Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan iptek terutama dalam dunia pendidikan di Indonesia

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sudah tidak asing lagi menggunakan

internet sebagai sumber pembelajaran dari jenjang pendidikan sekolah dasar hingga

perguruan tinggi tak terkecuali mahasiswa arsitektur yang nantinya akan membawa

wajah baru terhadap bangunan di Indonesia.

Di lingkungan tempat tinggal kita telah banyak kita temui bangunan-


bangunan modern bergaya lokal atau tradisional hingga bergaya internasional
seperti bergaya Arsitektur Eropa, Amerika, Jepang. Pada kota-kota besar di
Indonesia bangunan - bangunan tersebut juga menghiasi wajah kota dan bahkan di
jadikan sebagai Landmark.

Wajah desain bangunan seperti ini tidak lepas pengaruh-pengaruh


mahasiswa arsitektur maupun arsitek muda. Mahasiswa arsitektur maupun arsitek
muda melihat dan mempelajari preseden arsitektur Internasional melalui internet
maupun secara langsung. Terserapnya karakter-karakter bentuk desain dari arsitek
luar oleh mahasiswa/arsitek muda sehingga menjadi awal mula wajah baru
bangunan di Indonesia.

1
1.2. Rumusan masalah
1.2.1. Apa Pengertian Preseden ?

1.2.2. Apa saja aspek- aspek dalam preseden yang mempengaruhi arsitektur?

1.2.3. Bagaimanakah contoh penerapan preseden dalam asitektur ?

1.3.Tujuan Penulis

1.3.1. Meningkatkan pemahaman maha siswa mengenai keterkaitan preseden


dalam sebuah design bangunan.

1.3.2. Meningkatkan pengetahuan maha siswa mengenai penerapan preseden


dalam arsitektur.
1.3.3. Meningkatkan wawasan maha siswa terhadap pemahan mengenai
preseden arsitektur.

1.4. Manfaat Penulis


1.4.1. Untuk mengetahui apa itu pengertian preseden.

1.4.2. Untuk mengetahui apa saja aspek-aspek dalam preseden yang


mempengaruhi arsitektur.
1.4.3. Untuk mengetahui apa saja contoh penerapan dalam arsitektur.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Preseden dalam Arsitektur


Berikut merupakan beberapa pengertian preseden dalam arsitektur, dari
beberapa sumber media:

1. Preseden arsitektur adalah sebuah penilaian atau alat analisis untuk melatih
kecakapan desain arsitektur dan memberikan karakter tertentu pada desain
arsitektural seorang arsitek.

2. Preseden arsitektur memberikan tinjauan terhadap design masa lalu guna


memberikan solusi sebagai dasar penalaran dalam situasi desain saat ini,
sehingga memunculkan suatu prinsip design yang baru atau inovasi.

3. Preseden arsitektur mengidentifikasi pola dan tema yang sebelumnya sudah


ada, dan kini berpeluang untuk membantu mewujudkan bentuk atau design
arsitektur baru pada generasi selanjutnya.

4. Preseden bukan untuk membangkitkan gaya lama baik sebagian atau


keseluruhan dari suatu desain bangunan yang sudah ada.

5. Preseden arsitektur fokus pada cara berfikir yang menekankan mengenai apa
yang pada dasarnya sama, bukan yang berbeda.

6. Preseden adalah teknik transformasi, yaitu aktivitas mengkodefikasi unsur-


unsur yang digunakan oleh suatu bangunan yang sudah ada sebagai refrensi,
namun kemudian mengubah kodefikasi tersebut sedemikian rupa dengan
masih tetap mempertahankan refrensi aslinya untuk menghasilkan makna
baru.

3
2.2 Aspek-aspek yang mempengaruhi Arsitektur
Metodologi penilaian karya arsitektural yang mempunyai karakteristik
tertentu, yang secara mendalam meliputi 3 aspek yaitu :
1. Aspek Konseptual

Dalam aspek konseptual, preseden arsitektur lebih terfokus kepada teori-


teori bentuk, proses transformasi dan philosophy. Dalam analisisnya sebagai
berikut: pertama, bagaimana implikasi konsep filosofis yang dimiliki. Kedua,
bagaimana merumuskan suatu konsep, yaitu gagasan yang dapat menyatukan
beberapa elemen dalam satu kesatuan. Ketiga, bagaimana menanggapi tuntutan
programatis, konteks dan berbagai gagasan yang muncul.
Contoh dari aspek konseptual sebagai berikut:
Rumah Galeri Seni Cemeti merupakan contoh adanya dialog antara
tradisi dengan modernitas. Dalam hal ini, Eko Prawoto berusaha
meng’kontekstual’kan bagian-bagian bangunan yang masih menganut nilai-
nilai tradisi lokal dengan yang sudah modern.

Studio Galery Seni Cemeti


Sumber : Google Image

4
2. Aspek Programatik

Dalam aspek progmatik, preseden arsitektur terfokus kepada tata ruang,


konfigurasi, morfologi, geometri dan lay out denah atau bangunannya sendiri.
Dalam analisisnya sebagai berikut: pertama, bagaimana membuat penzoningan,
pengelompokan fungsional. Kedua, bagaimana menata dan mengkaitkan ruang
pakai dengan sirkulasi. Ketiga bagaimana membentuk ruang dan massa dalam
kaitannya dengan program dan fungsinya.

Denah rumah Tradisional Bali


Sumber : Google Image

Perubahan tata letak dapur pada bangunan masyarakat tradisional Bali


dan masyarakat Bali modern.Pada jaman dahulu, dapur terletak dekat dengan
pintu masuk/pintu utama dikarenakan kegiatan ibu rumah tangga dominan
berada di dapur. Sehingga seorang ibu rumah tangga dapat dengan mudah
mengawasi dan mengetahui apabila ada tamu yang datang berkunjung.

5
Sedangkan pada rumah Bali modern, dapur diletakkan di belakang
dikarenakan lebih mementingkan estetika dibandingkan fungsinya

3. Aspek Formal

Preseden arsitektur terfokus kepada hal formal seperti tapak, lingkungan,


peraturan, ragam hias dan sustainability . Dalam analisisnya sebagai berikut:
pertama, menganalisis kontrusi geometris. Kedua, menganalisis konfigurasi
keruangan.
Contoh penerapan aspek formal:
aspek formal dalam preseden arsitektur, dapat dilihat dari bangunan gereja
katedral di renon. Dapat dilihat dari pilar, jendela, serta pintu meniru bentuk
dari eropa, nampak pilar-pilar tinggi, jendela dan pintu-pintu dengan ukuran
besar, mencerminkan bentuk-bentuk khas eropa.

Gambar : Gereja Katedral Renon Denpasar


Sumber : Google Image

6
2.3 Penerapan Preseden dalam Arsitektur
Dalam usaha mempelajari preseden arsitektur yang telah ada, seorang

arsitek harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam usaha peniruan suatu bentuk

semata. Untuk menghasilkan preseden yang baik maka seorang arsitek harus

mempelajari preseden secara menyeluruh, Guna mengetahui akan anatomi

bangunan, struktur dan kontruksi, tata ruang, nilai-nilai yang dikandung,

kondisi social budaya masyarakat, hingga sejarah yang melatarbelakangi

keberadaan sebuah preseden. Ini dikarenakan dalam sebuah preseden

terkandung makna-makna tertentu. Dimana makna-makna ini tidak dapat

diterapkan begitu saja pada karya arsitektur baru, hanya dengan melakukan

peniruan bentuk fisik semata dari presedennya. Preseden pada dasarnya bukan

berfungsi sebagai ‘’Pemberi contoh semata”, melainkan dalam preseden dapat

dikembangkan oleh arsiteknya sendiri. Sehingga dengan hal tersebut dapat

memperoleh suatu karya arsitektur atau rancangan yang baru, sesuai dengan

waktu dan tempatnya masing-masing.

Penggunaan Preseden arsitektur dalam arsitektur dapat dilakukan dengan


dua alternatife yaitu :

1. Penggunaan preseden yang didasarkan atas prinsip-prinsip desain. Seorang

arsitek dalam merancang sebuah karya-karnya mengolah fungsi, ruang dan

karakter berdasarkan atas prinsip desain yang sudah ada.

2. Penggunaan preseden yang didasarkan atas prinsip-prinsip dalam arsitektur


tradisional yang ada dalam suatu setting masyarakat tertentu. Penerapan

7
prinsip-prinsip desain tersebut di dalam mengolah fungsi, ruang dan karakter
misalnya : rumah Bali, Jawa, Minangkabau, dll.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Preseden merupakan contoh positif maupun negatif yang dapat dijadikan
sebagai pembelajaran untuk mendesign suatu karya. Fungsi preseden yaitu untuk
mengembangkan hal-hal positif serta menemukan dan memecahkan masalah dari
design terdahulu. Dengan memahami pengertian dan fungsi dari preseden, pembuatan
design baru dapat memiliki inovasi dan kreativitas tinggi serta tidak terjadi peniruan
semata (plagiatisme).
Dalam melakukan penerapan preseden pada proses mendesign suatu bangunan
terdiri dari tiga aspek yaitu; Aspek konseptual, Aspek Programatik dan Aspek
Formal, dimana ketiga aspek ini dapat menjadikan ciri khas dari bangunan tersebut.
Aspek konseptual yaitu menjadikan konsep yang terdapat pada bangunan terdahulu
sebagai contoh untuk konsep bangunan yang akan di design. Aspek progmatig yaitu
menjadikan program ruang yang terdapat pada bangunan terdahulu sebagai contoh
untuk memprogram ruang pada bangunan yang akan di design. Aspek formal yaitu
menjadikan langgam yang terdapat pada bangunan terdahulu sebagai contoh untuk
memberi ciri khas / langgam pada bangunan yang akan di design.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyarankan kepada para pembaca
khususnya kepada mahasiswa untuk dapat meningkatkan pemahamannya mengenai
Preseden dalam Arsitektur. Penulis menyadari makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis menyarankan kepada para pembaca untuk tetap
menggali sumber-sumber yang menunjang terhadap pembahasan makalah ini, untuk
perbaikan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai