2.3 Prinsip Ekologi dalam Perancangan Arsitektur .......... Error! Bookmark not
defined.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia arsitektur terdapat prinsip desain yang disebut setting and
contexts (desain yang tumbuh dari daerah itu sendiri) dimana lingkungan dan
konteksnya sudah diatur sesuai dengan ketentuan dari tempatnya berada. Dalam
ekologi, setting dalam pemecahan-pemecahan disain yang tumbuh dari tempat
itu sendiri diatur berdasarkan budaya tradisional, pengetahuan lokal, dan
peraturan- peraturan yang berlaku di tempatnya.
TINJAUAN TEORI
Menurut Y.B. Mangunwijaya dalam bukunya ( Wastu Citra, 1988 : 34) beliau
menyebutkan bahwa berarsitektur adalah beraktivitas, termasuk di antranya bertukang,
sesuatu yang buat sebagian orang dianggap tidak setinggi mendesain, dan masalah
arsitektur memang bukan hanya soal statika bangunan agar menjadi kokoh dan tidak
roboh apabila ada gempa, bukan cuma harus nikmat ventilasinya dan elok efek
psikologis interpenetrasi ruang-ruangnya, bukan pula hanya menyakngkut masalah
pragmatic denah pemukiman, penyusunan ekonomis zona industry, zona bisnis, dan
sebagainya. Akan tetapi, dia menyentuh dimensi yang telah disentuh pula oleh alam
raya, yakni yang menunjuk kepada sesuatu yang transendens, yang memberi makna.
Makna ini sendiri bisa diwancanakan sebagai “spirit “atau semangat yang menjiwai
suatu bentuk hasil karya, yang menggugah dan mempesona sanubari. Ibarat garis-garis
dan tekstur pada sebuah lukisan yang menggelarkan bahasa citranya.Dalam suatu
pertunjukkan kesenian tari, tabuh maupun teater ada yang dikenal dengan sebutan taksu
atau imaji yang memancarkan misteri kharismatis suatu adegan atau tetarian yang
dilakoni, ataupun berupa kekuatan dan nilai-nilai yang diekspresikan “ menyihir
“ decak kagum penontonnya.
Menurut I Nyoman Gde Suardana dalam bukunya” Arsitektur Bertutur” ( tahun 2005 )
sejatinya, arsitektur bukan sekadar bentuk atau hanya fisik semata, melainkan perlu
dimaknai secara holistik dengan “ keindahan” hati manusia selaku bagian dari segenap
ciptaan Tuhan. Sekaligus menyadari akan korelasinya dengan alam lingkungan dan
mahluk hidup lainnya. Lantaran arsitektur, selain memberikan ruang bagi setiap
aktifitas fisik kehidupan manusia, pun didambakan mampu memberi kenyamanan dan
kenikmatan kepada manusia, pengguna arsitektur.
Makna ini sendiri bisa diwancanakan sebagai “spirit “atau semangat yang
menjiwai suatu bentuk hasil karya, yang menggugah dan mempesona
sanubari. Ibarat garis-garis dan tekstur pada sebuah lukisan yang
menggelarkan bahasa citranya.Dalam suatu pertunjukkan kesenian tari,
tabuh maupun teater ada yang dikenal dengan sebutan taksu atau imaji yang
memancarkan misteri kharismatis suatu adegan atau tetarian yang dilakoni,
ataupun berupa kekuatan dan nilai-nilai yang diekspresikan “ menyihir
“ decak kagum penontonnya.
Dalam arti yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun
keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari tingkatan mikro yaitu desain bangunan,
desain perabot rumah tangga, hingga ke tingkatan makro yaitu perencanaan tata ruang
kota, perancangan perkotaan, dan arsitektur lansekap.
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam arti yang lebih
luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan,
mulai dari tingkatan mikro yaitu desain bangunan, desain perabot rumah tangga, hingga
ke tingkatan makro yaitu perencanaan tata ruang kota, perancangan perkotaan,
arsitektur lansekap. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan
tersebut. Sedangkan ekologis yaitu ilmu interaksi antara segala jenis makhluk hidup
dan lingkungannya. Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos rumah tangga atau cara
bertempat tinggal, dan logos yang berarti ilmu atau ilmiah. Sehingga ekologi dapat di
definisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dan lingkungannya.
Jadi pengertian ekologi arsitektur adalah perancangan arsitektur baik dalam skala
besar maupun skala kecil yang menjadi kebutuhan hidup manusia yang
mempertimbangkan keberadaan dan kelestarian alam di sekitar tanpa harus merusak
sebagai hubungan timbal balik antara manusia dengan alam.
Menurut Johannes Eugenius Bülow Warming (3 November 1841 - 2 April
1924), dikenal sebagai Eugen Warming, adalah seorang botanis Denmark dan tokoh
disiplin serta pendiri ilmu ekologi. Warming menulis pertama buku (1895) yaitu
ekologi tumbuhan, mengajarkan kursus Universitas pertama dalam ekologi dan
memberikan konsep yang arti dan isinya.
Definisi Ekologi Arsitektur Menurut Para Ahli :
a. Menurut Heinz Frick
Heinz Frick (Arsitektur Ekologis, 1998) berpendapat bahwa, eko-arsitektur
tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur, karena
tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar. Namun mencakup
keselarasan antara manusia dan alam. Eko-arsitektur mengandung juga
dimensi waktu, alam, sosio-kultural, ruang dan teknik bangunan. Oleh
karena itu eko-arsitektur adalah istilah yang menandung arti sangat luas.
Menurut Heinz Frick ada beberapa prinsip bangunan ekologis yang antara
lain seperti:
Penyesuaian bentuk bangunan terhadap lingkungan alam setempat
Menghemat sumber daya alam baik yang dapat diperbaharui maupun
tidak dapat diperbaharui
Memelihara sumber lingkungan yaitu udara, air dan tanah.
Mengurangi ketergantungan kepada sistem pusat energi (listrik, air)
dan limbah (air limbah dan sampah).
Memanfaatkan sumber daya alam sekitar kawasan perencanaan untuk
sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan
maupun untuk utilitas bangunan
Adapun ekologi arsitektur trdiri dari 4 unsur pokok yaitu udara, api,
air dan bumi.
(Dikutip dari Buku : Frick, Heinz dan FX Bambang Suskiyanto. 1998.
Dasar-Dasar Eko Arsitektur. Yogyakarta: Kansius).
Untuk mendapatkan hasil rancangan yang mampu selaras dan sesuai dengan
perilaku alam, maka semua keputusan dari konsep perancangan harus melalui
analisis secara teknis dan ilmiah Pemikiran dan pertimbangan yang dilakukan
memerlukan pemikiran yang interdisiplin dan holistic karena sangat kompleks
dan mencakup berbagai macam keilmuan.
Gambar 2.3. Integrasi sistim di alam dan sistim bangunan
Bahan bangunan yang dapat digunakan Tanah, tanah liat, lempung, tras,
semen
transformasi
kimia, perekat.
2. Pencahayaan
Cahaya sangat penting bagi makhluk hidup , terutama
untuk manusia , cahaya digunakan untuk megenali
lingkungan sekitar dan juga untuk menjalankan aktivitas.
a) Cahaya dari permukaaan atap dan dinding
Cahaya berasal dari sinar matahari yang masuk ke
dalam ruangan melalui lubang atap dan / atau lubang
dinding. Berbgai macam variasi bentuk tergantung
dari bentuk dan arah matahari terhadap bangunan itu
sendiri . pelubangan bangunan untuk cahaya alam
berdampak pada kesilauan bila bentuk dan arah lubang
tidak tepat dalam pengguanaanya.
a) Sifat warna
b) Sifat cahaya (intensitas cahaya yang refleksi)
c) Kejenuhan warna (intensitas sifat warna)
1) Putih
Pada lantai : menolak bersentuhan
3) Pirus
Pada lantai : merangsang, bergerak jalan
1. Energi surya
2. Energi air
2. Mendesain taman
1. HOLISTIK
Dasar eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu
kesatuan yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian. Eko-Arsitektur
mengandung bagian-bagian; arsitektur biologis (arsitektur kemnusiaan yang
memperhatikan kesehatan), arsitektur alternatif, arsitektur matahari (dengan
memanfaatkan energi surya), arsitektur bionic (teknik sipil dan konstruksi yang
memperhatikan kesehatan manusia), serta biologi pembangunan. Maka istilah eko-
arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang.
Sumber : https://cari-kos.com/blog/bambu-material-alternatif-yang-ramah-
lingkungan/
Adapun prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan bangunan :
• Semakin kecil kebutuhan energi pada produksi dan transportasi, semakin kecil
pula limbah yang dihasilkan.
• Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan diganti.
3. HEMAT ENERGI
Sumber : http://dika76309.blogspot.com/2015/02/efek-rumah-kaca.html
Pengaruh iklim pada bangunan. Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan
jarak yang cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi
bangunan ditepatkan diantara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi antara
letak gedung berarah dari timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah
angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang yang menguntungkan penerapan
ventilasi silang.
Gambar : Ventilasi untuk hunian sehat
Sumber : http://www.jual-apartemen.com/blog/4309/mengenal-4-
jenis-sistem-ventilasi-untuk-hunian-sehat/
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Setting
Setting adalah lingkungan dan isinya yang sudah diatur sesuai ketentuan
dimana lokasi atau tempatnya. Menurut Rapoport (1982), setting merupakan
tata letak dari suatu interaksi antara manusia dengan lingkungannya, setting
mencakup lingkungan tempat manusia (komunitas) berada (tanah, air,
ruangan, udara, pohon, dll) yaitu untuk mengetahui tempat dan situasi dengan
apa mereka berhubungan sebab situasi yang berbeda mempunyai tata letak
yang berbeda pula. Dalam konteks ruang, setting dapat dibedakan atas setting
fisik dan setting kegiatan/ aktifitas.
Berdasarkan elemen pembentuknya, setting dapat dibedakan atas
(Rapoport, 1982) :
1. Elemen fixed, merupakan elemen yang pada dasarnya tetap atau
perubahannya jarang. Secara spasial elemen-elemen ini dapat di
organisasikan ke dalam ukuran, lokasi, urutan dan susunan. Tetapi
dalam suatu kasus fenomena, elemen-elemen ini bisa dilengkapi
oleh elemn-elemen yang lain, meliputi : bangunan dan perlengkapan
jalan yang melekat.
2. Elemen semi fixed, merupakan elemen-elemen agak tetap tapi tetap
berkisar dari susunan dan tipe elemen, seperti elemen jalan, tanda
iklan, etalase toko dan elemen-elemen urban lainnya. Perubahannya
cukup cepat dan mudah. Meliputi : PKL, Parkir dan sistem penanda.
3. Elemen non fixed, merupakan elemen yang berhubungan langsung
dengan tingkah laku atau perilaku yang di tujukan oleh manusia itu
sendiri yang selalu tidak tetap, seperti posisi tubuh dan postur tubuh
serta gerak anggota tubuh. Meliputi, pejalan kaki, pergerakan
kendaraan motorise dan non motorise.
Pengetahuan Lokal
Pengetahuan lokal akan didapatkan dari perkembangan
budaya pada lingkungan sekitar tempat objek itu berada,
kumpulan unsur historis, dan pengetahuan lokal yang
mendasar bagaimana menjaga lingkungan sekitar.
2. Pengetahuan Lokal
Pengetahuan lokal akan didapatkan dari perkembangan budaya
pada lingkungan sekitar tempat objek itu berada, kumpulan
unsur historis, dan pengetahuan lokal yang mendasar bagai
mana menjaga lingkunga sekitar.
Pada teori Gesalt terdiri dari 6 hukum utama yang sering dijumpai yaitu:
a. Hukum Kedekatan (Law of Proximity)
Hukum ini menjelaskan bahwa benda-benda yang berdekatan akan
saling membentuk satu kesatuan.
b. Hukum Kesamaan (Law of Similiarity)
Hukum ini menjelaskan bahwa benda-benda yang memiliki
kesamaan akan membentuk satu kumpulan bentuk.
c. Hukum Kontinuitas (Law of Good Continuation)
Hukum ini menjelaskan bahwa manusia cenderung
mempersepsikan suatu gerak bentuk yang berkelanjutan dalam
suatu pola yang unik.
d. Hukum Ketertutupan (Law of Closure)
Hukum ini menjelaskan bahwa manusia cenderung akan mengisi
kekosongan pada pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap
dengan mempersepsikannya sebagai suatu bentuk yang lengkap
atau utuh.
e. Hukum Pragnanz (Law of Pragnanz)
Hukum ini menjelaskan bahwa manusia cenderung untuk
menyederhanakan bentuk yang kompleks menjadi gabungan
bentuk-bentuk sederhana yang mudah dipahami.
f. Hukum Figure/Ground (Law of Figure/Ground)
Hukum ini menjelaskan bahwa setiap bidang pengamatan dapat
dibagi menjadi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang.
Penampilan suatu objek seperti ukuran, potonga, warna, dan
sebagainya membedakan figure dari latar belakang. (Sumber:
Hermando Firgus, Pengaruh Konteks Terhadap Desain Arsitektur
Kontekstual, 2010)
Gambaran akan arsitektur lokal biasanya muncul dari tradisi dan cara
mem- bangun vernakular, dimana terdapat bahasa tertentu untuk arsitektur lokal
ini yang bisa diadaptasi baik sebagai pelengkap ataupun keseluruhan konsep
arsitektur yang kontekstual. Arsitektur bisa didesain untuk melengkapi tradisi
lokal yang ada sehingga dapat melengkapi identitas budaya lokal. Namun
terkadang arsitektur tradisional bisa juga diteruskan dengan mengangkat unsur
lokal seperti material dan cara membangun, bisa juga unsur lainnya seperti
hierarki, bentukan, dan nilai filsafatnya. Keseluruhannya masih bisa dikatakan
sebagai konteks lokal’ apabila masih memiliki karakter tertentu yang diteruskan
meskipun merupakan ‘re-imaging’.
Masyarakat sebaiknya dilibatkan dalam penentuan kebijakan untuk
menentukan desain arsitektur terutama bagi bangunan publik / pemerintahan /
konservasi cagar budaya. Terlebih bagi arsitektur yang melayani banyak orang
seperti gedung pemerintahan, nilai lokal adalah kebanggaan yang sebaiknya dan
setidaknya menjadi sebuah tolak ukur akan penghargaan terhadap budaya
lokalnya sendiri. Masyarakat perlu dimintai pertimbangan dalam keputusan
desain agar dapat lebih aspiratif, antara lain dengan cara mengumpulkan
pendapat menjadi sebuah saran bagi desain arsitektur yang akan dibuat.
- Struktur organisasi
- data statistik
- karakter budaya
- faktor keamanan
Kebijakan lokal - Desain
- pandangan strategis
- Rencana transportasi
- Peraturan Daerah
- Area konservasi
- bangunan konservasi
- monumen / peninggalan
- Arkeologi
- situs menarik
* framework pengembangan
* Petunjuk mendesain
* peraturan penggunaan
lahan
- inisiatif lokal
Arsitektur merupakan bidang ilmu yang selain kompleks juga dinamis. Hal ini
dikarenakan arsitektur dapat dihubungkan dengan masa lalu, kemudian membentuk masa
sekarang, dan berpengaruh pada masa depan. Sehingga, arsitektur yang belajar dari
masa lalu, dapat membentuk arsitektur pada masa sekarang dan dampaknya dapat
dirasakan dimasa depan. Salah satu nilai yang dapat di pelajari dari masa lalu, sebagai
salah satu bentuk alternatif solusi, yang dapat membentuk arsitektur masa sekarang dan
berpengaruh pada masa depan adalah nilai kearifan lokal. Peran manusia sangat penting
untuk menjaga lingkungan alam dan menghasilkan wujud fisik arsitektur yang memiliki
nilai kearifan serta selaras dengan alam. Maka perlu adanya harmonisasi hubungan
timbal balik diantara ketiganya, yakni antara manusia, alam, dan arsitektur.
LOKAL
ALAM
ARSITEKTUR
SOSIAL
BUDAYA
- Arsitektur Kuno
1. Lingkungan Alam, dibayangkan sebgai suatu sistem ekologi dari air, udara,
energi, tanah, tumbuhan (vegetasi). Kegiatan manusia merupakan bagian
penting dari sistem ekologi ini.
2. Lingkungan buatan manusia, terdiri dari bentuk - bentuk kota yang
dibangun, struktur fisik dan pengaturan ruangnya serta pola - pola perilaku
sosial, politik, dan ekonomi yang membentuk lingkungan fisik tersebut.
(Dikutip dari Buku : Ir. Heinz Frick. 1996. Arsitektur dan Lingkungan.
Yogyakarta: Kansius)
Seringkali lingkungan buatan meliputi suatu pelanggaran lingkungan
alam yang disengaja. Umpamanya kota-kota meliputi sistem infrastruktur
yang meluas untuk air, tenaga, pengangkutan, saluran pembuangan air hujan
dan saniter, dsbnya. Konteks tapak dapat digolongkan sebagai :
- urban ( perkotaan )
Pengertian Setting adalah lingkungan dan isinya yang sudah diatur sesuai
ketentuan dimana lokasi/tempatnya.
“The context and environment in which something is set”
Dimana lingkungan dan konteksnya sudah diatur sesuai dengan
ketentuan dari tempatnya berada. Dalam ekologi arsitektur, setting dalam
pemecahan - pemecahan desain yang tumbuh dari tempat itu sendiri diatur
berdasarkan budaya tradisional, pengetahuan lokal, dan peraturan - peraturan
yang berlaku di tempatnya.
Prinsip-prinsip keberlanjutan dalam budaya tradisional dilatar belakangi
oleh beberapa tata nilai ruang Arsitektur Bali. Tata nilai ruang tersebut dapat
berpengaruh dengan alam dimana masyarakat harus tetap bisa mempertahankan
eksistensi alam. Pada objek, prinsip-prinsip menghargai dan menghormati alam
kurang dicerminkan karena tuntutan fungsi bangunan yang lebih mengutamakan
kepuasan manusia.
Dalam pemecahan desain ekologi, setting tumbuh dari tempat itu sendiri dan diatur
dari unsur – unsur:
1. Lingkungan dan Budaya
Dalam setting perancangan sebuah objek arsitektural harus bisa menghargai dan
menghormati lingkungan sosial budaya yang ada di sekitar objek. Tidak lupa juga
lingkungan juga mencakup topografi dan unsur unsur yang terdapat dalam lingkungan
tersebut seperti kondisi air, tahah, dll.
2. Pengetahuan Lokal
Pengetahuan lokal akan didapatkan dari perkembangan budaya pada lingkungan
sekitar tempat objek itu berada, kumpulan unsur historis, dan pengetahuan lokal yang
mendasar bagai mana menjaga lingkunga sekitar.
3. Peraturan yang Berlaku di Tempatnya
Dalam merancang sebuah bangunan, tentunya pemerintah akan memiliki aturan
aturaN yang difungsikan sebagai batasan seorang perancang untuk merancang. Misal
ada peraturan untuk mengharuskan pemilik bangunan untuk tetap memberikan ruang
hijau dalam tapak bangunan yang diatur dalam Perda (Peraturan Daerah). Dalam
perancangan bangunan, pemerintah daerah sudah membuat aturan- aturan yang
difungsikan sebagai batasan dalam perancangan bangunan.
Salah satu aspek penting dalam disain arsitektur yang semakin hari semakin
dirasakan penting adalah penataan energi dalam bangunan. Krisis sumber energi tak
terbaharui mendorong arsitek untuk semakin peduli akan energi dengan cara beralih ke
sumber energi terbaharui dalam merancang bangunan yang hemat energi. Konsep
penekanan desain ekologi arsitektur didasari dengan maraknya issue global warming.
Diharapkan dengan konsep perancangan yang berdasar pada keseimbangan alam ini,
dapat mengurangi pemanasan global sehingga suhu bumi tetap terjaga. Kebanyakan
arsitek hanya mementingkan desain pada bangunan itu sendiri dan tidak melihat
disekeliling dampak pada lingkungan tersebut. Apabila tidak diterapkan ekologi dalam
arsitektur maka akan terjadi :
- Apabila bangunan terbuat dari kaca akan terjadi pemanasan global dan seharusnya di
perbanyak vegetasi pada bangunan dan lingkungan tersebut
- Apabila bangunan tersebut termasuk penghambat arah lajur perairan maka akan
menghambat air-air bekas hujan sehingga mengakibatkan banjir.
Berikut adalah beberapa sistem dan elemen terapan yang dapat diaplikasikan dalam
bangunan untuk mendukung konsep ekologi arsitektur :
Optimalisasi Vegetasi
Sumber : http://rudimayastoro.blogspot.com/2015/02/konsep-bangunan-hijau-green-
building.html
Gambar : green roof pada building
Sumber : http://furnizing.com/article/eco-house
Memilih atap hijau/ green roof akan menjadikan rumah lebih atraktif dan juga ramah
lingkungan. Menggunaka sistem ini pada atap akan memberikan insulasi untuk rumah
yang membantu mengurangi pemakaian energi dalam rumah. Untuk atap hijau ini bisa
diterapkan di keseluruhan atap atau pun hanya beberapa bagian saja. Atap hijau tidak
hanya berdasarkan pada atap dengan rerumputan, tetapi bisa juga dengan mengontrol
sistem saluran pembuangan air. Adapun sistem yang menampung air hujan yang
nantinya dapat digunakan kembali untuk keperluhan rumah tangga seperti mencuci,
menyiram toilet, menyiram tanaman, dan irigasi landscape.
Secara umum perletakan jendela harus memperhatikan garis edar matahari, sisi utara
dan selatan adalah tempat potensial untuk perletakan jendela (bukaan), guna
mendapatkan cahaya alami.
Gambar : pencahayan alami pada rumah
Sumber : http://desaininterior.me/2012/05/skylight-menerangi-rumah-dengan-cahaya-
alami/
Untuk mengetahui jatuhnya sinar matahari saat masuk dalam ruangan tersebut sudah
banyak program komputer yang dapat membantu simulasi efek cahaya matahari
terhadap disain selubung bangunan. Konsep disain fasade untuk tujuan efisiensi energi
tergantung dengan posisi geografis dan iklim setempat. Permasalahannya banyak
bangunan di Indonesia yang meniru bangunan yang ada di Eropa tanpa disesuaikan
dengan kondisi geografis dan iklim di Indonesia, misal : jendela yang tanpa dilengkapi
tabir matahari (sun screen).
merupakan suatu konsep teknologi mutakhir dinding tirai kaca yang mempertemukan
kepentingan ekologi maupun ekonomi bagi bangunan perkantoran bertingkat tinggi
yang dikondisikan sepenuhnya (fully air-conditioned). Ia mampu mengurangi pantulan
panas matahari dari bangunan bangunan kaca tinggi yang menyebabkan meningkatnya
temperatur lingkungan diperkotaan (heat-island effect ) maupun efek rumah kaca pada
atmosfer bumi (house effect). Fasade kaca pintar pada umumnya adalah konstruksi
dinding kaca ganda (double-skin construction) dengan rongga udara antara 35cm-
50cm antara kaca luar dan kaca dalam.
Sumber : http://www.fachadavariable.cl/2015/12/13/double-skin-facades-technology-
and-innvation-in-architecture-learning-from-20-years-of-experience-in-germany/
Dinding kaca luar ketebalan 12mm dari jenis kaca dengan transmisi tinggi (umumnya
kaca bening), sedangkan kaca dalam ketebalan 6-8mm dari jenis high performance
glass. Terdapat rongga udara menerus sehingga merupakan cerobong kaca (glass-shaft)
dengan ketinggian meliputi beberapa lantai sesuai dengan studi analisis yang
dilakukan.
Sumber : http://www.2030palette.org/shading-devices/
Penerapan Pengontrol AC
VRV (Variable refrigerant volume) yaitu suatu sistem pengontrolan kapasitas mesin
AC dengan cara langsung mengatur laju aliran refrigerantnya, di dalam indoor unit,
electronic expansion valve yang dikendalikan oleh komputer akan mengubah laju
aliran refrigerant secara terus menerus sebagai reaksi atas terjadinya perubahan beban.
Komponen dari VRV sama dengan AC split, hanya pengendaliannya saja yang berbeda
sehingga VRV lebih presisi dan efisien.
Gambar : VRV (Variable refrigerant volume
Sumber : https://www.hpac.com/air-conditioning/school-district-does-its-homework-
chooses-variable-refrigerant-volume
Photovoltaic adalah merupakan piranti yang mampu mengubah energi sinar matahari
secara langsung menjadi energi listrik. PV (Photovoltaic) terdiri dari dua layer semi-
konduktor yang memiliki karakteristik elektrik yang berbeda, sehingga saat terkena
sinar matahari terjadi beda potensial di antara keduanya dan menimbulkan aliran listrik.
Gambar : Photovoltaic
Sumber : https://www.ecmweb.com/green-building/highs-and-lows-photovoltaic-
system-calculations
Penghawaan Alami
Sumber : https://www.designingbuildings.co.uk/wiki/Cross_ventilation
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah agar di masa yang akan
datang diharapkan sebagai penghuni bumi kita dapat mempertimbangkan segala
aspek dalam membangun agar desain bangunan yang tercipta dapat memberikan
dampak yang baik dalam lingkungan. Diharapkan juga untuk calon Arsitek dimasa
mendatang agar tidak egois dalam membangun suatu lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Cowan, Stuart dan Sim Van der Ryn. 2007. Ecological Design: 10th Anniversary
Edition.
Sri Yuliani. 2012. Paradigma Ekologi Arsitektur Sebagai Metode Perancangan Dalam
Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Surakarta. Architecture Department,
Faculty of Engineering Sebelas Maret University.
Probo Hindarto. 2011. Arsitektur Konstektual dan Faktor Penentu Kebijakan. Astudio
Indonesia.