Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komprehensif II
yaitu tentang “Konsep Dasar Ventilator”. Terimakasih kami ucapkan kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari ketidak sempurnaan makalah kami, banyak kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang
membangun guna melengkapi kekurangan makalah kami.

Om Santhi,Santhi,Santhi Om

Denpasar, 17 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II :TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Ventilator ......................................................................... 3
2.2. Sistem Fisiologi Ventilator ................................................................ 3
2.3. Cara Kerja Ventilator ......................................................................... 4
2.4. Indikasi Pemasangan Ventilator......................................................... 8
2.5. Komplikasi Pemasangan Ventilator ................................................... 8
2.6. Prosedur Pemberian Ventilator .......................................................... 9
BAB III :PENUTUP
3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi yang semakin maju dan berkembang pesat, kini
mempengaruhi semua bidang kehidupan manusia di berbagai belahan dunia. Dampak
dari hal ini akhirnya menuntut setiap orang untuk memiliki pengetahuan yang
memadai atau cukup agar dapat menggunakan ataau beradaptasi dengan tuntutan
global ini. Hal ini juga berlaku untuk Profesi keperawatan, khususnya area
keperawatan kritis dan Intensif Care Unit (ICU). Di ruang perawatan kritis, pasien
yang dirawat disana adalah pasien-pasien yang memerlukan mesin-mesin yang dapat
menyokong kelangsungan hidup mereka, diantaranya mesin ventilator, monitoring,
infus pump, syringe pump, dan lain-lain.
Dengan adanya keadaan tersebut maka tenaga kesehatan terutama perawat
yang ada di ruang perawatan kritis, seharusnya menguasai dan mampu menggunakan
teknologi yang sesuai dengan mesin-mesin tersebut, karena perawat yang akan selalu
ada di sisi pasien selama 24 jam. Ventilator salah satu contohnya. Penggunaan
Ventilator sendiri merupakan suatu tindakan yang sangat invasive dan akan merubah
homeostasis system pernafasan dan mempengaruhi system yang lainnya. Perawat
yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai mesin ventilasi mekanik, hal
tersebut akan membantu perawat menghemat tenaganya dalam mengawasi
pernafasan pasien, karena tugasnya mengawasi secara langsung keadaan pasien
sudah dilakukan oleh mesin ventilasi. Bahkan apabila ada keterbatasan tenaga
perawat, maka 1 orang perawat dapat mengawasi dua atau lebih pasien yang juga
sama-sama menggunakan mesin ventilasi mekanik. Dalam makalah ini kemudian
akan membahas lanjut mengenai Ventilator / Ventilasi Mekanik.

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar ventilator
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian ventilator
2. Untuk mengetahui fisiologi system ventilator
3. Untuk mengetahui cara kerja ventilator
4. Untuk mengetahui indikasi pemasangan ventilator
5. Untuk mengetahui komplikasi pemasangan ventilator
6. Untuk mengetahui prosedur pemberian ventilator

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Ventilator


1. Pengertian Ventilator
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negative atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang
lama (Smeltzer, 2001). Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada pasien
kritis yang mengalami hipoksemia dan hiperkapnia (Tanjung, 2007).
Merawat pasien pada ventilator mekanis telah menjadi bagian integral dari
asuhan keperawatan di unit perawatan kritis, di unit medikal bedah umum, di fasilitas
perawatan yang luas, dan bahkan di rumah. Perawat, dokter, dan ahli terapis
pernapasan harus mengerti masing- masing kebutuhan pernapasan spesifik pasien
dan bekerja bersama untuk membuat tujuan yang realistis. Rumusan penting untuk
hasil pasien yang positf termasuk memahami prinsip-prinsip ventilasi mekanis dan
perawatan yang dibutuhkan dari pasien, juga komunikasi terbuka diantara tim
perawatan kesehatan tentang tujuan terapi, rencana penyapihan (weaning), dan
toleransi pasien terhadap perubahan dalam pengesetan ventilator(Tanjung, 2007).

2. Fisiologi Sistem Respirasi


Pemahaman akan proses respirasi pada manusia akan sangat membantu
dalam pemahaman terhadap prinsip kerja ventilator. Proses respirasi terdiri dari 4
aspek diantarannya ventilasi-difusi-perfusi-transportasi.
1) Ventilasi, sebagai proses keluar masuknya udara dari atmosfir kedalam
aveoli, atau sebaliknya dari elveoli menju atmosfir
2) Difusi, sebagai proses pertukaran gas yang berada di alveoli dengan
pembuluh kapiler
3) Perfusi, menunjukan besarnnya aliran daarah kapiler pulmonal yang melewati
membrane alveoli
4) Transportasi diangkutnya oksigen yang sudah diperfusi oleh darah untuk
dibawa menuju sel dan dibuangnnya karbondioksida dari sel menuju atmosfer
( melalui alveoli).

3
3. Cara Kerja Ventilator
Pada prinsipnya ventilator adalah suatu alat yang bisa menghembuskan gas
(dalam hal ini oksigen) ke dalam paru-paru pasien. Saat menghembuskan gas,
ventilator bisa tidak tergantung otot pernapasan (ventilator menggantikan
sepenuhnya kerja otot pernapasan), atau ventilator bersifat membantu otot
pernapasan sehingga kerja otot pernapasan diperkuat. Jumlah gas yang ditiupkan
tergantung dengan pengaturan yang kita kehendaki. macam-macam ventilator.
1) Menurt sifatnya ventilator dibagi menjadi 3
(1) Volume Cycled Ventilator.
Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
(2) Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan
tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai
tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi
tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila
ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga
berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil,
penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
(3) Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 :2.
2) Mode-mode ventilator
(1) Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan
pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek,
lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol
pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang
telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan
ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas

4
sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi),
tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan
terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled
Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV
(Intermitten Positive Pressure Ventilation)
(2) Mode IMV / SIMV (Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized
Intermitten Mandatory Ventilation)
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling
dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory
diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien
pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan
segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode
IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory
diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan
pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga
masih memerlukan bantuan.
(3) Mode ASB / PS (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien
yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena
nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk
bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara
pernafasan tidak diberikan.
(4) CPAP (Continous Positive Air Pressure)
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan
pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian
mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot
pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.
3) Cara Kerja Alat
(1) Penggerak awal alat
Penggerak awal bisa berupa pneumatik atau elektrik (AC atau DC), yang
kemudian diteruskan kompresor. Letak kompresor bisa di luar ventilator
(eksternal) atau menyatu di dalam (internal).
(2) Pengontrolan Variabel
Dengan adanya “dorongan” dalam sistem sirkuit ventilator, maka akan
dihasilkan aliran udara yang akan “menghembus” paru-paru pasien.

5
Hembusan ke pasien akan menghasilkan beberapa variabel yaitu tekanan,
volume dan aliran. Berdasarkan pengontrolan terhadap variabel-variabel
tersebut maka dikenal pressure control, volume control dan flow control
disamping juga ada time control. Pada awalnya kebanyakan ventilator
hanya bisa mengontrol satu variabel saja sehingga variabel lainnya akan
bervariasi tergantung dari kondisi paru-paru. Namun dalam
perkembangannya, banyak ventilator yang bisa mengontrol lebih dari satu
variabel. Pengontrolan tersebut bisa dalam satu periode napas ke napas
berikutnya atau dalam periode satu kali napas saja.
4) Fase Dalam Pernapasan Dengan Ventilator
(1) Awal bernapas (initiatmg/triggermg)
(2) Awal bernapas bisa terjadi secara otomatis karena pengaturan waktu pada
ventilator (machine triggering) atau atas picuan (rangsangan/usaha
bernapas) pasien yang merangsang mesin (patient triggering) sehingga
mesin memulai menghembuskan gas ke pasien. Rangsangan napas dari
pasien bisa atas dasar perubahan flow atau tekanan yang terjadi pada
mesin. Perubahan flow atau tekanan berapa yang bisa merangsang mesin
(sensitivity/trigger) tergantung pengaturan kita. Artinya bisa dibuat lebih
sensitif atau kurang sensitif, tekanan atau flow) akan terbatasi dan tetap
dipertahankan (sesuai dengan pengaturan) sebelum inspirasi berakhir.
(3) Siklus perpindahan (cycling)
a) Cycling adalah perpindahan dari fase inspirasi ke fase awal ekspirasi.
Perpindahan ini akan terjadi sesuai dengan pengaturan. Pengaturan
tersebut bisa berdasar atas waktu (time cycle), tekanan (pressure
cycle), volume (volume cycle) atau aliran udara (flow cycle).
b) Time cycle, artinya fase inspirasi berakhir setelah alokasi waktu
inspirasi berdasarkan pengaturan sudah terlampaui.
c) Pressure/volume cycle, artinya inspirasi berakhir setelah tidak ada
flow yang masuk (flow berhenti). Flow akan berhenti kalau
pressure/volume sesuai pengaturan sudah tercapai
d) Flow cycle, artinya inspirasi berakhir kalau flow mencapai pengaturan
yang dibuat. Agar lebih menyelaraskan dengan pola napas pasien,
pengaturan pada flow cyclebisa diatur berbeda dengan pengaturan
pabrik.

6
(4) Pengontrolan variabel “base line”
Pada akhir ekspirasi, tekanan di jalan napas bisa dikontrol. Bisa dibuat
sama dengan tekanan atmosfer atau lebih. Pengaturan pengontrolan itu
disebut dengan PEEP (positive end expiratory pressure).Bila PEEP = 0,
berarti tekanan di jalan napas pada akhir ekspirasi sama dengan tekanan
atmosfer, dan bila positif ,misalnya 5, berarti pada akhir ekspirasi tekanan
di jalan napas 5 cmH2O lebih tinggi dibandingkan tekanan udara
atmosfer.
(5) Pengontrolan Sistem Dalam Vetilator
a) Pengontrolan terbuka (open loop control)
Dalam sistem ini, semua perintah yang diperintahkan akan
dikerjakan oleh efektor dan menghasilkan variabel. Yang dimaksud
efektor dalam hal ini bisa berupa pompa piston atau pengatur katup
aliran udara pada ventilator. Secara skematik cara pengontrolan
terbuka pada ventilator adalah sebagai berikut:

b) Pengontrolan tertutup (closed loop control)


Pada sistem ini, hasil keluaran yang dihasilkan dipakai sebagai umpan
/ masukan balik (feed back control). Dari perbedaan antara masukan
balik dan masukan awal, akan mengubah pengontrol dan efektor
dalam ventilator yang selanjutnya akan menghasilkan data baru (yang
disesuaikan dengan kondisi pasien). Secara skematik cara
pengontrolan tertutup pada ventilator adalah sebagai berikut:

7
4. Indikasi Ventilator
1) Hiperkapnia
Adalah peningkatan PCO2 dengan ketidakmampuan mempertahankan
ventilasi alveolar yang adekuat. Penyebab hiperkapnia yang dapat diobati
harus dicari (misalnya narkotik). Beberpa pasien dengan penyakit paru kronik
akan mentoleransi peningkatan PACO2 pasien tersbut tetap sadar danmersa
nyaman. Namun, pH arteri dibawah 7,1 dianggap sebagai indikasi untuk
ventilasi mekanik
2) Peninggian tekanan intracranial
Hipokapnia yang disengaja dengan ventilasi tekanan positif intermitten (
IPPV ; intermittent positive-pressure ventilation)dapat diidikasikan untuk
menurunkan tekanan cranial pada keadaan-keadaan tertentu
3) Hipoksemia
PAO2 biasanya ajan diperbaiki dengan IPPV. Criteria khusus untuk
melakukan ventilasi mekanik adalah
(1) PAO2,40 torr pada O2 inspirasi yang maksimal
(2) Semakin lemah
(3) Penyakit pernapasan yang cepat meburuk
(4) Peningkatan kera pernapasan (mislanya retraksi interkostal selama
inspirasi)
(5) Peningkatan PACO2
4) Kriteria pemasangan ventilator
Seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :
(1) Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
(2) Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
(3) PaCO2 lebih dari 60 mmHg
(4) AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
(5) Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

5. Komplikasi Pemasangan Ventilator


1) Pada paru
(1) Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler.
(2) Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
(3) Infeksiparu

8
(4) Keracunanoksigen
(5) Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
(6) Aspirasi cairan lambung
(7) Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
(8) Kerusakan jalan nafas bagian atas
2) Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik
vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi
mekanik dengan tekanan tinggi.
3) Pada sistem saraf pusat , Vasokonstriksi cerebral
(1) Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal
akibat dari hiperventilasi.
(2) Oedema cerebral
(3) Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.
(4) Peningkatan tekanan intra kranial
(5) Gangguan kesadaran
(6) Gangguan tidur.
4) Pengaruh pada ginjal
(1) Pengaruh pada ginjal karena pH, PaC)2, dan PaO2 yang abnormal
(2) Respon humoral antara lain perubahan pada hormone antidiuretik (ADH),
peptide antidiuretik atrial (ANP) dan Renin-angiotensin aldosteron (RAA)
(3) Respon renal terhadap perubahan hemodinamik yang timbul karena
peningkatan tekanan intralokal
5) Pada sistem gastrointestinal dan fungsi hepar
(1) Distensi gaster, illeus
(2) Perdarahan gaster.
(3) Iskemia pada jaringan hepar

6. Prosedur pemberian ventilator


Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator
untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal
adalah sebagai berikut:
1) Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
2) Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB

9
3) Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
4) Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
5) PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir
ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru
danuntuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh
tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang
ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas).

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negative atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama.
Pada prinsipnya ventilator adalah suatu alat yang bisa menghembuskan gas (dalam
hal ini oksigen) ke dalam paru-paru pasien. Saat menghembuskan gas, ventilator bisa
tidak tergantung otot pernapasan (ventilator menggantikan sepenuhnya kerja otot
pernapasan), atau ventilator bersifat membantu otot pernapasan sehingga kerja otot
pernapasan diperkuat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arvin , Behrman Klirgman.2000.Ilmu Kesehatan Anak.,Jakarta : EGC


Marrelli TM. (2008). Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Raber,Mark A,1998.Buku Saku Kedokteran university of IOWA. Penerbit :
EGC,Jakarta.
Sundana,Krisna. Ventilator : Pendekatan Praktis Di Unit Perawatan Klinis. Edisi I.
Penerbit : CICU Bandung

12

Anda mungkin juga menyukai