Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Ringkas Hak Asasi Manusia

Kehidupan manusia yang bersinggungan dalam pergaulan sering


menimbulkan konflik upaya memperoleh kebutuhan hidup yang kompetitif sering
melahirkan pelanggaran berbagai hak asasi manusia, kedudukan sederajat dimuka
hokum adalah sama tanpa ada perbedaan etnis, warna kulit, agama, bangsa,
keturunan, kelas maupun kekayaan, tidak ada perbedaan diantara seorang manusia
yang satu dengan yang lain.

Sesungguhnya hak asasi manusia lahir bersama-sama dengan manusia, artinya


sejak manusia ada permasalahan hak asasi manusia sudah timbul. Membicarakan hak
asasi manusia, berarti membicarakan dimensi kehidupan manusia. HAM ada bukan
karena di berikan oleh masyarakat atau kebaikan dari Negara, melainkan berdasarkan
martabatnya sebagai manusia, pengakuan atas eksistensi manusia sebagai mahkluk
Tuhan Yang Maha Kuasa.

Menurut Jan Materson dari komisi hak asasi manusia PBB, hak asasi
manusia adalah hak-hak yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia. Menurut Baharuddin Lopa, kalimat
“mustahil dapat hidup sebagai manusia” hendaklah diartikan” mustahil dapat hidup
sebagai manusia yang bertanggung jawab”. Alasan penambahan istilah bertanggung
jawab ialah disamping manusia memiliki hak, juga memiliki tanggung jawab atas
segala yang dilakukannya. Secara historis, usaha-usaha untuk memecahkan persoalan
kemanusiaan telah dirintis sedemikian rupa. Hampir seluruh pemikiran yang telah
berkembang menguatkan pendirian akan pentingnya citra manusia, yakni
kemerdekaan dan kebebasan. Selain itu, upaya tersebut dilakukan karena hak-hak
asasi manusia merupakan tujuan dari hakekat kemanusiaan yang paling instrinsik,
maka sejarah pertumbuhan konsep-konsepnya dan perjuangan penegakannya
sekaligus menyatu dengan sejarah peradaban manusia itu sendiri.

Konsepsi HAM dikalangan sejarawan Eropa tumbuh dari konsep hak (right)
pada yurisprudensi Romawi, kemudian meluas pada etika teori hukum alam (Natural
Law).

Secara ringkas uraian berikut menggambarkan kronologis konseptualisasi


penegakan HAM yang diakui secara yuridis formal. Perkembangan berikut
menggambarkan pertumbuhan kesadaran pada masyarakat Barat. Tonggak-tonggak
sosialisasinya adalah sebagai berikut, Pertama, dimulai yang paling dini oleh
munculnya perjanjian agun magna charta di Inggris pada 15 juni 1215, sebagai bagian
dari pemberontakan para baron terhadap raja john (Saudara raja Richard berhati
singa, pemimpin tentara salib). Isi pokok dokumen itu adalah hendaknya raja tak
melakukan pelanggaran terhadap hak milik dan kebebasan pribadi seorang pun dari
rakyat, (sebenarnya cukup ironis bahwa pendorong pemberontakan para baron antara
lain, dikenakannya pajak yang sangat besar dan dipaksakannya para baron untuk
membolehkan anak-anak perempuan mereka kawin dengan rakyat biasa). Kedua,
keluarnya Bill of Right tahun 1628 yang berisi penegasan tentang pembatasan
kekuasaan terhadap siapapun, atau untuk memenjarakan, menyiksa, dan mengirimkan
tentara kepada siapapun tanpa dasar hukum. Ketiga, Deklarasi kemerdekaan amerika
serikat 6 juli 1779, yang memuat penegasan bahwa setiap orang dilahirkan dalam
persamaan dan kebebasan dengan hak untuk hidup dan mengejar kebahagiaan serta
keharusan mengganti pemerintah yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan
dasar tersebut. Keempat, Deklarasi hak asasi manusia dan warga Negara (Declaration
des droits del home etdu citizen/Declaration of the right of the man and of the citizen)
dari prancis 4 agustus 1798, dengan titik berat lima hak asasi pilihan, harta (propiete),
kebebasan (liberte), persamaan (egalite), keamanan (securie) dan perlawanan
terhadap penindasan (resitence of appression)”. Kelima, Deklarasi universal tentang
hak-hak asasi manusia (Universal Declaration of Human Right / UDHR pada 10
Desember 1948) yang memuat tentang pokok-pokok kebebasan, pemilihan harta,
hak-hak dalam perkawinan, pendidikan, hak kerja, dan kebebasan beragama
(termasuk pindah agama)”. Declarasi itu di tambah dengan berbagai instrument
lainnya yang datang susul menyusul, telah memperkaya umat manusia tentang hak-
hak asasi manusia dan menjadi bahan rujukan yang tidak mungkin diabaikan.

2.2 Perbedaan Prinsip Antara Konsep HAM Dalam Pandangan Islam dan Barat

Dengan menguatkannya kesadaran global atau arti pentingnya HAM dewasa


ini, persoalan tentang universalitas HAM dan hubungannya dengan berbagai sistem
nilai atau tradisi agama terus menjadi pusat perhatian dalam pembicaraan wacana
HAM kontemporer. Harus di akui bahwa agama berperan dalam memberikan
landasan etik kehidupan manusia.

Menurut Supriyanto Abdi, setidaknya terdapat tiga varian pandangan tentang


hubungan Islam dan HAM, baik yang dikemukakan oleh para sarjana Barat atau
pemikir muslim sendiri yakin, Pertama, Menegaskan bahwa Islam tidak sesuai
dengan gagasan-gagasan dan konsepsi HAM modern. Kedua, menyatakan bahwa
Islam menerima semangat kemanusiaan modern, tetapi pada saat yang sama, menolak
landasan sekulernya dan menggantikannya dengan landasan Islami.
Ungkapan di atas menampakkan bahwa konsepsi HAMdalam dunia Barat
berbeda dengan konsep HAM dalam Islam. Islam tidak menerina konsep HAM
sekuler, namun Islam sangat mendukung semangat HAM. Islam itu memberikan
landasan normatif yang sangat kuat dan sakral bagi HM itu sendiri.

Hak asasi manusia menurut pemikiran Barat semata-mata bersifat


antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian
manusia sangat dipentingkan, hak asasi manusia ditilik dari sudut pandang Islam
bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat pada Tuhan. Dalam hal ini A.K
Brohi mengatakan: “Berbeda dengan pendekatan Barat, strategi Islam sangat
mementingkan hak asasi manusia dan kemerdekaan dasar manusia sebagai sebuah
aspek kualitas dari kesadaran keagamaan yang terpatri dalam hati, fikiran danjiwa
penganutnya.”

Pemikiran barat menempatkan manusia pada posisi bahwa manusialah yang


menjadi tolak ukur segala sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk
mengabdi kepadanya. Disinilah letaknya perbedaan fundamental antara hak-hak asasi
manusia menurut pemikiran barat dengan hak-hak asasi manusia berdasarkan ajaran
Islam. Dalam konsep Islam seseorang hanya mempunyai kewajiban-kewajiban atau
tugas-tugas kepada Allah karena harus mematuhi hukumnya. Namun secara paradoks,
di dalam tugas-tugas inilah letak semua hak dan kemerdekaannya. Menurut ajaran
Islam manusia hak-hak manusia lain karena merupakan kewajiban yang dibebankan
oleh hukum agama untuk mematuhi Alah sebagai penciptanya.

Aspek khas dalam konsep HAM Islam adalah tidak adanya prang lain yang
dapat memaafkan pelanggaran hak-hak. Jika pelanggraran itu terjadi atas seseorang
yang harus dipenuhi haknya, bahkan suatu Negara, Islam pun tidak dapat memaafkan
pelanggaran hak-hak yang dimiliki oleh seseorang. Negara harus terikat memberi
hukuman kepada pelanggar HAM tersebut. Dalam undang-undang Internasional
tentang hak-hak asasi manusia banyak terdapat pasal yang didalamnya tetuang hal-hal
asasi manusia (Human Rights). Prinsip-prinsip human rights yang terdapat dalam
pasal-pasalntersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

Pasal 1

Sekalian orang yang merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama.
Mereka dikaruniai akal, budi dan kehendak satu sama lain dalam persaudaraan.
Pasal 2

Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum dalam
pernyataan ini dengan taka da perkecualian apapun, seperti misalnya bangsa, warna
kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal mula kebangsaan
atau kemasyarakatan, milik kelahiran ataupun kedudukan lain.

Pasal 3

Setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan.

Pasal 4

Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhambakanm perhambaan da


perdagangan budak dalam bentuk apa pun mesti dilarang.

Pasal 5

Tidak seorangpun boleh dianiaya atau diperlakukan secara kejam, dengan tidak
mengingat kemanusiaan ataupun jalan perlakuan atau hukum yang menghinakan.

Pasal 6

Setiap orang tidak berhak atas pengakuan sebagai manusia pribadi terhadap undang-
undang dimana saja ia berada.

Pasal 7

Sekalian orag adalah sama terhadap undang-undang dan berak atas perlindungan
hukum yang sama dengan taka da perbedaan.

Pasal 8

Setiap orang berhak atas pengadilan yang efektif oleh hakim-hakim nasional yang
kuasa terhadap tindakan perkosaan hak-hak dasar yang diberikan kepadanya oleh
undang-undang dasar Negara atau undang-undnag.

Pasal 9

Tidak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang secara semenah-menah.

Pasal 10

Setiap orang berhak dalam persamaan yang sepenuhnya didengarkan suaranya di


muka umun dan secara adil oleh pengadilan yang adil dan tidak memihak. Dalam hal
ini menetapkan hak-hak dankewajiban-kewajibannya dalam setiap tuntutan pidana
yang ditujukan kepadanya.

Pasal 11

1. Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu pelanggaran


pidana dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikannya kesalahannya menurut
undang-undang dalam suatu pengadilan yang terbuka, dan dia dalam siding
itu diberi segala jaminan yang perlu untuk pembelaannya.
2. Tidak seorangpun boleh dipersalahkan melakukan pelanggaran pidana karena
perbuatan atau kelalaian yang tidak merupakan suatu pelanggaran undang-
undang nasional atau internasional.

Pasal 12

Tidak seorang pun dapat diganggu sewenang-wenang dalam urusan pribadinya,


keluarganya, rumah tangganya, atau hubungan surat-menyuratnya, juga tidak
diperkenankan pelanggaran atas kehormatannya dan nama baiknya. Setiap orang
berhak mendapatkan perlindungan undang-undang terhadap gangguan-gangguan atas
pelanggaran-pelanggaran demikian.

Pasal 13

1. Setiap orang berhak atas kebebasan, begerak dan berdiam didalam lingkungan
batas-batas tiap Negara.
2. Setiap orang berhak meninggalkan suatu negeri, termasuk negerinya sendiri,
dan berhak kembali ke negerinya.

Pasal 14

1. Setiap orang berhak mencari dan mendapat tempat pelarian di negeri-negeri


lain untuk menjauhi pengejaran.
2. Hak ini tidak dapat dipergunakan dalam pengejaran yang benar-benar timbul
dari kejahatan-kejahatan yang berhubungan dengan perkara atau perbuatan-
perbuatan yang bertentangan dengan tujuan-tujuan dan dasar-dasar
perserikatan bangsa-bangsa.

Bila ditelaah prinsip-prinsip HAM yang dipergunakan dalam undang-undang


internasional kemudian dibandingkan dengan HAM yang terdapat dalam ajaran
Islam,maka apa yang telah dirumuskan dalam prinsip-prinsip HAM internasional,
jauh sebelumnya sudah ada dalam Islam. Adapun prinsip-prinsip HAM yang terdapat
dalam ajaran agama Islam tersebut diantaranya adalah:
a) Tentang Martabat Manusia

Ajaran Islam menempatkan manusia pada martabat dan harkat yang tinggi, manusia
memiliki akal budi kehendak, manusia itu tanpa kecuali mempunyai harkat dan
martabat yang sama, cacat atau tidak, manusia yang satu sama mulianya dengan
manusia yang lain. Kelebihan dan kekurangan ada pada setiap manusia itu, dalam
ajaran islam bukan merupakan perbedaan yang menyebabkan dirinya dan orang lain
pada derajat yang berbeda, seperti ditegaskan Allah dalam firmannya:

“Dan janganlah kamu memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini sengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi embanggakan diri, dan sederhanalah
kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara
adalah suara keledai.” (Q.S.31:18-19)

b) Hak Persamaan dan Kebebasan

Kedudukan sederajat termasuk sederajat dimuka umum tanpa ada perbedaan yang
dimiliki oleh manusia dihadapan hukum tanpa ada perbedaan diantara mereka, baik
karena perbedaan etnis, warna kuliat, agama, bangsa, keturunan, kelas maupun
kekayaan. Disamping itu tanpa dibedakan antara muslim, nasrani, atau lainnya antara
cebdekiawan dengan yang bukan, antara kuat dengan yang kemah. Dalam hal ini
Allah berfirman:

“Dan apabila kamu menghukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil.” (Q.S.4:58). “Hai manusia sesungguhnya kami menciptakanmu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, bersuku-
suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah adalah orang-orang yang paling bertaqwa.” (Q.S.49:13)

Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa Allah menempatkan manusia sebagai


makhluk yang mulia dan bermartabat, tidak ada perbedaan manusia yang satu dan
lainnya. Ini berarti bahwa ajaran Islam lebih dahulu mengenal HAM, dalam hal
persamaan dankebebasan serta saling menghormati.

c) Hak Hidup, Kemerdekaan dan Keselamatan

Di daerah yang dikuasai Islam, bagi orang yang belim menganut agama Islam diberi
hak dan kemerdekaan untuk memilih agama, apakah mereka memeluk agama Islam
atau tetap pada agama mereka. Ini adalah bukti bahwa umat Islam tidak melakukan
paksaan, namun tetap menghormati kemerdekkan beragama walaupun terhadap
golongan minoritas.
Disamping itu, ayat-ayat al-qur’an menegaskan bahwa Islam meletakkan suatu sistem
konkrit yang menjamin penghapusan perbudakan secara berangsur-angsur dengan
mempersempit sebab-sebab perbudakan. Usaha itu perlu dilakukan agar terjamin hak
pribadi seseorang dan medapat perlindungan dari perbuatan-perbutan aniaya. Allah
melarangantar sesame manusia berlaku aniaya yang dapat menyebabkan hak
hidupnya terganggu. Dalam hal ini Allah berfirman:

“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam,sesungguhnya sudah jelas jalan
yang benar dan jalan yang sesat.barang siapa yang ingkar kepada taghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang
kokoh yang tidak akan putus. Dan Allah maha mendengar lagi maha melihat.”
(Q.S.2:256)

“Dan tidak layah bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin yang lain
kecuali karena tersalah (tidak sengaja) dan barang siapa membunuh seorang
mukmin tanpa sengaja, hendaklah ia memerdekakan hamba sahaya yang beriman
setra membayar diat yang diserahkan kepada keluarga (si terbunuh) kecuali jika
mereka (keluarga si terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang
memusuhimu, padahal dia mukmin( maka hendaklah si pembunuh) memerdekakan
hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum kafir yang ada
perjanjian damai antara mereka dan kamu, maka hendaklah si pembunuh membayar
diat yang diserahkan kepada keluarganya. Serta memerdekakan hamba sahaya yang
mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh)
berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai carabertaubat kepada Allah dan Allah
maha mengetahui dan maha bijaksana.” (Q.S.4:92”

d) Tidak Seorangpun yang boleh Diperbudak

Islam sangat melarang perbudakan karena bertentangan dengan prinsip kesamaan


derajat dan prinsip kemanusiaan. Dalam Islam setiap orang berada dalam derajat yang
sama dan setiap orang yang kurang beruntung hidupnya dalam segala aspeknya,
menjadi kewajiban orang lain untuk memberi pertolongan kepadanya sehingga
terwujud keserasian dan kesamaan derajat.

e) Tidak Seorangpun boleh Dianiaya atau Diperlakukan secara Kejam

Islam sangat menentang kezaliman dan tindakan kekejaman, sangat banyal ayat al-
qur’an yag melarang perbuatan kezaliman, dan pelakunya diancam dengan neraka.
Dalam hal ini Allah berfirman:
“Janganlah kamu mempunyai kecenderungan membenarkan orng-orang yang aniaya
(zalim), karena kelak kalian akan dibakar api neraka.’ (Q.S.11:113)

Dalam sebuah hadist qudsinya Allah berfirman:

Allah mewahyukan kepada Nabi Daud AS:”Katakanlah kepada orang-orang yang


melakukan perbuatan kezaliman, janganlah kalian berzikir kepadaKu (kecuali
setelah bertaubat). Karena Aku selalu memeperhatikan orang yang berzikir
kepadaKu, tetapi perhatianKu terhadap (orang yang melakukan kezaliman) berupa
laknat terhadap mereka.”

f) Hak untuk Diakui sebagai Manusia Pribadi Dihadapan Undang-Undang

Tidak ada suatu ayat atau hadistpun yang menempatkan manusia dihadapan hukum
berbeda. Semua umat Islam dalam ajaran Islam wajib menempatkan manusia sebagai
manusia. Bahkan dalam pergaulan masyarakat setiap orang harus menghargai orang
lain. Dalam ayat ini Allah menjelaskan:

“Sesungguhnya kami telah menurunkan al-qur’an kepadamu dengan membawa


kebenaran, supaya menghukum diantara manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, dan janganlahkamu menjadi penantang (orangbyang tidak
bersalah) karena (membela) orang yang berkhianat.” (Q.S.4:105)

g) Setiap Orang Sama Terhadap Undang-Undang dan Berhak Atas


Perlindungan Hukum Tanpa Ada Perbedaan

Undang-undang merupakan seperangkat aturan yang berguna untuk menata


kehidupan sosial manusia dan melindungi manusia serta mengarahkan kepada
kedamaian sehingga terwujud keserasian dalam kehidupan, tidak seorangpun yang
boleh melanggar peraturan tersebut karena bias berakibat terganggunya hak-hak
orang lain. Karena itu kita setiap umat Islam diperintahkan oleh Allah untuk
mematuhhi undang-undang atau peraturan tersebut seperti Allah tegaskan dalam ayat
berikut:

“Hai orang-orang yang beriman patuhlah kamu kepada Allah (al-qur’an) dam
patuhlah kamu kepada rasul (hadist) dan patuhlah kamu kepada ulul amri
(pemimpin) diantara kamu, jika kamu berbeda pendapat tentang suatu hal
kembalikan kepda Allah (al-qur’an) dan rasulnya (hadist), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari akhir, yang demikian itulah yang lebih baik
akibatnya.” (Q.S.43:58)
h) Hak Kebebasan Mempunyai dan Menyampaikan Pendapat

Setiap oaring punya peluang yang sama untuk menyanpaikan pandangan atau
pendapatnya asal tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam serta dapat
dipertanggung jawabkan. Dalam siding musyawarah untukmerumuskan suatu
program untuk kepentingan umat diperlukan pendapat yang banyak. Apalagi
musyawarah untuk menyelesaikan suatu permasalahan penting. Allah menyuruh
untuk bermusyawarah, penyelesaian masalah, rumusan program untuk kemaslahatan
umat sangat perlu pendapat atau pandngan orang lain. Untuk itu musyawarah
diperintahkan Allah dalam ayat berikut:

“Dan uruslahmereka (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka.”


(Q.S.42:38)

“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
telah bulat tekad, maka bertawakkallah keada Allah, sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.” (Q.S.3:159)

i) Kebebasan Menganut Agama

Islam sebgai agama universal tidak memaksa orang untuk menganutnya. Semua
rasul-rasul yang diutus oleh Allah hanya bertugas untuk menyampaikan petunjuk
agama dari Allah, mereka diutus buksn untuk memaksa orang menganut agama yang
dibawanya. Mereka para rasul itu menyampaikan risalahnya dan mengajak orang
dengan suka rela untuk menganutnyabtapi tidak memaksanya. Islam tidak memaksa
orang kepada keselamatan tetapu menawarkan orang untuk beralih kepada
keselamatan. Islam tidak inngin orang terjerumus dalam kesengsaraan. Karena itu
Islam menawarkan jalan keselamatam, dalam hal ini Allah berfirman:

“Tidak ada paksaan menganut agama Islam. Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dari jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada taghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang
kokoh yang tidak akan putus, dan Allah maha mendengar lagi maha melihat.”
(Q.S.2:256)

j) Setiap Orang sebagai Anggota Masyarakat berhak Atas Jaminan Sosial

Setiap orang terutama sebagai anggota masyarakat mempunyai kemampuan yang


berbeda, tingkat kehidupan yang tidak sama mujurnya. Supaya tingkat kehidupan
yang berbeda itu tidak menjadi jurang pemisah, maka agama Islam mensyariatkan
orang yang mempunyai tingkat kehidupan lebih diwajibkan untuk membantu yang
lain dalam segala aspek kehidupan seperti dalam bidanng keahlian, ilme pengetahuan,
spesialisasi, khususnya kelebihan dibidang ekonomi, harus ditransfer kepada orangaa
lain untuk meningkatkan taraf hidup orang lain guna mencerahkan kehidupannya.
Dalam al-qur’an Allah berfirman:

“Bukankah kewajibanmu membuat mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah lah yang
memberi petunjuk siapa yang dikehendakiNya. Dan apa saja yang baik yang kamu
kerjakan (dajalan Allah), maka pahalanya untuk kamu, dan janganlah
membelanjakan sesuatu melainkan harus mencari ridha Allah. Dan apa saja harta
baik yang kamu nafkahkan, niscahya kamu diberi pahala yang cukup. Sedangkan
mereka sedikitpun tidak akan dianiaya.” (Q.S.2:272)

k) Hak Atas Pengadilan Efektif oleh Hakim yang Diberikan Undang-Undang


Kepadanya

Dalam ajaran Islam setiap orang harus diperlakukan adil oleh pengadilan, sehingga
pengadilan tidak dibenarkan berlaku berat sebelah atau memihak atau menyeleweng
yang bertentangan dengan prinsip keadilan sehingga orang lain tezalimi. Seorang
hakim harus berpegang teguh pada undang-undang yang berlaku, tidak terayu oleh
bujukan-bujukan yang membuat ia mengingkari perbuatan adil. Allah menyuruh
pengadilan berlaku adil terhadap semua orang. Allah berfirman:

“Dan Allah menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara menusia supaya
kamu menetapkan dengan adil.” (Q.S.4:581)

l) Tidak Boleh Mengganggu Seseorang dan Keluarganya

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu
lebih baik bagimu agar kamu selalu ingat, jika kamu tidak menemui seorangpun
didalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum mendapat izin, jika dikatakan
kepadamu “kembali sajalah” maka hendaklah kamu kembali, itu lebih baik bagimu
dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjankan.” (Q.S.24:27-28)

Ayat diatas menetapkan dengan tegas bahwa seserang tidak dapat sewenang-wenang
memasuki rumah rumah orang lain,karena hal itu akan mengganggu ketenangan dan
kedamaian dalam keluarga orang lain.

Pada tanggal 21 Dzulhijjah atau 19 September1981 para ahli hukum Islam


mengemukaan Universal Islamic Delaration of Human Rights yang diangkat dari al-
qur’an dan sunnah Nabi Muhammas SAW. Pernyataan HAM menurut ajaran Islam
ini, terdiri dari 23 XXIII dan 63 pasal yang meliputi seluruh aspek hidup dan
kehidupan manusia, khususnya umat Islam.
Beberapa hal pokok yang disebutkan dalam deklarasi tersebut antara lain:

1. Hak untuk hidup


2. Hak untuk mendapatkan kebebasan
3. Hak atas persamaan kedudukan
4. Hak untuk mendapatkan keadilan
5. Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap penyalahgunaan kekuasaan
6. Hak untuk mendapatkan perlindungan kehormatan dan nama baik
7. Hak bebas berfikir
8. Hak untuk memilih agama
9. Hak untuk bebas berkumpul dan berorganisasi
10. Hak untuk mengatur tata kehidupan ekonomi
11. Hak atas jaminan sosial
12. Hak untuk bebas mempunyai keluarga dan segala sesuatu yang berkaitan
dengannya
13. Hak bagi wanita dalam kehidupan rumah tangga
14. Hak untuk mendapatkan pedidikan dan sebagainya

2.3 Demokrasi Dalam Islam

Islam mempunyai way of life yang fundamental dan harus disampaikan pada
seluruh umat manusia. Perkembangan prinsip Islam akan terhambat apabila tidsk ada
suatu pemerintahan yang melindunginya. Dari itu ada semacam kriteria tentang
kepemimpinan. Pemetintah adalah tulang punggung agama didalam mengarungi
peraturan politik dunia manusia

Pemerintahan Islam didirikan atas dasar musyawarah (demokrasi). Dalam hal ini
Allah menegaskan : “Dan bagi orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara
mereka.” (Q.S.42:38)

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos (rakyat) dan kratos
(kekuasaan)yang berate kekuasaan oleh rakyat. Karena itu demokrasi merupakan
suatu sitem politik dimanna para anggotanya saling memandang satu sama lain
sebagai oranng yang sama dari segi politk, mereka sama-sama berdaulat. (Sukron
Kamil,2002,16). Sebuah Negara modern mempunyai suatu sistem politik yang
demokratis hingga tingkat dimana pembuat-pembuat kebujakan yang paling
mempengaruhi ditentukan oleh pemilihan umum yang adil, jujur, diadakan secara
berkala, para kandidat secara bebas bersaing untuk memperoleh suara terbanyak dan
praktis semua penduduk yang telah memenuhi syarat dapat menyatakan pendapatnya.

Dalam pennjelasan mengenai demokrasi dalam rangka konseptual Islam, banyak


perhatian diberikan pada beberapa aspek khusus dari ranah sosialdan politik.
Demokrasi Islam dianggap sebagai mengukuhkan konsep Islam yang dsudah lama
berakar, yaitu musyawarah (syuro), persetujuan (ijma’) dan penilaian interpretative
yang mandiri (ijtihad). Seperti bsnysk konsep dalam tradisi politik barat, istilah-
istilah ini tidak terlalu dikaitka dengan pranata demokrasi dan banyak mempunyai
konteks dalam wacana muslim dewasa ini. Perlunya musyawarah merupakan
kensekuensi ppolitik ke-khalifahan manusia. Masalah musyawarah ini dengan jelas
disebutkan dalam al-qur’an surat 42:38 yang sudah disebutkan sebelumnya, yang
isinya perintah kepada para pemimpin dalam kedudukannya dalam menyelesaikna
urusan mereka yang dipimpin dengan cara musyawarah dengan demikian tidak akan
terjadi kesewenangan dari seorang pemimpin terhadap rakyat yang
dipimpinnya.perwakilan rakyat dalam sebuah Negara Islam tercermin dalam dokrin
musyawarah. Hai ini disebabkan menurut ajarab Islam setisp muslim yang dewasa
dan berakal sehat, baik pria maupun wanita adalah khalifah di bumi. Dalam bidang
politik, umat Islam mendelegasikan kekuasaannya kepada penguasa dan pendapat
mereka harus diperhatikan dalam menangani masalah Negara.

Islam telah memberi contoh kepada semua bangsa, bahwa rakyatlah sebagai
badan konstitusi tertinggi. Merekalah yang menentukan dan mengangkat kepaa
Negara, sebagaimana mereka berhak mencabut kekuasaannya apabilankepala Negara
benar-benar sudah menyeleweng, tapi harus konstitusional. Mereka berhak memilih
pemimpin dari golongan mana saja dan siapa saja yang mereka sukai dengan cara
musyawarah (demokrasi).

Disamping musyawarah ada hal lain yang sangat penting dalam masalah
demokrasi, yaitu konsensus atau ijma’. Selama ini ijma’ (konsensus) telah lama
diterima sebagi konsep resmi pengesehan hukum Islam. Konsensus memainkan
peranan yang menentukan dalam perkembangan hukum Islam dan memberikan
sumbangan sangat besar pada tafsir hukum. Namun hamper sepanjang sejarah Islam
konsensus mejadi salah satu sumber hukm Islam cenderung dibatasi pada konsensus
cendekiawan. Sedangkan konsensus rakyat kebanyakan mempunyai makna yang
kurang begitu penting dalam kehidupan umat Islam. Dalam pengertian yang kebih
luas konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan yang efektif bagi
demokrasi Islam modern. Konsep konsensus memberikan dasar bagi penerimaan
sistem yang mengkui suara mayoritas.
Selain syuro dan ijma’ ada konsep yang sangat penting dalam proses demokrasi
yaitu ijtihad. Bagi para pemikir muslim, upaya ini merupakan langkah kunci menuju
penerapan perintah Tuhan disuatu tempatatau waktu. Pada prinsipnya semua aspek
yang menyangkut hak-hak asasi manusia dalam Islam. Dalam konteks moden, ijtihad
dapat berbentuk seruan untuk melakukan pembaharuan radikal. Dalam hal ini Altaf
Gutar mengatakan bahwa dalam Islam kekuasaan berasasl dari kerangka al-qur’an
bukan dari sumber lain. Tugas para cendekiawan mulslim saat ini adalah melakukan
ijtihad universal disemua tingkat. Prinsip-prinsip Islam itu bersifat selayaknya saat
inidilakukan pemikiran ulang yang mendasar untuk membuka jalan bagi munculnya
eksplorasi, inovasi dan kreatifitas.

Ijma’ dan syuro merupakan suatu kesatuan yang saling menyempurnakan dalam
sistem konstitusi apa lagi pada masa kini. Syuro dan ijma’ mempunyai hubungan
yang sangat erat,karena keduanya melakukan ijtihad. Ijma’ merupakan kumpulan dari
berbagai ijtihad yang mengeluarkan banyak pendapat secara dialogis
dimusyawarahkan bersama untuk menghasilkan suatu kesempatan dan meluruskan
adanya perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai