Anda di halaman 1dari 4

Roleplay perawat dengan klien penyakit diabetes mellitus tipe 2

Nn. A adalah wanita yang berumur 25 tahun mengeluh karena sering merasa lelah
dan sering merasa lapar sehingga Nn. A datang kepada dokter untuk memeriksakan
keluhannya tersebut. Kemudian dokter memberitahukan bahwa Nn. A menderita
penyakit diabetes mellitus tipe-2. Setelah mendengar apa yang dikatakan dokter, Nn. A
merasa syok karena menderita penyakit diabetes mellitus. Nn. A juga di sarankan
dokter untuk mengurangi makan nasi akan tetapi Nn. A merasa belum makan jika tidak
makan nasi, Nn. A pun merasa cemas dan takut sehingga Nn. A datang kepada perawat
konselor untuk mendapatkan bimbingan konseling.

Klien : “Tok.. tok.. tok.. Assalamualaikum.”

Konselor : “Waalaikumussalam. Silahkan duduk buk.”

Klien : “Baik sus, terimakasih.”

Konselor : “Dengan ibu siapa ini?”

Klien : “Dengan ayu sus.”

Konselor : “Oh dengan ibu ayu ya. perkenalkan saya Siti Rahmawati bisa di panggil
dengan suster Mawa. Ada yang bisa dibantu bu ayu?”

Klien : “Begini suster mawa, saya sedang bingung dan cemas sus.”

Konselor : “Ibu ayu sedang cemas ya hari ini.”

Klien : “Iya sus, saya bingung mau ngapain. Jadi saya kesini deh sus.”

Konselor : “Baiklah ibu ayu disini saya akan mendengarkan mengenai keluhan dan
kecemasan ibu ayu. Ibu ayu mau dimana tempatnya?”

Klien : “Disini aja sus.”

Konselor : “Baiklah ibu ayu mau berapa menit berbincang-bincang nya?”

Klien : “Terserah suster saja.”

Konselor : “Bagaimana 30 menit bu.?”


Klien : “Baiklah sus.”

Konselor : “Oh iya sekarang apa yang ibu ayu rasakan?”

Klien : “Begini sus, kemarin saya habis ketemu sama dokter. Dan saya divonis
terkena penyakit diabetes tipe 2. saya merasa syok sus, kok bisa saya
terkena penyakit ini.” (sambil menangis)

Konselor : “Baiklah saya mengerti apa yang ibu ayu rasakan. Kalau boleh tau
sebelum ibu ayu bertemu dokter, apa yang ibu keluhkan?”

Klien : “Gini sus, setiap melakukan pekerjaan, saya itu sering merasa kelelahan
sus padahal yang saya kerjakan juga tidak berat-berat sus. Dan saya juga
sering merasa lapar sus, sehingga saya sehari bisa makan sampai 5 kali sus
itu pun masih nyemil juga. Kayak dilidah itu rasanya pahit sus kalau tidak
makan. Terus saya penasaran kan apa ada hubungannya dengan penyakit
apa enggak dengan keluhanku tadi, jadi saya pergi bertemu dokter. Dan
setelah diperiksa ternyata dokter bilang begitu sus. Huhuhu”

Konselor : “Baiklah saya mengerti apa yang ibu ayu rasakan saat ini. Lalu apakah
ibu mengerti tentang penyakit yang ibu ayu derita ini?”

Klien : “Saya sudah tau sus, kemarin dokter sudah menjelaskan dan saya juga
sudah mencari di internet tentang penyakit tersebut sus.”

Konselor : “Baiklah bu. Setelah ibu mengetahui tentang penyakit tersebut, apakah
ibu ayu sudah bisa menerimanya?”

Klien : “Ya gimana ya sus, saya itu suka makan sus, terus kata dokter makan
nasinya disuruh ngurangi sus dan diganti dengan kentang. Sedangkan saya
itu merasa belom makan jika belom makan nasi sus. Jadi saya itu merasa
cemas jika gak akan kenyang-kenyang sus. Lalu kemarin juga saya baca
diinternet jika kita tidak bisa mengontrol tingkat gula dalam tubuh maka
akan berisiko kematian. Jadi saya takut sus.”

Konselor : “Ohh jadi ibu ayu merasa takut jika tidak bisa mengontrol tingkat gula
dalam tubuh ya bu?”
Klien : “Iya sus. Kata dokter sih disuruh ganti makanan pokoknya dengan
kentang atau ubi sus. Biar gula dalam tubuh bisa berkurang dan terkontrol
sus.”

Konseling : “Benar itu buk. Lalu ibu sudah mencobanya belum?”

Klien : “Belum sus. Soalnya masih takut kelaperan sus kalau tidak makan nasi.”

Konselor : “Oh jadi ibu takut kelaperan ya bu? Gini bu, saya punya adik nih, adik
saya itu enggak makan nasi lho bu, tapi makannya ubi dan kentang gitu.
Dan pernah saya tanyain kan, apa gak laper dek kok gak makan nasi?. trus
jawabanya enggak kak soalnya kan sama sama karbohidrat cuma
kandungannya lebih sedikit. Jadi adik saya itu sekarang masih bisa
bertahan hidup bu tanpa makan nasi.”

Klien : “Awal mulanya kenapa sus, kok bisa gak makan nasi sus?”

Konselor : “Jadi adik saya itu ikut tirakat gak makan nasi bu, katanya juga waktu
awal-awal masih gak bisa menerima gitu bu, tetapi setelah terbiasa
sekarang malah adik saya jarang makan nasi bu. Dan sudah mulai
menerimanya. Alhamdulillah masih sehat kok bu sampai sekarang.
Gimana kalau ibu mencobanya?”

Klien : “Ohh gitu ya sus. Baik deh nanti dirumah saya akan mencoba untuk
makan kentang sus.”

Konselor : “Iya bu. Bagus jadi ibu sudah mengerti sekarang ya bu?”

Klien : “Iya sus, saya sudah mengerti sekarang sus. Berarti kalau tidak makan
nasi tetap bisa kenyang ya sus.”

Konselor : “Benar sekali bu. Bu ayu harus berani untuk mencoba ya bu. Karena ibu
gak akan tau rasanya kalau belum mencoba, begitu ya bu. Oh iya ibu ayuu
ada yang dikeluhkan lagi?”

Klien : “Sudah sus, kayaknya gak ada lagi.”

Konselor : “Baiklah bu ayu. Tak terasa kontrak waktunya sudah habis. Bagaimana
jika kita buat jadwal pertemuan berikutnya untuk membahas
perkembangan kesehatan ibu?”
Klien : “Boleh sus. Minggu depan ya sus.”

Konselor : “Baik bu. Mau disini atau dimana bu?”

Klien : “Disini aja sus.”

Konselor : “Baik bu. Dengan jam yang sama ya.”

Klien : “Baik sus. Kalau begitu saya permisi dulu sus. Assalamualaikum.”

Konselor : “Waalaikumussalam.”

Anda mungkin juga menyukai