I. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus tipe 2 dikarakteristikkan dengan hiperglikemi, resisensi insulin dan
kerusakan relatif sekresi insulin (Damayanti, 2015). Diabetes melitus tipe 2 terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin atau akibat penurunan produksi insulin (Tarwoto,
2012).
Berdasarkan data WHO prevalensi diabetes melitus pada orang dewasa di seluruh dunia
di tahun 2015 adalah 415 juta orang, dan diprediksi pada tahun 2040akan meningkat
menjadi 642 juta orang (WHO, 2016). Studi terbaru dari International Diabates
Federation (IDF) tahun 2018mengungkapkan bahwa pada tahun 2017 Sekitar 425 juta
orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan diabetes, pada tahun 2045 akan meningkat
menjadi 629 juta. Pada tahun 2017 penyandang diabetes di Indonesia diperkirakan
sebesar 10 juta, yang merupakan negara urutan ke-6 dengan prevalensi diabetes tertinggi
(6,3%) di bawah China, India, USA, Brazil, dan Mexico
MenurutKemenkes (2016) pada tahun 2013 prevalensi diabetes berada pada urutan ke 4
dari penyakit kronis yang ada di Indonesia. Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018prevalensi diabetes melitus berdasarkan pemeriksaan darah
pada penduduk umur ≥15 tahun adalah 6,9% di tahun 2013 dan mengalami peningkatan
8,5% di tahun 2018. Sedangkan prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter
pada penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia juga mengalami peningkatan dari 1,5% pada
tahun 2013 menjadi 2,0% pada tahun 2018. Prevalensi tertinggi tahun 2018 terdapat di
Ibu kota DKI Jakarta dengan prevalensi 3,4%, Kalimantan Timur 2,9% dan Yogyakarta
2,8%.
Berdasarkan Riskesdas (2018) Sumatera Barat menempati urutan ke 22 dari 35 Provinsi
di Indonesia dengan prevalensi mengalami peningkatan dari 1,3% ditahun 2013 menjadi
1,7% ditahun 2018. Profil Kesehatan Kota Padang (2017)menyatakan bahwa pada tahun
2016 diabetes melitus menempati urutan ke enam dari sepuluh penyakit terbanyak di kota
Padang, dimana 6,9% dari jumlah kasus merupakan kasus diabetes melitus. Sedangkan
pada tahun 2017 Diabetes Melitus tanpa komplikasi menempati urutan ke 7 dari sepuluh
penyakit terbanyak di kota Padang, dengan jumlah 4,18% dari jumlah kasus.
Diabetes melitus termasuk kedalam sepuluh penyakit tidak menular yang mendominasi di
kota Padang (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2017).
Komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi pada kaki
(15 persen) yang kini disebut dengan kaki diabetik.
Dari sudut ilmu kesehatan, Olahraga apabila dilakukan sebagaimana mestinya
menguntungkan bagi kesehatan dan kekuatan pada umumnya. Selain itu, telah lama olah
raga digunakan sebagai bagian dari pengobatan diabetes mellitus, namun tidak semua
olah raga dapat dilakukan secara aman oleh penderita diabetes mellitus. Salah satu jenis
olahraga yang dianjurkan terutama pada penderita usia lanjut adalah senam kaki diabetik
karena dapat mempelancar peredaran darah di kaki sehingga dapat mencegah prognosis
kaki diabetik. Senam ini juga bermanfaat bagi penderita penyakit jantung yang
cenderung memerlukan olahraga namun sesuai dengan toleransi jantung. Dengan
olahraga, otot jantung bertambah kuat dan bilik jantung bertambah besar, sehingga
menghasilkan denyutan kuat dan daya tampung besar. Kedua hal ini akan meningkatkan
efisiensi kerja jantung. Dengan efisiensi kerja yang lebih tinggi, jantung tak perlu
berdenyut terlalu sering.
Dari hasil screening yang dilakukan pada Hari Rabu pada tanggal 13 Maret 2019
didapatkan ada sebanyak 10 orang penderita DM dan sebanyak 11 orang memiliki
riwayat DM di rt 01 rw 02 kampung olo, maka dari itu kelompok akan melakukan
kegiatan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang akan terjadi pada penderita DM di
rt 01 rw 02 Kampung Olo kelurahan kampung Olo.
II. SASARAN
Semua warga yang memiliki DM maupun riwayat penyakit DM pada umur 15 tahun ke
atas di RT 01 RW 02 kampung olo Keluruhan Olo Kecamatan Nanggalo.
III. TUJUAN
A. Tujuan umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, keluarga dan pasien dapat mengetahui
tentang langkah-langkah senam kaki pada pasien DM
B. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga dan pasien mengetahui:
1. Definisi Senam DM
2. Tujuan Senam kaki DM
3. Langkah-langkah Senam kaki
V. PENGORGANISASIAN KEGIATAN
A. Peran Moderator
Moderator :
Perannya : Mengendalikan jalannya satuan acara Kegiatan (SAK)
B. Peran Presentator
Presentan :
Perannya : Menyajikan materi sesuai dengan pokok bahasan
C. Peran Observer
Observer :
Perannya : Mengevaluasi proses satuan acara Kegiatan (SAK)
D. Peran Fasilitator
Fasilisator :
Perannya : Memfasilitasi peserta penyuluhan untuk aktif dalam kegiatan
E. Peran Notulen
Notulen :
DAFTAR PUSTAKA
Angkat telapak kaki kiri ke atas dengan bertumpu dengan tumit, lakukan gerakan
memutar keluar dengan pergerakan pada telapak kaki sebanyak 2 set x 10 repetisi,
lakukan gerakan bergantian pada kaki yang satunya
Angkat kaki sejajar, gerakan kaki ke depan dan kebelakang sebanyak 2 set x 10
repitisi.
Angkat kaki sejajar gerakan telapak kaki kedepan dan kebelakang sebanyak 2 set x 10
repitisi
Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat. Lalu putar kaki pada pergelangan kaki,
lakukan gerakan seperti menulis diudara dari angka nol hingga sepuluh secara
bergantian
Letakkan selembar koran dilantai. Kemudian bentuk kertas koran tersebut menjadi seperti
bola dengan kedua belah kaki.
Lalu buka kembali bola tersebut menjadi lembaran seperti semula menggunakan
kedua belah kaki. Gerakan ini dilakukan hanya sekali saja.
Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian koran tersebut.
Sebagian koran di sobek - sobek menjadi kecil - kecil dengan kedua kaki.
Kemudian pindahkan kumpulan sobekan - sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu
letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh tadi. Lalu bungkus semua
sobekan - sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan kiri menjadi bentuk bola.