Vines
Vines
PROTEKSI RADIASI
OLEH :
PRODI : FISIKA
JURUSAN FISIKA
2018
RANGKUMAN
Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi , baik untuk pekerja radiasi maupun
anggota masyarakat, diperlukan adanya acuan dasar sehingga setiap kegiatan
proteksi harus selalu sesuai dengan acuan dasar. Dalam setiap kegiatan proteksi
dikenal adanya standar dalam nilai batas dan tingkat acuan. Ada tiga tingkat
acuan, yaitu :
1. Tingkat Pencatatan
2. Tingkat Penyelidikan
3. Tingkat Intervensi
Asas-asas dalam proteksi radiasi atau disebut juga prinsip-prinsip proteksi radiasi
ini terdiri atas beberapa macam yaitu:
Karena jelas adanya bahaya radiasi nuklir terhadap manusia atau alam
lingkungan,maka perlu adanya proteksi untuk menyelamatkannya. Seperti halnya
air, api, racun, dan lain-lain adalah berbahaya bagi organisme hidup. Tetapi
apabila dapat dikendalikan, maka mereka akan menjadi sumber yang bermanfaat
bagi kesejahteraan manusia. Misalnya racun, apabila digunakan dosis yang
tertentu maka racun dapat menjadi obat yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Demikian pula air, api, gunung berapi, dan radiasi nuklir, jika dikendalikan akan
menimbulkan kesejahteraan bagi manusia. Oleh karena itu untuk menghindari
segala macam bahaya harus diusahakan penanggulangannya.
Tiap program keselamatan radiasi nuklir, selalu mengusahakan agar
penerimaan paparan radiasi itu sekecil mungkin, baik paparan dari sumber
eksternal maupun sumber internal. Tujuan proteksi terhadap radiasi tak lain
adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan somatik, genetik, maupun
perpaduan keduanya. Pada hakikatnya, sebagian besar kriteria proteksi radiasi
yang dipakai dewasa ini berdasarkan kenyataan bahwa nilai dosis radiasi
ditetapkan tidak menimbulkan efek biologi yang berarti. Karena data tentang
pengaruh radiasi dengan intensitas rendah sangat terbatas, maka ketentuan dosis
maksimal diizinkan itu ditetapkan serendah-rendahnya sehingga kemungkinan
timbulnya kerusakan biologis dapat dihindarkan sejauh-jauhnya.
1. Proteksi Radiasi Eksternal
a. Sumber bahaya
Bahaya radiasi eksternal berasal dari sumber radiasi yang terdapat di luar
tubuh. Jika zat radioaktif masuk dalam tubuh, maka akan timbul bahaya radiasi
internal. Untuk mengatasinya diperlukan cara pengendalian yang sangat berlainan.
Partikel alfa umumnya tidak dianggap sebagai sumber berbahaya eksternal yang
potensial karena daya tembusnya sangat kecil dengan demikian mudah tertahan
pada lapisan luar dari kulit. Bahaya eksternal mungkin ditimbulkan oleh pancaran
beta, sinar-X, gamma atau neutron yang dapat menembus lebih dalam ke bagian
dalam tubuh. Bahaya eksternal dikendalikan dengan mempergunakan tiga prinsip
dasar proteksi radiasi, yaitu memperhitungkan waktu, jarak, dan penahan radiasi.
Praktik proteksi radiasi merupakan aspek khusus dari pengendalian bahaya
kesehatan lingkungan. Penyinaran radiasi eksterna adalah penyinaran yang berasal
dari sumber di luar tubuh manusia, tidak ada kontak fisik dengan sumber radiasi,
dan penyinaran tidak ada bila seseorang meninggalkan daerah radiasi atau bila
sumber radiasi dipindahkan dari daerah radiasi. Karena itu radiasi eksterna dapat
diukur dengan relatif mudah dan teliti, sementara bahaya potensial atau bahaya
sesungguhnya dapat diperhitungkan dengan kebenaran.
Pada lingkungan industri dalam usaha menghilangkan bahaya merupakan
prosedur biasa dan yang pertama dilakukan adalah dalam penyelamatannya. Jika
unsur untuk menghilangkan bahaya ini tidak dapat dilakukan, maka usaha
dilakukan untuk mengungkung bahaya, dan berarti mengisolasi bahaya dari
manusia. Jika dari kedua tindakan pemecahan ini tidak diperoleh keselamatan itu,
maka pemaparan terhadap bahaya dapat dicegah dengan mengisolasi manusia.
Cara yang tepat untuk aplikasi tindakan proteksi radiasi tergantung pada
keadaannya.
b. Faktor Proteksi Radiasi
Meskipun banyak dari efek bahaya radiasi bergantung pada laju dosis,
namun untuk tujuan pengawasan lingkungan dapat dianggap hubungan "laju dosis
x waktu penyinaran = dosis total" selalu berlaku. Dengan kata lain, makin lama
seseorang berada dalam medan radiasi, makin besar pemaparan dan dosis serap
yang diterima.
Dt = Do x
t..................................................................................................................... ( 1 )
(dosis = laju dosis mula-mula x waktu)
Contoh 1:
Dt = Do x t
t = 10 jam.
Lama waktu seorang pekerja radiasi dalam suatu ruangan yang mengandung
radiasi pengion itu seringkali bergantung pada pekerjaan yang dilakukannya,
mungkin lebih lama dari 10 jam. Untuk dapat mengatasi hal ini harus dicoba
mengurangi laju penyinaran di tempat tersebut yaitu dengan cara memperbesar
jarak antara sumber radiasi dengan pekerja, atau dengan mempergunakan penahan
radiasi.
Contoh 2:
Misalnya seorang ahli radiografi ditugaskan untuk melakukan pekerjaan
radioaktif 5 hari dalam 1 minggu di medan radiasi 25 mR/jam. Maka penyinaran
yang berlebihan ini dapat dicegah dengan membatasi waktu kerja hariannya
selama 48 menit, sehingga jumlah penyinaran yang diterima dalam 1 hari hanya
20 mR. Jika volume pekerjaannya membutuhkan waktu penyinaran yang lebih
lama, maka petugas ahli radiografi lain harus ditunjuk untuk menggantikannya
atau pekerjaan itu harus dirancang bangun kembali untuk
mengurangi intensitas medan radiasi pada daerah kerja radiografi.
2)Faktor Jarak
Contoh 3:
Sebuah sumber Co-60 memberikan, pada jarak 2 m, laju dosis sebesar 50
mrem/jam. Pada jarak manakah laju dosis besarnya 20 mrem/jam?
50 x (2)2 = 20 x r2
r = 10 m.
Dari rumus tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jika jarak menjadikan
dua kali lebih besar, laju dosis berkurang menjadi 1/(2)2. Jika jarak diperbesar 3
kali, laju dosis berkurang menjadi 1/(3)2 atau 9 kali lebih kecil. Sebaliknya bila
jarak sumber radiasi diperpendek 1/2 kali, laju dosis radiasi akan menjadi 4 kali
lebih besar dan bila jarak diperpendek menjadi 1/3 kali, maka laju dosis menjadi 9
kali lebih besar. Jadi bila terlalu dekat pada sumber, misalnya langsung
menyentuh atau memegang sumber radiasi, maka laju dosis pada tangan
berlipatganda besarnya. Oleh karena itu dilarang memegang sumber radiasi
langsung dengan tangan.
Contoh 4:
Maka untuk sumber 100 mCi, laju penyinaran pada jarak 1 ft dari sumber
kira-kira sebesar 1490 mR/jam. Jika ahli radiografi mengendalikan sumber ini
selama 1 jam tiap harinya, maka laju dosis tidak boleh melebihi 20 mR/jam.
Pembatasan ini dapat dilakukan dengan memakai slat pengendali jarak jauh yang
panjangnya dapat dihitung dengan memakai hukum kebalikan pangkat dua, kira-
kira sepanjang 8,65 ft. Jika pekerjaan radiografi hendak dilakukan dengan
menggunakan barikade agar nilai batas rata-rata tertinggi mingguan tidak
dilampaui, maka laju dosis pada barikade harus sebesar (100 mR/minggu) : (40
jam/minggu) = 2,5 mR/jam. Dengan memakai hukum kebalikan pangkat dua
diperoleh jarak yang dibutuhkan 23,8 ft. Tetapi bila ruangan untuk
pengendaliannya terbatas perlu dipasang perisai, sehingga dengan laju dosis yang
diperhitungkan itu tidak akan melebihi penyinaran untuk dosis maksimum
mingguan yang diizinkan.
3) Faktor Perisai
Bila harus bekerja pada jarak yang dekat dengan sumber radiasi dan dalam
waktu yang lama, perisai dapat mereduksi pemaparan hingga serendah-rendahnya.
Keefektifan perisai ditentukan oleh interaksi radiasi dengan atom-atom perisai
yang juga tergantung pada macam energi radiasi dan nomor atom materi perisai.
Radiasi alpha dapat diserap oleh kertas yang tebalnya lebih kecil dari 1/64
inci dan juga oleh lapisan aluminium. Radiasi beta mempunyai jangicau yang
lebih panjang dibandingkan dengan radiasi alpha. Dengan menggunakan perspex
setebal 10 mm tenaga radiasi beta sudah terserap secara keseluruhan. Materi
perisai yang digunakan dalam radiasi elektromagnetik (radiasi sinar-X dan sinar
gamma) ialah bahan-bahan yang mempunyai rapat massa yang tingggi misalnya
Pb, U, Au, Fe, Cr, dan Ni. Sementara itu bahan yang mengandung boron,
misalnya boral atau campuran Al dan B4C, biasa digunakan sebagai perisai
neutron.
Partikel alpha mudah sekali diserap. Biasanya sehelai kertas tipis saja sudah
cukup untuk menahan seluruh pancaran alpha. Dengan demikian partikel alpha
tidak merupakan persoalan pelik dalam bidang proteksi terhadap sumber radiasi
eksterna.
Partikel beta mempunyai daya tembus lebih besar daripada partikel alpha.
Energinya biasanya antara 1 dan 10 MeV. Dalam hal ini perspex setebal ,1 cm
sudah cukup menyerap seluruh pancaran beta. Dengan memandang bahwa
pancaran beta ini mudah diserap secara keseluruhan oleh bahan yang relatif tipis
itu, maka orang sering sekali menganggap ‘enteng' radiasi beta ini dan kadang-
kadang tidak berhati-hati dan berani memegang sumber beta langsung dengan
tangan, padahal laju dosis pada jarak 3 mm dari sumber demikian mungkin
sebesar 3000 rad per jam.
f = 35 x 10-4 Z
Emaks.............................................................................................................. ( 4 )
dengan,
f = fraksi energi sinar beta yang jatuh berubah menjadi foton,
Erata-rata = 1/3
Emaks................................................................................................................. ( 5 )
Contoh 5:
t1 = td / ρ= 0,932 cm.
Plexiglas mudah pecah bila menerima dosis radiasi tinggi dalam waktu
lama, oleh karena itu lebih baik digunakan aluminium yang densitasnya (ρ) 2,7
g/cm3. Sehingga tebalaluminium yang diperlukan adalah: t1 = 0,41 cm.
Contoh 6:
Bila ditempatkan dalam botol polietilen, yang berfungsi sebagai wadah dan
pelindung, dengan densitas (ρ) 0,95 g/cm3, maka tebal botol = 1,06 cm. Andaikan
botol polietilen tersebut diisi 37 x 104 MBq Sr-90 maka laju dosis Bremsstrahlung
dari sinar beta Y-90 =0,21 mSv/jam dan sinar beta dari Sr-90 = 0,013 mSv/jam
pada jarak 1 meter. Untuk menurunkan laju dosis gabungan menjadi 0,1 mSv/jam
bahan harus dilapisi dengan Pb setebal 1,75 cm.
c) Sinar Gamma () dan Sinar-X
Dt = D0 e -µt
........................................................................................................................( 6 )
dengan,
µ = koefisien absorbsi linier, yaitu fungsi penahan yang bersangkutan dan energi
sumber radiasi
t = tebal penahan
HVT (Half Value Thickness) untuk bahan penahan radiasi tertentu adalah
tebal
bahan yang diperlukan untuk mengurangi intensitas radiasi menjadi setengah dari
intensitas
sebelum dilemahkan oleh penahan.
Dt = ½ Do
Sehingga diperoleh harga HVT = 0,693 / Dengan kata lain, rumus di atas
dapat ditulis menjadi:
Dt = Do :2t/HVT.............................................................................. ( 7 )
Konsep HVT ini sangat berguna untuk menghitung secara cepat tebal bahan
penahan yang diperlukan.
Contoh 7:
Contoh 8:
Berapa tebal Pb yang dibutuhkan untuk mengurangi laju dosis di suatu titik
dari 160 hingga 10 mrem/jam, (diketahui HVT = 2 mm Pb). Laju dosis dari 160
menjadi 10 mrem/jam, berarti terjadi pengurangan sebesar faktor 16 atau 24. Jadi
tebal yang dibutuhkan = 4 x 2 mm Pb = 8 mm Pb.
Untuk harga dapat dilihat dalam tabel atau grafik yang disediakan untuk
berbagai jenis bahan pelindung.
Contoh 9:
Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari segi massa, sebagai pelindung
untuk energi rendah, Pb jauh lebih baik daripada Al. Secara umum untuk energi di
antara 0,75 MeV dan 5 MeV sifat atenuasi hampir sama atau sebanding dengan
densitas bahanbpelindung. Untuk energi kuantum lebih rendah dan tinggi, bahan
pelindung dengan nomor atom lebih tinggi lebih efektif.
Untuk melindungi mata bias digunakan cermin atau kacamata Pb, dan hams
diingat bahwa sumber radiasi tidk boleh dipegang langsung dengan tangan. Pasien
radiografi gigi menggunakan apron Pb untuk melindungi gonad.
d. Dalam bidang industri
e. Neutron
3) Penangkap neutron: Dalam reaksi ini neutron ditangkap oleh inti, kemudian
dalam proses de-eksitasi memancarkan partikel lain atau foton. Salah satu reaksi
penangkap neutron ini adalah 10B(n,α)7Li. Reaksi ini penting artinya dalam
proses radiasi, karena partikel alpha yang dipancarkan mudah sekali diserap.
Reaksi yang paling sering ditemui dalam praktik ialah reaksi 58Fe(n,)59Fe.
Radiasi gamma ini merupakan faktor yang harus diperhitungkan dalam
pembulatan penahan, karena itu harus dipakai bahan dengan nomor atom yang
tinggi untuk melapisi penahan dengan nomor atom rendah agar dapat menyerap
radiasi gamma ini.
Sumber radioaktif terbuka yang disimpan dalam suatu wadah yang tertutup
dapat menimbulkan bahaya radiasi eksterna bagi orang yang bcrada
disekelilingnya. Zat radioaktif yang tidak disimpan dalam keadaan tertutup dapat
merupakan ancaman bahaya radiasi internal.
Zat radioaktif dalam jumlah yang kecil sekalipun, yang dilihat dari sudut
bahaya eksterna dapat diabaikan, dapat memberikan dosis yang sangat besar, jika
zat tersebut mengenai, apalagi masuk ke dalam tubuh. Sekali suatu radioisotop
masuk dalam tubuh, ia akan memancarkan radiasinya terhadap tubuh dari dalam
sehingga habis aktivitasnya karena proses peluruhan. Hal ini mungkin
berlangsung selama beberapa tahun ,terus menerus.
Sebaliknya zat itu karena proses metabolisme dikeluarkan oleh tubuh, hal
ini mungkin selesai dalam beberapa hari saja tetapi bisa juga tertahan dalam,
tubuh untuk selama-lamanya. Radioisotop yang tidak sengaja lepas dari tempat
penyimpanannya akan mengakibatkan kontaminasi dan merupakan bahaya radiasi
intern yang potensial bagi manusia.
Ada tiga cara kontaminasi dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan
bahaya radiasi interna terhadap tubuh:
Jika dalam atmosfir terdapat kontaminasi, maka zat radioaktif akan masuk
ke dalam paru-paru melalui pernafasan dan sebagian akan disalurkan ke calam
darah. Bagian lain dari zat radioaktif akan keluar dari paru-paru dan tertelan
kembali masuk ke dalam saluran pencernaan.
Falsafah proteksi radiasi disebut juga dengan tujuan proteksi radiasi. Tujuan
dari proteksi radiasi adalah sebagai berikut :
Para penguasa instalasi nuklir sesuai dengan segala keturunan yang berlaku
wajib menyusun program proteksi radiasi sejak proses perencanaan, tahap
pembangunan instalasi, dan pada tahap operasi. Program proteksi radiasi ini
dimaksudkan untuk menekan serendah mungkin kemungkinan terjadinya
kecelakaan radiasi. Dalam penyusunan program ini diperlukan adanya prinsip
penerapan prinsip keselamatan radiasi dalam pengoperasian suatu ignstalasi nuklir
sesuai dengan rekomendasikan oleh Komisi Internasional untuk Perlindungan
Radiologi (ICRP).
Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar dosis
radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak
boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
Yang dimaksud Nilai Batas Dosis (NBD) ini adalah dosis radiasi yang diterima
dari penyinaran eksterna dan interna selama 1 (satu) tahun dan tidak tergantung
pada laju dosis. Penetapan NBD ini tidak memperhitungkan penerimaan dosis
untuk tujuan medik dan yang berasal dari radiasi alam. NBD yang berlaku saat ini
adalah 50 mSv (5000 mrem) pertahun untuk pekerja radiasi dan 5 mSv (500
mrem) per tahun untuk anggota masyarakat. Sehubungan dengan rekomendasi
IAEA agar NBD untuk pekerja radiasi diturunkan menjadi 20 mSv (2000 mrem)
per tahun untuk jangka waktu 5 tahun (dengan catatan per tahun tidak boleh
melebihi 50 mSv) dan untuk anggota masyarakat diturunkan menjadi 1 mSv (100
mrem) per tahun, maka tentunya kita harus berhati-hati dalam mengadopsinya.
Dengan menggunakan program proteksi radiasi yang disusun secara baik, maka
semua kegiatan yang mengandung resiko paparan radiasi cukup tinggi dapat
ditangani sedemikian rupa sehingga nilai batas dosis yang ditetapkan tidak akan
terlampaui. Berikut adalah contoh penerapan asas limitasi dalam kehidupan
sehari-hari yaitu :
a. Pada saat ingin mengekspose pasien yang perlu diperhatikan adalah jumlah
radiasi yang akan digunakan. Misalnya seorang pasien dewasa ingin
memeriksakan ekstremitas atas (antebrachi), kV yang digunakan sebesar 45.
Apabila ada seorang pasien anak-anak juga ingin memeriksakan antebrachinya
maka kita sebagai radiografer harus menurunkan kondisi yang tadi digunakan
menjadi kV 40 karena dengan kondisi tersebut sudah dapat dihasilkan gambar
radiografi yang bagus karena tebal objek sudah dapat ditembus dengan kondisi
tersebut.
b. Pada pemeriksaan Thorax untuk bayi sebaiknya menggunakan film 18x24 cm
atau 24x30 cm. Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat
diminimalkan.
Jika radiografer melakukan foto x-ray, untuk mengurangi dosis radiasi yang
diterima oleh pasien, kita sebisa mungkin mengatur luas kolimasi sesuai dengan
kebutuhan. Sebab semakin besar kolimasi maka semakin besar pula radiasi yang
diterima oleh pasien begitupun sebaliknya