Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah yang sering ditemukan di sekolah adalah Peserta didik masih


banyak yang belum mengerti apa isi dari buku yang dibaca. Kemampuan
bertanya peserta didik masih kurang. Kegiatan pembelajaran masih
berpusat pada guru. Pemilihan alat peraga atau media kurang tepat, guru
kurang mengajak peserta didik untuk mengadakan pengamatan langsung
pada objek atau benda-benda yang ada di sekitar kelas,kurangnya
pengetahuan guru untuk implementasikan model-model pembelajaran
dalam pengajaran. Pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak anak
dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal. Pendidikan tidak
diarahkan untuk mengembangkan dan membangun karakter serta potensi
yang dimiliki. Dengan kata lain proses pendidikan kita tidak diarahkan
membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah
hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia kreatif dan
inovatif.Hal tersebut menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil ujian semester 2 yang lalu kelas VII SMPK Plus
Kasimo tahun pelajaran 2018/2019 pada mata pelajaran IPA masih rendah
yaitu rata-rata ketuntasan hasi belajar peserta didik dimana ada 18 peserta
didik (64%)dengan rata-rata nilai 55.Nilai rata-rata tersebut belum memenuhi
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada sekolah ini
adalah 72.Tetapi ada 10 orang peserta didik atau 36% yang mempunyai nilai
rata-rata diatas kriteria ketuntasan minimal > 72 .

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru


mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada
peningkatan intensitas keterlibatan peserta didik secara efektif dalam proses
pembelajaran.Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang
efektif,maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai

1
berkenaan dengan konsep dan cara-cara mengimplementasikan model-model
tersebut dalam proses pembelajaran. Kekurangpahaman seorang guru
terhadap berbagai ini, menyebabkan model yang dikembangkan guru
cenderung tidak dapat meningkatkan peran peserta didik secara optimal
dalam pembelajaran dan pada akhirnya tidak dapat memberikan
sumbangan yang besar terhadap hasil belajar peserta didik
(Aunurrahman,2009).

Berdasarkan kenyataan di atas maka peneliti mengambil inisiatif


pemecahan masalah yaitu dengan menggunakan model Problem Based
Learning, hal ini sesuai dengan kurikulum 2013 di satuan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama menekankan dalam pembelajarannya
menggunakan pendekatan saintifik yang salah satu didalamnya terdapat
model Problem Based Learning. Adapun alasan mengapa peneliti
menggunakan metode Problem Based Learning karena dalam model ini
dapat : (1) Mendorong peserta didik untuk melakukan kerja sama dalam
menyelesaikan tugas, (2) Mendorong peserta didik melakukan pengamatan
dan dialog dengan orang lain, (3) Melibatkan peserta didik dalam
penyelidikan pilihan sendiri, (4) Membantu peserta didik menjadi
pembelajar yang mandiri.

1.2 IDENTIFIKASI dan AKAR MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas,dapat diidentifikasi masalah


sebagai berikut:

1.2.1 Kurangnya penerapan model pembelajaran yang variatif,khususnya


penerapan model problem based learning.
1.2.2 Pembelajaran masih terpaku pada buku
1.2.3 Peserta didik cenderung pasif dalam proses pembelajaran
1.2.4 Peserta didik belum mampu berpikir kritis untuk mengolah
informasi berbagai sumber yang diperoleh.

2
1.2.5 Rendahnya hasil belajar peserta didik(peserta didik yang belum
mencapai KKM 72 ada 10 orang dari 28 peserta didik dengan
presentase ketuntasan 36%).

1.3 RUMUSAN MASALAH

Basarkan latar belakang masalah diatas,maka rumusa masalah yang


dibahas pada penelitian ini adalah “APAKAH PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAPAT
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK KELAS VII
SMPK PLUS KASIMO KEREROBBO TAHUN PELAJARAN
2018/2019?.”

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan


menjelaskan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kelas VII SMPK Plus Kasimo
Kererobbo tahun pelajaran 2018/2019.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


1.5.1 Bagi Peserta Didik
1.5.1.1 Meningkatkan kreativitas peserta didik
1.5.1.2 Memberikan pengalaman baru pada peserta didik dalam
belajar
1.5.1.3 Melatih peserta didik untuk belajar aktif dengan
menumbuhkan daya kreatif peserta didik
1.5.2 Bagi Guru
1.5.2.1 Memperoleh pengetahuan baru tentang penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning.
1.5.2.2 Termotivasi untuk lebih meningkatkan kinerja dan
keprofesionalismeannya dalam kegiatan belajar mengajar

3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Hakekat Pembelajaran IPA

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan


secara keseluruhan, dengan guru sebagai pemegang utama. Kegiatan belajar
mengajar banyak berakar pada pandangan dan konsep. Oleh karena itu
perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi dalam berbagai
bentuk.

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung


serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu . Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta
didik itu merupakan syarat utama terhadap kelangsungan proses belajar
mengajar. Sekaligus peranan sikap dan nilai pada diri peserta didik yang
sedang belajar.

Dari penjelasan mengenai belajar dan mengajar yang diungkap


sebelumnya memberikan pengertian serta penekanan bahwa individu yang
melakukan aktivitas belajar, ditemukan pada dirinya perubahan – perubahan
tingkah laku baik berupa perubahan keterampilan serta perubahan
pengetahuan, dimana perubahan tersebut melalui suatu proses yang
dilakukan secara sungguh -sungguh dalam pencarian dan penemuan serta
pemecahan berbagai masalah yang dihadapinya.Oleh karena itu belajar
harus bersifat kontinyu, fungsional, positif dan aktif sehingga dalam proses
belajar, perubahan - perubahan yang terjadi senantiasa bertambah dan
tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, tidak
terjadi dengan sendirinya, melainkan usaha dari individu itu sendiri, dalam
mencari dan menemukan masalah sekaligus mencari jalan keluarnya agar ia
dapat memperoleh pengalaman-pengalaman baru dari proses belajar tersebut.

4
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah merupakan bagian disiplin ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan segala sesuatu yang alamiah atau pun
berupa buatan manusia.Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang
mempelajari serta mengungkapkan gejala-gejala alam yang menyangkut
makhluk hidup, dan hasil yang diperoleh dihimpun dalam kumpulan
pengetahuan.

Sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang cukup luas dan
sejalan dengan perkembangan cara menyingkap ilmu pengetahuan dan cara
berpikir yang kritis membawa perubahan yang nyata, sehingga IPA tidak
hanya merupakan kumpulan pengetahuan, namun juga menyangkut proses
konsep serta prinsif. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkembang semakin
korelasional, karena benda hidup tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan,
baik dilihat dari hakekat terjadinya, hakekat eksistensinya, hakekat
perilakunya, melalui proses perkembangan evaluasi. Benda hidup tidak lagi
menjadi obyek perubahan lingkungan tetapi obyek sekaligus subyek.

Menurut Prawoto dalam Nengsi (2010:21) bahwa : Hakekat eksistensi


kaitannya erat dengan organisasi sistem hidup makhluk hidup, sedang hakekat
perilaku mempunyai kaitan dengan regulasi sistem hidup, dan hakekat
terjadinya berkaitan erat dengan sejarah perkembangan makhluk hidup dari
masa ke masa dalam waktu yang absolut lama.Dalam kenyataannya, fakta
tentang makhluk hidup tidak selamanya terjadi dalam keadaan siap untuk
diobservasi ada gejala baru muncul kalau diberi perlakuan, adapula meskipun
sudah diberi perlakuan belum atau tidak dapat muncul. Untuk itu maka di study
gejala-gejala yang ingin diungkap, baik yang berhubungan dengan gejala
langsung maupun gejala tidak langsung.

Gejala–gejala IPA berbeda dengan gejala alam, yang mempunyai keunikan


antara lain :

2.1.1 Ada keajengan dalam hal macam dan struktur komponen


penyusunannya.

5
2.1.2 Kalau ada keajengan tersirat adanya perubahan yang dapat balik
(reversible), maka dijumpai pula perubahan yang tidak dapat balik
(irreversible), peristiwa perkembangan mahkluk hidup yang dipelajari
dalam ontogeni dan embriogeni adalah contoh perkembangan yang
irreversible.
2.1.3 Perubahan yang bersifat tidak dapat balik yang terjadi pada
perkembangan embriogeni dan ontogeni menyangkut perubahan yang
tetap, artinya perubahan yang menjurus pada perkembangan bentuk
yang khas bagi spesies. Namun terjadi juga perubahan yang tidak dapat
balik yang menjurus pada pembentukan spesies baru, perubahan
tersebut dikenal sebagai proses evaluasi.
2.1.4 Sejarah kehidupan masa lampau benda hidup ikut menentukan bentuk
dan perilaku benda hidup masa yang akan datang.
2.1.5 Perilaku benda hidup lebih-lebih yang tergolong pada animalia tidak
sepenuhnya dapat diramal seperti halnya benda tidak hidup.
2.1.6 Tubuh benda hidup tersusun atas unsur-unsur kimia, dan reaksi-reaksi
kimia yang berlangsung seperti pada proses metabolisme adalah reaksi
kimia tubuh, seperti halnya reaksi-reaksi kimia lazimnya, namun
peristiwa atau gejala IPA bukan gejala kimia semata-mata.
2.1.7 Tidak seperti gejala sains yang lain, gejala IPA yang lain berwujud
respon makhluk hidup terhadap stimuli tidak sepenuhnya dapat
diramalkan. Semakin tinggi tingkatnya semakin banyak ragam dan
kemungkinan respons yang dapat terjadi, lebih-lebih pada manusia,
perilakunya ternyata dipengaruhi oleh tingkat budayanya.
2.1.8 Dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), konsep yang menyangkut
keseluruhan sistem menentukan konsep bagian. Ini berarti bahwa
kemampuan bagian ditentukan oleh kemampuan keseluruhan sistem,
dan bukannya bagian-bagian yang menentukan keseluruhan. Demikian
pula yang menyangkut fenomena, fenomena bagian ditentukan dan
tidak menentukan fenomena keseluruhan.

6
Dalam mempelajari IPA sebagai suatu disiplin ilmu, diperlukan
langkah-langkah yang tertentu, yang biasa dikenal dengan metode ilmiah.
Metode ilmiah adalah suatu metode untuk memecahkan masalah yang melalui
tahap-tahap tertentu secara sistematis, tahap yang dimaksud ialah:

2.1.1 Merumuskan serta mendefinisikan masalah yang dimaksudkan untuk


menghilangkan keragu-raguan.
2.1.2 Mengumpulkan berbagai keterangan atau mencari data yang tersedia,
yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan.
2.1.3 Menyusun hipotesis, setelah diperoleh data yang berhubungan masalah
yang ada, maka langkah selanjutnya adalah menyusun hopthesis yang
merupakan kesimpulan sementara tentang hubungan yang terjadi, di
mana hipotesis ini belum diuji kebenarannya.
2.1.4 Melaksanakan eksperimen, ini dimaksudkan untuk menguji hipothesis,
biasanya dilakukan berbagai percobaan yang diberi perlakuan tertentu
untuk menemukan hubungan dari berbagai fenomena yang terjadi.
2.1.5 Mengumpulkan data yang diperoleh dari kegiatan eksperimen, berupa
fakta-fakta yang dapat digunakan untuk menguji hipothesis serta
masalah yang ada.
2.1.6 Menarik kesimpulan sementara data terkumpul yang berkaitan dengan
masalah serta hipotesis yang diajukan.
2.1.7 Menguji kesimpulan dengan eksperimen yang berulang-ulang untuk
dijadikan teori.
2.1.8 Dengan demikian masalah-masalah yang timbul, yang berhubungan
dengan kajian IPA diperlukan adanya mekanisme kerja yang sistematis
dan ilmiah, bukan mengada-ada dan bersikap subyektif.Jadi pada
hakekatnya belajar IPA adalah suatu aktivitas fisik dan mental untuk
memahami hidup serta hubungan dengan lingkungan, yang
menyangkut konsep, proses, berbagai prinsip serta metode.

2.2 PENGERTIAN HASIL BELAJAR

7
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar peserta didik pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.Dimyati dan
Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran
dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006:
26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

2.2.1 Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah


dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
2.2.2 Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
2.2.3 Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,
menggunakan prinsip.
2.2.4 Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan
baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
2.2.5 Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
2.2.6 Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan
menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil


belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah
menerima pengalaman belajarnya.Kemampuan-kemampuan tersebut
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

8
Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan
untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat
kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar
yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPA yang
mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan
penerapan (C3).Instrumen yang digunakan untuk mengukurhasil belajar
peserta didik adalah tes.

2.3 MODEL PROBLEM BASED LEARNING

2.3.1 Pengertian Model Problem Based Learning

Menurut Kamdi (2007 dalam Sekolah Dasar net 2013) model


problem based learning diartikan sebagai suatu model pembelajaran
yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Sedangkan
pengertian model problem based learning menurut Arends (2008)
adalah model mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata,
proses dimana peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan
balik, diskusi yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk
investigasi dan penyelidikan dan laporan akhir. Dengan demikian
peserta didik didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran
dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa


pengertian model problem based learning adalah model pembelajaran
yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah dimana peserta didik terlibat melaksanakan
kerja kelompok, umpan balik, diskusi dan mendorong peserta didik
untuk lebih aktif dalam mengembangkan keterampilan berfikir kritis.

2.3.2 Karakteristik Problem Based Learning

9
Karakteristik Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

2.3.2.1 Belajar dimulai dengan satu masalah


2.3.2.2 Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan
dunia nyata peserta didik
2.3.2.3 Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar
disiplin ilmu
2.3.2.4 Memberikan tanggung jawab yang besar kepada peserta didik
dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses
belajar mereka sendiri
2.3.2.5 Menggunakan kelompok kecil
2.3.2.6 Menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan yang telah
mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja
2.3.3 Langkah- langkah Problem Based Learning

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode


problem based learning adalah sebagai berikut:

2.3.3.1 Menyampaikan tujuan dan motivasi peserta didik


2.3.3.2 Menyajikan informasi
2.3.3.3 Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok belajar
2.3.3.4 Membimbing kelompok belajar
2.3.3.5 Evaluasi
2.3.3.6 Memberikan penghargaand. Kelebihan Problem Based
Learning
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam proses penerapan didalam pembelajaran. Menurut
Arends (2008) Kelebihan Model Problem Based Learnig adalah:
2.3.4.1 Mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas
2.3.4.2 Mendorong peserta didik melakukan pengamatan dan dialog
2.3.4.3 Melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri
2.3.4.4 Membantu peserta didik menjadi pembelajar yang mandiri

10
Selain memiliki kelebihan problem based learning juga
memiliki kekurangan, adapun kekurangan dari penggunaan model
pembelajaran ini, antara lain :

2.1.1.1 Kondisi kebanyakan sekolah yang tidak kondusif untuk


pendekatan problem based learning
2.1.1.2 Pelaksanaan problem based learning memerlukan waktu yang
cukup lama
2.1.1.3 Model problem based learning tidak mencakup semua informasi
atau pengetahuan dasar
2.4 Kerangka Berpikir

Bagan kerangka berpikir penerapan model Problem Based Learning

Kondisi Real
1. Guru banyak menggunakan metode Ceramah
2. Siwa kurang aktif dengan tidak bertanya dan menjawab pertanyaan
3. Hasil belajar rendah, nilai rata-rata ulangan semester 2 2017 /2018 yaitu
55

Tahap perencanaan
1. Membuat RPP
2. Memilih alat dan bahan pembelajaran yang sesuai.
3. Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan
4. Menyusun lembar kerja peserta didik
5. Mengembangkan format evaluasi
6. Membuat lembar observasi guru dan peserta didik
Tahap Pelaksanaan
1. Guru memberikan petunjuk belajar
2. Guru menginformasikan pengelompokan peserta didik
3. Peserta didik dihadapkan dengan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari peserta didik

11
4. Masing-masing kelompok mengidentifikasi masalah dan
mendiskusikannya dengan teman kelompok
5. Guru membimbing peserta didik dalam pemecahan masalah
6. Peserta didik mempresentasekan hasil kerja kelompok
7. Pementapan hasil presentasi peserta didik
Tahap evaluasi
Melaksanakan tes tertulis

Kondisi Ideal
1. Guru menggunakan model Problem Based Learning
2. Peserta didik terlibat aktif berdiskusi dalam pemecahan masalah
Aktivitas dan hasil belajar meningkat

Aktivitas dan hasil belajar meningkat.

2.5 HIPOTESIS TINDAKAN

Dengan memperhatikan landasan teori sebagaimana telah dipaparkan


di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: “Penggunaan model Problem
Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik kelas VII
SMPK Plus Kasimo tahun pelajaran 2018/2019.”

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas.


Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang digunakan pada
penelitian ini adalah model Hopkins. Penelitian tindakan kelas model Hopkins
diawali dengan adanya masalah. Berawal dari permasalahan yang ada

12
kemudian diidentifikasi secara cermat sebagai dasar dalam penyusunan
rancangan tindakan yang akan dilakukan.

Untuk lebih jelasnya, masing-masing langkah dalam tahapan-tahapan


penelitian tindakan kelas, adalah sebagi berikut :

3.1.1 Identifikasi Masalah

Sebelum melaksanakan PTK peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi


dan menginventarisir masalah-masalah pembelajaran yang selama ini
dirasakan oleh guru.

3.1.2 Perencanaan

Kegiatan perencaan adalah meliputi :

3.1.2.1 Menetapkan indikator-indikator pencapaian pembelajaran


3.1.2.2 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
merupakan arah kegiatan guru dalam melaksanakan proses
kegiatan pembelajaran
3.1.2.3 Menyusun instrument observasi aktivitas peserta didik dan
kegiatan guru, menyusun LKS, dan alat evaluasi.
3.1.3 Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran,


berdasarkan dari RPP yang telah disiapkan/disusun untuk siklus
pertama.

3.1.4 Observasi

Pada tahap ini, kegiatan dilakukan oleh teman sejawat pada saat
pembelajaran berlangsung.

3.1.5 Refleksi

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mengkaji dan


menganalisis kelemahan-kelemahan serta keberhasilan-keberhasilan
yang berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta didik, saat mengikuti

13
pembelajaran.Kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran untuk siklus yang ke II. Dengan demikian
diharapkan pembelajaran pada siklus ke II lebih baik dan hasil belajar
peserta didik akan meningkat dibandingkan pembelajaran pada siklus
I.Penelitian tindakan kelas model Hopkins ini berturut-turut meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, kemudian berulang
untuk siklus yang ke dua sebagaimana gambar di bawah ini.

3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam 2 siklus ini berlangsung selama dua
bulan, yaitu sejak perencanaan sampai penyusunan laporan ini.
Sedangkan kegiatan penelitian dilakukan sebagai berikut :
3.2.1.1 Siklus I dilaksanakan pada hari kamis, 31 Oktober 2018
3.2.1.2 Siklus II dilaksanakan pada hari rabu, 02 desember 2018.
3.2.2 Tempat Penelitian

14
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMPK Plus Kasimo, Jalan IJ
Kasimo, Desa Wee Londa, Kecamatan Kota Tambolaka, Kabupaten
Sumba Barat Daya, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
3.3 SUBJEK dan OBJEK PENELITIAN
3.3.1 Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru bidang studi IPA
yaitu Ibu Regina F.R.Lete yang telah bertugas di SMPK Plus Kasimo .
Dan peserta didik kelas VII di SMPK Plus Kasimo berjumlah 28 orang
terdiri dari peserta didik laki-laki sebanyak 12 orang dan peserta didik
perempuan sebanyak 16 orang.
3.3.2 Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil
belajar peserta didik kelas VII di SMPK Plus Kasimo

3.4 ANALISIS DATA PENELITIAN


Indikator Ketercapaian
Ketuntasan belajar ditandai apabila hasil belajar peserta didik sebagai berikut:

3.4.1 Untuk individu: jika peserta didik mendapat nilai ≥ 72


3.4.2 Untuk klasikal: jika 85% peserta didik mendapat nilai ≥ 72

Indikator keberhasilan proses pembelajaran

3.4.1 Keaktifan peserta didik: jika peserta didik mendapat skor 24-30
3.4.2 Keaktifan guru: jika guru mendapat skor 24-30
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data
deskriptif, yaitu mendeskripsikan data yang diperoleh melalui observasi
aktivitas peserta didik, dan hasil belajar peserta didik.

3.4.1 Analisis dan Interpretasi Data Hasil Belajar Peserta didik


Nilai Rata-rata Peserta didik
ΣX
X=
𝑁

15
Keterangan:
X = Nilai rata-rata
Σx = Jumlah nilai yang diperoleh seluruh peserta didik
N = Jumlah peserta didik (Sudjana, 2005)
Ketuntasan Kelas

ΣNs
KB = x 100%
𝑁

Keterangan:
KB = Ketuntasan Belajar
ΣNs =Jumlah peserta didik yang tuntas
N = Jumlah peserta didik
Ketuntasan belajar peserta didik

Ketuntasan belajar peserta didik ditentukan berdasarkan KKM yang


ditetapkan sebelumnya yaitu 72. Jadi peserta didik yang
memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 72 ( n≥72), n adalah
nilai peserta didik, diinterpretasikan tuntas.

3.4.2 Analisis dan Interpretasi Data Hasil Observasi


Data obsrvasi diolah dengan cara menggunakan rumus yaitu:

Skor tertinggi = Jumlah butir skor x skor tertinggi tiap soal


= 10 x 3 = 30
Skor terendah = Jumlah butir skor x skor terendah tiap soal
= 10 x 1 = 10
Selisih skor = Skor tertinggi - skor terendah
= 30– 10 = 20
selisih skor
Kisaran nilai untuk tiap kriteria =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛
3.4.3 Observasi aktivitas guru

16
Skor tertinggi untuk tiap butir observasi 3.Jumlah butir observasi 10
maka skor tertinggi adalah 30. Hasil kisaran nilai untuk tiap kategori
pengamatan dilukiskan dalam tabel 3.1

Tabel 3.1 Kisaran Nilai Tiap Kategori Pengamatan

No Skor Kriteria
1 10-16 Kurang
2 17-23 Cukup
3 24-30 Baik
3.4.4 Observasi aktifitas peserta didik

Skor tertinggi tiap butir observasi 3. Jumlah butir observasi 10 maka skor
tertinggi adalah 30.

Tabel 3.2 Kisaran Nilai Tiap Kategori Pengamatan

No Skor Kriteria
1 10-16 Kurang
2 17-23 Cukup
3 24-30 Baik

3.5 LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN


Agar Penelitian dapat berhasil sesuai dengan tujuan penelitian, maka disusun
suatu langkah-langkah atau prosedur sebagai berikut:

Siklus I

3.5.1 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan penelitian tindakan kelas model Hopkins, maka sebelum


penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mengidentifikasi masalah. Langkah ini dilakukan agar penelitian dapat

17
fokus pada masalah yang telah teridentifikasi tersebut. Masalah dalam
penelitian ini tentu saja dalam lingkup kegiatan pembelajaran.

3.5.2 Perencanaan Tindakan

Tindakan pada penelitian ini dilakukan 2 siklus. Langkah-langkah


tindakan di setiap siklusnya selalu mengalami perbaikan-perbaikan
sampai siklus yang ke II, sebagaimana yang tertuang dalam RPP.
Dalam pelaksanaannya, peneliti selalu berusaha untuk mengurangi
kelemahan dan berusaha untuk meningkatkan kualitas dalam
pembelajarannya.

Tahap perencanaan tersebut meliputi:

3.5.2.1 Menyusun RPP


3.5.2.2 Membuat LKS
3.5.2.3 Menyusun lembar observasi guru dan lembar observasi peserta
didik
3.5.2.4 Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan pada
waktu kegiatan pembelajaran
3.5.2.5 Menyiapkan media
3.5.3 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan


embelajaran dengan model problem based learning, yang langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:

3.5.3.1 Kegiatan Awal :


1) Melakukan Apersepsi dan motivasi
2) Menyampaikan indikator pencapaian kompetansi yang
diharapkan
3.5.3.2 Kegiatan Inti :
1) Guru memberikan petunjuk belajar
2) Guru membagi kelas menjadi 3 kelompok yang terdiri dari
4-5 peserta didik

18
3) Peserta didik dihadapkan dengan masalah yang akan di
bahas peserta didik
4) Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok
5) Setiap kelompok melakukan pemecahan masalah dan
melakukan percobaan
6) Guru membimbing peserta didik dalam pemecahan masalah
7) Peserta didik mempresentasekan hasil kerja kelompok
8) Pementapan hasil presentasi peserta didik
3.5.3.3 Kegiatan Penutup :
1) Guru memberikan kesimpulan
2) Tes akhir
3.5.4 Pengamatan/Observasi

Observasi dilakukan oleh teman sejawat yang bertugas untuk


mengamati aktivitas guru dan peserta didik selama pembelajaran yang
menggunakan model problem based learning berlangsung.

3.5.5 Refleksi

Refleksi dilakukan di setiap akhir siklus oleh peneliti bersama


guru pengamat untuk melihat kelemahan-kelemahan yang ada pada saat
pembelajaran berlangsung.

Kelemahan tersebut mengenai masalah model problem based


learning yang digunakan sudah mampu mencapai tujuan atau belum,
serta berbagai kendala/hambatan yang dialami selama tindakan pada
siklus tersebut berlangsung.

Hasil refleksi dari siklus pertama ini kemudian menjadi bahan


referensi bagi peneliti untuk menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran siklus kedua dengan tujuan untuk menyempurnakan
berbagai hal yang masih mengalami hambatan di siklus pertama, dan
begitu seterusnya sampai ke siklus yang ke II.

Siklus II

19
3.5.1 Perencanaan Tindakan

Sebagaimana yang tertuang dalam RPP. Dalam


pelaksanaannya, peneliti selalu berusaha untuk mengurangi kelemahan
dan berusaha untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajarannya.
Tahap perencanaan tersebut meliputi:

1) Menyusun RPP
2) Membuat LKS
3) Menyusun lembar observasi guru dan lembar observasi peserta didik
4) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan pada waktu
kegiatan pembelajaran
5) Menyiapkan media

3.5.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan


embelajaran dengan model problem based learning, yang langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:

3.5.2.1 Kegiatan Awal :

1) Apersepsi dengan cara menanyakan kepada peserta didik “


dengan cara apa sajakah pembuatan magnet selain cara digosok
dan induksi”?.
2) Menyampaikan indikator pencapaian kompetansi yang
diharapkan

3.5.2.2 Kegiatan Inti :

1) Guru memberikan petunjuk belajar


2) Guru membagi kelas menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 4-5
peserta didik
3) Peserta didik dihadapkan dengan masalah yang akan di bahas
peserta didik4) Yaitu: ”Mengapa aliran listrik dapat menarik

20
logam dan bagaimana cara pembuatan magnet dengan cara
dialiri aliran listrik (elektro magnet)”
4) Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok
5) Setiap kelompok melakukan pemecahan masalah dan
melakukan percobaan pembuatan magnet dengan cara induksi
dan cara menggosok
6) Guru membimbing peserta didik dalam pemecahan masalah
7) Peserta didik mempresentasekan hasil kerja kelompok
8) Pementapan hasil presentasi peserta didik

3.5.2.3 Kegiatan Penutup :

1) Guru memberikan kesimpulan


2) Tes akhir

3.5.3 Pengamatan/Observasi

Observasi dilakukan oleh teman sejawat yang bertugas untuk


mengamati aktivitas guru dan peserta didik selama pembelajaran yang
menggunakan model problem based learning berlangsung.

3.5.4 Refleksi

Refleksi dilakukan di setiap akhir siklus oleh peneliti bersama


guru pengamat untuk melihat kelemahan-kelemahan yang ada pada saat
pembelajaran berlangsung. Kelemahan tersebut mengenai masalah
model problem based learning yang digunakan sudah mampu mencapai
tujuan atau belum, serta berbagai kendala/hambatan yang dialami selama
tindakan pada siklus tersebut berlangsung.

Hasil refleksi dari siklus pertama ini kemudian menjadi bahan


referensi bagi peneliti untuk menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran siklus kedua dengan tujuan untuk menyempurnakan
berbagai hal yang masih mengalami hambatan di siklus pertama, dan
begitu seterusnya sampai ke siklus yang ke II.

21
3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

3.6.1 Test Hasil Belajar

Data hasil belajar diperoleh dari hasil evaluasi dengan menggunakan


test yang telah disiapkan.

3.6.2 Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik dan Guru


3.6.3 Data mengenai aktivitas peserta didik diperoleh dengan menggunakan
lembar observasi peserta didik yang diisi oleh observer ketika proses
pembelajaran berlangsung dan dituliskan di lembar observasi yang
telah dibuat. Sedangkan, data aktivitas guru dalam mengajar diisi oleh
teman sejawat, mengamati dan melihat kekurangan-kekurangan pada
saat proses pembelajaran berlangsung.

3.7 INSTRUMEN PENELITIAN


Dalam penelitian ini ada beberapa instrument pengumpulan data yang
digunakan yaitu:

3.7.1 Lembar observasi

Lembar observasi yang digunakan ada dua macam:

3.7.1.1 Lembar observasi peserta didik

Lembar observasi peserta didik digunakan untuk mengetahui


aktivitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran
berlangsung

3.7.1.2 Lembar observasi guru

Lembar observasi diisi oleh seorang observer guna mengamati


kegiatan peneliti dalam penerapan problem based learning

3.7.2 Lembar tes

22
Test merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam memahami dan menguasai materi yang sudah
dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati & Mudjiono.2006.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta Jakarta.


“Jenis data dan metode pengumpulan data”. 30 Oktober 2018
https://eko13.wordpress.com
“Meningkatkan hasil belajar peserta didik”. 30 Oktober 2018.
https://www.researchgate.net.
“Pengertian dan langkah model pembelajaran”.02 November 2018.
www.infoduniapendidikan.com

23
“Penerapan model Problem based learning“. 30 Oktober 2018
https://respository.usd.ac.id

24

Anda mungkin juga menyukai