Anda di halaman 1dari 15

PAPER

ANALISIS DAN KAJIAN DESAI ARSITEKTUR GEDUNG SATE

MATA KULIAH : DESAIN NUSANTARA

DI SUSUN OLEH
ZUL HIJAH
30719010

JURUSAN DESAIN INTERIOR


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INTERNATIONAL WOMEN UNIVERSITY
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 05 Februari 2022

Zul Hijah

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Deskripsi Arsitektur............................................................................................3
B. Analisis Desain....................................................................................................4
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tahun 1808, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels,
mengubah posisi ibukota Bandung yang mulanya di Krapyak (Bandung Selatan) menjadi
Bandung Kota (Bandung Tengah). Semasa pemerintahannya, pemerintah kolonial melihat
potensi yang besar dimana Eek (nama lama kota Bandung) dapat dikembangkan menjadi kota
yang direncanakan secara matang. Pembangunan sarana dan prasarana pun dilakukan secara
terus-menerus. Hal inilah yang pada akhirnya memunculkan beberapa karya-karya arsitektur
yang menjadi ikon di Kota Bandung itu sendiri. Gedung Sate, dengan ornamen ciri khasnya
yang berupa tusuk sate merupakan suatu ikon Kota Bandung yang sudah dikenal diseluruh
penjuru Tanah Air. Umurnya yang hampir mencapai 100 tahun (mulai dibangun tanggal 27
Juli 1920) memiliki nilai sejarah tersendiri bagi masyarakat Jawa Barat khususnya Kota
Bandung. Ornamen-ornamen pada gedung ini memiliki perpaduan nilai antara arsitektur
Eropa dan arsitektur Nusantara (atau bisa disebut arsitektur Indo-Eropa/Indo Europeeschen
architectuur stijl) yang menarik dan anggun. Badan dari Gedung Sate itu sendiri
mengingatkan kita pada gaya arsitektur Italia di masa reinaissance, sedangkan atap bertingkat
yang berdiri tegak mirip dengan atap Pagoda. Ini merupakan ungkapan arsitektur yang
berhasil menghasilkan keharmonisan antara langgam Timur dan Barat. Hal tersebut yang akan
diangkat dan dikupas menjadi pembahasan utama dimana perpaduan tersebut dapat
menciptakan karya arsitektur yang begitu anggun dan menjadi dambaan banyak maestro
arsitek dan ahli bangunan. Dengan itu, pembahasan ini dapat membuat pembaca menjadi
mengetahui lebih dalam nilai-nilai arsitektur yang terkandung dalam bangunan ini serta
mampu mengapresiasinya sebagai ikon sejarah yang berharga.
Gedung Sate terletak di Jalan Diponegoro No. 22, Kota Bandung, Jawa Barat. Gedung
ini berdiri diatas lahan seluas 27.990,859 m², dengan luas bangunan sekitar 10.877,734 m².
Gedung yang mempunyai nama lama Gouvernements Bedrijven ini merupakan hasil karya
arsitek Ir.J.Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh.
De Roo dan Ir. G. Hendriks serta pihak Gemeente van Bandoeng, Kol. V.L. Slors, dengan
melibatkan 2000 pekerja dan 150 orang di antaranya adalah pemahat. Gerber memadukan

1
beberapa aliran arsitektur ke dalam rancangannya. Setiap elemen bangunan rancangannya
memiliki gaya/tema dan filosofi masingmasing yang menarik. Hal berikut akan dikupas lebih
dalam sehingga pembaca dapat lebih memahami arti tersirat yang terkandung di setiap detail
rancangan bangunan ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan paper ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan arsitektur ?
2. Menganalisis desain arsitektur bangunan sate kota bandung ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan paper ini diantaranya adalah sebagai berikut:
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan arsitektur.
4. Untuk menganalisis desain arsitektur bangunan sate kota bandung

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Arsitektur
Arsitektur adalah pemikiran yang matang dalam pembentukan ruang. Pembaharuan
arsitektur secara menerus adalah disebabkan perubahan konsep ruang. Sama halnya dengan
seni visual lainnya, seni Arsitekturpun bertujuan untuk memperoleh keindahan yang ideal
dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Keindahan dalam Arsitektur merupakan nilai-
nilai yang menyenangkan mata dan pikiran. Sebenarnya apa yang disebut indah, sulit
ditentukan ukuannya karena sifat subjektisitasnya selalu akan muncul. Sesuatu indah bagi
seseorang belum tentu indah bagi orang lain. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilihat
apabila seorang seminan lukisan menggunakan warna sebagai medianya, maka seorang
arsitek menggunakan suatu bentuk tertentu yang dihasilkan oleh seorang Arsitek, dan akan
dapat mempengaruhi perasaan manusia. Selain dari bentuk, unsur-unsur lain juga berperan
didalam sebuah Arsitektur seperti ruang, skala, warna, tekstur dan kenyamanan.
Arsitek pada umumnya didefenisikan sebagai “ seni penciptaan ruang dan bangunan
untuk member wadah kepada kehidupan bersama”. Pengertian ini membuat suatu
penyempitan jangkauan arti arsitektur itu sendiri. Istilah arsitektur dalam kamus umum bahasa
Indonesia diartikan sebagai gaya atau bentuk bangunan, seni dan ilmu merancang serta
membuat kontruksi bangunan, metode dan gaya kontruksi bangunan. Dengan kata lain
merupakan pengetahuan seni merancang atau mendesain bangunan. Arsitektur memiliki
makna yang lebih luas meliputi pembangunan lingkungan binaan yang merupakan bagian dari
lngkungan semesta yang telah dibuat oleh manusia untuk menopang kehidupannya, yang
berarti mencakup segala ruang bangunan dan prasarana dan yang dibentuk oleh manusia.
Arsitektur yaitu suatu seni untuk mendesain bangunan sehingga mempunyai nilai
keindahan/estetka. Keindahan adalah nilai-nilai yang menyenangkan mata, pikiran dan
telinga, karena Arsitektur adalah seni visual, maka syarat keindahan menjadi nialai-nilai yang
menyenangkan mata dan pikiran yaitu niai-nilai, bentuk dan ekspresi yang menyenangkan.
keindahan bentuk, lebih banyak berbicara mengenai sesuatu yang lebih nyata yang terdiri dari
Keterpasuan, proporsi, keseimbangan, skala, dan Irama. Sedangkan keindahan ekspresi

3
bersifat abstrak terdiri , syarat urut-urutan karakter , gaya dan warna. Keindahan itu bukanlah
sesuatu yang bisa dicapai hanya dengan usaha fisik, tetapi juga disertai dengan usahan batin.
Ini terkesan terekspresikan apakah Arsitektur adalah seorang arsitek-arsitek diartikan sebagai
ahli bangunan, ahli perancang ( pendesain) bangunan atau pakar Arsitek. Dengan kata lain
ialah orang yang mempergunakan keahliannya untuk mengerjakan perencanaan dan
pengawasan bangunan. Demikian juga halnya dengan arsitek sebagai pihak yang menyandang
suatu profesi, dapat memberikan nasehat atau jasa-jasa yang berhubungan dengan
perancangan pengawasan, yang dipercayai oleh sipemberi tugas.
Dalam penjelasan undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014, yang dimaksud
dengan arsitektur adalah wujud fisik bangunan, penataan letak bangunan, gambar rancangan
bangunan, gambar teknis bangunan, dan model atau maket bangunan

B. Analisis Desain Arsitektur Gedung Sate Kota Bandung

1. Detail Arsitektur Gedung Sate Kota Bandung


Gedung sate dengan ciri khasnya berupa ornamen tusuk sate pada menara sentralnya,
telah lama menjadi penanda atau markah tanah Kota Bandung yang tidak saja dikenal
masyarakat di Jawa Barat, tetapi juga seluruh Indonesia bahkan model bangunan itu
dijadikan pertanda bagi beberapa bangunan dan tanda-tanda kota di Jawa Barat. Misalnya
bentuk gedung bagian depan Stasiun Kereta Api Tasikmalaya. Mulai dibangun tahun 1920,
gedung berwarna putih ini masih berdiri kokoh namun anggun dan kini berfungsi sebagai
gedung pusat pemerintahan kota bandung.
Gedung Sate yang pada masa Hindia Belanda itu disebut Gouvernements
Bedrijven (GB), peletakan batu pertama dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, puteri
sulung Wali Kota Bandung, Bertus Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur
Jenderal di Batavia, J.P. Graaf van Limburg Stirum pada tanggal 27 Juli 1920, merupakan
hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari Ir.J.Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan
Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendriks serta pihak Gemeente
van Bandoeng, diketuai Kol. Pur. VL. Slors dengan melibatkan 2000 pekerja, 150 orang di
antaranya pemahat, atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu
berkebangsaan Cina yang berasal dari Konghu atau Kanton, dibantu tukang batu, kuli aduk
dan peladen yang berasal dari penduduk Kampung Sekeloa, Kampung Coblong

4
Dago, Kampung Gandok dan Kampung Cibarengkok, yang sebelumnya mereka
menggarap Gedong Sirap (Kampus ITB) dan Gedong Papak (Balai Kota Bandung).
Gedung Sate selama kurun waktu 4 tahun pada bulan September 1924 berhasil
diselesaikan pembangunan induk bangunan utama Gouverments Bedrijven, termasuk
kantor pusat PTT (Pos, Telepon dan Telegraf) dan Perpustakaan. Arsitektur Gedung Sate
merupakan hasil karya arsitek Ir. J.Gerber dan kelompoknya yang tidak terlepas dari
masukan maestro arsitek Belanda Dr.Hendrik Petrus Berlage, yang bernuansakan wajah
arsitektur tradisional Nusantara. Banyak kalangan arsitek dan ahli bangunan menyatakan
Gedung Sate adalah bangunan monumental yang anggun mempesona dengan gaya
arsitektur unik mengarah kepada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa, (Indo Europeeschen
architectuur stijl), sehingga tidak mustahil bila keanggunan Candi Borobudur ikut
mewarnai Gedung Sate.
Beberapa pendapat tentang megahnya Gedung Sate di antaranya Cor Pashier dan Jan
Wittenberg dua arsitek Belanda, yang mengatakan "langgam arsitektur Gedung Sate
adalah gaya hasil eksperimen sang arsitek yang mengarah pada bentuk gaya arsitektur
Indo-Eropa". D. Ruhl dalam bukunya Bandoeng en haar Hoogvlakte 1952, "Gedung Sate
adalah bangunan terindah di Indonesia". Ir. H.P.Berlage, sewaktu kunjungan ke Gedung
Sate April 1923, menyatakan, "Gedung Sate adalah suatu karya arsitektur besar, yang
berhasil memadukan langgam timur dan barat secara harmonis". Seperti halnya gaya
arsitektur Italia pada masa renaiscance terutama pada bangunan sayap timur. Sedangkan
menara bertingkat di tengah bangunan mirip atap meru atau pagoda. Masih banyak lagi
pendapat arsitek Indonesia yang menyatakan kemegahan Gedung Sate misalnya Slamet
Wirasonjaya, dan Ir. Harnyoto Kunto.
Kuat dan utuhnya Gedung Sate hingga kini, tidak terlepas dari bahan dan teknis
konstruksi yang dipakai. Dinding Gedung Sate terbuat dari kepingan batu ukuran besar (1
× 1 × 2 m) yang diambil dari kawasan perbukitan batu di Bandung timur sekitar
Arcamanik dan Gunung Manglayang. Konstruksi bangunan Gedung Sate menggunakan
cara konvensional yang profesional dengan memperhatikan standar teknik.
Gedung Sate berdiri di atas lahan seluas 27.990,859 m², luas bangunan 10.877,734
m² terdiri dari Basement 3.039,264 m², Lantai I 4.062,553 m², teras lantai I 212,976 m²,

5
Lantai II 3.023,796 m², teras lantai II 212.976 m², menara 121 m² dan teras menara
205,169 m².
Gerber sendiri memadukan beberapa aliran arsitektur ke dalam rancangannya. Untuk
jendela, Gerber mengambil tema Moor Spanyol, sedangkan untuk bangunannya dalah
Rennaisance Italia. Khusus untuk menara, Gerber memasukkan aliran Asia, yaitu gaya
atap pura Bali atau pagoda di Thailand. Di puncaknya terdapat "tusuk sate" dengan 6 buah
ornamen sate (versi lain menyebutkan jambu air atau melati), yang melambangkan 6 juta
gulden - jumlah biaya yang digunakan untuk membangun Gedung Sate. Ornamen yang
terbuat dari batu, terletak di atas pintu utama Gedung Sate, sering dikaitkan dengan
candi Borobudur karena bentuknya yang serupa. Fasade (tampak depan) Gedung Sate
ternyata sangat diperhitungkan. Dengan mengikuti sumbu poros utara-selatan (yang juga
diterapkan di Gedung Pakuan, yang menghadap Gunung Malabar di selatan), Gedung Sate
justru sengaja dibangun menghadap Gunung Tangkuban Perahu di sebelah utara.
Dalam perjalanannya semula diperuntukkan bagi Departemen Lalulintas dan
Pekerjaan Umum, bahkan menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda setelah Batavia
dianggap sudah tidak memenuhi syarat sebagai pusat pemerintahan karena
perkembangannya, sehingga digunakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum. Tanggal 3
Desember 1945 terjadi peristiwa yang memakan korban tujuh orang pemuda yang
mempertahankan Gedung Sate dari serangan pasukan Gurkha. Untuk mengenang ke tujuh
pemuda itu, dibuatkan tugu dari batu yang diletakkan di belakang halaman Gedung Sate.
Atas perintah Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 3 Desember 1970 Tugu tersebut
dipindahkan ke halaman depan Gedung Sate.
Gedung Sate sejak tahun 1980 dikenal dengan sebutan Kantor Gubernur karena
sebagai pusat kegiatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang sebelumnya Pemerintahaan
Provinsi Jawa Barat menempati Gedung Kerta Mukti di Jalan Braga Bandung.

2. Lokasi Bangunan Sate Kota Bandung


 Nama bangunan : Gedung Sate
 Arsitek : Ir.J.Gerber
 Fungsi : Gedung Pemerintahan Jawa Barat
 Lokasi : Jl. Diponegoro No.22, Bandung – Jawa Barat

6
 Luas lahan : 27.990,859 m²
 Luas bangunan : 10.877,734 m²
 Batas wilayah :
 Utara : Jl. Diponegoro
 Barat : Jl. Cimandiri
 Selatan : Jl. Cimandiri
 Timur : Jl. Cilaki

Gambar 1. Peta Kawasan dan Lokasi Gedung Sate

3. Bentuk Bangunan Gedung Sate


 Gedung Sate memiliki bentuk bangunan persegi panjang

7
Gambar 2. Bentuk Bangunan Gedung Sate
 Gedung Sate memiliki denah bangunan yang simetris

Gambar 3. Denah Bangunan Sate


 Memiliki sudut kemiringan atap yang cukup besar 450
 Memiliki ritme vertikal dn horizontal yang relatif sama dan memiliki struktur yang kuat
 Memiliki pengulangan bentuk yang sama pada bagian kiri dan kanan baik pada fisik
bangunan maupun pada denah bangunan
 Adaptasi Bangunan Baru Terhadap Bangunan Lama Di Kawasan Konservasi Gedung
Sate Bandung

8
Gambar 4. Bangunan Gedung Sate

4. Warna Bangunan Gedung Sate


 Gedung Sate memiliki warna yang cukup dominan pada bagian bangunan, yaitu warna
putih.

Gambar 5: Warna Bangunan Gedung Sate Yang Diominasi Warna Putih

5. Ornamen Bangunan Gedung Sate


 Ornamen bangunan Gedung Sate terdiri dari ornamen jendela, kolom bangunan, dan
ornamen puncak di menara Gedung sate
 Ornamen jendela bangunan Gedung Sate mengambil gaya arsitektur Moor Spanyol
dengan bentuk kotak pada bagian atas dan bentuk melengkung pada bagian bawah.
Material yang digunakan adalah kaca dan memiliki roster atau lubang ventilasi untuk
mengalirkan udara kedalam ruangan.
 Ornamen kolom bangunan Gedug Sate mengambil gaya arsitektur Renaisance Italia.
 Ornamen pada Menara bangunan Gedung Sate merupakan gaya arsitektur lokal yang
mengadopsi gaya atap pura bali. Pada puncak menara terapat 6 buah ornamen berbentuk
jambu air seperti tusuk sate.

9
Gambar 6: Ornamen Bangunan Gedung Sate

6. Tata Letak Bangunan Gedung Sate


 Bangunan Gedung Sate memiliki bentuk simetris.
 Orientasi bangunan ke arah utara – selatan
 Tampak depan bangunan Gedung Sate memiliki axis terhadap Lapangan Gasibu

Gambar 7: Tata Letak Massa Bangunan Gedung Sate

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk menggantikan sebuah bangunan dikawasan konservasi diperlukan tidak hanya


keahlian dalam merancang bangunan tetapi juga pengetahuan lain. Hal ini untuk menjaga
keselarasan bangunan baru dengan bangunan lama dan lingkungan sekitarnya. Kontekstual
merupakan sebuah pengetahuan tambahan yang diperlukan dalam menangani masalah
keselarasan. Keselerasan ini dapat dimunculkan dengan menerapkan beberapa elemen sebagai
tautan antara rancangan baru dan rancangan lama. Selain itu diperlukan pula peraturan
Pemerintahan Daerah yang berkaitan dengan penataan bangunan dikawasan konservasi dan
pengawasan yang ketat dalam pengawasannya agar keharmonisan kawasan konservasi dapat
terjaga.

B. Saran
Pendapat saran serta kritik dari para pemba sangat dibutuhkan dalam pengembangan
makalah ini menjadi lebih baik lagi

11
DAFTAR PUSTAKA

Ciri Perancangan Kota Bandung, Djefry W Dana, 1990


Desain Dan Kebudayaan, Widagdo, 2011
Arsitektur Tropis Modern,C.J Van Dullemen, 2019
Bandoeng Tempo Doloe, Haryoto Kunto, 1984

12

Anda mungkin juga menyukai