Laporan Pendahuluan Presbikusis
Laporan Pendahuluan Presbikusis
A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Presbikusis adalah tuli saraf sensorineoral frekuensi tinggi, terjadi pada
usia lanjut, simetris kiri dan kanan disebabkan proses degenerasi di telinga
dalam (Arif Mansjoer, dkk, 2000). Presbiakusis adalah hilangnya
pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang merupakan
suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnnya usia. (Boedhi &
Hadi, 2009). Presbikusis adalah gangguan pendengaran sensorineoral pada
individu yang lebih tua, presbikusis ini menyebabkan gangguan
pendengaran bilateral terhadap frekuaensi tinggi yang dihubungkan
dengan kesulitan mendiskriminasikan kata-kata, dan juga gangguan
terhadap pusat pengolah informasi pada saraf audiotorik (Reni Yuli
Aspiani, 2014:345).
Presbikusis merupakan akibat dari proses degenerative pada satu atau
beberapa bagian koklea (striae vaskularis, sel rambut dan membrane
basilaris) maupun serabut saraf auditori, presbikusis ini merupakan hasil
interaksi antara faktor genetik individu dengan faktor eksternal sperti
pajanan suara berisik terus-menerus, obat ototoksik, dan penyakit sistemik
(Sri Artinawati, 2014).
Presbikusis adalah tuli saraf sensori neural frekuensi tinggi,
umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris kiri dan kanan.
Presbikusis dapat mulai pada frekuensi 100 Hz atau lebih. Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Presbikusis adalah gangguan
pendengaran/tuli sensorineural yang berhubungan dengan proses
penuaan.
2. Anatomi Fisiologi Telinga
a. Anatomi
1) Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga
(kanalis auditorius eksternus) yang berfungsi sebagai resonator dan
meningkatkan transimisi suara. Daun telinga terdiri dari tulang rawan
elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dan tangka tulang
rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang, dengan panjang 2,5 – 3 cm. Pada
sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat
terdapat pada seluruh kulit liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen. Serumen memiliki sifat antimikotik dan bakteriostatik dan
juga repellant terhadap serangga. Serumen terdiri dari lemak (46-73
%), protein, asam amino, ion-ion mineral, dan juga mengandung
lisozim, immunoglobulin, dan dan asam lemak tak jenuh rantai ganda.
Asam lemak ini menyebabkan kulit yang tak mudah rapuh sehingga
menginhibisi pertumbuhan bakteri. Oleh karena komposisi
hidrofobiknya, serumen dapat membuat permukaan kanal menjadi
impermeable, kemudian mencegah terjadinya maserasi dan kerusakan
epitel.
2) Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
Batas luar : membran timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis ( bulbus jugularis )
Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis.
Batas atas : tegmen timpani ( meningen/otak )
Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi
sirkularis horizontalis, kanalis fasialis, tingkap lonjong ( oval
window ) dan tingkap bundar ( round window) dan promontorium.
Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari
arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga.
Bagian atas disebut pars flaksida (membran sharpnell), sedangkan
bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya
berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga
dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa
saluran nafas. Pars tensa mempunyai satu lagi di tengah, yaitu lapisan
yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Tulang
pendengaran didalam telinga saling berhubungan .
Prosessus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus
melekat dengan inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak
pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan
antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Tuba
eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan
daerah nasofaring, dengan telinga tengah.
3) Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis
semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,
menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang
koklea, tampak skala vestibuli disebelah atas, skala timpani disebelah
bawah, dan skala media diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani
berisi cairan perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.
Ion dan garam yang terdapat pada perilimfa berbeda dengan
endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli
disebut dengan membrane vestibule (Reissner’s membrane),
sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran
ini terletak Organ of corti. Pada skala media terdapat bagian yang
berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran
basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar, dan kanalis Corti, yang membentuk Organ of Corti.
b. Fisiologi Sistem Pendengaran
Adapun fisiologi Sistem pendengaran adalah sebagai berikut :
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara
atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran
timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasikan getaran melalui daya
ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran
timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasikan
ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong,
sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan
melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran
tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius sampai ke korteks pendengaran (
area 39-40 ) di lobus temporalis.
3. Etiologi
Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses
degenerasi. Diduga kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan
faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis,
infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi
pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh
faktor-faktor tersebut diatas.
Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Progesifitas penurunan
pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih
cepat dibandingkan dengan perempuan (Reni Yuli, 2014).
Etiologi di bagi menjadi 2 yaitu :
1) Internal
Degenerasi primer eferen dari koklea, degenerasi primer organ
corti penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik mungkin
juga mengalami gangguan.Sehingga baik jalur auditorik dan lobus
temporalis otak sering terganggu akibat lanjutnya usia. Bisa juga ter
jadi akibat proses degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam,
dan juga yang berhubungan dengan faktor-paktor herediter.
2) Eksternal
Terpapar bising yang berlebihan, penggunaan otottoksik dan reaksi
paska radang.
4. Klasifikasi
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang
merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia.
Bersifat simetris, dengan perjalanan yang progresif lambat. Menurut Reni
Yuli Aspiani (2014) terdapat beberapa tipe presbikusis yaitu :
a. Presbikusis sensorik
Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neoral di ganglion
spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel neoral akan menentukan
apakah gangguan pendengaran yang timbul berupa gangguan atas
frekuensi pembicaraan atau pendengaran kata-kata.
b. Presbikusis Strial
Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah
dari koklea. Presbikusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih
muda dibandingkan dengan jenis lain.
c. Presbikusis Konduktif Kohlear
Akibat perubahan mekanik pada membran basalis koklea sebagai
akibat proses dari sensitivitas diseluruh daerah tes.
Menurut Sri Artinawati (2014) Presbikusis terbagi menjadi dua yaitu :
a. Presbikusis Perifer
Dimana lansia hanya mampu untuk mengidentifikasi kata. Alat
bantu dengar masih cukup bermanfaat, tetapi harus diperhatikan untuk
menghindari berteriak/berbicara terlalu keras karena dapat membuat
ketidaknyamanan di telinga.
b. Presbikusis Sentral
Dimana lansia hanya mampu untuk mengidentifikasi kalimat,
sehingga manfaat alat bantu dengar sangat kurang. Oleh karena itu,
percakapan dengan para lansia harus sedikit lebih lambat tanpa
mengakibatkan irama dan intonasi.
5. Patofisiologi
Efisiensi transmisi
15.
suara menjadi PRESBIKUSIS
terhambat
16.
17. 1
Mengenai Bila intensitas suara Suara terdengar
atau ke Menarik diri seperti
18.2 ditinggikan akan
bergumam dan
telinga Penurunan dari timbul rasa nyeri
19. nervus VII lingkungan ditelinga berdenging
20.
Berkurangnya
21. secara Tidak mau mengikuti Sulit mengerti
pendengaran
aktivitas diluar rumah pembicaraan
perlahan dan
22. maupun di mayarakat
progresif
23.
MK : Lebih banyak di MK :
Gangguan dalam rumah gangguan
persepsi komnikasi
sensori verbal
MK : harga
diri rendah
7. Manifestasi Klinik
Gejala klinik bervariasi antara masing-masing pasien dan berhubungan
dengan perubahan yang terjadi pada koklea dan saraf sekitarnya. Keluhan
utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan dan
progresif, simetris pada kedua telinga, yang saat dimulainya tidak disadari.
Keluhan lain adalah adanya telinga berdenging (tinnitus). Pasien dapat
mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama
bila diucapkan secara cepat dengan latar belakang yang riuh (cocktail
party deafness). Terkadang suara pria terdengar seperti suara wanita. Bila
intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal ini
disebabkan oleh faktor kelelahan (recruitment).
Menurut Reni Yuli Aspiani (2014) tanda dan gejala Presbikusis adalah :
1) Berkurangnya pendengaran suara secara perlahan dan progresif
perlahan pada kedua telinga dan tidak disadari oleh penderita.
2) Suara-suara terdengar sepeeti bergumam, sehingga sulit untuk mengerti
pembicaraan.
3) Sulit mendengar pembicaraan disekitar, terutama jika berada di tempat
dengan latar belakang sura yang ramai.
4) Suara berfrekuensi rendah, seperti suara laki-laki, lebih muda di dengar
daripada suara berfrekuensi tinggi.
5) Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga.
Telinga terdengar berdenging (Tinitus). Tinnitus, menemani paling
banyak kehilangan pendengaran sensorineural dan mengganggu.
Tinnitus secara literatur artinya “berdering” tapi sebetulnya dapat
bersuara seperti mengaum, mengerik seperti jangkrik, atau musik pada
umumnya.
Tanda dan Gejala Presbikusis Menurut Mansjoer (2000) adalah
pendengaran berkurang secara perlahan-lahan, progresif, dan simetris pada
kedua telinga, telinga berdenging. Pasien dapat mendengar suara
percakapan tetapi sulit memahaminya, terutama bila cepat dan latarnya
riuh. Bila intensitas ditinggikan akan timbul rasa nyeri, dapat disertai
dengan tinitus dan vertigo, pada pemeriksaan otoskop tampak membran
timpani suram dan mobilitasnya berkurang.
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Audiometri
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan misalnya pemeriksaan
audiometric nada murni, menunjukkan tuli saraf nada tinggi, bilateral dan
simetris. Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam (sloping)
setelah frekuensi 2000 Hz. Gambaran ini khas pada presbikusis sensorik
dan neural. Kedua jenis presbikusis ini sering ditemukan. Garis ambang
dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih mendatar,
kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan.
Pada semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunan pada
frekuensi yang lebih rendah. Pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan
adanya gangguan diskriminasi wicara (speech discrimination). Keadaan
ini jelas terlihat pada presbikusis jenis neural dan koklear (Reni Yuli
Aspiani, 2014).
Alat audiometri menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi
melalui aerphon. Pada setiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan
diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal.
Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran
mengenai rentang nada yang paling terpengaruh. Audiometri nada murni,
Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukan tuli saraf nada tinggi
dimana pemeriksaan nada murni adalah suatu sistem uji pendengaran
dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-
nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan
dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB).
Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator
tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing
untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hntaran udara dan
hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan
didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca
audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran
seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang
berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai
ambang baku pendengaran untuk nada muri.
Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran
frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling
penting untuk memahami percakapan sehari-hari. Pemeriksaan ini
menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran psien pada stimulus nada
murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda.Secara
kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya
terdiri dari skala decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air
kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction).Bila terjadi air
bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang
pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.
Audiometri tutur, Audiometri tutur adalah system uji pendengaran
yang menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan
melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mrngukur beberapa
aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir sama
dengan audiometri nada murni, hanya disni sebagai alat uji pendengaran
digunakan daftar kata terpilih yang dituturkan pada penderita. Kata-kata
tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui mikropon
yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui
telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata
rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian
baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita
diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan
apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya
makin dilemahkan, pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa
mencatata presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap
denah pada tiap intensitas. Hasil ini dapat digambarkan pada suatu
diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-kata yang didengar,
sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata yanag diturunkan
dengan benar.
Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran
yaitu :
a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-
kata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang
lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan
de-sibel (dB).
b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap
satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan
dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT. Satuan pengukuran NDT itu
adalah persentasi maksimal kata-kata yang ditirukan dengan benar,
sedangkan intensitas suara barapa saja. Dengan demikian, berbeda
dengan audiometri nada murni pada audiometri tutur intensitas
pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat nilai ambang (NPT),
tetapi juga jauh diatasnya.
Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh mendengar kata-
kata yang jelas artinya pada intensitas mana mulai terjadi gangguan
sampai 50% tidak dapat menirukan kata-kata dengan tepat.
9. Penatalaksanaan
Rehabilitasi
Rehabilitasi sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi pendengaran
dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid).
Pemasangan alat bantu dengar hasilnya akan lebih memuaskan bila
dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran (speech reading), dan
latihan mendengar (auditory training), prosedur pelatihan tersebut
dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech therapist).
Tujuan rehabilitasi pendengaran adalah memperbaiki efektifitas
pasien dalam komunikasi sehari-hari. Pembentukan suatu program
rehabilitasi untuk mencapai tujuan ini tergantung pada penilaian
menyeluruh terhadap gangguan komunikasi pasien secara individual serta
kebutuhan komunikasi sosial dan pekerjaan. Partisipasi pasien ditentukan
oleh motivasinya. Oleh karena komunikasi adalah suatu proses yang
melibatkan dua orang atau lebih, maka keikutsertaan keluarga atau teman
dekat dalam bagian-bagian tertentu dari terapi terbukti bermanfaat
Membaca gerak bibir dan latihan pendengaran merupakan komponen
tradisional dari rehabilitasi pendengaran. Pasien harus dibantu untuk
memanfaatkan secara maksimal isyarat-isyarat visual sambil mengenali
beberapa keterbatasan dalam membaca gerak bibir. Selama latihan
pendengaran, pasien dapat melatih diskriminasi bicara dengan cara
mendengarkan kata-kata bersuku satu dalam lingkungan yang sunyi dan
yang bising. Latihan tambahan dapat dipusatkan pada lokalisasi,
pemakaian telepon, cara-cara untuk memperbaiki rasio sinyal-bising dan
perawatan serta pemeliharaan alat bantu dengar.
Program rehabilitasi dapat bersifat perorangan ataupun dalam
kelompok. Penyuluhan dan tugas-tugas khusus paling efektif bila
dilakukan secara perorangan, sedangkan program kelompok memberi
kesempatan untuk menyusun berbagai tipe situasi komunikasi yang dapat
dianggap sebagai situasi harian normal untuk tujuan peragaan ataupun
pengajaran. Pasien harus dibantu dalam mengembangkan kesadaran
terhadap isyarat-isyarat lingkungan dan bagaimana isyarat-isyarat
tersebut dapat membantu kekurangan informasi dengarnya. Perlu
diperagakan bagaimana struktur bahasa menimbulkan hambatan-
hambatan tertentu pada pembicara.
Petunjuk lingkungan, ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap alami
cenderung melengkapi pesan yang diucapkan. Bila informasi dengar
yang diperlukan untuk memahami masih belum mencukupi, maka
petunjuk-petunjuk lingkungan dapat mengisi kekurangan ini. Seluruh
aspek rehabilitasi pendengaran harus membantu pasien untuk dapat
berinteraksi lebih efektif dengan lingkungannya.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan,
pekerjaan, alamat, dan lain sebagainya.
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan sistem pendengaran (Presbikusis) adalah susah
mendengar pesan atau rangsangan suara/penurunan
kemampuan mendengar suara dengan frekuensi tinggi.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang/saat ini berupa uraian mengenai
penyakit yang diderita oleh klien dari mulai timbulnya
keluhan, dan apakah pernah memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan, serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan
bagaimana perubahannya. Klien dengan Presbikuisis akan
susah mendengar pesan atau rangsangan berupa suara. Ketika
berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti terhadap
pembicaraan. Untuk lebih mengerti, klien sering meminta
untuk mengulangi pembicaraan.
Kolaborasi:
Boedhi & Hadi, 2009. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Reny Yuli Aspiani. 2014. Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta : CV. Trans
info media
PROVINSI BENGKULU
DISUSUN OLEH :
Co Perseptor Perseptor