a) Penyakit utama
b) Prosedur invasif
d) Malnutrisi
e) Dehidrasi
f) Gangguan mobilitas
g) Inkontinensia
Suatu laporan penelitian yang membandingkan kasus – kasus kematian karena infeksi
tertentu antara tahun 1935 dan 1968 di Amerika Serikat menggambarkan pengaruh infeksi
terhadap kelangsungan hidup umat manusia, misalnya pertusis, morbili difteri, demam
kuning, tetanus, polio mielitis akut, tuberculosis dan sifilis sebagai penyebab kematian
bermakna pada tahun 1935. Walaupun penyakit infeksi tersebut sudah dapat dikendalikan
pada populasi umum, pada usia lanjut masih menjadi masalah, Karena berkaitan dengan
menurunnya fungsi organ akibat proses menua (Smith IM, 1989).
Manifestasi infeksi pada usia lanjut sering tidak khas, beberapa hal perlu diperhatikan
seperti berikut ini : Demam, Seringkali tidak mencolok. Glickman dan Hilbert (1982), seperti dikutip
oleh Yoshikawa, mendapatkan bahwa banyak penderita lansia yang jelas menderita infeksi tidak
menunjukkan gejala demam. Walaupun demikian untuk diagnosis infeksi tanda adanya demam
masih penting, sehingga Yoshikawa tetap menganjurkan batasan sebagai berikut :
2) Terdapat peningkatan suhu oral > 37,2°C atau rektal > 37,5°C
4) Gejala nyeri yang khas pada apendisitis akut, kolesistitis akut, meningitis, dll sering tidak
dijumpai. Batuk pada pneumonia sering tidak dikeluhkan, mungkin oleh penderita dianggap
batuk “biasa” (Fox, 1988; Hadi Martono 1992, 1993).
(Yoshikawa, 1990)
a. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Marlene. 2016).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih (Depkes RI, 2014). Infeksi saluran kemih dapat mengenai laki-laki
maupun perempuan dari semua umur.Akan tetapi secara jenis kelamin ternyata wanita
lebih sering terinfeksi dari pada pria dengan angka populasi umur, kurang lebih 5-15
%.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu di saluran perkemihan yang disebabkan
oleh bakteri terutama Echerichia coli; risiko dan beratnya meningkat dengan kondisi
seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen uretral baru, septikemia (Mary. 2014).
Infeksi traktus urianarius pada pria merupakan akibat menyebarnya infeksi yang
berasal dari uretra seperti juga wanita.Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya
jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan
prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius.Akibatnya, ISK pada pria
jaraang terjadi. Namun, ketika gangguan ini terjadi, kali ini menunjukan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urianrius (Rudi. 2012).
b. Etiologi
Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :
1. Bakteri gram negatif : E. Coli, entherobacter, pseudomonas, serrativa.
2. Bakteri gram positif : staphylococcus saprophyt, streptococcus.
3. Virus : jarang ditemukan
4. Jamur : jarang ditemukan
Mikroorganisme tersebut terdapat dalam vesika urinaria yang disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu :
Intake minum yang kurang setiap harinya
Hygiene yang kurang
1. Jarang mengganti pakaian dalam
2. Pakaian dalam pada wanita yang terbuat dari bahan sintetis, bukan dari
katun
3. Penggunaan jeans yang terlalu ketat.
Personal hygiene yang salah
Membersihkan perineum saat selesai berkemih dan defekasi dengan gerakan
belakang ke depan dan di bolak-balik
1. Hubungan sex yang berlebihan
2. Urine reflux
3. Trauma urethra
4. Penggunaan instrumen yang tidak steril : pemasangan kateter.
5. Sabun dengan ph yang tidak seimbang dan cenderung ke peningkatan ph
6. Spray hygiene wanita yang dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi
7. Usia di atas 65 tahun
8. Penyakit diabetes melitus
9. Batu ginjal, yang dapat menyebabkan obstruksi urine.
c. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh
mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu escherichia coli yang
mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas,
enterobakter, bakteri gram positif : streptococcus Saprofit. Secara normal
mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi
pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi
intestinal dan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme
masuk melalui urethra secara asenden.
Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang
terlalu berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak
antara vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke
vesika urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat ph vagina menjadi
meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada vesika
urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih maka
mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan
sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat
membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan
dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan
mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria dan
menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan
urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa
metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri
yang ada pada vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.
Pada penyakit dm kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine
mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : nefropati dan
angiopati (kelainan pembuluh darah) di ginjal sehingga air kemih mengandung
glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah
berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme
ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan
infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan
suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini memungkinkan terjadinya
reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung
kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus
dimana dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari
pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria
dapat selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses
fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal
mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra)
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan
berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila
saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar
sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung
kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri terutama
pada keadaan trauma urethra. ( m. Clevo rendy, margareth th, 2012 hal 218).
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa
atau pengobatan antara lain adalah :
Laboratorium
1. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan Ph
meningkat.
2. Urine kultur : -
3. Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih
misalnya : streptococcus, E. Coli, dll
4. Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
5. Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
Blass nier ophage – intra venous pyelogram ( bno – ivp )
1. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri
abdominal, panggul.
2. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
Cystoscopy : mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada
kandung kemih.
f. Pelaksanaan Medis
g. Komplikasi
h. Pencegahan
Diagnosa Intervensi
1. Gangguan eliminasi urine 1. Perhatikan apakah ada gangguan
berhubungan dengan inflamasi pada GI akibat terapi antimikroba. Jika
saluran kemih bawah. diprogramkan, berikan
Kriteria hasil : pasien akan mencapai makrokristal nitrofurantoin
dan mempertahankan eliminasi urine bersama susu atau makanan
yang normal. untuk mencegah distress GI.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan 2. Jika rendam duduk tidak dapat
insiden kekambuhan ISK yang meredakan ketidaknyamanan
tinggi. perineum, berikan kompres
Kriteria hasil : Pasien akan tetap hangat sedang ke perineum,
bebas dari ISK berulang seperti yang tetapi hati-hati agar tidak
ditunjukkan dengan urinalisis normal membakar pasien.
dan tidak adanya tanda dan gejala 3. Oleskan antiseptik topikal pada
ISK. meatus urinarius jika perlu.
3. Nyeri akut berhubungan dengan 4. Tampung semua spesimen urine
spasme dan kram kandung kemih. untuk biakan dan pengujian
Kriteria hasil : pasien akan bebas sensitivitas secara hati-hati dan
dari nyeri ketika ISK hilang. cepat.
2) PNEUMONIA
Pneumonia merupakan peradangan parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi
(Price, 1995). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat (Zul, 2001).
Perubahan sistem respirasi yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi kapasitas
dan fungsi paru meliputi :
a. Peningkatan diameter anteroposterior dada
b. Kolaps osteoporotik vertebrae yang mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura
konveks tulang belakang).
c. Kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas kosta.
d. Penurunan efisiensi otot pernapasan.
e. Peningkatan rigiditas paru.
f. Penurunan luas permukaan alveoli
Diagnosa Intervensi
1.