Pembimbing:
dr. Lie Affendi, Sp.A
Oleh:
Rana Rick
406171002
Mengetahui,
Kepala SMF Ilmu Kesehatan Anak Pembimbing
RS Sumber Waras
PENDAHULUAN
Intoksikasi minyak tanah merupakan bentuk keracunan zat rumah tangga akibat
tertelan yang menyumbangkan kasus sebanyak 40,7% dan pada penelitian lain
Keracunan minyak tanah atau dikenal juga pada beberapa Negara sebagai
berbeda dari cedera yang tidak disengaja pada anak-anak yang berusia antara 1
sampai 14 tahun pada Tahun 2000 hingga 2001. Keracunan minyak tanah
tahun, dengan puncak insiden antara usia 1 hingga 3 tahun. Berdasarkan jenis
kelamin, kejadian menelan parafin telah terbukti lebih besar antara laki-laki
Paparan produk seperti minyak tanah lebih sering terjadi pada negara-negara
berkembang di dunia. Minyak tanah diabsorbsi buruk pada saluran cerna namun
dapat teraspirasi masuk ke saluran pernapasan pada anak yang muntah sehingga
pada keracunan minyak tanah keluhan awal yang terjadi yaitu keluhan respirasi.
I. Identitas pasien
Nama : An AP
Jenis Kelamin :L
Pendidikan :-
No. RM : 642504
Pasien datang ke IGD RSUD Sumber Waras diantar oleh orang tuanya
dengan keluhan muntah-muntah setelah meminum minyak tanah + 3
jam SMRS . Pasien mengatakan meminum racun rumput sebanyak satu
botol kecil dicampur air, atas penyebab yang tidak diketahui. Pasien
mengeluh nyeri ulu hati dan terasa panas (+), mual (+) muntah sudah
tidak terhitung, sakit tenggorokan (+), sesak (-), dan lemas (+) . Pasien
mengaku sempat tidak sadar , dan sudah meminum susu beruang
sebanyak 6 kaleng sebelum datang ke rumah sakit. Muntah darah (-).
BAK dan BAB tidak ada kelainan.
4
Pasien batuk sejak hari jumat (7 hari sebelum masuk rumah sakit).
memperingan batuk pasien dan tidak ada hal yang memperburuk batuk
batuknya. Pasien juga terlihat sesak nafas. Ibu pasien tidak mendengar
keluhan sesak pasien dan tidak ada yang memperberat keluhan sesak
pasien. Keluhan seperti mual dan muntah disangkal oleh ibu pasien.
kemudian terdiagnosa infeksi paru dan gizi buruk saat di RS. P, tetapi setelah
V. Riwayat Perinatal
5
Keadaan saat lahir: Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan, langsung
sendirinya.
Riwayat pertumbuhan:
Riwayat Perkembangan:
6
VIII. Riwayat Asupan Nutrisi
o Susu formula selama 10 bulan, mulai dari usia 8 bulan sampai sekarang
Dilakukan pemeriksaan fisik pada hari Minggu, 30 Agustus 2018, jam 18.00
Pemeriksaan Umum
7
Pernapasan : 23x/menit, reguler
SpO2 : 99%
TD : 90/60 mmHg
Antropometri :
o BB = 10 kg BBI: 14 kg
o TB = 82 cm
WHO antropometri :
o BB/U : <(-2) - (-3) SD (Gizi kurang)
o TB/U : < (-3) SD (Sangat pendek)
o BB/TB : 0 - (-1) SD
o Water Low : 71%
Kesan : gizi kurang
Pemeriksaan Sistem
Kepala: Normocephali, tidak teraba massa, rambut berwarna hitam, rambut
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan
Mata: bentuk simetris, pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), edema (-/-), injeksi
konjungtiva (-/-)
Hidung: deviasi (-), sekret (-/-), napas cuping hidung (-/-)
Telinga: dalam batas normal, sekret (-/-)
Mulut: sianosis (-), mukosa oral merah muda, faring hiperemis (-), tonsil
T1/T1, hiperemis (-), erosi mukosa oral (-)
Leher: trakea di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Thorax:
Paru-paru
Inspeksi : Terlihat simetris dalam keadaan statis maupun dinamis
Palpasi : Tidak teraba massa, krepitasi (-), nyeri (-).
Perkusi : Sonor (+)
Auskultasi : Bronkovesikuler di seluruh lapang paru, Rh (+/+), wh (-/-)
8
Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di ICS IV MCLS.
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi : tampak datar, simetris, striae (-), sikatriks (-),
massa (-), pelebaran vena (-), jejas (-).
Auskultasi : bising usus (+), bruit (-)
Perkusi : timpani pada seluruh abdomen
Palpasi : supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-), massa (-),
hepar- lien dalam batas normal.
Ekstremitas dan tulang belakang : akral hangat, edema (-), CRT <2s,
kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-).
Kulit: dalam batas normal, turgor kulit kembali dengan cepat, sianosis (-),
petekie (-), jaundice (-)
Anus dan genitalia : anus normal, tidak ada kemerahan, genitalia tidak ada
tanda-tanda radang
KGB: tidak teraba pembesaran KGB
Pemeriksaan Neurologis
Refleks fisiologis: biceps +/+, triceps +/+, patella +/+, achiles +/+
Refleks patologis: babinski -/-, chaddock -/-, schaeffer -/-, Gordon -/-
Meningeal sign: kaku kuduk -, Brudzinsky I – IV -
Normotoni, normotrofi
Kekuatan 5555/5555 – 5555/5555
N. cranialis I – XII dalam batas normal.
9
X. Pemeriksaan Penunjang
Hitung Jenis
Basofil 0% 0-1
Eosinofil 0% 0-3
Batang 1% 0-6
XI. Resume
rewel, terdapat suara napas bronkovesikuler rhonki pada kedua lapang paru.
Ht, pada hitung jenis terdapat penurunan neutrofil segmen dan penurunan
parakardial kanan dan kiri. Pada RO abdomen tampak paralitik lokal usus
XII.Diagnosis Utama
XIV. Tatalaksana
Farmakologis
- Cefotaxime 3 x 500 mg
- Dexamethason 3 x 2 mg
- Ranitidine 2 x 10 mg
- Ondansentron 3 x 1 mg
11
- Inpepsa 3 x 2,5 ml
Non farmakologis
Oral on demand
- Kebutuhan gizi:
Serat 5-10 gr
XV. Prognosis
Ad Vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
12
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keracunan
2.1.1. Definisi
oleh obat atau zat kimia lain yang masuk atau mengenai tubuh manusia
secara berlebihan (over dosis) baik dengan sengaja maupun tidak, yang
2.1.2. Epidemiologi
minyak tanah).
Lebih dari 90% penelan hidrokarbon ( sekitar 28.000 pertahun terjadi pada
13
karena anak-anak di usia inilah kebiasaannya memasukkan segala benda
ke dalam mulut.
2.1.4. Toksikologi
bahan kimia, akibat dari aspirasi muntah setelah meminum atau menghirup
cairan minyak tanah atau air yang terkontaminasi (dengan minyak tanah).
A. Neurotoksisitas
tanah.3
edema paru, ataupun kolaps pada paru. Kematian dapat terjadi → akibat
diakibatkan aspirasi 2,5 ml pada paru, atau menelan 350 ml pada lambung.
abnormalitas eritrosit. Namun hal ini jarang terjadi karena minyak tanah
lipid kulit.3
17
Minyak Tanah (kerosene) merupakan bahan iritan ringan dan
atau tidak sesuai di lingkungan kerja. Efek pada paru (seperti sesak nafas)
18
pernah dilaporkan, namun cenderung dihubungkan dengan paparan
"tingkat tinggi". Dapat dibayangkan bahwa efek pada paru-paru dan kulit
juga dapat dijumpai pada individu yang menerima paparan tunggal dan
akut. 3
A. Inhalasi
B. Meminum/menelan
dalam keadaan normal dan saat ini tidak ada data mengenai efek
C. Paparan kulit/mata
dermatitis.3
D. Neurotoksisitas
dengan hipoksia.3
19
E. Genotoksisitas
minyak tanah saja, baik pada hewan atau pada tes mutagenisitas in
vitro.3
F. Karsinogenisitas
paparan minyak tanah, minyak mesin atau lemak. Tiga studi kasus
G. Reproduksi
20
Bukti saat ini menunjukkan minyak tanah yang tidak memiliki efek
2.1.7. Diagnosis
21
terjadi tanda – tanda iritasi hingga kerusakan permanen
pada mata1,2
2.1.8. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : Darah rutin, urin rutin, tes fungsi renal, tes fungsi
hepar, dan analisa gas darah (BGA)
2. Radiologis : Foto thorak (pada aspirasi minyak tanah, dapat ditemukan
gambaran pneumonitis). Paling bagus 1-2 jam setelah kejadian. Namun
pneumonia dapat baru tampak pada foto rontgen setelah 6 – 18 jam.1,2
Penyulit :
Pneumonia aspirasi
Edema paru akut
Sindroma distres pernafasan akut
Gangguan keseimbangan asam basa
2.1.9. Tatalaksana
Gawat darurat :
Primary Survey :
1. Airway: jalan nafas dibuka, jaga agar tetap terbuka, posisi tubuh
dimiringkan dengan posisi stableside position, agar tidak terjadi
aspirasi jikalau penderita muntah. Pasang gudell (OPA) jika
diperlukan.1
2. Breathing support: pemberian oksigen konsentrasi tinggi (bila
perlu bantuan nafas). 1,2
a. Atasi bronkospasme dengan bronkodilator (nebulizer)
b. Bila kelainan paru cukup berat, sebaiknya rawat di PICU. Bila
terjadi gagal nafas, dapat dilakukan ventilasi mekanik.
3. Circulation: pemberian cairan melalui jalur intra vena untuk
mempertahankan curah jantung dan kebutuhan cairan tubuh. 1
Suportif :
1. Tanpa kelainan klinis/radiologik → observasi minimal 4 jam
2. Bila foto toraks ulangan setelah 4 jam normal → boleh pulang
22
3. Antibiotik diberikan sebagai profilaksis terhadap infeksi sekunder
terutama jika didapatkan pneumonia berat dengan febris atau
leukositosis, gangguan gizi, dan penyakit paru sebelumnya atau
defisiensi imun.
4. Kalau perlu bisa diberikan cairan infus.
5. Kortikosteroid tidak bermanfaat untuk menurunkan kerusakan
paru.2 Penelitian pada binatang menunjukkan tidak ada perbedaan
outcome antara pemberian steroid dengan kontrol pada keracunan
kerosene.6
6. Antasida, untuk cegah iritasi mukosa lambung
7. Pemberian Norit sebagai absorbent.
8. Pemberian susu atau bahan dilusi lain
9. Anus dan perineum harus dibersihkan secepatnya untuk mencegah
iritasi (skin burn) sekunder1,2
Hindari :
1. Jangan kumbah lambung! Karena pengosongan lambung dapat
meningkatkan resiko aspirasi.2 Penelitian di AS dan Kanada, tahun
1956, menunjukkan bahwa kumbah lambung (gastric lavage) tidak
memberi manfaat dan tidak menambah bahaya pada pasien dengan
keracunan kerosene.7 Penelitian lain menunjukkan tingkat kejadian
fatal meningkat pada pasien yang dilakukan tindakan bilas
lambung. Tindakan kumbah lambung hanya dapat dilakukan
apabila pasien jelas diketahui meminum minyak tanah dalam
jumlah besar.8 Penelitian prospektif di Iraq (1970), menunjukkan
kejadian komplikasi paru lebih kecil pada pasien yang dilakukan
bilas lambung.4 Penelitian di Iraq pada 1995, menyatakan bahwa
bilas lambung tidak perlu dilakukan pada keracunan kerosene.9
2. Obat yang menimbulkan muntah (bahaya inhalasi).1
3. Adrenalin (myocardium sudah sensitif terhadap keracunan minyak
tanah).1
4. Alkohol dan minyak mineral (mempermudah absorbsi minyak
tanah). 1
23
2.1.10. Dekontaminasi dan pertolongan pertama
24
Pasien yang telah menelan dalam jumlah kecil dan tidak
ada gejala kecurigaan aspirasi (rasa tercekik, batuk,
muntah) atau keluhan lain sejak paparan, dapat
diobservasi di rumah di bawah pengawasan selama 6
jam setelah paparan, dengan saran untuk mendatangi
rumah sakit jika keluhan berkembang.
Pasien dengan gejala kecurigaan aspirasi harus dirujuk
ke rumah sakit.
Pasien dengan gejala pernapasan persisten, mengantuk
atau kejang harus dirawat di rumah sakit.
Terapkan langkah-langkah lain sesuai kondisi pasien.3
2.1.11. Progonosi
26
DAFTAR PUSTAKA
27