Pernafasan Janin
Pada kehamilan 22 minggu, sistem kapiler terbentuk dan paru sudah memiliki kemampuan untuk
melakukan pertukaran gas.
Pada saat aterm, sudah terbentuk 3 – 4 generasi alvoulus. Epitel yang semula berbentuk kubis
merubah menjadi pipih saat pernafasan pertama.
Pada kehamilan 24 minggu, cairan yang mengisi alvolus dan saluran nafas lain. Saat ini, paru
mengeluarkan surfactan lipoprotein yang memungkinkan berkembangnya paru janin setelah lahir
dan membantu mempertahankan volume ruangan udara dalam paru. Sampai kehamilan 35
minggu jumlah surfactan masih belum mencukupi dan dapat menyebabkan terjadinya hyalin
membrane disease.
Janin melakukan gerakan nafas intrauterin yang menjadi semakin sering dengan bertambahnya
usia kehamilan
Pertukaran gas pada janin berlangsung di plasenta. Pertukaran gas sebanding dengan perbedaan
tekanan partial masing-masing gas dan luas permukaan dan berbanding terbalik dengan
ketebalan membran. Jadi plasenta dapat dilihat sebagai “paru” janin intrauterin.
Tekanan parsial O2 (PO2) darah janin lebih rendah dibandingkan darah ibu, namun oleh karena
darah janin mengandung banyak HbF maka saturasi oksigen janin yang ada sudah dapat
mencukupi kebutuhan.
PCO2 dan CO2 pada darah janin lebih tinggi dibandingkan darah ibu sehingga CO2 akan
mengalami difusi dari janin ke ibu.
Aktivitas pernafasan janin intrauterin menyebabkan adanya aspirasi cairan amnion kedalam
bronchiolus, untuk dapat masuk jauh kedalam alveolus diperlukan tekanan yang lebih besar.
Episode hipoksia berat pada kehamilan lanjut atau selama persalinan dapat menyebabkan
“gasping” sehingga cairan amnion yang kadang bercampur dengan mekonium masuk keparu
bagian dalam.
1. Fase intrauterin
Vena umbilikalis membawa darah yang teroksigenasi dari plasenta menuju janin (gambar 2 dan
3)
Lebih dari 50% cardiac out-put berjalan menuju plasenta melewati arteri umbilikalis. Cardiac
out-put terus meningkat sampai aterm dengan nilai 200 ml/menit. Frekuensi detak jantung untuk
mempertahankan cardiac output tersebut 110 – 150 kali per menit.
Tekanan darah fetus terus meningkat sampai aterm, pada kehamilan 35 minggu tekanan sistolik
75 mmHg dan tekanan diastolik 55 mmHg
Sel darah merah, kadar hemoglobin dan “packed cell volume” terus meningkat selama
kehamilan. Sebagian besar eritrosit mengandung HbF
Pada kehamilan 15 minggu semua sel darah merah mengandung HbF. Ada kehamilan 36
minggu, terdapat 70% HbF dan 30% Hb A.
HbF memiliki kemampuan mengikat oksogen lebih besar dibanding HbA. HbF lebih resisten
terhadap hemolisis namun lebih rentan terhadap trauma.
2. Fase transisi
Saat persalinan, terjadi dua kejadian yang merubah hemodinamika janin
Setelah beberapa tarikan nafas, tekanan intrathoracal neonatus masih rendah (-40 sampai – 50
mmHg) ; setelah jalan nafas mengembang, tekanan meningkat kearah nilai dewasa yaitu -7
sampai -8 mmHg.
Tahanan vaskular dalam paru yang semula tinggi terus menurun sampai 75 – 80%. Tekanan
dalam arteri pulmonalis menurun sampai 50% saat tekanan atrium kiri meningkat dua kali lipat.
Sirkulasi neonatus menjadi sempurna setelah penutupan ductus arteriousus dan foramen ovale
berlangsung, namun proses penyesuaian terus berlangsung sampai 1 – 2 bulan kemudian.
3. Fase Ekstrauterin
Ductus arteriousus umumnya mengalami obliterasi pada awal periode post natal sebagai reflek
adanya kenaikan oksigen dan prostaglandin.
Bila ductus tetap terbuka, akan terdengar bising crescendo yang berkurang saat diastolik
(“machinery murmur”) yang terdengar diatas celah intercosta ke II kiri.
Obliterase foramen ovale biasanya berlangsung dalam 6 – 8 minggu. Foramen ovale tetap ada
pada beberapa individu tanpa menimbulkan gejala. Obliterasi ductus venosus dari hepar ke vena
cava menyisakan ligamentum venosum. Sisa penutupan vena umbilikalis menjadi ligamentum
teres hepatis.
Hemodinamika orang dewasa normal berbeda dengan janin dalam hal :
Sistem Imunologi
1. Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan antibodi terhadap antigen maternal
atau invasi bakteri sangat buruk. Respon imunologi pada janin diperkirakan mulai terjadi sejak
minggu ke 20
2. Respon janin dibantu dengan transfer antibodi maternal dalam bentuk perlindungan pasif yang
menetap sampai beberapa saat pasca persalinan.
3. Terdapat 3 jenis leukosit yang berada dalam darah: granulosit – monosit dan limfosit
4. Granulosit : granulosit eosinofilik – basofilik dan neutrofilik
5. Limfosit : T-cells [derivat dari thymus] dan B-cells [derivat dari “Bone Marrow”]
6. Immunoglobulin (Ig) adalah serum globulin yang terdiri dari IgG – IgM – IgA - IgD dan IgE
7. Pada neonatus, limpa janin mulai menghasilkan IgG dan IgM. Pembentukan IgG semakin
meningkat 3 – 4 minggu pasca persalinan.
8. Perbandingan antara IgG dan IgM penting untuk menentukan ada tidaknya infeksi intra uterin.
Kadar serum IgG janin aterm sama dengan kadar maternal oleh karena dapat melewati plasenta.
IgG merupakan 90% dari antibodi serum jain yang berasal dari ibu. IgM terutama berasal dari
janin sehingga dapat digunakan untuk menentukan adanya infeksi intrauterin.
Sistem Endokrinologi
1. Thyroid adalah kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada tubuh janin.
2. Pancreas terbentuk pada minggu ke 12 dan insulin dihasilkan oleh sel B pankreas. Insulin
maternal tidak dapat melewati plasenta sehingga janin harus membentuk insulin sendiri untuk
kepentingan metabolisme glukosa.
3. Semua hormon pertumbuhan yang disintesa kelenjar hipofise anterior terdapat pada janin,
namun peranan sebenarnya dari hormon protein pada kehidupan janin belum diketahui dengan
pasti.
4. Kortek adrenal janin adalah organ endokrin aktif yang memproduksi hormon steroid dalam
jumlah besar. Atrofi kelenjar adrenal seperti yang terjadi pada janin anensepali dapat
menyebabkan kehamilan postmatur.
5. Janin memproduksi TSH – thyroid stimulating hormon sejak minggu ke 14 yang menyebabkan
pelepasan T3 dan T4 .