Anda di halaman 1dari 7

KEPERAWATAN KOMUNITAS

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Dosen Pengampu:

Heri Triwibowo M.Kes

Disusun Oleh

Hesti Risnasari (201704005)

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO

TAHUN PELAJARAN 2018/2019


SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Tema : Kusta
Sasaran : Masyarakat desa Nogosari Kecamatan Pacet
Hari/Tanggal : Kamis/1 November 2018
Tempat : Desa Nogosari Kecamatan Pacet
Waktu : 30 menit

1. ANALISIS DATA
Banyak diantara warga masyarakat yang tidak mengerti dan memahami
tentang penyakit kusta. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan dan pengetahuan
masih relatif kurang. Oleh karena itu kami sebagai mahasiswa dari STIKES Bina
Sehat PPNI Mojokerto akan mengadakan penyuluhan tentang penyakit kusta.

2. TUJUAN PENYULUHAN
1) Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan masyarakat Desa
Nogosari dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit kusta meliputi
pengertian, gejala, cara penularan, pengobatan serta cara mencegahnya.
2) Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan peserta diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian kusta dengan bahasanya sendiri
b. Menjelaskan penyebab kusta dengan tepat
c. Menyebutkan tanda-tanda kusta
d. Menjelaskan cara penularan dan pencegahan kusta
e. Menjelaskan penanganan pada penderita kusta

3. POKOK BAHASAN
a. Pengertia kusta
b. Penyebab kusta
c. Cara penularan dan pencegahan kusta
d. Cara penanganan kusta

4. METODE
1) Ceramah
2) Tanya jawab

5. ALAT BANTU
1) Leaflet
2) Power point
6. KEGIATAN
NO Kegiatan Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens
1 Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab
2. Memperkenalkan salam
diri 2. Memperhatikan
3. Menyampaikan 3. Memperhatikan
tujuan 4. Memperhatikan
4. Menyampaikan 5. Menjawab
pokok bahasan pertanyaan
5. Menanyakan pada
masyarakat tentang
kusta
2 Isi 10 1. Menjelaskan 1. Memperhatikan
menit penyebab kusta 2. Memperhatikan
2. Menjelaskan tanda 3. Memperhatikan
dari kusta 4. Memperhatikan
3. Menjelaskan cara
penularan kusta
4. Menjelaskan
penanganan kusta
3 Pertanyaan 10 1. Tanya jawab 1. Menjawab
menit 2. Memberikan 2. Menjawab
kesempatan pada 3. Bertanya
audiens untuk 4. Bertanya
menanggapi
3. Memberikan
kesempatan audiens
untuk bertanya
4 Penutup 5 menit 1. Memberikan 1. Bertanya
kesimpulan dan 2. Memperhatika
saran 3. Menjawab
2. Memberikan salam
motivasi pada 4. Memperhatikan
audiens untuk
melaksanakan
pencegahan
3. Mengucapkan salam
4. Membagikan leaflet
pada masyarakat
7. PENGORGANISASIAN
1) Moderator : Dieo Juang
2) Operator : Taurista Ismayatul
3) Penyaji : Hesti Risnasari
4) Notulen : Santi Gita Nirmala
5) Observer : Ilis Ayu
6) Fasilitator :
a. Ariska Novita
b. Nilam Adellia
c. Siti Zuanita
d. Ririn Fitria

8. EVALUASI
1) Evaluasi struktur
 Semua peserta hadir dalam kegiatan, minimal 10 peserta
 Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
 Pengorganisasian dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan
2) Evaluasi proses
 Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan penyaji
 Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung
 Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
3) Evaluasi hasil
 Peserta memahami materi yang disampaikan
 Ada umpan balik positif dari peserta
MATERI PENYULUHAN

1. DEFINISI PENYAKIT KUSTA


Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan
gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta juga disebut Morbus Hansen, sesuai
dengan nama orang yang menemukan yaitu Dr Gerhard Armauwer Hansen pada
tahun 1847 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen.
Penyakit kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh
bakteri, yaitu Mycrobacterium leprae.bakteri tersebut termasuk jenis bakteri anaerob,
tidak membentuk spora, berbentuk batang, dan tahan asam. Bakteri ini masuk
kedalam tubuh melalui kulit, mukus membran, dan saluran nafas. Penyakit kusta
menyerang pada kulit, saraf tepi dan juga dapat menyerang jaringan tubuh linnya
kecuali otak. Penyakit kusta yang menyerang saraf tepi maka akan menyebabkan saraf
tepi seseorang tersebut mati rasa, terjadi gangguan pada kulit, kelumpuhan pada
tungkai dan kaki, menyerang sistem pernafasan atas, kerusakan mata, dan membran
selaput lendir.
Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa
dari saluran pernapasan atas dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari
luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada
kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di
masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah,
seperti pada penyakit tzaraath.
Terdapat 3 jenis penyakit kusta, yaitu:
1) Kusta tuberkuloid (TT)
Merupakan jenis kusta yang tidak menular karena kelinan kulitnya
mengandung sedikit kuman, membentuk radang granuloma tuberkel tanpa
nekrosis perkejuan yang menyebabkan kulit berwarna pucat dan mati rasa.
Bentuk dari kusta tuberkuloid mempunyai kelainan pada jaringan saraf
sehingga mengakibatkan cacat pada tubuh.
2) Kusta lepromatosa (LL)
Merupakan jenis kusta yang menular sebab dalam kulit yang terjejas
mengandung banyak kuman. Kusta lepromatosa memiliki ciri kelainan kulit
yang menyebar secara simetris di seluruh tubuh, berhubungan dengan lesi,
nodul atau plak, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa
hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung atau kongesti nasal dan
epistaksis (hidung berdarah). Namun pendeteksian pada kerusakan saraf sering
kali terlambat.
3) Kusta multibasiler
Merupakan penyakit kusta dengan tingkat keparahan sedang dan tipe
kusta yang paling sering ditemukan. Kusta ini bercirikan dengan adanya lesi
(bercak/luka) kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid tapi jumlahnya lebih
banyak dan tak beraturan. Bagian lesi yang besar dapat menganggu seluruh
seluruh tungkai, dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan
rasa rangsang, tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa
ataupun kusta tuberkuloid.
2. PENYEBAB PENYAKIT KUSTA
Penyakit kusta disebabkan oleh Mycrobacterium leprae yang masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pernafasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung yang lama dan
erat).

3. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT KUSTA


 Adanya bercak tipis seperti panu pada badan
 Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin
melebar dan banyak
 Adanya pelebaran saraf terutama pada saraf ulnaris, medianus, aulicularis,
magnus serytaperoneus. Kelenjar keringat kurang bekerja sehingga kulit
menjadi tipis dan mengkilat
 Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit
 Alis rambut rontok
 Muka berbenjol-benjol dan tegang disebut facies leomina (muka singa)
 Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil
 Anoreksia
 Nausea, kadang-kadang disertai vomitus
 Cephalgia
 Kadang-kadang disertai iritasi, orchitis dan pleuritis
 Kadang-kadang disertai dengan nephrosia, nefritis, hepatospleenomegali

4. CARA PENULARAN PENYAKIT KUSTA


Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya.
Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh penderita, yakni selaput
lendir hidung. Tetapi juga ada yang mengatakan bahwa cara penularan penyakit kusta
adalah:
 Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang
sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2-7 x 24 jam
 Kontak kulit dengan kulit. Syaratnya adalah harus dibawah usia 15 tahun,
keduanya harus ada lesi baik mikroskopis maupun makroskopis dan adanya
kontak yang lama dan berulang-ulang.

5. UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT KUSTA


Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian
dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan
menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan
adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat
dicegah. Disini letak salah satu peranan penyuluhan kesehatan.
Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu contoh
pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-
48 jam dan ada yang sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh
manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam
hal ini pentingnya sinar matahari masuk kedalam rumah dan hindarkan terjadinya
tempat-tempat yang lembab.
Ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kita tidak
dapat menyembuhkan kasus-kasus kusta kecuali masyarakat mengetahui ada obat
penyembuh kusta, dan mereka datang ke puskesmas untuk diobati. Dengan demikian
penting sekali agar petugas kusta memberikan penyuluhan kusta kepada setiap orang,
materi pengajaran kusta berisikan pengajaran bahwa:
 Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta
 Sekurang-kurangnya 80% dari semua orang tidak mungkin terkena kusta
 Enam dari tujuh kasus kusta tidak akan menular pada orang lain
 Kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara
teratur
 Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik

6. PENATALAKSANAAN
1) Cara mengobati penyakit kusta
Jika sudah didiagnosa penderita penyakit kusta, maka penderita harus minum
obat secara teratur sesuai dengan sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan
 obat untuk menyembuhkan penyakit kusta dikemas dalam blister yang
disebut MDT (Multi Drug Therapy = pengobatan lebih dari satu
macam obat)
 kombinasi obat dalam blister MDT tergantung dari tipe kusta, tipe MB
harus minum obat lebih banyak dan waktu yang lebih lama:
tipe MB : obat harus diminum sebanyak 12 blister
tipe PB : obat harus diminum sebanyak 6 blister
Ada 4 macam blister MDT yaitu:
 Blister unuk PB anak
 Blister untuk PB dewasa
 Blister untuk MB anak
 Blister untuk MB dewasa
2) Akibat bila tidak berobat dini dan teratur
 Kuman kusta dalam tubuh penderita akan tumbuh dan berkembang
lebih banyak dan akan merusak saraf sehingga timbul kecacatan
 Cacat kusta terjadi karena penderita terlambat ditemukan sehingga
terlambat diobati
 Jika timbul kecacatan penderita akan kehilangan pendapatan karena
tidak dapat bekerja

Anda mungkin juga menyukai