalu, aku merasa nyaman dan seperti
matahari,bulan,bintang bersinar secara bersamaan. Kebayangkan gimana terangnya hidup aku saat
itu.

Tidak terasa, tenyata sudah satu setengah tahun aku bersama Radit. Hingga akhirnya aku mulai
bosan dan memutuskan untuk mengakhiri semuanya.

“Radit, rasanya kita sudahi saja, kita berteman biasa saja”.

“Kenapa Nes?” jawab Radit.

Aku tidak tahu harus menjawab apalagi intinya hari itu aku sungguh ingin mengakhiri semuanya. Dan
akhirnya semuanya benar-benar berakhir sesuai dengan keinginanku. Saat itu aku sungguh tidak
memperdulikan bagaimana perasaan Radit.Mungkin menurutku ini yang terbaik.

Dan setelah beberapa bulan, aku merasa ada yang hilang. Malam mingguku selalu kelabu, entah
kenapa aku selalu menunggu sms dari Radit. Diperparah karena kelas tiga Sekolah Menengah
Pertama aku satu kelas dengannya lagi.

Aku pun berpikir kenapa aku bisa mengatakan hal itu pada Radit tanpa memikirkan perasaaan Radit.
Rasanya aku rindu semuanya tentang Radit. Tapi aku sadar sekarang aku dan dirinya sudah tidak
saling mengenal. Hingga pada akhirnya hari yang kutungggu telah tiba. Hari kelulusan. Aku sangat
bersyukur karena bisa lepas dari Radit.

Dan aku pun melanjutkan sekolah ku di Sekolah Menengah Atas. Aku berharap dengan aku memilih
sekolah yang jauh aku bisa melupakan Radit dan aku rasa hal itu berhasil. Saat itu aku sungguh
bahagia menjalani hari-hari dengan teman-teman baruku.

Tapi tiba-tiba, ada pesan masuk dari nomor tak dikenal.

“Nes”.

Aku tidak membalasnya karena kupikir hanya orang jail saja. Tapi nomor itu terus mengrimkan pesan
singkat padaku.

“Nes”.
“Nes, apa kabar?”.

“Nes balas”

“Nes ini aku Radit”.

Aku kaget bukan main, dari mana dia mendapatkan nomor baruku ini, saat itu aku berpikir, Oh
Tuhan scenario apa yang telah kau siapkan. Akhirnya aku memutuskan untuk membalas pesan
singkat dari Radit.

“Apa” jawabku begitu singkat.

Setelah beberapa bulan Radit menyatakan kembali perasaanya padaku.Namun aku mendapat kabar
bahwa dirinya sedang dekat dengan kakak kelas di sekolahnya yang sekarang.

Seperti Sinetron yang episodenya panjang, Cerita cintaku ini sungguh membingungkan dan usaha ku
untuk melupakan Radit sia-sia karena dia kembali hadir dikehidupanku. Satu minggu aku
mengabaikan Radit dan seperti biasa dia mengirimkan banyak pesan singkat.

“Nes”.

“Nes”.

“NESSSSSS”.

“Ganesha”.

“Bales dong”.

“NES”.

“Gimana?”.

“Kamu menerima ku?”.

Sungguh gila. Rasanya aku ingin pindah ke planet Mars saja agar bisa menghindar darinya. Karena
aku begitu dilema.

Aku memutuskan untuk menjawab pesan singkat dari Radit

“Beri aku waktu”.

“Oke aku akan tunggu jawaban darimu Nes” jawab Radit.

Setelah satu minggu, aku mendapatkan berita bahwa Radit telah jadian dengan kakak kelas di
sekolahnya. Hmm sungguh gila , tidak menyangka dia sejahat itu padaku.

Coba kalian bayangkan, bagaimana perasaanku saat itu.Hari itu seperti matahari tak terbit, bulan tak
muncul dan bintang tak menghiasi langit. Aku pikir dia akan mengembalikan pelangi yang hilang
ternyata malah menenggelamkannya jauh lebih dalam.
Lima bulan berlalu, aku menganggap bahwa Radit hanyalah teman biasa dan perasaanku jauh lebih
nyaman, walaupun setiap hari aku melihat foto dia bersama pacar barunya di social media . Tapi aku
sudah tidak mempunyai rasa cemburu sama sekali. Karena yang terpenting saat ini bukan soal cinta
tapi soal bagaimana cita-cita menjadi orang sukses dapat terwujud. Nantinya kalau dia benar-benar
jodohku pasti Tuhan akan mempertemukan lagi.

Kini aku sudah bangkit dan kembali berusaha membuat warna dalam hidupku. Tapi jujur kisah klasik
dengan Radit belum sepenuhnya hilang dalam benakku.

-SEKIAN-

Anda mungkin juga menyukai