Anda di halaman 1dari 14

BED SIDE TEACHING

“PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN”

DISUSUN OLEH :

ADI MAYANTRI PUTRA, S.Kep


NPM : 1426050058

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Fernalia, S.Kep) (Ns. Suratminah, S.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU

2015
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Masalah keperawatan: Adapun Bahasan Pokok Adalah Pemeriksaan fisik


abdomen
Pokok bahasan : Pemeriksaan fisik abdomen
Hari / tanggal : Rabu, 13 Mei 2015
Waktu : jam 10.00-10.10
Tempat : Ruang ICU/ ICCU RSUD H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung
Sasaran :
Pemberi materi : Adi Mayantri Putra, S.Kep

1. Tujuan instruksional umum


Setelah mengikuti pembelajaran ini, Mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan fisik abdomen meliputi
Inspeksi, Auskultasi, perkusi dan palpasi.

2. Tujuan instruksional khusus


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini masiswa diharapkan mampu
melakukan pemeriksaan fisik abdomen dengan cara:
1. Ispeksi
2. Auskultasi
3. Perkusi
4. Palpasi

3. Materi Pembelajaran
1. Ispeksi
2. Auskultasi
3. Perkusi
4. Palpasi
4. Metode
1. Tanya jawab
2. demonstrasi

5. Alat bantu pembelajaran


 Stetoskop
 handscone
 Alat tulis : pena dan buku dll

1. Strategi instruksional
A. Menjelaskan dan memperagakan pemeriksaan fisik abdomen:
1) Ispeksi
2) Auskultasi
3) Perkusi
4) Palpasi
5) Memberikan kesempatan bertanya pada klien
2. Kegiataan pemeriksaan fisik abdomen

No. Kegiatan Respon Klien Waktu

A. Fase Pre Interkasi


1 menit
Mengecek program terapi medik
1.
Mempersiapkan alat
Stetoskop
2.
Handscone
3.

B. Fase Interaksi
1 menit
Mengucapkan salam terapeutik Membalas salam
4.
Melakukan evaluasi/validasi Menjawab respons
5.
Melakukan kontrak (waktu, tempat, Menyetujui
6.
topik
Menjelaskan tujuan dan langkah- Mendengarkan
7.
langkah tindakan
Menjaga privasi klien
8.

C. Fase kerja
Cuci tangan
9. 1 menit
10. Pakai handscone
Memberikan kesempatan klien untuk
11. Menanyakan
bertanya
Menjaga privacy, atur posisi senyaman
12
mungkin selama berjalan

ISPEKSI
A. Visualisasikan kuadran dan region
1 menit
abdomen
B. Tentukan kontur dan kesimetrisan
dan adanya distensi
13.
C. Observasi umbilicus
D. Observasi kulit abdomen
E. Observasi pergerakan dinding
abdomen

14. AUSKULTASI 1 menit


A. Auskultasi bising usus
B. Auskultasi bunyi vaskuler dan
friction rub (suara kasar
mengganggu

PERKUSI
2 menit
A. Perkusi 4 kuadran (tympani atau
dullness )
B. Perkusi hepar/ hati
15. C. Perkusi limpa
D. Palpasi dan perkusi kandung kemih
E. Perkusi ginjal

PALPASI
A. Palpasi abdomen secara dangkal
B. Palpasi abdomen secara dalam
16. 2 menit
C. Palpasi hepar
D. Palpasi limpa
E. Palpasi ginjal
17. Rapikan alat

D. Fase terminasi
18.
Mengevaluasi respons klien
19. Memberikan reinforcement positif
20. 1 menit
Merencanakan tindak lanjut
21. Melakukan kontrak yang akan datang
(waktu, tempat dan topik)
Mencuci tangan
22.
23. Melakukan dokumentasi tindakan dan
respon klien

8. Evaluasi
Menanyakan kembali keadaan klien setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen
dan menganjurkan klien untuk istirahat selama masa sakitnya.
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

1. Inspeksi
Inspeksi dilakukan pertama kali untuk mengetahui bentuk dan gerakan -
gerakan abdomen.
Cara kerja inspeksi
1) Atur posisi yang tepat
2) Lakukan pengamatan bentuk abdomen secara umum, kontur permukaan
abdomen, dan adanya retraksi, penonjolan, serta ketidaksimetrisan.
3) Amati gerakan kulit abdomen saat inspirasi dan ekspirasi.
4) Amati pertumbuhan rambut dan pigmentasi pada kulit secara lebih teliti.

2. Auskultasi
Perawat melakukan auskultasi untuk mendengarkan dua suara abdomen, yaitu
bising usus (peristaltic) yang disebabkan oleh perpindahan gas atau makanan
sepanjang intestinum dan suara pembuluh darah. Teknik ini juga digunakan untuk
mendeteksi fungsi pencernaan pasien setelah menjalani operasi.
Pada keadaan tertentu, suara yang didengar melalui auskultasi mungkin
melemah. Auskultasi juga dapat dilakukan untuk mendengarkan denyut jantung
janin pada wanita hamil.
Cara kerja auskultasi
1) Siapkan stetoskop, hangatkan tangan dan bagian diafragma stetoskop bila
ruang pemeriksaan dingin.
2) Tanya pasien tentang waktu terakhir makan. Bising usus dapat meningkat
setelah makan.
3) Tentukan bagian stetoskop yang akan digunakan. Bagian diafragma
digunakan untuk mendengarkan bising usus, sedangkan bagian bel
(sungkup) untuk mmendengarkan suara pembuluh darah.
4) Letakkan diafragma stetoskop dengan tekanan ringan pada setiap area
empat kuadran abdomen dan dengarkan suara peristaltic aktif dan suara
denguk (gurgling) yang secara normal terdengar setiap 5 – 20 detik dengan
durasi kurang atau lebih dari satu detik. Frekuensi suara bergantung pada
status pencernaan atau ada tidaknya makanan dalam saluran pencernaan.
Dalam pelaporannya, bising usus dapat dinyatakan dengan “terdengar,
tidak ada / hipoaktif, sangat lambat” (mis, hanya terdengar sekali per
menit) dan “hiperaktif atau meningkat” (mis, terdengar setiap 3 detik). Bila
bising usus terdengar jarang sekali / tidak ada, dengarkan dahulu selama 3
– 5 menit sebelum dipastikan.
5) Letakkan bagian bel (sungkup) stetoskop di atas aorta, arteri renalis, dan
arteri iliaka. Dengarkan suara – suara arteri (bruit). Auskultasi aorta
dilakukan dari arah superior ke umbilicus. Auskultasi arteri renalis
dilakukan dengan cara meletakan stetoskop pada garis tengah abdomen
atau kea rah kanan kiri garis abdomen bagian atas mendekati panggul.
Auskultasi arteri iliaka dilakukan dengan cara meletakkan stetoskop pada
area bawah umbilicus di sebelah kanan dan kiri garis tengah abdomen.
6) Letakkan bagian bel stetoskop di atas area preumbilikal (sekeliling
umbilicus) untuk mendengarkan bising vena (jarang terdengar).
7) Dalam melakukan auskultasi pada setiap tempat, khususnya area hepar dan
limpa, kaji pula kemungkinan terdengar suara – suara gesekan seperti
suara gesekan dua benda.
8) Untuk mengkaji suara gesekan pada area limpa, letakkan stetoskop pada
area batas bawah tulang rusuk di garis aksila anterior dan minta pasien
menarik napas dalam. Untuk mengkaji suara gesekan pada area hepar,
letakkan stetoskop pada sisi bawah kanan tulang rusuk.

3. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mendengarkan / mendeteksi adanya gas, cairan, atau
massa di dalam abdomen. Perkusi juga dilakukan untuk mengetahui posisi limpa
dan hepar. Bunyi perkusi pada abdomen yang normal adalah timpani, namun
bunyi ini dapat berubah pada keadaan – keadaan tertentu. Misalnya, apabila hepar
dan limpa membesar, bunyi perkusi akan menjadi redup, khususnya perkusi di
area bawwah arkus kostalis kanan dan kiri. Apabila terdapat udara bebas pada
rongga abdomen, daerah pekak pada hepar akan hilang. Pada keadaan usu berisi
terlalu banyak cairan, bunyi yang dihasilkan pada perkusi seluruh dinding
abdomen adalah hipertimpani, sedangkan daerah hepar tetap pekak. Perkusi pada
daerah yang berisi cairan juga akan menghasilkan suara pekak. Latihan perkusi
abdomen bagi mahasiswa keperawatan harus dibimbing oleh instruktur yang
berpengalaman dan menguasai pengkajian abdomen.

Cara perkusi abdomen secara sistematis


1) Perkusi dimulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum
jam (dari sudut pandang / perspektif pasien).
2) Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri atau nyeri
tekan.
3) Lakukan perkusi pada area timpani dan redup. Suara timpani mempunyai
cirri nada lebih tinggi daripada resonan. Suara timpani dapat didengarkan
pada rongga atau organ yang berisi udara. Suara redup mempunyai cirri
nada lebih rendah atau lebih datar daripada resonan. Suara ini dapat
didengarkan pada massa padat, misalnya keadaan asites, keadaan distensi
kandung kemih, serta pembesaran atau tumor hepar dan limpa.

4. Palpasi
a. Palpasi Hepar
Palpasi hepar dapat dilakukan secara bimanual, terutama untuk
mengetahui adanya pembesaran.
Cara Palpasi Hepar :
1) Berdiri di samping kanan pasien.
2) Letakkan tangan kiri Anda pada dinding toraks posterior kira – kira
pada tulang rusuk ke-11 atau 12.
3) Tekan tangan kiri Anda ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding
dada.
4) Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan
dengan membentuk sudut kira – kira 45o dari otot rektus abdominis
atau parallel terhadap otot rektus abdominis dengan jari – jari kea rah
tulang rusuk.
5) Sementara pasien ekshalasi, lakukan penekanan sedalam 4 – 5 cm kea
rah bawah pada batas tulang rusuk.
6) Jaga posisi tangan Anda dan minta pasien inhalasi / menarik napas
dalam.
7) Sementara pasien inhalasi, rasakan batas hepar bergerak menentang
tangan Anda yang secara normal terasa dengan kontur reguler. Bila
hepar tidak terasa / teraba dengan jelas, minta pasien untuk menarik
napas dalam, sementara Anda tetap mempertahankan posisi tangan
atau memberikan tekanan sedikit lebih dalam. Kesulitan dalam
merasakan hepar ini sering dialami pada pasien obesitas.
8) Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk
kanan. Catat pembesaran tersebut dan nyatakan dengan berapa
sentimeter pembesaran terjadi di bawah batas tulang rusuk.
Palpasi hepar (Sumber : Kozier, B., et al. (2004) Fundamental of Nursing:
Concept, process, and practice. New Jersey : Prentice Hall).

b. Palpasi Ginjal
Pada saat melakukan palpasi ginjal, posisi pasien telentang dan perawat
yang melakukan palpasi berdiri di sisi kanan pasien.
Cara Palpasi Ginjal
1) Dalam melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri Anda di
bawah panggul dan elevasikan ginjal ke arah anterior.
2) Letakkan tangan kanan Anda pada dinding abdomen anterior di garis
midklavikula pada tepi bawah batas kosta.
3) Tekan tangan kanan Anda secara langsung ke atas sementara pasien
menarik napas panjang. Ginjal tidak teraba pada orang dewasa yang
normal, tetapi pada orang yang sangat kurus, bagian bawah ginjal
kanan dapat dirasakan.
4) Bila ginjal teraba, rasakan kontur (bentuk), ukuran, dan amati adanya
nyeri tekan.
5) Untuk melakukan palpasi ginjal kiri, lakukan di sisi kiri tubuh pasien,
dan letakkan tangan Anda di bawah panggul kemudian lakukan
tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan.

c. Palpasi Limpa
Limpa tidak teraba pada orang dewasa yang normal. Palpasi limpa
dikerjakan dengan menggunakan pola seperti pada palpasi hepar.
Cara Palpasi Limpa :
1) Anjurkan pasien untuk miring ke sisi kanan sehingga limpa lebih
dekat dengan dinding abdomen.
2) Lakukan palpasi pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan
menggunakan pola seperti pada palpasi hepar.
Palpasi limpa (Sumber : Bickley, L. S., & Szilagyi, P.G.
(2004). Bate’s Pocket Guide Physical Examination and History
Taking. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins).

d. Palpasi Kandung Kemih


Palpasi kandung kemih dapat dilakukan dengan menggunakan satu
atau dua tangan. Kandung kemih teraba terutama bila mengalami distensi
akibat penimbunan urine. Bila ditemukan adanya distensi, lakukan perkusi
pada area kandung kemih untuk mengetahui suara / tingakatan redupnya.
LAPORAN HASIL BED SIDE TEACHING
“PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN”

Di Ruang Kutilang RSUD Dr. H. Abdul Moeloek


Provinsi Bandar lampung

DISUSUN OLEH :

ADI MAYANTRI PUTRA, S.Kep


NPM : 1426050058

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Ade Herman S.D, S.Kep., MAN) (Ns. M. Irhas Said, S.Kep., Sp.KMB)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU

2015
1. Nama : Tn. Toni
Umur : 25
Alamat: raja basa
 Inspeksi : bentuk dada simetris, luka insisi (-), kelainan warna kulit (-)
 Auskultasi : terdengar suara biasing usus 9 kali/ menit
 Palpasi : tidak teraba edema dan nyeri dikuadran I, II, III, dan IV
 Perkusi : terdengar suara dulness dikuadran I dan II, terdengar suara
timpani dikuadran III dan IV

2. Nama : Tn. Ali Hasan


Umur : 80
Alamat: way kanan
 Inspeksi : bentuk dada simetris, luka insisi (-), kelainan warna kulit (-)
 Auskultasi : terdengar suara biasing usus 11 kali/ menit
 Palpasi : tidak teraba edema dan nyeri dikuadran I, II, III, dan IV
 Perkusi : terdengar suara dulness dikuadran I dan II, terdengar suara
timpani dikuadran III dan IV

3. Nama : Tn. Suraji


Umur : 70
Alamat: kota agung
 Inspeksi : bentuk dada distensi, terdapat bekas luka post op sepanjang 5
cm
 Auskultasi : terdengar suara bising usus 8 kali/ menit
 Palpasi : tidak teraba edema dan nyeri dikuadran I, II, III, dan IV
 Perkusi : terdengar suara dulness dikuadran I dan II, terdengar suara
timpani dikuadran III dan IV

Anda mungkin juga menyukai