Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah keperawatan anak
semester genap 2019
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Ucapan terimakasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen dan teman –
teman yang banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari didalam penyusuhan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa
maupun hal pengkonsilidasian.
Oleh karena itu kami minta maaf atas ketidak sempurnaannya dan juga
memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat
karya tulis ini. Harapan kami mudah – mudahan apa yang kami susun bisa
memberikan manfaat untuk diri sendiri ,teman – teman serta orang lain.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................30
B. Saran ............................................................................................................30
Daftar Pustaka ....................................................................................................31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi merupakan bagian dari proses kehidupan dan proses tumbuh kembang
anak, sehingga pemenuhan kebutuhan gizi secara adekuat turut menentukan
kualitas tumbuh kembang, sebagai sumber daya manusia dimasa datang.
Peranan gizi dalam proses penyembuhan penyakit menjadi sangat penting pada
masa sekarang ini, karena berdasarkan data-data yang ada sekitar 30% dari
pasien yang dirawat dirumah sakit mengalami penurunan berat badan. Angka
yang terungkap diatas membangkitkan minat para ahli gizi dan dokter untuk
lebih memperhatikan status gizi orang sakit pada umumnya.
Konsumsi makanan yang adekuat perlu dijaga selalu pada anak sakit, karena
kita tahu pada anak yang sakit sering nafsu makannya sendiri, dan anak tidak
mau makan karena masalah hambatan psikis, anoreksia, masalah-masalah
saluran cerna, dan lain sebagaiannya. Jadi tujuan kita memberikan diit pada
anak sakit adalah untuk menjaga agar anak tetap mengkomsumsi makanan
dengan baik berdasarkan alsan-alasan agar anak tetap mengkomsumsi makanan
dengan baik berdasarkan pada alasan-alasan tersebut. Berbagai pertimbangan
dari segi gizi diperlukan, agar tercapai harapan diatas antara lain: jumlah
hidangan yang dimakan, kualitas termasuk susunan makanan, nilai gizinya,
bentuk dan cara menyajikan serta cara memberikannya sehingga sedapat
mungkin mempertahankan tumbuh kembang anak secara optimal.
1
yang diderita anak sehingga faktor tersebut harus mendapat perhatian dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak. (Solihin Pudjiadi, 2001).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari malnutrisi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana analisa kasus dari malnutrisi.
2
BAB II
ANALISIS KASUS
Kasus pemicu 3
Seorang anak, laki-laki berusia 3 tahun, dibawa oleh ibu kerumah sakit karena
sudah 1 minggu anak tidak mau makan dan semakin hari berat badan anak semakin
berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan BB anak adalah 10 kg sedangkan BB
standar usia 3 tahun 16kg. Terdapat edema palpebra dan asites pada abdomen pada
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar albumin 2gr/dl.
c. Apa tanda dan gejala yang terlihat pada anak dan masalah nutrisi lainnya,
jelaskan patofisiologinya dengan menggunakan WOC!
f. Rumuskan masalah keperawatan yang muncul pada anak dan buat analisa
datanya!
Do :
3
a. Selama 1 minggu anak tidak mau makan
b. BB anak 10 kg (Normalnya untuk usia 3 tahun BB 16 kg)
c. Edema palpebral
d. Asites abdomen
e. Kadar albumin 2 gr/dl (normal 4-5,8 gr/dl)
Ds : (Tidak Ada)
JAWABAN :
A. 1. Masalah yang dialami anak yaitu malnutrisi. Karena malnutrisi itu sendiri
adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, atau
keadaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan diantara pengambilan
makanan dengan kebutuhan gizi tubuh. Sesuai dengan kasus pemicu, anak
dikatakan bahwa anak sudah selama satu minggu tidak mau makan, sehingga
anak mengalami tidak mendapat asupan gizi yang cukup.
B. Penyebab anak mengalami masalah tersebut karena seuai dengan kasus pemicu
anak tidak mau makan selama 1 minggu sehingga menyebabkan BB anak yang
berumur 3 tahun hanya 10 kg sedangkan normalnya pada usia 3 tahun BB anak
seharusnya 16 kg.
4
3. Edema ringan (Anak mengalami edema palpebral pada mata)
4. Gangguan gastrointestinal : anoreksia karena pada kasus anak sudah 1
minggu tidak mau makan.
5. Saat di inspeksi anak mengalami asites abdomen
6. Kadar albumin pada anak hanya 2 gr/dl
Masalah Nutrisi lainya pada anak yaitu Kwashiorkor dimana anak mengalami
malnutrisi protein sehingga membuat palpebral anak mengalami edema
5
D. Penatalaksanaan medis pada anak
6
makanan yang mengandung protein 3-4 gram/kgbb/hari dan 160 – 175 Kalori/kgbb/
hari. Antibiotik diberikan bila terdapat infeksi sebagai penyakit penyerta.
a. Identitas pasien
1. Nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Agama
5. Suku/bangsa
6. pendidikan
7. Pekerjaan
8. Pendapatan
9. Alamat
b. Riwayat kesehatan
2. Riwayat kesehatan masalalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah
menderita malnutrisi
3. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada diantara keluarga yang mengalami
penyakit serupa atau memicu
7
4. Riwayat psikososial, spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial, ketaatan
beribadah, kepercayaan.
e. Pengkajian antropometri
analisa data : Seorang anak, laki-laki berusia 3 tahun sudah 1 minggu anak tidak
mau makan
8
G. Intervensi sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul pada anak
No DX NOC NIC
Monitoring Nutrisi
Aktivitas :
9
3. Monitor kadar albumin,
protein, HB dan kadar HT
10
14. Monitor BB
11
Kasus pemicu 2
Pertanyaan kasus:
Penyelesaian Kasus :
a. Masalah yang dialami oleh anak tersebut adalah Demam Typoid. Karena sesuai
dengan teori, demam typhoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Demam typhoid
merupakan suatu penyakit inflamasi usus yang disebabkan oleh bakteri atau
12
kuman gram negatif salmonela thypi yang sering dihubungkan dengan status
sosial ekonomi rendah dan kurangnya kebersihan. Dan sesuai teori tersebut,
anak tersebut sudah demam selama 2 minggu, anak juga mengeluh mual dan
kadang-kadang muntah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan lidah kotor.
b. Penyebab anak mengalami masalah tersebut adalah : salmonella thypi atau
Paratyphi A, Paratyphi B. Karena dari kasus pada pemeriksaan fisik ditemukan
lidah kotor.
c. Patofisiologis penyakit pada anak dalam kasus tersebut adalah Kuman masuk
kedalam saluran pencernaan melalui makanan/minuman yang mengandung
salmonella thypi. Kuman masuk melewati lambung dan mencapai usus halus
(ileum). Kuman kemudian menembus dinding usus halus dan masuk ke folikel
limfoid usus halus (plaque peyeri). Kuman ikut dalam aliran limfe mesenterial
ke dalam sirkulasi darah (bakterimia primer) dan mencapai jaringan RES
(hepar, lien, sumsum tulang untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami
bakterimia kedua, kuman menyebar ke organ lain (intra dan ekstra intestinal)
melalui sirkulasi darah. Masa inkubasi adalah 10-14 hari (Sastroasmoro. dkk,
2007).
d. Tanda dan gejala khas pada anak yaitu:
1. Demam sudah dua minggu.
2. Mual dan muntah.
3. Lidah kotor.
4. Hepar teraba 1cm dibawah arcus kostarum
5. Anak apatis.
6. Napas cepat daan dangkal 40x / menit
7. Suhu tinggi pada sore dan malam hari 38,7°C
8. Nadi 120x/ menit.
9. Tekanan darah menurun 90/70 mmHg
10. Kulit teraba hangat dan kemerahan (rose spot)
e. Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan :
1. Pemeriksaan darah tepi.
Anemia, pada umumnya terjadi krena supresi sumsum tulang, defisiensi
besi dan perdarahan usus.
13
Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/μl.
Limfosistosis relatif.
Trombositopenia terutama pada demam tifoid berat.
2. Pemeriksaan bakteriogis dengan isolasi dan biakan kuman.
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan
bakteri S. typhi dalam biakan dari darah terutama pada minggu 1-2 dari
perjalanan penyakit. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri
akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal
penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya dapat ditemukan juga dalam
urine dan feses.
3. Uji serologis
Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini
meliputi : (1) uji Widal
(2) tes TUBEX®
(3) metode enzyme immunoassay (EIA)
(4) metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
4. Pemeriksaan kuman secara molekuler
Metode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah
mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhi dalam darah
dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara
polymerase chain reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang
spesifik untuk S. Typhi.
f. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada anak tersebut:
Antipiretik bila suhu tubuh > 38,3°C. kartikosteroid dianjurkan pada
demam tifoid berat.
Kloramfenikol : 50-100mg/kg BB/hari, oral atau IV, dibagi dalam 4
dosis selama 10-14 hari, tidak dianjurkan pada leukosit < 2000/μl, dosis
maksimal 2g/hari.
Amoksisilin 150-200mg/kgBB/hari, oral atau IV selama 14 hari.
Sefriakson 20-80mg/kgBB/hari selama 5-10 hari.
g. Prognosis dan komplikasi dari penyakit anak tersebut:
14
Prognosis demam tifoid tergantung tepatnya terapi, usia, keadaan
kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Karena keterlambatan
diagnosis, perawatan, dan pengobatan, akan muncul komplikasi seperti
perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis,
dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Prognosis juga menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis
yang berat seperti :
1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinu
2. Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau delirium
3. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)
h. Hal yang perlu dikaji pada anak :
1. RKS; klien mengeluh tidak enak badan, letih, nyeri kepala, bibir pecah-
pecah, tidak nafsu makan, nyeri kepala, demam terutama sore/ malam
hari.
2. RKD; riwayat sakit saluran cerna.
3. RKK; riwayat keluarga menderita typoid, higiene keluarga jelek
4. Pemeriksaan Fisik:
Mata cekung
Mulut; bibir kering dan pecah-pecah, lidah berselapu/kotor
Abdomen ; distensi abdomen, nyeri tekan, splenomegali,
hepatomegali
Integumen ; rose spot
5. Keadaan umum
6. Tingkat kesdaran: menurun
7. TTV: suhu meningkat, nafas cepat dangkal, nadi bradikardi relatif, TD
normal/menurun
8. Pengkajian sistem tubuh
9. Ekstremitas; kekuatan otot menurun, kelemahan
i. Rumusan masalah, intervensi, criteria hasil keperawatan yang muncul
pada anak:
15
DIAGNOSA NOC NIC
NANDA
1. Hipertermia : 1. Termogulasi 1. Perawatan demam
suhu inti tubuh Indicator: Aktivitas:
diatas kisara a. Tingkat pernapasan a. Pantau suhu dan tanda –
normal diurnal b. Penurunan suhu tanda vital lainnya.
karena kegagalan tubuh. b. Monitor asupan dan
termogulasi. c. Hipertermia keluaran, sadari
d/d : d. Perubahan warna perubahan kehilangan
a. Kulit kulit cairan yang tidak
kemerahan e. Melaporkan dirasakan.
b. Kulit terasa kenyamanan suhu c. Monitor warna kulit dan
hangat tubuh suhu.
c. Takikardia 2. Tanda – tanda d. Tutup pasien dengan
d. Takipnea vital selimut atau pakaian
b/d: a. Suhu tubuh ringan, tergantung fase
a. Penyakit b. Tingkat pernapasan demam.
b. Peningkatan c. Tekanan darah e. Pantau komplikasi –
laju sistolik. komplikasi yang
metabolisme d. Tekanan nadi berhubungan dengan
demam serta tanda dan
gejala kondisi penyebab
demam.
f. Tingkatkan sirkulasi
udara.
2. Pengaturan suhu
Aktivitas:
a. Monitor suhu paling tidak
2 jam sesuai kebutuhan.
16
b. Pasang alat monitor inti
suhu secara kontinu,
sesuai kebutuhan.
c. Monitor tekanan darah,
nadi, dan respirasi sesuai
kebutuhan.
d. Monitor suhu dan warna
kulit.
e. Monitor dan laporkan
adanya tanda dan gejala
dari hipotermia.
2. Ketidakefektif 1. Status pernapasan 1. Manajemen jalan
an pola napas : Indicator: napas
inspirasi dan/ a. Frekuensi Aktivitas:
tidak ekspirasi pernapasan. a. Buka jalan napas dengan
yang tidak b. Irama pernapsan teknik chin lift atau jaw
memberi c. Kedalaman inspirasi trust sebagaimana
inspirasi d. Kepatenan jalan mestinya.
adekuat. napas. b. Posisiskan pasien untuk
d/d : memaksimalkan ventilasi.
pola c. Lakukan fisioterapi dada
pernapasan sebagaimana mestinya.
abnormal d. Auskultasi suara napas,
(kecepatan, catat area yang
irama, ventilasinya menurun atau
kedalama) tidak ada atau adanya
Takikardia suara tambahan.
2. Monitor pernafasan
Aktivitas:
a. Monitor kepatenan,
irama, kedalaman, dan
kesulitan bernafas.
17
b. Catat pergerakan dada,
catat ketidak simetrisan,
penggunaan otot – otot
bantu nafas, dan retraksi
pada orot supraklavikulas
dan intrakosta.
c. Monitor suara napas
tambanhan seperti ngorok
atau mengi,
d. Monitor ola nafas.
e. Auskultasi suara nafas,
catat area dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan sura nafas
tambahan.
3. Resiko 1. Keparahan mual 1. Pantauan elektrolit.
ketidakseimba dan muntah a. Monitor serum elektrolit
ngan elektrolit a. Frekuensi mual b. monitor
: kerentanan b. Intensitas mual ketidakseimbangan asam
mengalami c. Frekuensi muntah basa.
perubahan d. Intensitas muntah c. Identifikasi kemungkinan
kadar 2. Keseimbangan penyebab
elektrolit cairan ketidakseimbangan
serum, yang a. Tekanan darah elektrolit.
dapat b. Denyut nadi radial d. Kenali dan laporkan
mengganggu c. Keseimbangan intake adanya
kesehatan. dan output dalam 24 ketidakseimbangan
Factor resiko: muntah jam elektrolit.
e. Monitor adanya
kehilangan cairan dan
elektrolit bila diperlukan.
18
2. Manajemen mual
a. Dorong pasien untuk
memantau pengalaman
diri terhadap mual.
b. Dorong pasien untuk
memantau pengalaman
diri terhadap mual.
c. Evaluasi dampak dari
pengalaman mual pada
kualitas hidup.
d. Identifikasi factor – factor
yang dapat menyebabkan
atau berkontribusi
terhadap mual.
e. Identifikasi strategi yang
sudah berhasil dilakukan
dalam upaya mengurangi
mual.
3. Manajemen muntah
a. Dapatkan riwayat lengkap
perawatan sebelumnya.
b. Dapatkan riwayat
makanan seperti makanan
yang disukai, yang tidak
disukai, dan preferensi
makan yang sesuai
budaya.
c. Identifikasi factor- fakto
yang apat menyebabkan
atau berkontribusi
terhadap muntah.
19
d. Kendalikan factor – factor
lingkungan yang mungkin
membangkitkan
keinginan untuk muntah.
e. Berikan dukungan fisik
selama muntah.
Kasus Pemicu 1
20
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan
gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan
oleh ketidak seimbangan di antara pengambilan makanan dengan
kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan.
Obesitas ialah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang
berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh. Sering dihubungkan dengan
overweigh (kelebihan berat badan), walaupun tidak selalu identik, oleh
karena obesitas mempunyai ciri-ciri tersendiri.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga
dapat di pertanggung jawabkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Suryani, Eko dan Atik Ba’diah. 2000. Asuhan Keperawatan Anak Sehat
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
23