Abstract
Pelestarian Hutan Mangrove .......J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7(3): 227-233 227
empat unsur biologis penting yang daratan oleh adanya sedimentasi dan
bersamaan, yaitu daratan, air, flora dan rusaknya hutan karena penebangan (3).
fauna. Letak hutan mangrove ini berada Segara Anakan menerima berbagai
di perbatasan antara darat dan laut, tekanan seperti sedimentasi, deforestasi
tepatnya di daerah pantai dan di sekitar dan konversi lahan. Sedimentasi
muara sungai yang dipengaruhi oleh mempunyai pengaruh terhadap luasan
pasang surut air laut. Wilayah mangrove Segara Anakan. Luas kawasan telah
mempunyai ekosistem yang rumit dan berubah dari 6.450 ha pada tahun 1903
mempunyai kaitan baik dengan menjadi 1.800 ha (4) dan pada tahun
ekosistem darat maupun ekosistem lepas 1992. Keadaan tersebut berubah setiap
pantai. tahun (pengamatan penulis Agustus
2003). Fungsi dan peran ekosistem hutan
Komunitas hutan mangrove telah mangrove sangat penting sebagai tempat
banyak mendapat perhatian para ahli. untuk memijah, mengasuh anak,
Penelitian vegetasi di komunitas hutan berlindung serta mencari makan bagi
mangrove telah menarik demikian banyak berbagai jenis ikan. Oleh karena
ahli untuk menelitinya dibandingkan itu, kelestariannya harus
dengan komunitas tumbuhan lainnya (1). dijaga. Penurunan kualitas dan kuantitas
Peranan ekosistem mangrove yang unik ekosistem hutan mangrove akan
dan penting sudah banyak diketahui mengancam kelestarian habitat tersebut
orang. Mangrove dibagi menjadi dua dan selanjutnya akan mengancam
bagian, dipandang dari sudut kehidupan fauna tadi (5).
ekosistemnya dan dari sudut
komponennya (2). Dari sudut ekosistem, Meningkatnya pembangunan
dilihat kegunaan hutan secara utuh, ekonomi dewasa ini telah menempatkan
termasuk daerah littoral dan pantai di wilayah pesisir menjadi cukup strategis
sekitarnya, untuk berbagai keperluan dan untuk kegiatan perikanan, tambak,
kesejahteraan manusia dan lingkungan industri, pemukiman, rekreasi dan
secara umum. Sedangkan dari sudut sebagainya. Pemanfaatan wilayah pesisir
komponen, dilihat komponen biotik utama, yang semakin meningkat ini selain
terutama tumbuhan yang dipergunakan memberikan dampak positif melalui
untuk berbagai keperluan manusia. peningkatan taraf hidup dan kesempatan
kerja atau usaha juga mempunyai
Ekosistem hutan mangrove dampak negatif apabila pemanfaatannya
merupakan habitat bagi berbagai macam tidak terkendali. Rehabilitasi hutan
satwa liar antara lain reptil dan ikan-ikan mangrove perlu dilaksanakan untuk
yang penting secara ekonomis dan memulihkan dan meningkatkan fungsi
biologis seperti kakap, bandeng, belanak perlindungan, pelestarian dan fungsi
dan udang. Dengan kata lain ekosistem produksinya.
mangrove sangat mendukung
perikanan. Meskipun merupakan usaha Upaya pemanfaatan optimal yang
perikanan skala kecil dan tradisional sekaligus merupakan tindakan
ternyata memiliki makna ekonomi yang rehabilitasi hutan mangrove dapat
cukup penting. Perairan hutan mangrove dilakukan melalui program Perhutanan
di kawasan Segara Anakan Cilacap Sosial. Kegiatan ini selain menanam juga
menyumbang 70% total produksi menyadarkan masyarakat untuk
perikanan yang didaratkan di Cilacap. memelihara ekosistem hutan.
Namun, kondisi tersebut sudah jauh Keuntungan lain dari kegiatan
berkurang karena sebagian besar perhutanan sosial adalah memberi
kawasan hutan mangrove di Segara kesempatan kerja dan berusaha bagi
Anakan Cilacap telah berubah jadi petani/nelayan atau masyarakat sekitar
Pelestarian Hutan Mangrove .......J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7(3): 227-233 229
6. merumuskan kembali sistem Sedangkan untuk pengelolaan kawasan
kelembagaan pengelolaan tertentu diatur dengan dasar yang
ekosistem hutan mangrove yang berbeda, seperti pengelolaan Hutan
menjamin adanya sinergisme Lindung Angke Kapuk berdasarkan pada
antara pemerintah, masyarakat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia
dan dunia usaha dalam Belanda No. 24 tanggal 18 Juni 1939,
mendukung fungsi ekologi dan tentang penetapan Muara Angke sebagai
ekonomis kawasan tersebut. Cagar Alam dan dikuatkan dengan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No.
3. LANDASAN HUKUM 667/Kpts-II/1995, tentang penetapan
Cagar Alam Muara Angke Kapuk serta Sk
Menteri Pertanian No. 161/Um/6/1977.
Pengelolaan suatu kawasan tidak
dapat terlepas dari aturan dan landasan
hukum yang ada. Landasan hukum 4. STRATEGI PENGELOLAAN PROGRAM
pengelolaan ekosistem hutan mangrove MINA HUTAN
di Indonesia adalah Undang-undang No. 4.1. Model Mina Hutan
4 tahun 1960, tentang peraturan teritorial
nasional di seluruh nusantara dan Penerapan mina hutan
perairan sekitarnya di luar jarak 12 mil
dikawasan ekosistem hutan mangrove
laut; Undang-undang No. 1 tahun diharapkan dapat tetap memberikan
1963, tentang batas kontinental pada lapangan kerja bagi petani disekitar
kedalaman 200 m; Undang-undang No.
kawasan tanpa merusak hutan itu
5 tahun 1983, tentang pengelolaan sendiri dan adanya pemerataan luas
sumberdaya pada 200 mil laut zona lahan bagi masyarakat. Harapan ini
ekonomi ekslusif.
dapat terwujud dengan catatan tidak
ada pemilik modal yang menguasai
Mengenai upaya yang terkait lahan secara berlebihan. Untuk
dengan kegiatan konservasi dan mengantisipasi hal tersebut, harus ada
pemeliharaan lingkungan berdasarkan ikatan perjanjian antara pengelola
pada Undang-undang No. 4 tahun 1982, tambak dan Dinas Kehutanan, yang
tentang ketetapan dasar pengelolaan antara lain berisi kewajiban bagi
lingkungan hidup yang menyangkut pengelola tambak untuk menjaga
kebijakasanaan pembangunan yang kelestarian hutan serta sanksi bagi
lestari, pemeliharaan ekosistem, pengelola tambak mengingkari
pengendalian dampak lingkungan dan kewajibannya. Berdasarkan hasil
perlindungan terhadap polusi. Peraturan wawancara dengan petani di daerah
pemerintah No. 29 tahun 1993, tentang Blanakan, Subang, ketentuan yang
pengetrapan Undang-undang No. 4 tahun harus dipenuhi oleh pengelola tambak
1982, melalui AMDAL. Undang-undang antara lain mnjaga perbandingan hutan
No. 5 tahun 1990, tentang konservasi dan tambak sebesar 80% hutan dan
sumberdaya hayati dan ekosistemnya 20% kolam. Jika perbandingan hutan
yang menyangkut konsep-konsep dan tambak 50-80% : 20-50%,
integritas ekosistem dan pemanfaatan pengelola tambak diberi peringatan dan
lestari. Undang-undang No. 24 tahun jika perbandingan antara hutan dan
1992 tentang kegunaan Undang-undang tambak mencapai 50% : 50% ijin
No. 5 tahun 1990, melalui pengelolaan pengelolaan dicabut. Gambar 1 berikut
tata ruang dan undang-undang No. 41 adalah model mina hutan yang dapat
tahun 1999, tentang kehutanan. dibedakan menjadi 3 pola.
Dengan pengembangan mina baik lebih tinggi dari lahan tambak yang
hutan secara lebih tertata dan hutannya tidak baik (terbuka).
perbandingan antara hutan dan tambak
sebesar 80% : 20%, diharapkan dapat Adapun sistem mina hutan yang
meningkatkan produksi per satuan luas dapat diaplikasikan adalah sistem
dan hasil tangkapan udang liar. Harapan empang parit dan komplangan (sistem
tersebut didasarkan pada asumsi bahwa empang parit inti). Sistem empang parit
hutan disekitar kolam yang lebih baik adalah sistem mina hutan dimana hutan
akan meningkatkan kesuburan kolam bakau berada di tengan dan kolam
dengan banyaknya detritus, yang secara berada di tepi mengelilingi
tidak langsung akan berpengaruh hutan. Sebaliknya komplangan adalah
terhadap produksi. Di samping itu, hutan sistem mina hutan dengan kolam di
yang lebih baik akan menjadi tempat tengah dan hutan mengelilingi kolam (6).
mengasuh anak yang cukup bagi udang,
melindungi udang dari suhu yang tinggi 4.2. Kelembagaan
dan menyediakan makanan yang lebih
banyak bagi udang dan ikan. Lebih lanjut,
daun mangrove yang jatuh diduga Mengingat kepentingan strategis
mengandung alelopaty yang dapat dan kompleksnya permasalahan di
mengurangi keberadaan penyakit ikan kawasan ekosistem hutan mangrove,
dalam tambak. Asumsi ini timbul maka perlu kelembagaan yang jelas
berdasarkan hasil wawancara dengan yang diberi kewenangan untuk
Mantri Hutan pada saat studi banding di menangani kawasan tersebut secara
Blanakan, bahwa produksi bandeng dan menyeluruh. Jika selama ini
udang dari kolam yang hutannya cukup pengelolaan kawasan hutan mangrove
diserahkan kepada Dinas Kehutanan,
Pelestarian Hutan Mangrove .......J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7(3): 227-233 231
maka diperlukan badan khusus di Dinas bahan pengendalian dan
tersebut untuk menangani kawasan penyempurnaan pelaksanaan
ekosistem hutan mangrove. Dengan kegiatan perhutanan sosial.
adanya lembaga dimaksud diharapkan 3. Dalam pelaksanaan monitoring dan
tidak ada tumpang tindih kepentingan evaluasi dilakukan secara rutin dan
antara bagian-bagian yang ada di dinas periodik dan terpadu oleh instansi
Kehutanan. terkait, sesuai kewenangan masing-
masing.
4.3. Sosialisasi Program Mina Hutan
5. MINA HUTAN YANG TELAH
Sosialisasi kegiatan perhutanan BERHASIL DI INDONESIA
sosial dilakukan secara terpadu oleh
suatu tim pembina yang unsur-unsurnya Penerapan kegiatan mina hutan di
terdiri Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, kawasan ekosistem hutan mangrove
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Koperasi, secara umum diharapkan dapat
Pemda dan instansi terkait lain yang mencegah perusakan kawasan tersebut
dipandang perlu (9 dan 10). oleh masyarakat karena akan
memberikan alternative sumber
Masyarakat yang terkait secara pendapatan bagi masyarakat di kawasan
langsung dengan pembangunan dan tersebut. Sedangkan untuk perambah
pengamanan hutan mangrove diajak hutan, dapat disediakan lapangan kerja
untuk berpartisipasi aktif dalam sebagai pedagang dengan menjadikan
melestarikan hutan mangrove. Pola kawasan mina hutan sebagai kawasan
pendekatan secara formal maupun wisata seperti yang terjadi di Blanakan
informal dengan maksud: dan Cikeong, Bali dan Sinjai Sulawesi
Selatan. Dengan demikian, kawasan
mina hutan dapat berfungsi ganda yaitu
• perluasan lapangan kerja yang
menjaga dan memelihara ekosistem serta
berkesinambungan
menyediakan lapangan kerja bagi
• peningkatan pendapatan masyarakat.
masyarakat
• pembinaan sumberdaya manusia,
6. KESIMPULAN
khususnya petani hutan mangrove
• menurunkan gangguan keamanan
• keberhasilan tanaman hutan Dalam pengembangan sistem
• terbinanya hubungan yang harmonis mina hutan di kawasan ekosistem hutan
antara aparat Perum Perhutani mangrove ada beberapa hal yang dapat
dengan masyarakat disimpulkan yaitu:
• peningkatan koordinasi dengan
instansi terkait 1. Rencana pengembangan dan
pengelolaan kawasan harus
4.4. Monitoring dan Evaluasi didasarkan atas azas kelestarian,
manfaat dan keterpaduan, dengan
tujuan:
1. Monitoring dan evaluasi kegiatan
dilaksanakan meliputi aspek teknis,
sosial, ekonomi dan ekologis. a. menjamin keberadaan kawasan
ekosistem hutan mangrove
2. Hasil monitoring dan evaluasi harus
dapat mengungkap permasalahan- dengan luasan yang cukup dan
permasalahan yang dihadapi di sebaran proporsional
b. mengoptimalkan aneka fungsi
dalam pelaksanaan kegiatan
silvofishery dan digunakan sebagai kawasan, termasuk fungsi
Pelestarian Hutan Mangrove .......J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7(3): 227-233 233