Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN ANAK


Intoksikasi Kerosen

Pembimbing:
dr. Lie Affendi, Sp.A

Oleh:
Rana Rick
406171002

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RUMAH SAKIT SUMBER WARAS
PERIODE 13 AGUSTUS 2018 – 21 OKTOBER 2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Rana Rick Winotho G


NIM : 406171002
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tarumanagara
Tingkat : Program Studi Profesi Dokter (PSPD)
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Periode : 13 Agustus 2018 – 21 Oktober 2018
Pembimbing : dr. Lie Affendi, Sp.A
Diajukan :

Telah diperiksa dan disahkan tanggal ………………………………………….

Mengetahui,
Kepala SMF Ilmu Kesehatan Anak Pembimbing
RS Sumber Waras

dr. Hendy Halim, M.Sc, Sp.A dr. Lie Affendi, Sp.A


2
BAB I

PENDAHULUAN

Intoksikasi atau keracunan merupakan keadaan darurat pada anak-anak.

Intoksikasi minyak tanah merupakan bentuk keracunan zat rumah tangga akibat

tertelan yang menyumbangkan kasus sebanyak 40,7% dan pada penelitian lain

dilaporkan angka kejadiannya sebanyak 33,7%. 1

Keracunan minyak tanah atau dikenal juga pada beberapa Negara sebagai

keracunan kerosin atau parafin merupakan penyebab kematian eksternal yang

berbeda dari cedera yang tidak disengaja pada anak-anak yang berusia antara 1

sampai 14 tahun pada Tahun 2000 hingga 2001. Keracunan minyak tanah

menempati peringkat keempat setelah kecelakaan lalu lintas, kebakaran dan

tenggelam. Konsumsi parafin terutama mempengaruhi anak-anak di bawah usia 5

tahun, dengan puncak insiden antara usia 1 hingga 3 tahun. Berdasarkan jenis

kelamin, kejadian menelan parafin telah terbukti lebih besar antara laki-laki

daripada perempuan, dengan rasio dilaporkan 1,3:1. 2

Paparan produk seperti minyak tanah lebih sering terjadi pada negara-negara

berkembang di mana rendahnya status ekonomi dan frekuensi penggunaan minyak

untuk memasak pada daerah pedesaan merupakan penyebab utama sehingga

mudah diakses anak-anak. Kejadian tertelan kerosin merupakan kasus yang

berkembang di dunia. Minyak tanah diabsorbsi buruk pada saluran cerna namun

dapat teraspirasi masuk ke saluran pernapasan pada anak yang muntah sehingga

pada keracunan minyak tanah keluhan awal yang terjadi yaitu keluhan respirasi.

Menelan > 1 ml kerosene oil berhubungan dengan komplikasi pulmonal. 3, 4


3
LAPORAN KASUS

I. Identitas pasien

Nama : An AP

Jenis Kelamin :L

TTL : 12 Desember 2015

Usia : 3 tahun 2 bulan

Pendidikan :-

Alamat : Jl. Tomang Tanggul RT01/RW02

Tanggal dan Jam Pemeriksaan : Kamis, 30 Agustus 2018

Suku Bangsa : Jawa

Tanggal Masuk RS : Kamis, 30 Agustus 2018

No. RM : 642504

II. Riwayat Penyakit Sekarang

 Dilakukan Alloanamnesis terhadap orangtua pasien pada tanggal 30

Agustus 2018 jam 09.00 WIB

 Keluhan Utama: Muntah muntah setelah minum minyak tanah

 Riwayat Penyakit Sekarang:

 Pasien datang ke IGD RSUD Sumber Waras diantar oleh orang tuanya
dengan keluhan muntah-muntah setelah meminum minyak tanah + 3
jam SMRS . Pasien mengatakan meminum racun rumput sebanyak satu
botol kecil dicampur air, atas penyebab yang tidak diketahui. Pasien
mengeluh nyeri ulu hati dan terasa panas (+), mual (+) muntah sudah
tidak terhitung, sakit tenggorokan (+), sesak (-), dan lemas (+) . Pasien
mengaku sempat tidak sadar , dan sudah meminum susu beruang
sebanyak 6 kaleng sebelum datang ke rumah sakit. Muntah darah (-).
BAK dan BAB tidak ada kelainan.
4
Pasien batuk sejak hari jumat (7 hari sebelum masuk rumah sakit).

Pasien tidak mengeluarkan dahak, tetapi menurut ibu pasien terdengar

suara “grok-grok” saat pasien bernafas. Tidak ada hal yang

memperingan batuk pasien dan tidak ada hal yang memperburuk batuk

pasien. Sebelumnya pasien belum minum obat untuk meredakan

batuknya. Pasien juga terlihat sesak nafas. Ibu pasien tidak mendengar

adanya suara “ngik-ngik” pada pasien. Sesak pada pasien tidak

dipengaruhi oleh posisi tubuh pasien. Tidak ada yang memperingan

keluhan sesak pasien dan tidak ada yang memperberat keluhan sesak

pasien. Keluhan seperti mual dan muntah disangkal oleh ibu pasien.

III. Riwayat penyakit dahulu

Saat pasien berusia 8 bulan, pasien sempat mengeluhkan panas tinggi,

kemudian terdiagnosa infeksi paru dan gizi buruk saat di RS. P, tetapi setelah

berobat ke RS.Kemudian pada bulan Maret, pasien berobat ke poliklinik anak

di RS. SW karena pasien masih demam dan terdiagnosis infeksi paru.

IV. Riwayat Penyakit keluarga

Tidak ada riwayat alergi obat dan alergi makanan

Tidak ada riwayat keluhan serupa dengan pasien

V. Riwayat Perinatal

 Merupakan anak ke 1 dari 1 bersaudara.

 Lahir cukup bulan (39 minggu), persalinan normal di rumah bidan

 Selama kehamilan rajin kontrol kehamilan sesuai jadwal.

 Tidak ada penyulit kehamilan maupun persalinan

5
 Keadaan saat lahir: Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan, langsung

menangis, aktif bergerak. pasien sempat kuning pada hari ke 2 setelah

lahir, tetapi setelah dijemur matahari pagi kuning hilang dengan

sendirinya.

VI. Riwayat Imunisasi

 Usia 0 bulan: Hepatitis B 0

 Usia 1 bulan: BCG, Polio 1

 Usia 2 bulan: DPT/HiB/Hep-B 1, Polio 2

 Usia 3 bulan: DPT/HiB/Hep-B 2, polio 3

 Usia 4 bulan: DPT/HiB/Hep-B 3, polio 4

 Usia 9 bulan: Campak

Kesan: imunisasi dasar lengkap belum dilakukan booster

VII. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

 Riwayat pertumbuhan:

o BBL: 3400 gr, PBL: 35 cm

o BB sekarang: 10 kg, PB sekarang: 80 cm

 Riwayat Perkembangan:

o Tengkurap usia 4 bulan


o Gigi tumbuh pada usia 6 bulan
o Duduk usia 8 bulan
o Berdiri 10 bulan
o Tanner stage I
o KPSP 36 bulan: jawaban Ya 9
Kesan: Pertumbuhan anak dan perkembangan sesuai dengan usia

6
VIII. Riwayat Asupan Nutrisi

o ASI ekslusif selama 6 bulan

o Susu formula selama 10 bulan, mulai dari usia 8 bulan sampai sekarang

o MP-ASI mulai sejak usia 6 bulan

o Makanan padat mulai sejak usia 9 bulan.

o Kebutuhan kalori: 1428 kkal/24 jam

o Kebutuhan protein: 17 gr/24 jam

o Kebutuhan cairan:1000 cc/ 24 jam

o Food recall 1x24 jam pasien:

Waktu Jenis Makanan Kalori (kkal)

Pagi Nasi + ayam suwir + kangkung 372 kkal

Siang Nasi tim ayam (1 porsi) 300 kkal

Malam Nasi + ayam suwir + bayam 480 kkal

Total 1152 kkal

Kesan: secara kuantitas tidak mencukupi kebutuhan energi

IX. Pemeriksaa Fisik

Dilakukan pemeriksaan fisik pada hari Minggu, 30 Agustus 2018, jam 18.00

Pemeriksaan Umum

 Kesadaran (GCS) : E4 V5 M6 – Compos Mentis


 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Skala nyeri :4
 Nadi : 110 x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat
 Suhu : 38.2 ⁰C

7
 Pernapasan : 23x/menit, reguler
 SpO2 : 99%
 TD : 90/60 mmHg
 Antropometri :
o BB = 10 kg BBI: 14 kg
o TB = 82 cm
 WHO antropometri :
o BB/U : <(-2) - (-3) SD (Gizi kurang)
o TB/U : < (-3) SD (Sangat pendek)
o BB/TB : 0 - (-1) SD
o Water Low : 71%
Kesan : gizi kurang

Pemeriksaan Sistem
Kepala: Normocephali, tidak teraba massa, rambut berwarna hitam, rambut
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan
Mata: bentuk simetris, pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), edema (-/-), injeksi
konjungtiva (-/-)
Hidung: deviasi (-), sekret (-/-), napas cuping hidung (-/-)
Telinga: dalam batas normal, sekret (-/-)
Mulut: sianosis (-), mukosa oral merah muda, faring hiperemis (-), tonsil
T1/T1, hiperemis (-), erosi mukosa oral (-)
Leher: trakea di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Thorax:
Paru-paru
 Inspeksi : Terlihat simetris dalam keadaan statis maupun dinamis
 Palpasi : Tidak teraba massa, krepitasi (-), nyeri (-).
 Perkusi : Sonor (+)
 Auskultasi : Bronkovesikuler di seluruh lapang paru, Rh (+/+), wh (-/-)

8
Jantung
 Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak
 Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di ICS IV MCLS.
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
 Inspeksi : tampak datar, simetris, striae (-), sikatriks (-),
massa (-), pelebaran vena (-), jejas (-).
 Auskultasi : bising usus (+), bruit (-)
 Perkusi : timpani pada seluruh abdomen
 Palpasi : supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-), massa (-),
hepar- lien dalam batas normal.
Ekstremitas dan tulang belakang : akral hangat, edema (-), CRT <2s,
kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-).
Kulit: dalam batas normal, turgor kulit kembali dengan cepat, sianosis (-),
petekie (-), jaundice (-)
Anus dan genitalia : anus normal, tidak ada kemerahan, genitalia tidak ada
tanda-tanda radang
KGB: tidak teraba pembesaran KGB
Pemeriksaan Neurologis
 Refleks fisiologis: biceps +/+, triceps +/+, patella +/+, achiles +/+
 Refleks patologis: babinski -/-, chaddock -/-, schaeffer -/-, Gordon -/-
 Meningeal sign: kaku kuduk -, Brudzinsky I – IV -
 Normotoni, normotrofi
 Kekuatan 5555/5555 – 5555/5555
 N. cranialis I – XII dalam batas normal.

9
X. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah lengkap 30 Agustus 2018

Hasil Nilai normal

Eritrosit 4,04 /μL(L) 3.70-5.20

Haemoglobin 10,7 g/dL(L) 10.7-14.7

Hematokrit 31%(L) 35.0-43.0

Trombosit 331 ribu/μL () 150-440

Leukosit 12,9 ribu/μL 6.0-17.0

Hitung Jenis

Basofil 0% 0-1

Eosinofil 0% 0-3

Batang 1% 0-6

Segmen 36%(L) 50-70

Limfosit 110%(L) 20-40

Monosit 35%(H) 0-8

b. Pemeriksaan rontgen thorax AP 30 Agustus 2018

Jantung: Bentuk ukuran dalam batas normal

Aorta dan mediastinum superior tidak melebar

Hili baik, corakan bronkovaskuler kedua paru baik

Tampak infiltrat peribronkial di perihiler parakardial kanan kiri

Sinus kanan kiri lancip, diafragma baik. Tulang-tulang intak

Kesan: infiltrat di kedua paru → Br Pneu duplex DD/ TB

c. Pemeriksaan RO abdomen tanpa kontras 1 posisi

Kesan : Tidak ada batu opak di traktus urinarius, paralitik lokal


10
usus halus di perut kiri

XI. Resume

Telah diperiksa anak laki-laki berumur 3 tahun 2 bulan dengan keluhan

muntah setelah meminum minyak tanah. Dari pemeriksaan fisik, tampak

rewel, terdapat suara napas bronkovesikuler rhonki pada kedua lapang paru.

Dari pemeriksaan penunjang, pada hasil darah lengkap terdapat penurunan

Ht, pada hitung jenis terdapat penurunan neutrofil segmen dan penurunan

limfosit, Pada rontgen thorax PA terdapat infiltrat perinronkial di perihiler

parakardial kanan dan kiri. Pada RO abdomen tampak paralitik lokal usus

halus di perut kiri.

XII.Diagnosis Utama

- Intoksikasi Kerosen (T61)

- Susp. Pneumonia Aspirasi (J18.9)

- Susp. Erosi esofagus (K20)

XIII. Diagnosis Banding

XIV. Tatalaksana

 Farmakologis

- Bilas lambung melalui NGT dengan Nacl 0,9% 50 cc/3jam

- Cefotaxime 3 x 500 mg

- Dexamethason 3 x 2 mg

- Ranitidine 2 x 10 mg

- Ondansentron 3 x 1 mg
11
- Inpepsa 3 x 2,5 ml

- PCT drip 100 mg bila suhu > 38 derajat celcius

- Nebulasi ventolin 1 nespul + NaCl 2,5 cc/8 jam

 Non farmakologis

- Kebutuhan cairan: 1000ml/24 jam

 Oral on demand

 IVFD KDN I 1000ml/10 tpm macro

- Kebutuhan gizi:

 Diet 1428 kkal

 Protein 17 gr (H:N = 2:1)

 Lemak 25-30% (23-27 gr)

 Serat 5-10 gr

 Bentuk: tim, lauk cincang

 Mx: observasi tanda tanda vital dan keadaan umum / 3 jam

XV. Prognosis

Ad Vitam : bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : bonam

12
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keracunan

2.1.1. Definisi

Keracunan yaitu suatu keadaan penyakit akut yang diakibatkan

oleh obat atau zat kimia lain yang masuk atau mengenai tubuh manusia

secara berlebihan (over dosis) baik dengan sengaja maupun tidak, yang

dapat membahayakan jiwa.1

Keracunan dapat ditimbulkan berbagai macam zat yang terdapat

dalam lingkungan sehari-hari, seperti: obat-obatan, makanan, pestisida,

minyak tanah, bahan kimia dan lain-lain. Keracunan minyak tanah

biasanya diakibatkan oleh aspirasi atau tertelannya minyak tanah sehingga

muncul gangguan pernafasan.1,2

2.1.2. Epidemiologi

Beberapa kemungkinan latar belakang penyebab terjadinya

keracunan minyak tanah, antara lain, pada1 :

1) Anak-anak adalah : - Rasa ingin tahu (tidak tahu akan bahaya

minyak tanah).

- Kekurang perhatian dari orang tua

(ketidaksengajaan anak / kelalaian orang tua).

2) Dewasa : - Tentamen suicide

Lebih dari 90% penelan hidrokarbon ( sekitar 28.000 pertahun terjadi pada

anak-anak di bawah 5 tahun, menyebabkan sekitar 100 kematian/ tahun,

13
karena anak-anak di usia inilah kebiasaannya memasukkan segala benda

ke dalam mulut.

 Anak-anak dibawah 6 tahun, lebih banyak dibandingkan pada

dewasa. Kejadian ini lebih banyak diakibatkan oleh kelalaian orang

tua, mengingat anak kecil umumnya tidak mengetahui akan bahaya

minyak tanah.1 Penelitian di Nepal menunjukkan insidensi

keracunan minyak tanah menempati urutan kedua terbanyak dari

kejadian keracunan pada anak-anak, setelah organofosfat, dengan

usia kurang dari 6 tahun.5

 Kejadian di daerah perkotaan lebih banyak dibandingkan dengan di

Desa.1 Hal ini dikarenakan jumlah pemakaian minyak tanah lebih

banyak di Kota dibandingkan Desa.

 Negara Berkembang lebih banyak angka kejadiannya dibandingkan

dengan negara maju.1 Hal ini karena jumlah pengguna minyak

tanah lebih banyak di negara berkembang. Sedangkan di negara

maju, sebagian besar sudah menggunakan gas LPG.

 Laki-Laki lebih banyak dari pada wanita.1

2.1.3. Jalur paparan utama

Toksisitas ini terjadi terutama karena komplikasi paru jika ada

minyak tanah yang terhirup ketika menelan (aspirasi).3

Masing-masing komponen dari minyak tanah diketahui dapat

mengalami penyerapan oleh kulit, sedangkan uap minyak tanah diserap

jika terdapat paparan paru. Jumlah toksin yang diserap tergantung

jumlah/dosis dan lama paparan. Sejumlah penelitian metabolisme pada


14
binatang menunjukkan minyak tanah dikeluarkan dari peredaran melalui

hati dan paru-paru. 3

2.1.4. Toksikologi

Bahaya utama terkait dengan minyak tanah adalah pneumonitis

bahan kimia, akibat dari aspirasi muntah setelah meminum atau menghirup

cairan minyak tanah atau air yang terkontaminasi (dengan minyak tanah).

Komplikasi jarang dari keracunan minyak tanah mungkin aritmia jantung

dan fibrilasi ventrikel, yang dikaitkan dengan sensitivitas miokard yang

meningkat terhadap katekolamin endogen.3

A. Neurotoksisitas

Paparan akut dengan minyak tanah pada manusia telah

dikaitkan dengan berbagai efek SSP, termasuk iritabilitas,

gelisah, ataksia, mengantuk, kejang, koma dan kematian; hal

ini umumnya dianggap sebagai efek sekunder akibat hipoksia.

Letargi dan "komplikasi SSP lainnya" dilaporkan terjadi pada

sekitar 5% dari sukarelawan yang menelan 10 - 30 ml minyak

tanah.3

B. Paparan Saluran Nafas (Inhalasi)

Uap minyak tanah mungkin sedikit mengiritasi sistem

pernapasan, paparan tidak berakibat fatal, karena volatilitasnya

yang rendah. Namun, paparan dalam ruang tertutup pada suhu

tinggi dapat menyebabkan efek narkotik, seperti narkolepsi,

cataplexy dan kebingungan, serta terdapat satu laporan dari

paparan (uap) yang berakibat fatal pada anak. Aplikasi spray


15
dapat menyebabkan paparan konsentrasi tinggi aerosol minyak

tanah yang dapat menimbulkan tanda-tanda iritasi paru seperti

batuk dan dyspnoea, di samping depresi SSP ringan.3

Menghirup air yang terkontaminasi dengan minyak tanah dapat

terjadi ketika berenang atau sebagai akibat dari insiden hampir

tenggelam dan telah dikaitkan dengan "pneumonia lipoid

eksogen". Aspirasi muntahan yang terkontaminasi minyak

tanah, merupakan sumber sekunder paparan paru yang dapat

menyebabkan pneumonitis kimiawi (lipoidal), suatu kelainan

paru-paru yang berpotensi fatal dan onset lambat, ditandai

dengan sianosis, sesak dan x-ray dada tampak opaque.3

Pada jangka panjang, ada beberapa bukti yang menunjukkan

adanya gejala sisa pada paru yang dapat terjadi setelah

pneumonitis kimiawi. Efek ini dianggap ringan dan tidak

diketahui relevansi klinisnya.3

2.1.5. Tanda dan Gejala

Efek samping utama yang timbul dari meminum minyak tanah

adalah pneumonitis kimiawi (aspirasi) sebagai akibat dari aspirasi

muntahan. Aspirasi terjadi akibat penderita batuk/muntah.1,3 Dapat

menyebabkan sakit kepala, pusing, mengantuk, inkoordinasi dan euforia.

Aspirasi ke paru-paru menyebabkan pneumonitis dengan gejala rasa

tercekik, batuk, mengi, sesak napas, sianosis, dan demam.3

Penyebaran aspirat melalui penetrasi pada membran mukosa,

kemudian merusak epitel jalan napas, septa alveoli dan menurunkan


16
jumlah surfaktan. Hal ini selanjutnya memicu terjadinya pendarahan,

edema paru, ataupun kolaps pada paru. Kematian dapat terjadi → akibat

oedem dan konsolidasi paru.1

Jumlah kurang dari 1 ml dari aspirasi pada paru dapat

menyebabkan kerusakan bermakna. Sedangkan kematian dapat

diakibatkan aspirasi 2,5 ml pada paru, atau menelan 350 ml pada lambung.

Jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat menyebabkan depresi CNS

ringan-sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal dan

abnormalitas eritrosit. Namun hal ini jarang terjadi karena minyak tanah

tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran pencernaan, dan

diekskresikan lewat urine.1

A. Paparan pada kulit

Paparan kulit yang akut dapat menyebabkan iritasi lokal

(eritema, gatal-gatal) tetapi tidak dianggap sebagai penyebab

alergi kulit. Sebagian kecil individu (<5%) mungkin

menunjukkan hipersensitivitas terhadap minyak tanah dan

kontak pada kulit dapat menyebabkan luka seperti "terbakar".3

Iritasi, kulit kering dan retak akibat defatting. Mungkin timbul

nyeri sementara disertai dengan timbulnya eritema, lepuh dan

luka bakar superfisial. Kulit yang terpapar minyak tanah dapat

menyebabkan dermatitis melalui mekanisme ekstraksi endogen

lipid kulit.3

B. Paparan pada mata

17
Minyak Tanah (kerosene) merupakan bahan iritan ringan dan

bersifat sementara pada mata. Produk ini diperkirakan memiliki

pH netral, tetapi dapat mengiritasi mata yang segera

menyebabkan rasa tersengat, sensasi terbakar, konjungtivitis,

hiperemi dan lakrimasi.3

C. Paparan oral (menelan)

Tanda-tanda keracunan minyak tanah (meminum), antara lain:

diare, mual dan muntah. Sekitar 30-50% dari anak-anak yang

dicurigai meminum minyak tanah tidak menunjukkan gejala.

Anak-anak dapat survive ketika menelan hingga 1,7 g/kg,

namun telah dilaporkan terdapat kasus keracunan yang fatal

dikaitkan dengan dosis mulai 2 - 17 g/kg. Bagaimanapun,

kejadian kematian pada paparan oral biasanya dikaitkan dengan

aspirasi muntahan daripada akibat toksisitas sistemik, muntah

terjadi pada sekitar sepertiga hingga setengah dari pasien.3

Menelan minyak tanah atau paparan akut terhadap uapnya

dapat menyebabkan tanda-tanda umum keracunan, seperti

gejala SSP ringan (pusing, sakit kepala, mual), muntah, dan

kadang-kadang diare. Namun, seringkali juga tidak ada gejala.3

2.1.6. Pengaruh paparan yang kronis/berulang

Efek kesehatan yang paling umum terkait dengan paparan minyak

tanah kronis / berulang adalah dermatitis, yang mungkin berhubungan

dengan pemakaian peralatan pelindung pribadi (PPE) yang tidak memadai

atau tidak sesuai di lingkungan kerja. Efek pada paru (seperti sesak nafas)
18
pernah dilaporkan, namun cenderung dihubungkan dengan paparan

"tingkat tinggi". Dapat dibayangkan bahwa efek pada paru-paru dan kulit

juga dapat dijumpai pada individu yang menerima paparan tunggal dan

akut. 3

A. Inhalasi

Saat ini tidak ada penelitian yang tegas untuk menghubungkan

paparan minyak tanah kronis atau berulang jangka panjang

terhadap disfungsi paru (selain yang dikaitkan dengan aspirasi

muntahan atau air yang terkontaminasi). Ada bukti terbatas untuk

menunjukkan bahwa paparan kronis mungkin berhubungan dengan

sesak dada dan kesulitan bernapas, meskipun tinjauan dari durasi

dan tingkat paparan dalam studi tersebut tidak dilaporkan.3

B. Meminum/menelan

Paparan oral kronis untuk minyak tanah tidak mungkin timbul

dalam keadaan normal dan saat ini tidak ada data mengenai efek

kronis pada manusia yang meminum minyak tanah.3

C. Paparan kulit/mata

Paparan minyak tanah kronis pada kulit diketahui menyebabkan

dermatitis.3

D. Neurotoksisitas

Paparan jangka panjang dari minyak tanah konsentrasi "rendah"

telah dilaporkan dapat menyebabkan efek SSP non-spesifik seperti

gelisah, kehilangan nafsu makan dan mual yang tidak terkait

dengan hipoksia.3
19
E. Genotoksisitas

Peningkatan perubahan sitogenetik (pada limfosit perifer dan

micronuclei sumsum tulang) telah dilaporkan pada penelitian

terbatas terhadap pekerja yang terkena campuran minyak tanah,

bahan bakar bunker, semangat putih dan xilene. Namun, paparan

campuran tersebut menyebabkan kesimpulan spesifik sulit dibuat,

dan hasilnya tidak bisa dihubungkan dengan efek pada paparan

minyak tanah saja, baik pada hewan atau pada tes mutagenisitas in

vitro.3

F. Karsinogenisitas

Jumlah kanker paru-paru yang sangat meningkat pada sebuah

penelitian besar kohort terhadap para pekerja Jepang yang terpapar

minyak tanah, minyak diesel, minyak mentah dan minyak mineral.

Dalam penelitian lain di Jepang, jumlah kejadian kanker lambung

yang sangat tinggi di antara para pekerja yang mungkin terkena

paparan minyak tanah, minyak mesin atau lemak. Tiga studi kasus

kontrol menemukan hubungan antara kanker paru-paru dan

penggunaan kompor minyak tanah untuk memasak di antara

perempuan di Hong Kong, namun, tidak bisa dibedakan antara

paparan minyak tanah dengan paparan produk hasil pembakaran.

Mengingat bahwa studi tersebut tidak bisa menunjukkan efek

spesifik dari minyak tanah, sehingga belum memadai untuk

mengklasifikasikan minyak tanah sebagai karsinogen manusia.3

G. Reproduksi
20
Bukti saat ini menunjukkan minyak tanah yang tidak memiliki efek

yang dapat diukur pada reproduksi atau pengembangan manusia.3

2.1.7. Diagnosis

A. Anamnesa : Riwayat menelan minyak tanah

B. Gejalas inhalasi : euphoria

C. Gejala akibat minyak tanah yang terminum :

 Minyak tanah yang tertelan dapat menyebabkan gejala


iritatif dan perasaan terbakar pada tenggorok, esophagus,
dan ulkus pada mukosa. Hal ini dapat menimbulkan gejala :
mual, muntah, diare, dan nyeri perut
 Gejala fibrilasi ventrikel, walaupun jarang terjadi. Fibrilasi
ventrikel ini disebabkan karena minyak tanah menyebabkan
sensitisasi jantung terhadap katekolamin eksogen dan
endogen. (epinefrin dan norepinefrin).
 Gejala pada susunan saraf pusat berupa somnolen, sakit
kepala, kebingungan. Gejala yang berat dapat timbul koma
dan kejang.
 Gejala awal aspirasi ke paru : Batuk, rasa tercekik dikuti
dengan takikardia dan takipnea. Dalam waktu 6 jam timbul
merintih, pernafasan cuping hidung, retraksi dan mengi.
Bronkopneumonia dapat terjadi pada kondisi yang berat.
Hal ini bukan disebabkan oleh minyak yang diabsorbsi
melalui oral atau ekskresi minyak tanah melalui paru-paru,
tetapi akibat aspirasi trakheobronkial
 Pada intoksikasi yang berat dapat pula dilihat kelainan pada
urin berupa albuminuria
 Tanda-tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila
terjadi paparan pada kulit. Sedangkan pada mata akan

21
terjadi tanda – tanda iritasi hingga kerusakan permanen
pada mata1,2
2.1.8. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium : Darah rutin, urin rutin, tes fungsi renal, tes fungsi
hepar, dan analisa gas darah (BGA)
2. Radiologis : Foto thorak (pada aspirasi minyak tanah, dapat ditemukan
gambaran pneumonitis). Paling bagus 1-2 jam setelah kejadian. Namun
pneumonia dapat baru tampak pada foto rontgen setelah 6 – 18 jam.1,2
Penyulit :
 Pneumonia aspirasi
 Edema paru akut
 Sindroma distres pernafasan akut
 Gangguan keseimbangan asam basa
2.1.9. Tatalaksana

 Gawat darurat :

Primary Survey :
1. Airway: jalan nafas dibuka, jaga agar tetap terbuka, posisi tubuh
dimiringkan dengan posisi stableside position, agar tidak terjadi
aspirasi jikalau penderita muntah. Pasang gudell (OPA) jika
diperlukan.1
2. Breathing support: pemberian oksigen konsentrasi tinggi (bila
perlu bantuan nafas). 1,2
a. Atasi bronkospasme dengan bronkodilator (nebulizer)
b. Bila kelainan paru cukup berat, sebaiknya rawat di PICU. Bila
terjadi gagal nafas, dapat dilakukan ventilasi mekanik.
3. Circulation: pemberian cairan melalui jalur intra vena untuk
mempertahankan curah jantung dan kebutuhan cairan tubuh. 1
Suportif :
1. Tanpa kelainan klinis/radiologik → observasi minimal 4 jam
2. Bila foto toraks ulangan setelah 4 jam normal → boleh pulang

22
3. Antibiotik diberikan sebagai profilaksis terhadap infeksi sekunder
terutama jika didapatkan pneumonia berat dengan febris atau
leukositosis, gangguan gizi, dan penyakit paru sebelumnya atau
defisiensi imun.
4. Kalau perlu bisa diberikan cairan infus.
5. Kortikosteroid tidak bermanfaat untuk menurunkan kerusakan
paru.2 Penelitian pada binatang menunjukkan tidak ada perbedaan
outcome antara pemberian steroid dengan kontrol pada keracunan
kerosene.6
6. Antasida, untuk cegah iritasi mukosa lambung
7. Pemberian Norit sebagai absorbent.
8. Pemberian susu atau bahan dilusi lain
9. Anus dan perineum harus dibersihkan secepatnya untuk mencegah
iritasi (skin burn) sekunder1,2
Hindari :
1. Jangan kumbah lambung! Karena pengosongan lambung dapat
meningkatkan resiko aspirasi.2 Penelitian di AS dan Kanada, tahun
1956, menunjukkan bahwa kumbah lambung (gastric lavage) tidak
memberi manfaat dan tidak menambah bahaya pada pasien dengan
keracunan kerosene.7 Penelitian lain menunjukkan tingkat kejadian
fatal meningkat pada pasien yang dilakukan tindakan bilas
lambung. Tindakan kumbah lambung hanya dapat dilakukan
apabila pasien jelas diketahui meminum minyak tanah dalam
jumlah besar.8 Penelitian prospektif di Iraq (1970), menunjukkan
kejadian komplikasi paru lebih kecil pada pasien yang dilakukan
bilas lambung.4 Penelitian di Iraq pada 1995, menyatakan bahwa
bilas lambung tidak perlu dilakukan pada keracunan kerosene.9
2. Obat yang menimbulkan muntah (bahaya inhalasi).1
3. Adrenalin (myocardium sudah sensitif terhadap keracunan minyak
tanah).1
4. Alkohol dan minyak mineral (mempermudah absorbsi minyak
tanah). 1
23
2.1.10. Dekontaminasi dan pertolongan pertama

 Banyak pasien tetap baik dan tidak memerlukan pengobatan.


 Staf Ambulance, paramedis dan staf IGD yang menolong korban
keracunan bahan kimia seharusnya dilengkapi dengan baju
pelindung standar 3
a. Pada paparan inhalasi
Jauhkan pasien dari paparan/zat kimia dan berikan oksigen.
 Pertahankan jalan napas yang bebas dan ventilasi yang
adekuat.
 Terapkan langkah-langkah lain sesuai kondisi klinis
pasien.3
b. Pada paparan kulit
 Jauhkan pasien dari paparan / zat kimia.
 Lepaskan semua pakaian yang kotor/tercemar.
 Cuci area yang terkontaminasi dengan sabun dan air.
 Terapi sesuai gejala.3
c. Pada paparan mata
 Jauhkan pasien dari paparan / zat kimia.
 Lepaskan lensa kontak jika perlu, dan segera mengairi
(irigasi) mata yang terkena
secara menyeluruh dengan air atau 0,9% salin selama
setidaknya 10-15 menit.3
d. Pada paparan oral
 Kumbah lambung (Gastric lavage) tidak boleh
dilakukan. Pertimbangkan aspirasi lambung dalam
waktu 1 jam setelah meminum. Namun, jika yang
diminum dalam jumlah yang sangat besar atau ada
kekhawatiran adanya toksin lain, harus dipastikan jalan
napas terlindungi.
 Berikan oksigen jika diperlukan.

24
 Pasien yang telah menelan dalam jumlah kecil dan tidak
ada gejala kecurigaan aspirasi (rasa tercekik, batuk,
muntah) atau keluhan lain sejak paparan, dapat
diobservasi di rumah di bawah pengawasan selama 6
jam setelah paparan, dengan saran untuk mendatangi
rumah sakit jika keluhan berkembang.
 Pasien dengan gejala kecurigaan aspirasi harus dirujuk
ke rumah sakit.
 Pasien dengan gejala pernapasan persisten, mengantuk
atau kejang harus dirawat di rumah sakit.
 Terapkan langkah-langkah lain sesuai kondisi pasien.3
2.1.11. Progonosi

Parameter Temuan Klinis Poin


Panas (-) 0
(+) 1
Malnutrisi berat (-) 0
(+) 1
Distress respirasi (-) 0
(+) tanpa sianosis 2
(+) dengan sianosis 4
Gejala neurologis (-) 0
(+) tanpa konvulsi 2
(+) dengan konvulsi 4
Prognostic score = (poin dari panas) + (poin dari malnutrisi) + (poin dari distress
pernapasan) + (poin dari gejala neurologis)
Interpretasi :
Skor minimum = 0
Skor maksimum = 10
Skor ≥ 4 berhubungan dengan lamanya MRS dan komplikasi
Skor ≥ 8 berhubungan dengan peningkatan resiko kematian
25
Skor ≤ 7 mengindikasikan anak akan selamat

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Dwiaryaningrum dkk. Bagian Anestesi FK UNISSULA-RSI Sultan Agung


Semarang.
2. American Academy of Pediatrics. Americans College of Emergency
Physicians. Advanced Pediatrics Life Support. Elk Grove Village:
American Academiy of Pediatrics, 1989; 131–45.
3. Chilcott RP. Compendium of Chemical Hazards: Kerosene (Fuel Oil).
Chemical Hazards and Poisons Division of the UK Health Protection
Agency (HPA). 2006
4. Nouri L dan Al-Rahim K. Kerosene Poisoning in Children. Postgraduate
Medical Journal (February 1970) 46, 71-75.
5. Malla T, Malla KK, Rao KS, Gauchan E, Basnet S, Koirala DP. A
Scenario of Poisoning in Children in Manipal Teaching Hospital. J Nep
Paedtr Soc 2011;31(2):83-88.
6. Wolfsdorf J, dan Kündig H. Dexamethasone in The Management of
Kerosene Pneumonia. Pediatrics. 1974;53;86
7. Press E, Adams WC, Chittenden RF, Christian JR, Grayson R, Stewart
CC, et al, Subcommittee on Accidental Poisoning. Co-Operative Kerosene
Poisoning Study: Evaluation of Gastric Lavage and Other Factors in the
Treatment of Accidental Ingestion of Petroleum Distillate Products.
Pediatrics. 1962;29;648.
8. Cachia EA and Fenech FF. Kerosene Poisoning in Children. Arch. Dis.
Childh., 1964, 39, 502.
9. Nagi NA, dan Abdulallah ZA. Kerosene Poisoning in Children in Iraq.
Postgrad MedI 1995; 71: 419-422.

27

Anda mungkin juga menyukai