KONSEP KUNCI
Morbiditas yang paling sering terjadi di bidang obstetrik adalah perdarahan berat dan
preeklamsia berat.
Berdasarkan waktu asupan oral terakhir, seluruh pasien obstetrik dipertimbangkan untuk dalam
keadaan perut penuh dan berisiko mengalami aspirasi pulmonar.
Hampir seluruh analgesik dan sedatif opioid parenteral dapat melewati plasenta dan
mempengaruhi janin. Teknik anestesi regional lebih dianjurkan untuk manajemen nyeri saat
persalinan.
Penggunaan anestesi lokal dengan campuran opioid untuk analgesia epidural lumbar selama
persalinan secara signifikan mengurangi kebutuhan obat, dibandingkan dengan penggunaan
tunggal.
Analgesia selama persalinan membutuhkan blokade neural setinggi sensori T10 – L1 pada kala
satu persalinan dan setinggi sensori T10 – S4 pada kala dua.
Analgesia epidural lumbar kontinu merupakan teknik yang serba guna dan paling sering
digunakan, karena dapat mengurangi nyeri pada kala satu persalinan sekaligus sebagai
analgesia/anestesi untuk persalinan per vaginam atau seksio sesarea berikutnya.
Analgesia epidural tidak meningkatkan laju persalinan operatif dan memiliki beberapa efek pada
kemajuan persalinan apabila digunakan campuran antara lokal anestesi dan opioid yang
diencerkan.
Penempatan jarum epidural atau kateter pada intravaskular atau intratekal yang tidak disengaja
mungkin terjadi, bahkan ketika aspirasi jarum atau kateter tidak mengeluarkan darah atau
cairan serebospinal.
Hipotensi merupakan efek samping paling umum dari teknik anestesi regional dan dapat diatasi
dengan pemberian bolus fenilefrin intravena (40 – 120 mcg), oksigen tambahan, left uterine
displacement, dan pemberian bolus cairan intravena untuk mencegah fetal compromise.
Teknik yang menggunakan analgesia dan anestesi kombinasi spinal-epidural (combined spinal-
epidural/CSE) secara khusus berguna bagi pasien dengan nyeri berat pada awal persalinan serta
bagi mereka yang menerima analgesia/anestesi segera sebelum persalinan.
Anestesi spinal atau epidural lebih disukai daripada anestesi umum untuk seksio sesarea karena
anestesi regional berhubungan dengan fluktuasi hemodinamik yang lebih rendah, resolusi
bertahap dari analgesia selama pemulihan anestetik, dan mortalitas maternal yang lebih
rendah.
Anestesi epidural kontinu menyediakan kontrol yang lebih baik di sepanjang tingkat sensorik
daripada anestesi spinal “suntikan-tunggal”. Sebaliknya, anestesi spinal memiliki onset yang
lebih cepat dan terprediksi; menghasilkan blokade yang lebih rapat (lebih menyeluruh); dan
mengurangi potensi toksisitas obat sistemik yang serius karena dosis anestetik lokal yang
digunakan lebih kecil.
Risiko toksisitas sistemik anestetik lokal selama analgesia dan anestesi epidural diminimalisir
dengan pemberian larutan yang diencerkan secara perlahan untuk menguragi nyeri persalinan
dan dengan meningkatkan fraksi dosis total yang digunakan untuk seksio sesarea menjadi 5 mL.
Perdarahan maternal adalah salah satu morbiditas terkait komplikasi anestesi obstetrik yang
paling sering dan berat. Penyebab perdarahan antepartum meliputi plasenta previa, abrupsio
plasenta, dan ruptur uteri. Penyebab umum perdarahan postpartum meliputi atonia uteri,
retensi plasenta, laserasi obstetrik, inversio uteri, dan penggunaan agen tokolitik sebelum
persalinan.
Asfiksia intrauterin selama persalinan adalah penyebab paling sering dari depresi neonatal.
Manfaat pemantauan detak jantung janin secara kontinu selama persalinan masih
kontroversial, namun secara rutin digunakan sebagai kombinasi dengan metode surveilans janin
yang lain untuk memandu manajemen klinis ibu yang melahirkan.
Bagian ini berfokus pada praktik anestesi obstetrik. Teknik analgesia dan anestesi selama
persalinan, persalinan per vaginam, dan seksio sesarea dibahas. Bagian ini diakhiri dengan
ulasan resusitasi neonatal.
Mortalitas Maternal
Mortalitas maternal biasanya didefinisikan sebagai jumlah kematian wanita saat hamil atau
dalam waktu 42 hari setelah terminasi kehamilan tidak termasuk kecelakaan atau penyebab
yang tidak berhubungan. Angka ini sering dikaitkan dengan angka kelahiran hidup. Indeks
mortalitas maternal telah menurun 100 kali lipat sejak tahun 1900. Sepertinya akibat
pelaporan yang lebih baik, angka ini sedikit meningkat di Amerika Serikat dengan 21 kematian
per 100.000 angka kelahiran hidup pada 2010. Rata-rata di dunia adalah 400 kematian per
100.000 kelahiran hidup. Dari kematian maternal di seluruh dunia, 99% terjadi di Afrika, Asia,
Amerika Latin, dan Kepulauan Karibia.
Di Amerika Serikat, risiko kematian keseluruhan lebih besar pada wanita berusia lebih
dari 35 tahun, wanita ras Afrika-Amerika, dan wanita yang tidak menerima perawatan
prenatal. Penyebab utama kematian terkait dengan kelahiran hidup pada 2010 meliputi
penyakit kardiovaskular (14%), kelainan hipertensif kehamilan (11%), infeksi/sepsis (11%),
emboli paru trombotik (6%), emboli cairan amnion (6%), kecelakaan serebrovaskular (5%) dan
komplikasi terkait anestesi (<1%). Dari seluruh kematian maternal, hanya 34% pasien
meninggal dalam waktu 24 jam setelah persalinan, dimana 55% kematian terjadi 1 hingga 42
hari, dan lainnya sebesar 11% kematian terjadi 43 hari hingga 1 tahun. Penyebab langsung
dari kematian maternal lebih menyeluruh dideskripsikan pada data Kanada, dimana
menunjukkan penyebab tambahan yang penting yakni emboli paru dan
preeklampsia/hipertensi yang dipicu kehamilan (pregnancy-induced hypertension/PIH),
emboli cairan amnion dan perdarahan intrakranial.
Morbiditas obstetrik berat mungkin berguna untuk menghitung hasil mortalitas
peripartum daripada mortalitas maternal. Data Amerika Serikat menyatakan insidensi
morbiditas maternal berat sebesar 12 per 1.000 kelahiran, 100 kali lebih banyak daripada
angka mortalitas. Faktor risiko meliputi usia lebih dari 34 tahun, etnis berkulit gelap,
multiparitas, riwayat hipertensi, perdarahan postpartum sebelumnya, dan kelahiran sesar
darurat. Tabel 41 – 1 berisi daftar insidensi penyebab paling umum dari morbiditas berat;
penyakit tromboembolik dieksklusikan karena kesulitan dalam penentuan diagnosis pada
kasus yang tidak fatal. Sejauh ini morbiditas yang paling sering ditemukan dalam obstetrik
adalah perdarahan dan preeklampsia berat.
TABEL 41-1 Insidensi morbiditas obstetrik berat.1,2
Morbiditas Insidensi per 1000
Perdarahan berat 6,7
Preeklampsia berat 3,9
sindrom HELLP3 0,5
Sepsis berat 0,4
Eklampsia 0,2
Ruptur uteri 0,2
1
Data dari Waterstone M, Bewley S, Wolfe C. Incidence and predictors of severe obstetric morbidity: Case-
control study. BMJ. 2001 May 5; 32 2(7294):1089-1093.
2
Catatan penyakit tromboembolik dieksklusi
3
Sindrom HELLP terdiri dari hemolisis, peningkatan enzim hepar, dan angka trombosit yang rendah.
Mortalitas Anestetik
Data yang dikumpulkan antara tahun 1985 dan 1990 menunjukkan mortalitas maternal
sebesar 32 kematian per 1.000.000 kelahiran hidup akibat anestesi umum dan 1,9 kematian
per 1.000.000 kelahiran hidup akibat anestesi regional. Data yang lebih baru antara tahun
2006 dan 2010 menunjukkan angka mortalitas maternal akibat anestesi yang lebih rendah
(terhitung 0,9% dari kematian terkait-kehamilan), kemungkinan karena penggunaan anestesi
regional yang lebih besar pada persalinan dan kelahiran sesar. Kebanyakan kematian terjadi
selama atau setelah seksio sesarea. Selain itu, risiko yang merugikan lebih banyak terjadi pada
seksio sesarea darurat daripada elektif.
Sistem Kardiovaskular
Volume isi sekuncup relatif tetap pada neonatus dan bayi dengan ventrikel kiri yang belum
matang dan tidak lentur. Karena itu, curah jantung sangat sensitif terhadap perubahan denyut
jantung (lihat Bab 20). Meskipun denyut jantung basal lebih besar pada neonatus dan bayi
daripada orang dewasa (Tabel 42-2), pada anak-anak aktivasi sistem saraf parasimpatis,
overdosis anestesi, atau hipoksia dapat dengan cepat memicu bradikardi dan penurunan
curah jantung drastis. Bayi sakit yang menjalani prosedur pembedahan dapat mengalami
episode bradikardi yang dapat menyebabkan hipotensi, asistol, dan kematian intraoperatif.
Sistem saraf simpatis dan refleks baroreseptor tidak sepenuhnya matang. Sistem
kardiovaskular bayi kurang berespon terhadap katekolamin eksogen. Jantung yang belum
matang lebih sensitif terhadap depresi akibat anestesi volatil dan bradikardi akibat induksi
opioid. Bayi kurang mampu merespons hipovolemia dengan vasokonstriksi kompensasi.
Penurunan volume intravaskular pada neonatus dan bayi ditandai dengan hipotensi tanpa
takikardi.
TABEL 42-2 Perubahan tanda vital berdasarkan usia.1
Usia Frekuensi napas Denyut Nadi Tekanan Darah Arteri
Sistolik Diastolik
Neonatus 40 140 65 40
12 bulan 30 120 95 65
3 tahun 25 100 100 70
12 tahun 20 80 110 60
1
Nilai merupakan rerata dari beberapa sumber. Rentang normal dapat menyimpang sebesar 25 – 50%
Homeostasis Glukosa
Neonatus relatif mengurangi simpanan glikogen, membuat mereka cenderung mengalami
hipoglikemia. Secara umum, neonatus yang berisiko paling tinggi mengalami hipoglikemia
antara lain prematur atau kecil untuk usia kehamilan, menerima nutrisi parenteral total, atau
memiliki ibu penderita diabetes.
PERBEDAAN FARMAKOLOGI
Dosis obat anak biasanya disesuaikan berdasarkan per kilogram (Tabel 42-3), meskipun ada
anjuran pemakaian dosis allometrik, di mana penyesuaian berat badan tidak dibuat secara
linier. Pada anak usia dini, berat pasien dapat diperkirakan berdasarkan usia dalam tahun:
TABEL 42-3 Dosis obat pediatrik
Obat Komentar Dosis
Asetaminofen Rektal 40 mg/kg
PO 10 – 20 mg/kg
IV (usia > 2 tahun) 15 mg/kg
Maksimal (per hari) 60 mg/kg
Adenosin IV bolus cepat 0,1 mg/kg
Dosis ulangan 0,2 mg/kg
Dosis maksimal 12 mg
Albuterol Nebulisasi 1,25 – 2,5 mg dalam 2 mL saline
Alfentanil Suplemen anestesi (IV) 20 – 25 mcg/kg
Infus rumatan 1 – 3 mcg/kg/menit
Aminoflin Dosis muatan selama 20 menit (IV) 5 – 6 mg/kg
Dosis rumatan (level terapeutik: 10 – 20 mg/mL) 0,5 – 0,9 mg/kg/jam
Sistem penyimpanan oksigen cair (Gambar 2-2) lebih ekonomis untuk rumah sakit
besar. Oksigen cair harus disimpan jauh di bawah suhu kritisnya yaitu -119OC karena gas dapat
dicairkan dengan tekanan hanya jika disimpan di bawah suhu kritisnya. Rumah sakit besar
mungkin memiliki persediaan oksigen cair lebih kecil atau bank silinder gas terkompresi yang
dapat menyediakan kebutuhan oksigen satu hari sebagai cadangan. Untuk mencegah
kegagalan sistem gas rumah sakit, ahli anestesi harus selalu memiliki persediaan darurat
suplai oksigen yang tersedia selama anestesi (silinder E).
GAMBAR 2-2 Tangki penyimpanan oksigen cair dengan tangki candangan oksigen pada latar belakangnya.
Sebagian besar mesin anestesi mengakomodasi silinder E oksigen (Tabel 2-1). Seiring
dengan ekspansi oksigen, tekanan silinder turun setara dengan isinya. Tekanan 1000 psig
menunjukkan silinder E yang kira-kira setengah penuh dan mewakili 330 L oksigen pada
tekanan atmosfer dan suhu 20OC. Jika oksigen habis pada kecepatan 3 L/menit, silinder yang
setengah penuh akan kosong dalam 110 menit. Tekanan silinder oksigen harus dipantau
sebelum digunakan dan secara berkala selama penggunaan. Mesin anestesi biasanya juga
mengakomodasi silinder E untuk udara medis dan nitrogen oksida, dan mungkin menerima
silinder helium. Gas medis terkompresi menggunakan sistem keamanan indeks pin (pin index
safety system) untuk silinder-silinder ini untuk mencegah persilangan (crossover) dan koneksi
untuk jenis gas yang berbeda yang tidak disengaja. Sebagai fitur keselamatan, silinder E
oksigen memiliki “sumbat” yang dibuat dari Wood’s metal. Campuran metalurgi ini memiliki
titik leleh rendah, yang memungkinkan disipasi tekanan pada kebakaran yang mungkin bisa
memanaskan silinder sampai ke titik ledakan. "Katup" keringanan tekanan ini dirancang untuk
ruptur pada 3300 psig, jauh di bawah tekanan di mana dinding silinder E harus mampu
bertahan (lebih dari 5000 psig), mencegah “pengisian berlebih (overfilling)” dari silinder.
TABEL 2-1 Karakteristik silinder gas medis.
Gas Kapasitas Kapasitas Tekanan1 Warna (AS) Warna Bentuk
1 1
Silinder E Silinder H (psig pada (Internasional)
(L) (L) 20oC)
O2 625-700 6000-8000 1800-2200 Hijau Putih Gas
Udara 625-700 6000-8000 1800-2200 Kuning Putih dan hitam Gas
N2O 1590 15.900 745 Biru Biru Cair
N2 625-700 6000-8000 1800-2200 Hitam Hitam Gas
1
Bergantung pada pabrik.
Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida hampir selalu disimpan oleh rumah sakit dalam silinder H besar yang
dihubungkan oleh manifold dengan fitur crossover otomatis. Simpanan nitrogen oksida cair
dalam jumlah besar ekonomis hanya pada institusi yang sangat besar.
Karena suhu kritis nitrogen oksida (36,5 ° C) berada di atas suhu kamar, nitrogen
oksida dapat disimpan tetap dalam keadaan cair tanpa sistem pendinginan yang rumit. Jika
nitrogen oksida terlikuifikasi naik di atas suhu kritisnya, ia akan kembali ke fase gasnya. Karena
nitrogen oksida bukanlah gas ideal dan mudah terkompresi, transformasi menjadi fase gas ini
tidak disertai dengan kenaikan tekanan tangki yang besar. Meskipun demikian, seperti halnya
silinder oksigen, semua tabung silinder E nitrogen oksida dilengkapi dengan sumbat logam
Wood untuk mencegah ledakan di bawah kondisi tekanan gas yang tinggi secara tidak terduga
(misalnya, overfilling yang tidak disengaja atau terutama selama kebakaran).
Meskipun gangguan pasokan biasanya tidak bersifat katastrofik, kebanyakan mesin
anestesi memiliki cadangan silinder E nitrogen oksida. Karena silinder yang lebih kecil ini juga
mengandung nitrogen oksida dalam keadaan cairnya, volume yang tersisa dalam silinder tidak
proporsional terhadap tekanan silinder. Pada saat nitrogen oksida cair dikeluarkan dan
tekanan tangki mulai turun, hanya sekitar 400 L nitrogen oksida yang tersisa. Jika oksida cair
disimpan pada suhu konstan (20OC), nitrogen oksida akan menguap pada tingkat yang sama
dengan nitrogen oksida yang dikonsumsi dan akan mempertahankan tekanan konstan (745
psig) sampai cairan habis.
Satu-satunya cara yang dapat diandalkan untuk menentukan volume residual nitrogen
oksida adalah menimbang silinder. Untuk alasan ini, bobot tara (tare weight - TW), atau berat
kosong, dari ssilinder yang mengandung gas terkompresi terlikuifikasi (misalnya, nitrogen
oksida) sering diberi cap pada bahu silinder. Alat pengukur tekanan silinder nitrogen oksida
tidak boleh melebihi 745 psig pada suhu 20OC. Pembacaan yang lebih tinggi menyiratkan
kerusakan alat pengukur, overfill tangki (isi cairan), atau silinder yang mengandung gas selain
nitrogen oksida.
Karena energi dikonsumsi dalam konversi cairan ke gas (panas laten penguapan),
nitrogen oksida cair mendingin selama proses ini. Penurunan suhu menghasilkan tekanan uap
yang lebih rendah dan tekanan silinder yang lebih rendah. Pendinginan sangat terasa pada
laju aliran tinggi sehingga seringkali terdapat bekuan pada tangki, dan regulator tekanan
dapat membeku pada keadaan seperti itu.
Gas Medis
Penggunaan udara menjadi lebih sering terjadi dalam anestesiologi karena popularitas
nitrogen oksida dan konsentrasi oksigen dalam jumlah tinggi yang tidak diperlukan telah
menurun. Udara silinder adalah derajat medis dan diperoleh dengan memadukan oksigen dan
nitrogen. Udara dehumidifikasi (tapi tidak steril) diberikan ke sistem saluran pipa rumah sakit
oleh pompa kompresi. Saluran masuk (inlet) pompa ini harus jauh dari ventilasi dan mesin
exhaust vakum untuk meminimalisir kontaminasi. Karena suhu kritis udara adalah -140,6OC,
gas ini ada sebagai gas dalam silinder yang tekanannya jatuh sebanding dengan
kandungannya.
Nitrogen
Meskipun nitrogen yang dikompresi tidak diberikan kepada pasien, namun dapat digunakan
untuk mengemudikan beberapa peralatan ruang operasi, seperti gergaji, drill, dan peralatan
bedah. Sistem pasokan nitrogen menggabungkan penggunaan silinder H yang dihubungkan
oleh manifold atau sistem dinding yang disuplai oleh suplai pusat yang diatur oleh kompresor.
Vakum
Pusat sistem vakum rumah sakit biasanya terdiri dari pompa hisap (suction) independen,
masing-masing mampu menangani kebutuhan puncak. Perangkap di setiap lokasi pengguna
mencegah kontaminasi sistem dengan benda asing. Sistem vakum bedah medis dapat
digunakan untuk pembuangan limbah gas anestesi (waste anesthetic gas disposal - WAGD)
selama hal ini tidak mempengaruhi kinerja sistem. Outlet WAGD dapat memasukan
penggunaan regulator suction dengan indikator float yang harus dipertahankan antara tanda
yang telah ditentukan. Suction berlebih dapat menyebabkan ventilasi pasien yang tidak
adekuat, dan tingkat suction yang tidak memadai dapat menyebabkan kegagalan untuk
mengevakuasi limbah gas anestesi. Wadah dan tabung WAGD biasanya berwarna lavender.
Karbon Dioksida
Banyak prosedur operasi dilakukan dengan teknik laparoskopi atau dibantu robot yang
memerlukan insufflasi rongga tubuh dengan karbon dioksida, sebuah gas tidak berbau, tidak
berwarna, tidak mudah terbakar dan sedikit asam. Silinder besar yang mengandung karbon
dioksida, seperti silinder M atau silinder LK, sering ditemukan di ruang operasi; silinder-
silinder ini berbagi ukuran orifisium dan benang dengan tabung oksigen yang sama dan dapat
secara tidak sengaja tertukar.
Silinder E oksigen, nitrogen oksida, dan udara menempel langsung ke mesin anestesi.
Untuk mencegah pelekatan silinder yang salah, produsen silinder telah mengadopsi sistem
keamanan indeks pin (pin index safety system). Setiap silinder gas (ukuran A-E) memiliki dua
lubang pada katup silindernya yang cocok dengan pin yang sesuai pada kuk (yoke) mesin
anestesi (Gambar 2-4). Posisi relatif dari pin dan lubang unik untuk setiap gas. Beberapa
pencuci ditempatkan di antara silinder dan kuk, yang mencegah kontak pin dan lubang, telah
secara tidak sengaja mengalahkan sistem ini dan maka dari itu tidak boleh digunakan. Sistem
pengaman indeks pin juga tidak efektif jika pin kuk rusak atau silinder terisi dengan gas yang
salah.
GAMBAR 2-4 Pin index safety system menghubungkan antara mesin anestesi dan silinder gas.
Berfungsinya sumber pasokan dan sistem pipa gas medis terus dipantau oleh sistem
alarm pusat dan daerah. Lampu indikator dan sinyal yang terdengar memperingatkan
perubahan ke sumber gas sekunder dan yang tinggi secara abnormal (misalnya, kerusakan
fungsi regulator tekanan) atau rendah (misalnya, deplesi suplai) (Gambar 2-5).
GAMBAR 2-5 Contoh panel alarm master yang memonitor tekanan saluran gas.
Mesin anestesi dan analiser gas anestesi modern terus menerus mengukur fraksi
oksigen terinspirasi (FiO2). Analiser memiliki pengaturan ambang untuk FiO2 minimal yang
bervariasi namun harus dikonfigurasi untuk mencegah penonaktifan alarm ini. Pemantauan
FiO2 tidak mencerminkan konsentrasi oksigen distal terhadap port pemantauan dan tidak
boleh digunakan untuk referensi konsentrasi oksigen di dalam perangkat distal seperti tabung
endotrakeal. Karena pertukaran, laju aliran, dan shunting gas, perbedaan yang mencolok
dapat terjadi antara konsentrasi FiO2 yang diindikasikan dan konsentrasi oksigen sebenarnya
pada tingkat jaringan.
KELEMBABAN
Dalam beberapa dekade terakhir, muatan listrik statis adalah sumber pengapian yang ditakuti
di ruang operasi yang terisi dengan uap anestesi yang mudah terbakar. Sekarang kontrol
kelembaban lebih relevan dengan praktik pengendalian infeksi. Tingkat kelembaban optimal
di ruang operasi harus dijaga antara 20% dan 60%. Di bawah kisaran ini udara kering
memfasilitasi mobilitas partikel udara, yang bisa menjadi vektor infeksi. Pada kelembaban
tinggi, kelembaban dapat mempengaruhi integritas perangkat penghalang seperti kain steril
dan duk.
VENTILASI
Laju aliran udara ruang operasi yang tinggi mengurangi kontaminasi di tempat operasi.
Kecepatan aliran ini, biasanya dicapai dengan memadukan hingga 80% udara di sirkulasi
dengan udara segar, direkayasa dalam cara untuk mengurangi aliran turbulen dan menjadi
searah. Meskipun resirkulasi menghemat biaya energi yang terkait dengan pemanasan dan
pendinginan udara, hal ini tidak sesuai untuk WAGD. Oleh karena itu, sistem pemulungan gas
anestesi yang terpisah harus selalu melengkapi ruang operasi ventilasi. Ruang operasi harus
mempertahankan tekanan yang sedikit positif untuk mengusir gas yang lolos dari pemulungan
dan harus dirancang agar udara segar dihantarkan melalui, atau dekat, langit-langit dan udara
yang kembali ditangani pada, atau dekat, lantai. Pertimbangan ventilasi harus harus ditujukan
baik pada perubahan kualitas dan volume udara. National Fire Protection Agency (NFPA)
merekomendasikan 20 pertukaran volume udara per jam untuk mengurangi risiko stagnasi
dan pertumbuhan bakteri. Kualitas udara harus dipertahankan dengan penyaringan udara
yang memadai dengan menggunakan filter 90%, didefinisikan secara sederhana sebagai salah
satu yang menyaring 90% partikel yang ada. Walaupun filter high-efficiency particulate (HEPA)
sering digunakan, namun tidak diharuskan oleh standar pengendalian teknik atau infeksi.
BISING
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa paparan terhadap kebisingan dapat
berdampak buruk pada fungsi kognitif manusia, dan paparan yang berkepanjangan dapat
menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan ruang operasi telah diukur pada 70-80
desibel (dB) dengan puncak suara sering melebihi 80 dB. Sebagai referensi, jika suara bicara
harus dinaikkan di atas tingkat percakapan, maka kebisingan ambien diperkirakan mencapai
80 dB. Tingkat kebisingan di ruang operasi mendekati time-weighted average (TWA) untuk itu
Occupational Safety and Helath Administration (OSHA) mengharuskan perlindungan
pendengaran. Pahat udara ortopedi dan drill bedah saraf dapat mendekati tingkat kebisingan
125 dB, tingkat di mana sebagian besar subyek manusia mulai mengalami rasa sakit.
RADIASI PENGION
Penyedia anestesi terpapar pada radiasi sebagai komponen baik dari pencitraan diagnostik
atau terapi radiasi; contoh meliputi fluoroskopi, akselerator linier, computed tomography,
terapi sinar terarah, terapi proton, dan radiografi diagnostik. Efek radiasi pada manusia diukur
dengan satuan dosis yang diabsorbsi seperti gray (Gy) dan rad, atau satuan dosis yang setara
seperti Sievert (Sv) dan Roentgen setara pada pria (Roentgen equivalent in man - REM). Organ
sensitif radiasi seperti mata, tiroid, dan gonad harus dilindungi, begitu juga dengan darah,
sumsum tulang belakang, dan janin. Tingkat radiasi harus dipantau jika individu terpapar lebih
dari 40 REM, dan metode pengukuran yang paling umum adalah dengan film badge. Paparan
seumur hidup dapat ditabulasikan oleh database pemakai film badge yang diperlukan.
Prinsip dasar keselamatan radiasi adalah menjaga paparan "as low as reasonably
practical (serendah yang secara praktis masuk akal)" (ALARP). Prinsip ALARP
mengoptimalisasi proteksi dari paparan radiasi dengan penggunaan waktu, jarak, dan perisai.
Lama waktu pemaparan biasanya tidak menjadi masalah untuk radiografi sederhana seperti
film dada tapi dapat berarti dalam prosedur fluoroskopi seperti yang biasa dilakukan selama
radiologi atau pulmonologi intervensi, penggunaan c-arm, dan pusat diagnostik
gastroenterologi. Paparan dapat dikurangi ke pemberi dengan meningkatkan jarak antara
sinar dan pemberi. Paparan radiasi jarak jauh mengikuti hukum kuadrat terbalik. Sebagai
ilustrasi, intensitas diwakili sebagai 1/d2 (di mana d = jarak) sehingga 100 milirad (mrads) pada
1 inci akan menjadi 0,01 mrads pada 100 inci. Perisai adalah bentuk proteksi radiasi yang
paling dapat diandalkan; perisai pribadi umumnya berada dalam bentuk apron timbal, kerah
tiroid, dan kacamata. Perisai fisik biasanya dimasukkan ke dalam pakaian radiologis dan bisa
sesederhana seperti dinding untuk berdiri di belakang atau perisai bertimbal bergulir untuk
ditempatkan antara balok dan penyedia. Meski kebanyakan fasilitas paling modern didesain
dalam cara yang sangat aman, penyedia tetap dapat terpapar pada radiasi hambur karena
partikel atom dipentalkan dari perisai. Untuk alasan ini proteksi radiasi harus dipasang
kapanpun radiasi pengion digunakan.
Karena penggunaan perisai yang andal telah meningkat, insidensi penyakit organ
sensitif terkait radiasi telah menurun, kecuali katarak yang diinduksi radiasi. Karena kacamata
pelindung belum digunakan secara konsisten pada derajat yang sama seperti jenis
perlindungan pribadi lainnya, katarak yang diinduksi radiasi meningkat di antara karyawan
yang bekerja di bagian radiologi intervensi. Ahli anestesi yang bekerja di lingkungan ini harus
mempertimbangkan penggunaan googles atau kacamata timbal untuk mengurangi risiko
masalah-masalah seperti itu.
KEAMANAN LISTRIK
RISIKO SENGATAN LISTRIK
Penggunaan alat bantu medis elektronik menempatkan pasien dan personil rumah sakit
terhadap risiko kejutan dan sengatan listrik. Ahli anestesi harus memiliki pemahaman tentang
bahaya listrik dan pencegahannya.
Kontak tubuh dengan dua bahan konduktif pada potensial tegangan yang berbeda
dapat melengkapi sirkuit dan menyebabkan sengatan listrik. Biasanya, satu titik paparan
adalah konduktor 110-V atau 240-V yang hidup, dengan sirkuit dilengkapi melalui kontak di
tanah. Misalnya, orang yang berdiri di atas tanah hanya perlu mengontak satu konduktor
hidup untuk menyelesaikan sirkuit dan menerima kejutan. Konduktor hidup bisa berupa
bingkai monitor pasien yang telah mengalami kesalahan pada sisi panas saluran listrik. Sirkuit
menjadi lengkap antara kabel listrik (yang terhubung ke tanah di transformer pole-top
perusahaan peralatan) melalui korban dan kembali ke tanah (Gambar 2-6). Efek fisiologis arus
listrik tergantung pada lokasi, durasi, frekuensi, dan besar (lebih akuratnya, densitas arus)
kejutan.
GAMBAR 2-6 Kondisi dari kebanyakan kejutan listrik. Seseorang yang tidak sengaja berdiri di tanah secara simultan
mengontak kawat panas dari layanan listrik, biasanya melalui peralatan rusak yang memberikan jalur yang menghubungkan
kawat panas terhadap permukaan konduktif yang terpapar. Loop listrik lengkap berasal dengan transfomator kutub kedua
(sumber tegangan) dan meluas melewati kawat panas, korban dan kontak korban dengan tanah, bumi itu sendiri, ground
rod netral pada jalur masuk layanan, dan kembali ke transfomator melalui kawat netral (atau tanah). (Dimodifikasi dengan
izin dari Bruner J, Leonard PF. Electricity, Safety, and the Patient. St Louis, MO: Mosby Year Book; 1989.)
Kebocoran arus ada di semua peralatan listrik sebagai akibat dari kopling kapasitif,
induksi antara komponen listrik internal, atau kerusakan insulasi. Arus dapat mengalir sebagai
hasil kopling kapasitif antara dua benda konduktif (misalnya papan sirkuit dan casingnya)
meskipun tidak terhubung secara fisik. Beberapa monitor terisolasi ganda untuk mengurangi
efek kopling kapasitif. Monitor lain dirancang untuk dihubungkan ke tanah dengan impedansi
rendah (safety ground wire) yang seharusnya mengalihkan arus dari seseorang yang
menyentuh kotak instrumen. Besarnya kebocoran tersebut biasanya tidak dapat disentuh (<1
mA, dan jauh di bawah ambang fibrilasi 100 mA). Bagaimanapun, jika arus ini melewati
resistensi tinggi yang ada pada kulit, dan diterapkan langsung ke jantung (mikrosyok), arus
serendah 100 μA bisa berakibat fatal. Kebocoran maksimum yang diizinkan pada peralatan
kamar operasi adalah 10 μA.
Cardiac pacing wires dan kateter pemantauan invasif memberikan jalur konduktif
langsung ke miokardium. Pada kenyataannya, darah dan larutan garam dapat berfungsi
sebagai konduktor elektrik. Jumlah arus yang dibutuhkan untuk menghasilkan fibrilasi
bergantung pada waktu kejutan relatif terhadap periode rentannya repolarisasi jantung
(gelombang T pada elektrokardiogram). Bahkan perbedaan kecil dalam potensial antara
hubungan tanah dari dua outlet listrik pada ruang operasi yang sama dapat menempatkan
pasien pada risiko mikroelektrokusi.
Tidak seperti transformator pole top perusahaan, kabel sekunder dari transformator
isolasi tidak tersambung ke bumi dan menyediakan dua jalur voltase hidup untuk
perlengkapan ruang operasi. Casing peralatan – tapi bukan sirkuit listrik – tersamung dengan
tanah melalui bilah terpanjang dari plug tiga cabang (safety ground). Apabila kawat listrik
kemudian tidak sengaja terhubung dengan pasien yang menginjak tanah, arus tidak akan
mengalir melalui pasien karena tidak ada rangkaian tertutup yang kembali ke koil sekunder
(Gambar 2-8).
GAMBAR 2-8 Meskipun seseorang terhubung ke tanah, tidak ada kejutan yang dihasilkan dari kontak dengan satu kabel dari
sirkuit yang terisolasi. Individu berada dalam kontak simultan dengan dua sumber tegangan terpisah tetapi tidak menutup
sirkuit listrik dengan sumber manapun. (Dimodifikasi dengan izin dari Bruner J, Leonard PF. Electricity, Safety, and the
Patient. St Louis, MO: Mosby Year Book; 1989.)
Tentu saja, jika kedua kabel listrik dihubungkan, sirkuit akan sempurna dan kejutan
listrik mungkin terjadi. Selain itu, jika salah satu saluran listrik bersentuhan dengan tanah
melalui sebuah kesalahan, kontak dengan kabel listrik lainnya akan melengkapi rangkaian
melalui pasien yang berada di tanah. Untuk mengurangi kemungkinan dua kesalahan yang
ada bersamaan, monitor saluran isolasi (line isolation monitor) mengukur potensial aliran
arus dari suplai daya yang terisolasi ke tanah (Gambar 2-9). Pada dasarnya, monitor saluran
isolasi menentukan derajat isolasi antara kedua kabel daya dan tanah dan memprediksi
jumlah arus yang bisa mengalir jika sirkuit pendek kedua akan dikembangkan. Alarm
diaktifkan jika arus tinggi yang tidak dapat diterima ke tanah menjadi mungkin (biasanya 2
mA atau 5 mA), tapi daya tidak terganggu kecuali ground-fault circuit interrupter juga
diaktifkan. Hal yang terakhir, sebuah fitur dari kamar mandi dan dapur rumah, biasanya tidak
dipasang di lokasi seperti ruang operasi, di mana terhentinya sistem pendukung kehidupan
(misalnya, mesin bypass kardiopulmoner) lebih berbahaya daripada risiko sengatan listrik.
Alarm dari monitor saluran isolasi hanya menunjukkan bahwa suplai daya sebagian telah
dikembalikan ke sistem grounded. Dengan kata lain, sementara monitor saluran isolasi
memperingatkan adanya satu kesalahan (antara saluran kabel listrik dan tanah), diperlukan
dua kesalahan agar terjadi kejutan. Karena monitor saluran isolasi memperingatkan ketika
jumlah kebocoran arus melebihi ambang batas yang ditetapkan, peralatan yang terakhir
ditambahkan biasanya rusak; namun, jika benda ini mendukung kehidupan, peralatan lain
dapat dikeluarkan dari sirkuit untuk mengevaluasi apakah benda keselamatan hidup ini
benar-benar salah.
Bahkan sirkuit listrik yang terisolasi tidak memberikan perlindungan lengkap dari arus
kecil yang mampu menyebabkan fibrilasi mikrosyok. Selanjutnya, monitor saluran isolasi tidak
dapat mendeteksi semua kesalahan, seperti kawat ground keamanan yang rusak di dalam
peralatan. Namun, terdapat desain peralatan yang menurunkan kemungkinan
mikroelektrokusi. Desain ini meliputi insulasi ganda chassis dan casing, suplai daya baterai
ungrounded, dan isolasi pasien dari peralatan yang terhubung dengan tanah dengan
menggunakan optical coupling atau transfomator.
Pada edisi terakhir U.S. NFPA 99 Health Care Facilities Code, sistem pembangunan yang
dibutuhkan suatu fasilitas – termasuk sistem listrik – didasarkan pada penilaian risiko yang
dilakukan oleh personel fasilitas dengan masukan dari pemberi layanan kesehatan. Tingkat
risiko dikategorikan dalam tingkatan sebagai berikut:
Kategori 1 – Sistem fasilitas di mana kegagalan dari peralatan atau sistem tersebut mungkin
menyebabkan cedera mayor atau kematian pada pasien atau pemberi perawatan
Kategori 2 – Sistem fasilitas di mana kegagalan dari peralatan mungkin menyebabkan cedera
minor pada pasien atau pemberi perawatan
Kategori 3 – Sistem fasilitas di mana kegagalan dari peralatan tidak mungkin menyebabkan
cedera pada pasien atau pemberi perawatan, namun dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien
Kategori 4 – Sistem fasilitas di mana kegagalan dari peralatan tidak menimbulkan dampak
apapun pada pasien
Lokasi dan sistem kategori 1 akan miemiliki jumlah terbesar reliabilitas dan redundansi;
kategori yang lebih kecil akan memiliki persyaratan yang lebih tidak ketat. Seluruh kode di
bawah NFPA 99 edisi 2012 akan ditentukan oleh kategori penilaian risiko. Di bawah kode
listrik, ruangan operasi didefinisikan sebagai lokasi basah yang memerlukan sistem listrik yang
menurunkan risiko bahaya kejutan listrik. Apabila ruang operasi digunakan untuk prosedur
tanpa paparan cairan, seperti ruangan yang digunakan untuk pemasangan akses sentral atau
prosedur mata, fasilitas dapat melakukan penilaian risiko dan mengklasifikasi ulang ruang
operasi sebagai area yang tidak basah.
GAMBAR 2-10 Luka bakar electrosurgical. Apabila jalur yang dimaksudkan terganggu, sirkuit dapat dilengkapi
melalui rute lain. Karena arus berfrekuensi tinggi, konduktor yang dapat dikenali tidaklah penting; kapasitansi
dapat melengkapi gap pada sirkuit. Arus yang mengalir melalui pasien ke kontak area kecil dapat menimbulkan
luka bakar. (Duk penutup kaki tidak akan memberikan proteksi pada situasi yang digambarkan). Keluaran
electrosurgical unit (ESU) yang terisolasi lebih kurang mungkin menimbulkan luka bakar pada titik ektopik
dibandingkan dengan ground-referenced ESU. Ground-referenced dalam konteks ini berlaku untuk keluaran ESU
dan tidak memiliki kaitan apapun dengan sistem daya terisolasi versus grounded. (Dimodifikasi dengan izin dari
Bruner J, Leonard PF. Electricity, Safety, and the Patient. St Louis, MO: Mosby Year Book; 1989.)
ESU yang lebih baru diisolasi dari tanah menggunakan prinsip yang sama seperti suplai
daya terisolasi (keluaran terisolasi versus ground-referenced unit). Karena lapisan
perlindungan kedua ini memberi ESU dengan suplai daya terisolasi mereka sendiri, monitor
saluran isolasi ruang operasi mungkin tidak mendeteksi adanya kesalahan listrik. Meskipun
beberapa ESU mampu mendeteksi kontak yang buruk antara elektroda balik dan pasien
dengan memantau impedansi, banyak unit yang lebih tua memicu alarm hanya jika elektroda
balik dicabut dari mesin. Elektroda bipolar membatasi propagasi arus ke beberapa milimeter,
sehingga menghilangkan kebutuhan elektroda balik. Karena interferensi pacemaker dan
elektrokardiogram mungkin terjadi, denyut atau suara jantung harus dipantau secara ketat
saat digunakan ESU apapun. Alat defibrilasi kardioversi implan otomatis mungkin perlu untuk
ditangguhkan jika ESU monopolar digunakan, dan setiap peralatan jantung yang diimplantasi
harus diperiksa setelah penggunaan ESU monopolar.
Situasi yang diklasifikasikan sebagai risiko tinggi untuk kebakaran saat prosedur operasi
adalah yang melibatkan sumber api yang terletak di dekat pengoksidasi. Kombinasi kimia
sederhana yang dibutuhkan untuk setiap kebakaran biasanya disebut sebagai trias kebakaran
atau segitiga kebakaran. Trias ini terdiri dari bahan bakar, oksidator, dan sumber pengapian
(panas). Tabel 2-2 mencantumkan kontributor potensial untuk kebakaran dan ledakan di
ruang operasi. Kebakaran saat prosedur operasi dapat dikelola dan mungkin dihindari
sepenuhnya dengan melibatkan pendidikan, latihan kebakaran, persiapan, pencegahan, dan
respon ke dalam program pendidikan yang diberikan kepada personil ruang operasi.
TABEL 2-2 Kontributor potensial terhadap kebakaran dan ledakan di ruang operasi.
Agen mudah terbakar (bahan bakar)
Larutan, aerosol, dan salep
Alkohol
Klorheksidin
Benzoin
Mastisol
Aseton
Produk petroleum
Penutup pembedahan (kertas dan kain)
Gaun bedah
Spons dan paket bedah
Benang dan pisau bedah
Produk plastik/polivinil klorida/lateks
Selang endotrakea
Masker
Kanula
Selang
Gas usus
Rambut
Gas yang mendukung kombustio (pengoksidasi)
Oksigen
Nitrogen oksida
Sumber api (panas)
Laser
Unit electrosurgical
Sumber lampu serat optik (ujung distal)
Bor dan burr
Defibrilator eksternal
PEMADAM API
Untuk kebakaran yang tidak terhalang oleh upaya awal, atau kebakaran dengan evakuasi yang
mungkin terhalang oleh lokasi atau intensitas api, penggunaan alat pemadam api portabel
diperlukan. Pemadam CO2 aman untuk kebakaran pada pasien di ruang operasi. CO2 mudah
menghilang, tidak beracun, dan saat digunakan dalam api yang sebenarnya tidak mungkin
mengakibatkan luka termal. FE-36, produk DuPont yang berharga lebih mahal, juga dapat
digunakan.
Alat pemadam kebakaran bernilai “A” mengandung air, membuat penggunaannya di
ruang operasi bermasalah karena banyaknya peralatan listrik. Pemadam api water mist (kabut
air) bernilai “AC” sangat bagus tapi membutuhkan waktu dan volume kabut yang cukup
banyak dalam beberapa kali upaya untuk memadamkan api. Selain itu, perangkat-perangkat
ini berukuran besar dan sulit untuk bermanuver. Keduanya dapat dibuat murah dalam sebuah
alat pemadam nonferromagnetik, menjadikan mereka pilihan terbaik untuk mengatasi
kebakaran yang melibatkan peralatan magnetic resonance imaging. Alat pemadam halon,
meskipun sangat efektif, telah dihapus karena kekhawatiran tentang penipisan lapisan ozon
dan karena atmosfer hipoksik yang dihasilkan untuk penyelamat. Halotron adalah pemadam
api jenis halon yang mungkin memiliki efek lebih sedikit pada lapisan ozon.
KEAMANAN LASER
Laser biasanya digunakan di ruang operasi dan area prosedur. Saat laser digunakan di saluran
napas atau untuk prosedur yang melibatkan leher dan wajah, kasus ini harus dianggap
berisiko tinggi untuk terjadinya kebakaran saat bedah dan dikelola seperti yang telah dibahas
sebelumnya. Jenis laser (CO2, neodymium yttrium aluminium garnet [NG: YAG], atau
potassium titanyl phosphate [KTP]), panjang gelombang, dan panjang fokus merupakan
pertimbangan penting untuk operasi laser medis yang aman. Tanpa informasi penting ini,
personil ruang operasi tidak dapat melindungi diri mereka atau pasien dengan baik dari
bahaya. Sebelum memulai operasi laser, perangkat laser harus berada di ruang operasi, tanda
peringatan harus dipasang di pintu, dan kacamata pelindung harus dikeluarkan. Penyedia
anestesi harus memastikan bahwa tanda dan kacamata peringatan sesuai dengan pelabelan
pada perangkat karena proteksi spesifik terhadap jenis laser. Standar dari The American
National Standards Institute (ANSI) menentukan bahwa perangkat kacamata dan laser harus
diberi label untuk panjang gelombang yang dipancarkan atau proteksi yang ditawarkan.
Beberapa laser oftalmologi dan laser pemindai vaskuler memiliki panjang fokus pendek
sehingga kacamata pelindung tidak diperlukan. Untuk perangkat lain, kacamata pelindung
harus dipakai oleh personil setiap saat selama penggunaan laser, dan pelindung mata berupa
kacamata atau penutup mata pelindung harus digunakan pada pasien.
Pemilihan selang endotrakea laser harus didasarkan pada jenis laser dan panjang
gelombang. Sisipan dan pelabelan produk untuk setiap jenis selang harus dibandingkan
dengan jenis laser yang digunakan. Selang berdiameter kurang dari 4,0 mm tidak kompatibel
dengan laser Nd: YAG atau argon, dan selang yang kompatibel dengan ND: YAG tidak tersedia
dalam ukuran setengah. Upaya untuk membungkus selang endotrakea konvensional dengan
foil harus dihindari. Metode kuno yang tidak disetujui oleh produsen maupun U.S. Food and
Drug Administration ini cenderung melanggar atau membongkar, dan tidak memberikan
perlindungan lengkap terhadap penetrasi laser. Sebagai alternatif, ventilasi jet tanpa selang
endotrakea dapat menawarkan penurunan risiko kebakaran saluran napas.
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA: MENCIPTAKAN BUDAYA KEAMANAN
DI RUANG OPERASI
Manajemen sumber daya manusia (SDM) dikembangkan di industri penerbangan untuk
mempromosikan kerja sama dalam tim dan untuk memungkinkan personil melakukan
intervensi atau meminta penyelidikan atas situasi yang dianggap tidak aman. Terdiri dari tujuh
prinsip, tujuannya adalah untuk menghindari kesalahan yang disebabkan oleh tindakan
manusia. Dalam model penerbangan, SDM memberi wewenang kepada awak pesawat untuk
mempertanyakan situasi yang jatuh di luar jangkauan praktik normal. Sebelum implementasi
manajemen SDM, anggota kru lain yang kapten punya sedikit atau tanpa masukan pada
operasi pesawat terbang Setelah manajemen SDM diluncurkan, siapa pun yang
mengidentifikasi masalah keamanan dapat mengambil langkah untuk memastikan
penyelesaian situasi yang memadai. Manfaat metode ini di ruang operasi sudah jelas,
mengingat potensi kesalahan mematikan yang akan dibuat.
Tujuh prinsip manajemen SDM adalah (1) kemampuan beradaptasi/fleksibilitas, (2)
ketegasan, (3) komunikasi, (4) pengambilan keputusan, (5) kepemimpinan, (6) analisis, dan
(7) kesadaran situasional. Kemampuan beradaptasi/fleksibilitas mengacu pada kemampuan
untuk mengubah tindakan saat informasi baru tersedia. Misalnya, jika pembuluh darah utama
secara tidak sengaja terpotong saat prosedur rutin, ahli anestesi harus menyadari bahwa
rencana anestesi telah berubah dan resusitasi volume harus dilakukan bahkan dengan adanya
kondisi medis yang biasanya mengkontraindikasikan pemberian cairan bervolume besar.
Ketegasan adalah kemauan dan kesiapan untuk secara aktif berpartisipasi, menyatakan,
dan mempertahankan suatu posisi sampai diyakinkan oleh fakta bahwa pilihan lain lebih baik;
hal ini membutuhkan inisiatif dan keberanian untuk bertindak. Misalnya, jika seorang ahli
bedah senior dan yang dihormati memberi tahu ahli anestesi bahwa stenosis aorta pasien
tidak menjadi masalah karena ini adalah kondisi kronis dan prosedurnya akan relatif cepat,
ahli anestesi harus berespon dengan menyuarakan kekhawatiran tentang manajemen pasien
dan tidak boleh melanjutkan sampai rencana anestesi dan bedah yang aman telah disepakati.
Komunikasi didefinisikan hanya sebagai pengiriman dan penerimaan informasi,
instruksi, atau perintah yang jelas dan akurat, dan memberikan umpan balik yang berguna.
Komunikasi adalah proses dua arah dan harus dilanjutkan secara berkelanjutan.
Pengambilan keputusan adalah kemampuan untuk menggunakan penilaian logis dan
menyuarakan penilaian untuk membuat keputusan berdasarkan informasi yang ada. Proses
pengambilan keputusan dilibatkan ketika seorang klinisi yang kurang berpengalaman mencari
saran dari dokter yang lebih berpengalaman atau ketika seseorang menolak keputusan klinis
penting karena kelelahan. Pengambilan keputusan yang baik didasarkan pada realisasi
keterbatasan pribadi.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan
kegiatan anggota kru lainnya dan untuk mendorong kru untuk bekerja sama sebagai satu tim.
Analisis mengacu pada kemampuan untuk mengembangkan rencana jangka pendek, jangka
panjang, danrencana cadangan, serta untuk mengkoordinasikan, mengalokasikan, dan
memantau awak dan sumber daya ruang operasi.
Prinsip terakhir dan terpenting adalah kesadaran situasional; artinya, keakuratan
persepsi seseorang terhadap lingkungan saat ini tercermin pada realitas. Di ruang operasi,
kurangnya kesadaran situasional dapat menghabiskan menit-menit berharga, seperti saat
pembacaan dari monitor (misalnya, kapnograf atau artery line) tiba-tiba berubah dan
operator memusatkan perhatian pada monitor dan bukan pada pasien, yang mungkin
memiliki emboli. Seseorang harus memutuskan apakah monitor benar dan pasiennya sakit
kritis atau monitor salah dan pasiennya berada dalam kondisi baik. Metode pemecahan
masalah yang digunakan harus mempertimbangkan kedua kemungkinan namun
mengeliminasi satu secara cepat. Dalam skenario ini, penglihatan terowongan bisa
mengakibatkan bencana. Selanjutnya, jika sampling line terlepas dan kapnograf
mengindikasikan CO2 akhir tidal yang rendah, temuan ini tidak mengeksklusi kemungkinan
bahwa pada saat bersamaan embol paru mungkin terjadi, mengakibatkan penurunan CO2
akhir tidal.
Jika semua anggota tim ruang operasi menerapkan tujuh prinsip ini, masalah yang
timbul dari faktor manusia hampir dapat dieliminasi seluruhnya. Budaya keselamatan juga
harus ada jika ruang operasi akan dijadikan tempat yang lebih aman. Tujuh prinsip ini tidak
berguna bila diterapkan pada lingkungan ruang operasi yang supresif. Siapa pun yang memiliki
kepedulian harus mampu berbicara tanpa rasa takut akan reperkusi. Bab 59 memberikan
diskusi lebih jauh dari hal-hal ini dan isu-isu lain terkait keselamatan pasien.
PERAN LEMBAGA AKREDITASI & BADAN REGULASI
Di Amerika Serikat, Centers for Medicare and Medicaid Services (CMS) mendorong banyak
kebijakan dan prosedur yang dimandatkan untuk dilakukan oleh fasilitas. Usaha untuk
menurunkan klaim yang menipu dan disparitas dalam tingkat perawatan termasuk keharusan
sertifikasi dari lembaga akreditasi seperti Joint Commission, Det Norske
Veritas/Germanischer Lloyd, dan lainnya.
Agen akreditasi ini memeriksa proses dan prosedur dan juga memastikan fasilitas
memiliki kebijakan yang sesuai dan bahwa kebijakan ini benar-benar dipatuhi. Prosesnya
mungkin melibatkan studi mandiri yang diajukan oleh fasilitas dan juga kunjungan lapangan
yang dilakukan oleh tim dari berbagai profesional medis yang memeriksa fasilitas, mengamati
operasi, dan membandingkan observasi dengan kebijakan dan studi mandiri.
Akreditor menggunakan undang-undang, kode, dan standar untuk menentukan apakah
suatu fasilitas melaksanakan perawatan sesuai dengan praktik terbaik saat ini. Penyedia
anestesi harus diberi tahu bahwa pedoman, rekomendasi, dan nasihat biasanya tidak boleh
digunakan oleh akreditor untuk menentukan praktik terbaik. Rekomendasi, nasihat, dan
pedoman membawa tingkat bukti yang lebih rendah daripada standar, dan seringkali
merupakan pendapat yang berpendidikan. Banyak lembaga akreditasi mempertahankan
kebijakan yang melarang penggunaan apa pun selain standar atau kode untuk menentukan
akreditasi. Fasilitas harus diingatkan bahwa kadang-kadang pengunjung tempat dapat
mengeluarkan kutipan secara tidak benar berdasarkan opini ini. Semua agen akreditasi
mempertahankan proses banding untuk kutipan, dan jika kutipan yang tampaknya tidak
beralasan dikeluarkan, administrator fasilitas mungkin ingin mempertimbangkan opsi ini.
Pengunjung tempat sering mengutip ahli anestesi untuk kereta anestesi yang tidak
terkunci dan mengenakan pakaian tertentu yang dianggap sebagai risiko infeksi. Namun,
kutipan ini sering dikeluarkan tanpa dasar. Berkenaan dengan kereta yang terkunci, penilaian
yang lebih tepat adalah apakah kereta anestesi aman. Karena sebagian besar kamar operasi
berada dalam ruangan yang dikendalikan akses, area ini dianggap sebagai area yang aman,
dan selama ruang operasi tidak dibiarkan tanpa pengawasan, skenario ini harus sesuai dengan
masalah keamanan terkait obat-obatan.
Mengenai pakaian ruang operasi, pengunjung tempat dapat merujuk rekomendasi
Association of Perioperative Registered Nurses (AORN) untuk pakaian ruang operasi, yang
membatasi pemakaian scrub dan jaket pribadi dan mengharuskan pakaian bedah dicuci di
fasilitas perawatan kesehatan. Namun, rekomendasi semacam itu hanyalah pendapat
profesional karena kurangnya bukti klinis. Jika studi yang tersedia menunjukkan hubungan
langsung antara pencucian di rumah sakit dan tingkat infeksi di titik pembedahan, maka hal
ini akan menjadi standar yang didukung oleh bukti dan bukan hanya rekomendasi. Organisasi
seperti American Society of Anesthesiologists (ASA) dan American College of Surgeons (ACS)
memiliki pernyataan posisional dan komite yang fokus untuk membantu klarifikasi ketika
mengakreditasi kutipan yang berkonflik dengan bukti klinis (atau ketiadaan bukti).
Kode dan peraturan bukanlah subyek terhadap pendapat seperti itu, dan kutipan
akreditasi yang berdasarkan konflik dengan kode atau peraturan biasanya valid. Namun, kode
dan peraturan secara teratur menjalani peninjauan ulang dan revisi, dan pengawas akreditasi
situs mungkin tidak menggunakan versi terbaru sebagai referensi.
Keselamatan paling baik didorong oleh budaya, dan upaya untuk mengatur perilaku
aman dengan hanya membuat kebijakan harus dihindari. Dengan asumsi bahwa petugas
kesehatan tidak berusaha untuk melakukan tindakan berbahaya, tetapi justru membantu
orang lain, banyak kesalahan atau pelanggaran keamanan kemungkinan disebabkan oleh
faktor-faktor seperti teknik yang buruk, tekanan produksi, proses yang tidak konsisten, atau
kombinasi dari semuanya ini. Perbaikan dan pemeriksaan desain serta perbaikan kesalahan
sistem jauh lebih efektif dalam mempromosikan keselamatan pasien dan tim ruang operasi
daripada membuat kebijakan.
Metodologi Lean
Banyak rumah sakit sedang mengeksplorasi metode dari penerapan metodologi lean ke
lingkungan bedah. Sistem pemeriksaan lean berusaha untuk menemukan dan menghilangkan
pemborosan dan kegiatan duplikat. Perusahaan yang paling terkenal untuk menerapkan
metodologi lean adalah Toyota, yang telah memberi merk sebuah sistem lean, Toyota
Production System (TPS), yang banyak sistem perawatan kesehatan gabungkan ke dalam
pengaturan perioperatif mereka. TPS berpusat pada tiga konsep: muda, muri, dan mura.
Muda (dari bahasa Jepang untuk "limbah") dibuat oleh muri dan mura. Muri adalah limbah
yang diciptakan oleh beban yang berlebihan dan tekanan produksi, dan mura adalah limbah
yang dihasilkan oleh pola kerja yang tidak merata atau kurangnya penyamarataan beban.
TPS juga memasukkan sebuah set dari lima proses, disebut sebagai 5S, ke dalam usaha
pengembangan. Proses-proses kunci ini, yang dimulai dengan huruf “S” pada bahasa asli
Jepang, telah diterjemahkan menjadi kata-kata S bersinonim dalam bahasa inggris.
Sort – Eliminasi kelebihan, buang benda yang tidak digunakan, buang barang yang tidak
diperlukan atau diinginkan.
Set in order – Susun benda yang digunakan untuk pemilihan yang mudah dan dalam cara
yang terorganisir. Buat alur kerja yang lebih mudah dan natural.
Shine – Tempat kerja haruslah bersih.
Standardize – Tempat kerja harus serupa dan variabilitas harus dikurangi atau dieliminasi.
Setiap proses harus memiliki standar.
Sustain – Kerja harus didorong oleh tujuan; tidak ada seseorang yang harus diberitahu
untuk bekerja, namun seluruh orang seharusnya bekerja tanpa bertanya.
Dengan eliminasi limbah dan aplikasi metode 5S, operasi harian harus menjadi lebih
aman, terstandarisasi, dan lebih efisien.
DISKUSI KASUS
Monitoring Perawatan Anestesi Termonitor dengan Suplementasi Oksigen
Anda diminta untuk memberikan perawatan anestesi yang dimonitor untuk pasien yang
menjalani pengangkatan lesi di pipi. Pasien tersebut sangatlah obesitas dan memiliki riwayat
apnea tidur. Dia menyatakan, "Ini mengganggu saya ketika orang-orang bekerja di wajah saya,"
dan menunjukkan bahwa dia tidak ingin mengingat apapun tentang operasi tersebut. Dokter
bedah memastikan bahwa prosedur tidak akan berlangsung lebih dari 5 menit. Pasangan pasien
mengatakan bahwa mereka berasal dari luar kota dan telah membuat rencana penerbangan
untuk segera pulang segera setelah prosedur tersebut dilakukan.
Apa ciri dari kasus ini yang menunjukkan risiko tinggi untuk kebakaran saat pembedahan?
Pasien dengan riwayat klinis apnea tidur obstruktif biasanya memiliki sensitivitas terhadap
obat penenang, terutama opioid. Pemberian opioid bahkan dalam dosis kecil dapat menyebabkan
obstruksi saluran napas bagian atas dan hipoventilasi, mengakibatkan hiperkapnia dan hipoksemia.
Pada pasien obesitas, obstruksi saluran napas atas, hipoventilasi, dan penurunan kapasitas
cadangan fungsional dapat menyebabkan desaturasi oksigen yang cepat. Kebanyakan pemberi
anestesi berespon dengan meningkatkan jumlah tambahan oksigen yang dihantarkan melalui
masker wajah dan nasal kanul. Penghantaran oksigen secara terbuka dalam konsentrasi lebih dari
30% adalah salah satu elemen dari trias kebakaran. Pertimbangan lainnya adalah lokasi anatomis
prosedur. Lokasi di atas prosesus xiphoid pada pasien ini akan menempatkan sumber api (apabila
digunakan) dalam jarak yang dekat terhadap penghantaran terbuka pengoksidasi.
Adakah kekhawatiran terkait pengelolaan jalan napas atau pemilihan perangkat penghantaran?
Seperti yang dibahas sebelumnya, pasien cenderung menampakkan perubahan saluran napas yang
terkait dengan apnea tidur obstruktif dan obesitas. Pemilihan alat penghantaran harus
mempertimbangkan kebutuhan untuk mencegah penghantaran oksigen secara terbuka.
Apakah harapan pasien untuk keluar dari rumah sakit segera setelah prosedur mempengaruhi
rencana anestesi anda?
Harapan masa pemulihan yang dipercepat mungkin tidak layak jika pasien memerlukan anestesi
umum atau sejumlah besar opioid. American Society of Anesthesiologists (ASA) telah menerbitkan
sebuah saran praktik yang memberikan arahan untuk penilaian postoperatif yang aman dan
pelepasan pasien dengan apnea tidur obstruktif. Lihat www.asahq.org.
WEB SITE
American National Standards Institute adalah sumber referensi untuk standar laser dan banyak standar protektif
yang dibuat lainnya. http://www.ansi.org
Anesthesia Patient Safety Foundation menyediakan sumber dan newsletter yang mendiskusikan isu keamanan
penting dalam anestesi. Web site ini juga mengandung link untuk melihat atau meminta video Prevention
and Management of Operating Room Fires, yang merupakan sumber yang sangat baik untuk memperoleh
informasi mengenai risiko dan pencegahan kebakaran saat bedah. http://www.apsf.org
Web site The American Society of Anesthesiologists (ASA) mengandung parameter dan nasihat praktik ASA.
Banyak yang terpusat di sekitar isu keselamatan pasien dan seluruhnya dapat diprint untuk ditinjau ulang.
http://www.asahq.org
Compressed Gas Association dan web sitenya didedikasikan untuk pengembangan dan promosi standar
keamanan dan praktik aman dalam industri gas industrial. http://www.cganet.com
ECRI (dahulu the Emergency Care Research Institute) adalah lembaga penelitian layanan kesehatan non-profit
independen yang berfokus pada teknologi layanan kesehatan, risiko dan manajemen kualitas layanan
kesehatan, dan manajemen lingkungan layanan kesehatan. http://www.ecri.org
U.S. Food and Drug Administration (FDA) memiliki web site yang luas yang membahas banyak kategori luas. Dua
divisi utama membahas keselamatan pasien: Center for Devices and Radiological Health (CDRH), yang
meregulasi dan mengevaluasi peralatan medis, dan Center for Drug Evaluation and Research (CDER), yang
meregulasi dan mengevaluasi obat-obatan. http://www.fda.org
National Fire Protection Association (NPFA) memiliki web site dengan katalog publikasi pada isu keamanan api,
listrik, dan bangunan. Beberapa area memerlukan subskripsi untuk akses. http://www.nfpa.org
Patient Safety Authority menyimpan data yang diperoleh dari pelaporan wajib insiden bahaya atau mendekati
bahaya di negara bagian Pennsylvania. Beberapa data seperti data kebakaran saat bedah dapat
diekstrapolasi untuk menentukan kemungkinan insidensi untuk seluruh Amerika Serikat.
http://patientsafetyauthority.org
Web site Virtual Anesthesia Machine memiliki banyak modul interaktif untuk memfasilitasi pemahaman dari
banyak proses dan peralatan. SItus ini, yang mengandung ilustrasi dan animasi grafis berkualitas tinggi,
membutuhkan registrasi gratis. http://vam.anest.ufl.edu/
Society of American Gastrointestinal and Endoscopic Surgeons (SAGES) telah membuat program edukasi,
Fundamental Use of Surgical Energy (FUSE) yang merupakan program edukasional dan sertifikasi untuk
seluruh personel bedah. Kandungan edukasional (sampai 2018) tersedia tanpa biaya, dan sertifikasi serta
proses pendidikan yang berkelanjutan tersedia untuk biaya yang masuk akal. Pelatihan meliputi seluruh
jenis unit bedah listrik di ruang operasi dan membuat rekomendasi untuk penggunaan unit yang tepat
dan langkah-langkah keamanan. http://www.fuseprogram.org/