Oleh
Kelompok C-6
LABORATORIUM BIOKIMIA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Metabolisme
Metabolisme merupakan serangkaian reaksi kimia yang berlangsung dalam tubuh makhluk
hidup. Perubahan kimia yang terdiri dari saluran-saluran untuk degradasi molekul makanan dan
biosintesa secara kolektif memberi batasan suatu dari metabolisme. Semua proses metabolism
bersifat intermediate, yaitu pengubahan suatu zat menjadi zat yang lain biasanya menyangkut
tahap-tahap berurutan yang zat-zat kimianya adalah jealas dan dapat dikenali atau Intermediate
adalah pereaksi dan zat hasil.
Metabolisme terbagi atas anabolisme dan katabolisme. Anabolisme merupakan jumlah dari
semua biosintesa yang menghasilkan biomolekul structural dan fungsional dan molekul makro dari
pelopor menjadi molekul yang lebih besar. Reaksi anabolic ( biosintesa ) memerlukan energi.
Katabolisme adalah jumlah semua proses yang menyangkut degradasi molekul-molekul organik
yang kompleks menjadi molekul-molekul organic dan anorganik yang lebih sederhana. Reaksi
katabolic ( degradatif ) menghasilkan energy. Proses anabolisme meliputi reaksi reduksi. Proses
katabolisme meliputi reaksi oksidasi,seringkali hasil akhir anabolisme merupakan senyawa pemula
untuk proses katabolisme.
Molekul-molekul organic dan anorganik yang terlibat dalam reaksi metabolisme disebut
metabolit. Proses metabolisme,anabolisme,katabolisme harus selalu berjalan bersesuaian dan
bersama-sama karena setiap pasangan proses menyediakan energi yang diperlukan oleh pasangan
yang lain. Proses metabolisme dikatalisis dan dikendalikan oleh enzim,yang merupakan protein
katalitik. Enzim dapat mempercepat reaksi - reaksi metabolisme.
Salah satu reaksi katabolic yaitu oksidasi dan reduksi. Oksidasi merupakan pengurangan
electron dari satu reduktor, sedangkan reduksi merupakan penambaha electron dari suatu reduktor.
Senyawa yang melepaskan atau memberaikan electron disebut oksidator ( donor ) dan senyawa
yang meneriman electron disebut reduktor.
1.2 Vitamin
Vitamin adalah seklompok senyawa organic berbobot molekul akecil yang memiliki fungsi
vital dalam metabolisme organism. Dipandang dari sisi ezymologi, vitamin adalah kofaktor dalam
reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim. Sebagai salah satu komponen gizi, vitamin diperlukan
mempelancar proses metabolisme tubuh dan tidak berfungsi menghasilkan energy. Vitamin terlibat
dalam proses enzimatik. Tubuh memerlukan vitamin adalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan
kebutuhan yang sedikit itu diabaikan, akan mengakibatkan terganggunya metabolisme di dalam
tubuh kita karena fugsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Vitamin dibagi berdasarkan
kelarutannya, yaitu vitamin larut dalam air ( vitamin C dan semua golongan vitamin B ) dan
vitamin larut dalam minyak ( vitamin A,D,E, dan K ).
Beberapa vitamin dapat bersifat sebagai reduktor, yang dapat digunakan untuk mencegah
terjadinya oksidasi pada zat lain atau sebagai antioksidan. Vitamin yang dapat bersifat sebagai
antioksidan aadalah vitamin yang dapat menyumabangkan satu atau lebih electron kepada radikal
bebas, sehingga radaikal bebas tersbut adapat diredam atau tidak mudah teroksidasi oleh udara,
contohnya adalah vitamin C (asam askorbat )dan vitamin E(α-tokoferol). Fungsi utama antioksidan
digunakan sebagai upaya untuk memperkecil aterjadinya proses kerusakan dalam makanan,dan
meghambat proses ageing atau penuaan.
1.2.2 Antioksidan
Antioksidan merupakan sebutan untuk zat yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas. Yang termasuk ke dalam golongan zat ini antara lain vitamin, polipenol, karotin dan
mineral. Secara alami, zat ini sangat besar peranannya pada manusia untuk mencegah terjadinya
penyakit. Antioksidan melakukan semua itu dengan cara menekan kerusakan sel yang terjadi
akibat proses oksidasi radikal bebas.
Secara umum, antioksidan dikelompokkan menjadi 2 yaitu antioksidan enzimatis dan
antioksidan non enzimatis yang berupa mikronitrien. Antioksidan enzimais dapat dibentuk dalam
tubuh, seperti super oksida dismutase (SOD), glutation peroksida, katalase, dan glutation
reduktase. Sedangkan antioksidan non enzimatis yang berupa mikronutrien masih dibagi dalam 2
kelompok lagi
1. Antioksidan larut lemak, seperti –tokoferol, karetenoid, flavonoid, quinon, dan bilirium
2. Antioksidan larut air, seperti asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam, dan protein
pengikat heme
β-caroten merupakan scavengers (pemulung) oksigen tunggal, vitamin C pemulung
superoksida dan radikal bebas yang lain, sedangkan vitamin E merupakan pemutus rantai
peroksida lemak pada membran dan Low Density Lipoprotein. Vitamin E yang larut dalam lemak
merupakan antioksidan yang melindungi Poly Unsaturated Faty Acids (PUFAs) dan komponen sel
serta membran sel dari oksidasi oleh radikal bebas (Hariyatmi 2004).
a. Tipe pemutus rantai reaksi pembentuk radikal bebas, dengan menyumbangkan atom H,misalnya
vitamin E
b. Tipe pereduksi, dengan mentransfer atom H atau oksigen, atau bersifat pemulung,misalnya
vitamin C
c. Tipe pengikat logam, mampu mengikat zat peroksidan, seperti Fe2+ dan Cu2+, misalnya
flavonoid
Asam askorbat atau lebih dikenal dengan nama vitamin C adalah vitamin untuk jenis
primat tetapi tidak merupakan vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam askorbat adalah suatu
reduktor kuat. Bentuk teroksidasinya, asam dehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan
berbagai reduktor seperti glutation (GSH). Peranan asam askorbat sebagai koenzim belum dapat
dipastikan karena asam ini tidak dapat berikatan dengan protein yang manapun.
Vitamin C memiliki sifat yang larut dalam air dan mudah rusak oleh panas udara, alkali
enzim, stabil pada suasana asam. Gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin C antara lain
pendarahan ringan. Sedangkan gejala yang berat antara lain gigi rontok, luka pada gusi, luka sukar
sembuh dan tulang mudah patah. Vitamin C dapat ditemukan pada buah jeruk, tomat, arbei,
kangkung, kentang, cabai, selada hijau dan jambu biji.
Vitamin C pertama-tama diisolasi oleh Szent Gyorgy (1928) dari jeruk, kol dan adrenal
korteks. Ia namakan senyawa tersebut asam heksuronik karena molekulnya mempunyai enam
karbon dan mempunyai sifat mereduksi. Vitamin C adalah derivat heksosa dan cocok digolongkan
sebagai suatu karbohidrat. Vitamin ini dalam bentuk Kristal berwarna putih, sangat larut dalam air
dan alkohol. Vitamin C stabil dalam keadaan kering tetapi mudah teroksidasi dalam keadaan
larutan apalagi dalam suasana basa
Menurut Winarno (1997), asam askorbat merupakan reduktor yang kuat dan mampu
bertindak sebagai oksigen scavenger, sehingga akan mencegah terjadinya oksidasi enzimatis
senyawa-senyawa fenol yang terkandung dalam kentang. Penggunaan asam mampu
menginaktivasi enzim, karena pH bahan akan diturunkan hingga dibawah 5,0.
Vitamin C sangat mudah dirusak oleh pemanasan, karena ia mudah dioksidasi. Dapat juga
hilang dalam jumlah yang banyak pada waktu mencincang sayur-sayuran seperti kol atau pada
menumbuk kentang.
Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti:
1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak atau berbahayanya struktur
4. Membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak
reversible. Penambahan tomat atau jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C.
Di samping sangat larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut
dipercepat oleh panas, sinar atau enzim oksidasi, serta oleh katalis lembaga dan besi. Oksidasi akan
terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah.
Sebagai antioksidan, vitmin C bekerja sebagai donor electron, dengan cara memindahkan satu
electron ke senyawa logam Cu. Vitamin C merupakan reduktor kuat dengan adanya gugus enadiol
sehingga mampu mereduksi ion Cu2+ dari pereaksi benedict menjadi ion Cu+ dengan membentuk
endapan Cu2O yang berwarna hijau kekuningan, kuning atau merah bata. Selain itu, vitamin C
juga dapat menyumbangkan electron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler.
Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam sel netrofil, monosit, protein
lensa, dan retina. Vitamin ini juga dapat bereaksi dengan Fe-ferritin. Diluar sel, vitamin C mampu
menghilangkan senyawa oksigen reaktif, mencegah terjadinya LDL teroksidasi, mentransfer
electron ke dalam tokoferol teroksidasi dan mengabsorpsi logam dalam saluran pencernaan
(Levine, et al., 1995).
Sebagai zat penyapu radikal bebas, vitamin C dapat langsung bereaksi dengan anion
superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet dan lipid peroksida. Sebagai reduktor asam askorbat
akan mendonorkan satu elektron membentuk semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan
selanjutnya mengalami reaksi disproporsionasi membentuk dehidroaskorbat yang bersifat tidak
stabil. Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat. Oleh karena
kemampuan vitamin C sebagai penghambat radikal bebas, maka peranannya sangat penting dalam
menjaga integritas membran sel.
1.2.4 Vitamin E
Vitamin E adalah salah satu fitonutrien penting dalam minyak ikan. Vitamin E merupakan
antioksidan yang larut lemak. Vitamin ini banyak terdapat dalam membran eritrosit dan lipoprotein
plasma. Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi sebagai donor ion hidrogen yang mampu
mengubah radikal bebas menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif, sehingga tidak mampu
merusak rantai asam lemak.
Vitamin E mempunyai 2 isomer yaitu tokoferol (Toc) dan tokotrienol (Toc-3). Tokoferol
mempunyai rantai samping phytil, sedangkan tokotrienol mempunyai rantai samping yang sama
dengan ikatan rangkap pada posisi 3′, 7′, 11′. Baik tokoferol maupun tokotrienol mempunyai 4
isomer yang dinyatakan sebagai α, β, δ dan γ yang dibedakan berdasarkan jumlah dan posisi gugus
metil pada cincin kroma. α-tokoferol merupakan vitamin E utama in vivo dan menunjukkan
aktivitas biologi tertinggi (Tanito et al., 2004). Baik tokoferol maupun tokotrienol bersifat sangat
non polar dan selalu ada pada fase lemak.
Tokoferol berfungsi sebagai antioksidan fenolik, memutus berbagai reaksi rantai radikal
bebas karena kemampuannya memindahkan atau menyumbangkan hidrogen fenolat kepada radikal
bebas peroksil yang terperoksidasi, sehingga radikal bebas peroksil menjadi tidak reaktif. Adanya
hidrogen fenolat yang disumbangkan kepada radikal bebas peroksil, tokoferol sendiri menjadi
suatu radikal fenoksi, tetapi lebih stabil karena elektron yang tidak berpasangan pada atom oksigen
mengalami delokalisasi ke dalam struktur cincin aromatik. Radikal bebas fenoksi yang terbentuk
dapat bereaksi dengan vitamin C untuk menghasilkan kembali tokoferol atau bereaksi dengan
radikal bebas peroksi berikutnya sehingga cincin kromana serta rantai samping dioksida menjadi
produk bukan radikal bebas. Kerja tokoferol sebagai antioksidan berlangsung efektif apabila pada
konsentrasi oksigen yang tinggi dan dengan demikian vitamin E cenderung terkonsentrasi didalam
senyawa yang memiliki konsentrasi O2 tinggi.
1.3 Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau
khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang
berikatan dengan cincin fenil. Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin
aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air,
yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion
H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang
dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan
dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang
sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu.
Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satusatunya pasangan oksigen dan sistem
aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan
menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena
atau asam benzoat dengan proses Raschig. Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi
batu bara.
1.4 Enzym
Enzim merupakan polimer biologik yang mengatalisis lebih dari satu proses dinamik yang
memungkinkan kehidupan seperti yang kita kenal sekarang. Sebagai determinan yang menentukan
kecepatan berlangsungnya berbagai peristiwa fisiologik.
Fungsi Enzim adalah:
- Sebagai Biokatalisator
- Mengatur dan memepercepat reaksi sedemikian rupa sehingga kecepatan reaksi dapat
berjalan sesuai dengan proses biokimia yang dibutuhkan untuk kehidupan dalam keadaan
normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya.
• Sistem Nomenklatur
- Mula-mula diberi nama Zimase dalam ragi dan Diastase
diastase (pemisahan): dari daya kerja diastase yang dapat memisahkan atau mengubah pati
yang tidak larut menjadi larut.
- Mempunyai akhiran “in” didahului oleh substrat yang dicerna atau dipecahkannya atau asal
dari enzim.
contoh: Papain, Bromelin, Pankreatin
- Penggunaan akhiran “ase” yang mengakhiri nama substart
contoh: Protease, Peptidase, Amilase berturut-turut bekerja pada protein, peptida, amilosa
- Masih bersifat umum ada yang lebih spesifik
contoh: Kolagenase
6. Ligase
Enzim yang mengkatalis pembentukan ikatan-ikatan tertentu misal pembentukan ikatan C-
O, C-C,C-S, C-N (dalam sintesis glutamin)
Komponen Enzim
- Ko-enzim senyawa yang dapat melewati membran dialisis
Ko-enzim tahan terhadap panas.
- Apoenzim adalah enzim yang terdiri dari protein, tidak mampu melewati membran dialisis.
Apo-enzim tidak tahan terhadap panas
Gabungan Ko-enzim dan Apo enzim = Holo-enzim
Kofaktor : Komponen lain yang diperlukan untuk aktivasi
Kofaktor dibagi 3 kelompok:
1) Gugus prostetik, terikat sangat erat pada apo-enzim
2) Ko-enzim bagian enzim yanng dapat bertindak sebagai penerima hidrogen atau aseptor
hidrogen seperti : NAD (Nikotinamida Adenin Dinukleotida)
NADP+ donor = ATP
Aktivator metal : K+, Mn z+, Mg 2+
Berikatan longgar atau erat pada enzim
Untuk mensintesis Ko-enzim diperlukan vitamin
Ko-enzim Enzim Vitamin yang diperlukan
Pada susu yang masih murni (mentah) masih terdapat aktivitas dari enzim dehidrogenase,
sehingga pada saat pemanasan dapat mereduksi metilen biru (warna biru berubah menjadi putih).
Sedangkan pada susu yang telah dipasteurisasi, susu tersebut kehilangan aktivitas enzim
dehidrogenase yang mengakibatkan susu tersebut tidak dapat mereduksi metilen biru (warna biru
tidak berubah). Di bagian atas campuran terlihat warna biru karena biru metilen yang sudah
direduksi oleh enzim dehidrogenase menjadi leukobirumetilen mengalami oksidasi kembali oleh
udara sehingga menjadi biru metilen kembali (warna larutan susu akan menjadi biru kembali).
Reaksi dehidrogenasi :
CH3OH → H2CO + H2.
Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada
dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Test ini berdasarkan reduksi biru metilen oleh
enzim dehidrogenase pembentuk leukobirumetilen (MbH2) yang tidak berwarna. Hidrogen yang
diperoleh dari formaldehid digunakan untuk mereduksi. Atom H yang terjadi oleh enzimnya segera
diikat pada oksigen atau atom H diikat oleh akseptor birumetilen (Mb), maka terjadilah air atau
leukobirumetilen yang tidak berwarna. Hanya susu murni (yang tidak dipanaskan) akan
memberikan hasil positif terhadap reaksi tersebut (karena enzim dehidrogensenya rusak). Oleh
karena itu, reaksi ini dapat digunakan untuk menemukan kesegaran susu murni.
BAB II
METODE KERJA
Tujuan :
• Paraffin
Prosedur :
Tabung 1 2
Suspensi 5 ml 5 ml
Metilen blue 0,02% 3 tetes 3 tetes
Sodium laktat 1 ml -
Kocok pelan,lapisi permukaan tabung dengan paraffin, panaskan dalam penangas 380C
Perubahan warna
2. Uji Schardinger
Tujuan :
Mengamati peristiwa reduksi berdasarkan aktivitas enzim laktat dehidrogenase dalam susu
segar.
• Susu segar
• Formaldehid 0,4%
Prosedur :
Tabung 1 2
Susu segar 5 ml -
Pasteurized milk - 5 ml
(susu yang telah dipanaskan
sampai 700C )
Metilen blue 0,02% 3 tetes 3 tetes
Sodium laktat 5% 1 ml 1 ml
Campur dengan baik,panaskan dalam penangas 600C , selama 30 menit
Perubahan warna
Tujuan :
- Memperlihatkan proses oksidasi senyawa fenol oleh polifenol oksidase (PPO) di dalam
kentang,pisang dan apel
• Ekstrak kentang
• Ekstrak apel
• Ekstrak pisang
• Larutan fenol 1%
• Larutan vitamin C
• Larutan vitamin E
Prosedur
• Ekstrak kentang
• Ekstrak Pisang
• Ekstrak Apel
Tujuan :
- Memperlihatkan proses oksidasi senyawa fenol oleh polifenol oksidase (PPO) di dalam
kentang,apel dan pisang
• Pisang
• Kentang
• Apel
• Vitamin C
Prosedur :
• Pisang
Beaker 1 2
Pisang disayat tipis 2 potong 2 potong
Larutan asam askorbat 10 ml -
Air suling - 10 ml
Setelah 1/2 jam perhatikan perubahan warna pisang
Perubahan warna
• Kentang
Beaker 1 2
Kentang disayat tipis 2 potong 2 potong
Larutan asam askorbat 10 ml -
Air suling - 10 ml
Setelah 1/2 jam perhatikan perubahan warna kentang
Perubahan warna
• Apel
Beaker 1 2
Apel disayat tipis 2 potong 2 potong
Larutan asam askorbat 10 ml -
Air suling - 10 ml
1
Setelah /2 jam perhatikan perubahan warna apel
Perubahan warna
Tujuan :
- Memperlihatkan proses reduksi vitamin terhadap reagen benedict yang mengandung ion
Cu2+
• Larutan vitamin C
• Reagen Benedict
• Larutan glukosa
Prosedur :
Tabung reaksi 1 2
Reagen benedict 2 ml 2 ml
Larutan asam 4 tetes -
Larutan glukosa - 4 tetes
Didihkan dalam penangas 5 menit atau di api spiritus 3 menit
Hasil
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
1. Laktat dehirogenase dalam ragi
Ta bung 1 2
Suspensi 5 ml 5 ml
Metilen blue 0,02% 3 tetes 3 tetes
Sodium laktat 1 ml -
Kocok pelan,lapisi permukaan tabung dengan paraffin, panaskan dalam penangas 380C
Perubahan warna Warna biru memudar, Tetap warna biru
biru pucat
2. Uji Schardinger
Tabung 1 2
Susu segar 5 ml -
Pasteurized milk - 5 ml
(susu yang telah dipanaskan
sampai 700C )
Metilen blue 0,02% 3 tetes 3 tetes
Sodium laktat 5% 1 ml 1 ml
Campur dengan baik,panaskan dalam penangas 600C , selama 30 menit
Perubahan warna Warna biru ( lebih pucat ) Warna biru
3. Uji Oksidase dan Pengaruh Vitamin C dalam Kentang
• Ekstrak kentang
• Ekstrak Pisang
• Ekstrak Apel
• Pisang
Beaker 1 2
Pisang disayat tipis 2 potong 2 potong
Larutan asam askorbat 10 ml -
Air suling - 10 ml
Setelah 1/2 jam perhatikan perubahan warna pisang
Perubahan warna Pisang menjadi tidak berubah Pisang menjadi kecoklatan
warna
• Kentang
Beaker 1 2
Kentang disayat tipis 2 potong 2 potong
Larutan asam askorbat 10 ml -
Air suling - 10 ml
Setelah 1/2 jam perhatikan perubahan warna kentang
Perubahan warna Kentang menjadi agak coklat Kentang menjadi kecoklatan
• Apel
Beaker 1 2
Apel disayat tipis 2 potong 2 potong
Larutan asam askorbat 10 ml -
Air suling - 10 ml
Setelah 1/2 jam perhatikan perubahan warna apel
Perubahan warna Apel menjadi coklat muda Apel menjadi kecoklatan
Tabung reaksi 1 2
Reagen benedict 2 ml 2 ml
Larutan asam 4 tetes -
Larutan glukosa - 4 tetes
Didihkan dalam penangas 5 menit atau di api spiritus 3 menit
Hasil Coklat muda Merah bata
BAB IV
PEMBAHASAN
2. Uji Schardinger
Pada uji ini bertujuan untuk mengamati peristiwa reduksi berdasarkan aktivitas enzime
laktat dehidrogenase dalam susu segar. Bahan yang digunakan adalah susu segar, metilen blue
0,02% dan formaldehid 0,4%.
• Pada tabung 1 diberi susu segar 5 ml , metilen blue 0,02% 3 tetes , sodium laktat 5% 1ml,
campur dengan baik, panaskan dalam penangas 600C selama 30 menit. Lalu diamati terjadi
perubahan warna terbentuk warna biru pucat hampir putih, ini disebabkan karena adanya
enzime dehidrogenase yang masih aktif pada susu murni ( belum di pasteurisasi ) sehingga
pada saat pemanasan dapat mereduksi metilen biru (warna biru berubah menjadi putih).
Oleh karena itu, pada tabung 1, didapatkan hasil yang sesuai dengan teori yaitu berwarna
biru pucat ( mendekati putih ) karena mungkin masih ada sedikit metilen yang tidak
tereduksi.
• Pada tabung 2 diberi susu pasteurisasi ( susu yang telah dipanaskan sampai 700C ) 5 ml ,
metilen blue 0,02% 3 tetes , sodium laktat 5% 1ml, campur dengan baik, panaskan dalam
penangas 600C selama 30 menit. Lalu diamatai terjadi perubahan warna dari biru metilen
menjadi wanra biru metilen tetap. Ini disebabkan karena adanya pemanasan pada susu
segar yang dapat merusak enzime dehidrogenase yang ada dalam susu segar yang dapat
mereduksi metilen blue , sehingga pada saat pemberian metilen blue dan pemanasan warna
biru akan tetap tidak berunah karena tidak dapat tereduksi enzime dehidrogenase.
3. Uji Oksidase dan Pengaruh Vitamin C dalam Kentang, Pisang dan Apel
Praktikum uji oksidase dalam kentang ini bertujuan untuk mengetahui proses oksidase
senyawa fenol oleh enzim polifenol oksidase (PPO) dan juga untuk memperlihatkan efek
pemberian antioksi dan berupa vitamin C terhadap oksidasi fenol oleh enzim PPO kentang,apel
dan pisang. Bahan yang digunakan adalah ekstrak kentang,apel dan pisang yang didapat dari
filtrat yang sebelumnya dikupas,di haluskan dalam mortir dan di saring.Lalu,di masukkan
dalam tabung reaksi dan di tambahakan dengan Larutan Fenol 1% , larutan vitamin C, dan
larutan vitamin E.
• Pada uji oksidase pertama (tabung reaksi 1) dimasukkan di dalamnya 5 ml ekstrak
kentang dan 10 tetes larutan fenol 1%. Terjadi perubahan warna menjadi coklat jernih.
Pembentukan warna coklat ini dipicu oleh reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh enzim fenol
oksidase atau polifenol oksidase ( PPO ).Kedua enzim ini dapat mengkatalis oksidasi senyawa
fenol menjadi quinon dan kemudian dipolimerasi menjadi pigmen melaniadin yang berwarna
coklat. Oleh karena itu pada tabung 1 terjadi perubahan warna menjadi coklat.
• Pada uji oksidase kedua (tabung 2) dimasukkan di dalamnya 5 ml ekstrak kentang, 10
tetes larutan vitamin C dan 10 tetes larutan fenol 1%. Perubahan warna yang terbentuk putih
keruh, tidak seperti tabung 1 berwarna coklat. Fungsi larutan vitamin C disini adalah
menghambat terjadinya oksidasi fenol oleh enzim PPO dengan cara, vitamin C akan
mendonorkan satu elektron kepada radikal bebas pada ekstrak membentuk
semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami reaksi
disproporsionasi membentuk dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil. Dehidroaskorbat akan
terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat. Dengan demikian maka tabung 2
tidak terjadi perubahan warna ( putih ).
Reaksi kimia yang terjadi :
OH RO O ROH
O O O
H2
C C OH C CH
HIDROGENASI
O H2 O
-H+
C C OH C C O
H H H
HOHC HOHC
CH 2OH CH 2OH
• Pada uji oksidase 3 (tabung 3) dimasukkan di dalamnya 5 ml ekstrak (kentang , apel , dan
pisang ) dan 10 tetes larutan Fenol 1% dan 10 tetes larutan vitamin E. Perubahan warna yang
terjadi menjadi coklat muda keruh. Namun, warna coklat tidak sepekat pada tabung 1, ini
karenakan adanya vitamin E yang di tambahakan pada tabung 3 sebagai antioksidan,
mencegah terjadinya oksidasi dengan cara memutus berbagai reaksi rantai radikal bebas dalam
ekstrak tersebut,karena kemampuannya memindahkan atau menyumbangkan hidrogen fenolat
kepada radikal bebas yang teroksidasi, sehingga radikal bebas menjadi tidak reaktif. Adanya
hidrogen yang disumbangkan kepada radikal bebas ekstrak tersebut, tokoferol sendiri menjadi
suatu radikal, tetapi lebih stabil karena elektron yang tidak berpasangan pada atom oksigen
mengalami delokalisasi ke dalam struktur cincin aromatik. Radikal bebas fenoksi yang
terbentuk dapat bereaksi dengan vitamin C untuk menghasilkan kembali tokoferol atau
bereaksi dengan radikal bebas berikutnya sehingga cincin kromana serta rantai samping
dioksida menjadi produk bukan radikal bebas. Namun vitamin E daya antioksidannya tidak
sekuat vitamin C, sehingga warna pada tabung 3 berwarna lebih coklat dari tabung 2.
Praktikum ini bertujuan untuk Memperlihatkan proses oksidasi senyawa fenol oleh
polifenol oksidase (PPO) di dalam kentang,apel dan pisang Memperlihatkan efek antioksidan
vitamin C terhadap oksidasi fenol oleh PPO. Bahan yang digunakan potongan buah pisang,apel
dan kentang 2 potong, larutan asam askorbat 10 ml, air suling 10 ml, setelah 30 menit
perhatikan perubahan warna pisang yang terjadi.
• Pada tabung 1, diberi 2 potong buah apel,pisang dan kentang, larutan asam askorbat 10ml,
lalu diamkan 30 menit. Pada tabung1 buah pisang, tidak terjadi perubahan warna. Pada
tanung 1 buah apel berwarna coklat muda, sedangkan pada tabung 1 kentang berubah
warna menjadi agak coklat muda. Ini disebabkan karena adanya larutan asam askorbat yang
berfungsi sebagai antioksidan, dengan cara vitamin Cmenyumbangkan satu atau
lebih electron kepada radikal bebas yang terdapat dalam buah , sehingga
radikal bebas tersebut dapat diredam sehingga tidak ada radikal bebas yang aktif yang
dapat merubah warna menjadi coklat tua.
• Pada tabung 2, diberi 2 potong buah apel,pisang dan kentang , air suling 10 ml lalu
diamkan 30 menit. Pada tabung 2 buah pisang,apel dan kentang terjadi perubahan warna
menjadi coklat. Ini disebabkan karena senyawa yang terdapat dalam buah apel,pisang dan
kentang mudah teroksidasi berubah menjadi warna coklat. Radikal bebas yang ada dalam
buah akan terus aktif dan teroksidasi oleh udara dan mengubah warna menjadi coklat.
• Pada tabung 1, diberi reagen benedict 2ml, larutan vitamin C 4 tetes, didihkan dalam
penangas 5 menit atau di api spiritus 3 menit. Setelah diamati, terjadi perubahan warna
menjadi coklat muda. Vitamin C merupakan reduktor kuat dengan adanya gugus enadiol
sehingga mampu mereduksi ion Cu2+ dari pereaksi benedict menjadi ion Cu+ dengan
membentuk endapan Cu2O yang berwarna hijau kekuningan, kuning atau merah bata.
Namun dalam hasil praktikum kita ini, kita tidak menemukan endapan merah bata, hanya
warna larutan berubah coklat muda, ini dikarenakan kesalah pada praktikan.
• Pada tabung 2, diberi reagen benedict 2ml, dan larutan glukosa 4 tetes, didihkan dalam
penangas 5 menit atau di api spiritus 3 menit. Setelah diamati, terjadi perubahan warna
menjadi warna merah bata. Uji benedict ini melibatkan proses oksidasi dan reduksi sebagai
prinsip dasar pengujian benedict. Pada dasar pengujian dapat mengindikasikan adanya gula
pereduksi. Terjadi reduksi Cu2+ menjadi Cu+, proses reduksi dilakukan oleh karbohidrat
yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas . reduksi ini menghasilkan suatu endapan
kupro oksida (Cu2O) yang memiliki warna merah bata . Hasil praktikum kita ini dapat
memberikan warna merah bata, namun tidak ada pengendapan, ini dikarenakan kesalahan
praktikan dalam bekerja.
BAB V
KESIMPULAN
• Laktat dehidrogenase
• Uji Schardinger
Terdapat enzim Laktat dehidrogenase yang aktiv dalam susu segar dimana pada saat
pemanasan dapat mereduksi metilen biru (warna biru berubah menjadi putih).
• Uji Oksidase dan pengaruh vitamin C dalam kentang, buah apel dan buah pisang
o Terjadi reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh enzim fenol oksidase atau polifenol
oksidase ( PPO) dalam kentang, apel dan pisang
o Vitamin C dapat menghambat terjadinya oksidasi fenol oleh enzim PPO dalam
kentang, apel dan pisang.
o Terjadi reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh enzim fenol oksidase atau polifenol
oksidase ( PPO ) pada sayatan buah pisang, apel dan kentang.
o Vitamin C dapat menghambat efek oksidasi dari senyawa fenol oleh PPO pada
sayatan buah apel, pisang dan kentang.
Vitamin C dapat mereduksi ion Cu2+ dari pereaksi benedict menjadi ion Cu+ dengan
membentuk endapan Cu2O yang berwarna hijau kekuningan, kuning atau merah bata.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Martoharsono,Ir. Soeharsono.1988. Biokimia jilid II. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Feseenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta : Binarupa Aksara
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53497/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf?sequence=3
http://agneshirish.multiply.com/journal/item/1?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
%2Fitem
http://www.slideshare.net/ichootz/laporan-praktikum-biokimia-vitamin-c
http://rgmaisyah.files.wordpress.com/2008/12/antioksidan-sekuesteran1.pdf
http://www.ebookpp.com/as/asam-askorbat-ppt.html