Sap Penyuluhan I'18 Anak-1
Sap Penyuluhan I'18 Anak-1
DENGAN HIV/AIDS
DI PUSKESMAS ALAI PADANG
Oleh :
Topik : HIV/AIDS
Pokok Bahasan :HIV dalam kehamilan dan pencegahan penularannya
Sasaran : Pasien di Puskesmas Alai Padang
Tempat : Puskesmas Alai Padang
Waktu : Kamis, 28 Maret 2019
Alokasi waktu : 25 menit (10.00-10.25 WIB)
Metode : Ceramah dan Tanya jawab
Media : Power Point dan Leaflet
A. Latar Belakang
Sejumlah gangguan dapat menimbulkan perubahan yang sangat besar
dalam sistem kekebalan tubuh yang kerap kali bisa mengakibatkan kematian.
Gangguan paling serius adalah keadaan yang menekan imunitas secara total,
seperti penyakit imunodefisiensi campuran yang berat. Akan tetapi, penyakit
yang paling menimbulkan kekhawatiran di dalam keluarga maupun
masyarakat secara luas adalah infeksi HIV (human immunodeficiency virus)
atau penyakit AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).
Infeksi HIV/AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981
pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahum 1983. Enam
tahun kemudian (1989), AIDS sudah termasuk penyakit yang mengancam
anak di Amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih
dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik,
karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat
satu agen infeksius.
AIDS (Aquired Immunodificiency Syndrom) merupakan kumpulan gejala
akibat melemahnya daya tahan tubuh sebagai akibat dari infeksi virus HIV.
Virus ini mempunyai sistem kerja menyerang jenis sel darah putih yang
menangkal infeksi. Sehingga pada orang yang HIV/AIDS akan mudah
terserang infeksi atau virus dari luar.
B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan,peserta diharapkan mampu memahami
tentang HIV/AIDSpada ibu dan anak
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan, keluarga mampu untuk:
a. Peserta dapat menjelaskan pengertian HIV
b. Peserta dapat menjelaskan penyebab HIV
c. Peserta dapat menjelaskan tanda dan gejala HIV
d. Peserta dapat menjelaskan cara penularan HIV dari ibu ke anak
e. Peserta dapat menjelaskan penatalaksanaan HIV
f. Peserta dapat menjelaskan pencegahan HIV
1 Fase Orientasi
• Memberikan salam dan • Menjawab salam 5 menit Moderator
memperkenalkan semua
anggota kelompok dan
pembimbing
2 Fase Kerja
Melakukan evaluasi dan Menjawab 15 menit Presentator
validasi terkait topik yang pertanyaan . & fasilitator
akan di berikan.
diberikan kegiatan
Moderator
• Memberikan
• Menerima
reinforcement positif
reinforcement positif
kepada peserta
Moderator
• Menyimpulkan
• Mendengarkan dan
materi penyuluhan
memperhatikan
• Memberikan
kesempatan pada Moderator
pembimbing untuk • Mendengarkan dan
Keterangan :
: Moderator
: Fasilitator
: keluarga pasien
: Presentator
: Observer
: Pembimbing
F. PENGORGANISASIAN
a. Pembagian Tugas
1. Pembimbing : Ns. Hermalinda,Sp.kep.A
Ns.Pevita Pearce, S. Kep
Riantika Ervina
Elsy Sovienty
Irene Pradita
Ira Angraini
Suci Meilisya
Ingga Afriona
Zilla Hanifia
5. Observer : Annisa
b. Rincian Tugas/Peran
1. Peran Moderator
a. Membuka acara.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menyampaikan topik dan tujun penyuluhan.
d. Menetapkan tata tertib acara penyuluhan.
e. Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
f. Kontrak bahasa yang digunakan
g. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
h. Mengevaluasi pengetahuan peserta tentang HIV/AIDS
i. Memberikan Memberikan reinforcemen positif kepada peserta
j. Memberikan kesempatan kepada pembimbing untuk menambahkan
materi terkait topik penyuluhan
k. Menutup acara.
2. Peran Presentator
a. Menggali pengetahuan pasien tentang topik penyuluhan yang akan di
berikan.
b. Menjelaskan materi penyuluhan
c. Menjalin interaksi dengan peserta penyuluhan
d. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
e. Memberikan reinforcemen positif kepada peserta
f. Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan.
3. Peran Fasilitator
a. Mengajak peserta untuk berpatisipasi
b. Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
penyuluhan.
c. Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan.
4. Peran Observer
a. Mengamati jalannya kegiatan.
b. Mengevaluasi kegiatan.
E. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Fasilitator mengajak peserta untuk mengikuti penyuluhan
2. Presentator mempersiapkan metode, media yang akan dipakai
3. Peserta dan presentator datang tepat waktu dan pada tempat yang telah
ditentukan
4. Acara dimulai dan berakhir tepat waktu
b. Evaluasi Proses
1. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir
2. Presentator menguasai materi yang di berikan
3. Presentator menjalin interaksi dengan peserta
4. Fasilitator mampu memotivasi peserta untuk bertanya
5. Peserta mampu memahami dan menjelaskan kembali:
a. Pengertian HIV
b. Penyebab HIV
c. Tanda dan gejala HIV
d. Cara penularan HIV dari ibu ke anak
e. Penatalaksanaan HIV
f. Pencegahan HIV
6. Peserta mengajukan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan
benar
7. Peserta mengikuti acara dengan antusias.
c. Evaluasi Hasil
Penyuluhan dikatakan berhasil jika lebih dari 70% peserta
menghadiri kegiatan penyuluhan
Penyuluhan dikatakan berhasil jika lebih dari 70% peserta
mampu mengerti dan menjawab pertanyaan dari penyuluh.
E. Materi (terlampir)
F. Daftar Pustaka
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian HIV
HIV atau Human Immunedeficiency Virus adalah virus yang
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih sehingga dapat
merusak kekebalan tubuh manusia. HIV adalah adalah virus yang menyerang
kekebalan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan
kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh
virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakan
sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired: didapat, bukan penyakit keturunan
Immune : sistem kekebalan tubuh
Deficiency: kekurangan
Syndrome : kumpulan gejala-gejala penyakit.
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus
yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV)
(Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).
Sedangkan di dalam kamus kedokteran Dorlan (2002), menyebutkan
bahwa AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang
disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai
depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu,
termasuk pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena,
penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan
seksual dari individu yang terinfeksi virus tersebut.
2. Penyebab HIV
Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ;
a. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan
seksual). (WHO,2003)
b. Hubungan seksual yang bergantiganti pasangan
c. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai
alat suntik.
d. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu
berhubungan kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV.
e. Orang yang melakukan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi
HfV, berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar melalui
transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi.
5. Penatalaksanaan
The American College of Obstetricians and Gynaecologists (AGOG) dan
USPHS menganjurkan konseling, edukasi dan Uji saring HIV sebagai bagian
perawatan antepartum yang dilakukan secara rutin dan sukarela oleh ibu
hamil dengan risiko tinggi infeksi HIV dan ibu hamil dengan HIVIAIDS
(IHDHA). Dalam konseling dan edukasi, perlu dukungan psikososial ibu
supaya tidak takut dan percaya diri mengenai status HIV dan kehamilannya,
tentang perjalanan alami HIV, cara penularan dan pencegahan perinatal
serta keuntungan pemberian ARV bagi ibu dan janin/bayi.
Antiretrovirus (ARV)
Pemberian kombinasi ARV merupakan penatalaksanaan baku IHDHA tanpa
memandang status kehamilan, sama seperti pemberian ARV pada ODHA
karena telah dipertimbangkan farmakokinetiknya dan tidak terbukti
membberikan efek teratogenik pada janin dan bayi jika diberikan setelah
umur kehamilan 14 minggu. Pada pencegahan penularan HIV perinatal
(PHP), baik ACOG maupun WHO menganjurkan kombinasi ARV untuk
menekan replikasi virus secara cepat sampai batas yang tidak dapat
dideteksi; sehingga diharapkan PHP, tidak terjadi, mengurangi kejadian
resistensi dan memberi kesempatan perbaikan imunitas ibu.
Pemberian kombinasi ARV mulai diberikan pada IHDHA yang memiliki
CD4 < 500/mm atau kepadatan virus > 10.000/ml dengan atau tanpa gejala
klinis; sedangkan pemberian ZDV tunggal dapat dilakukan jika CD4>
500/mm dan kepadatan virus 4 000 - l0.000/ml dengan dosis 100 mg 5 kali
sehari yang dimulai setelah trimester I sampai masa persalinan. Pada saat
mulai persalinan (kala I), ZDV diberikan secara intravena 2 mg/kg BB
dalam I jam, dan diteruskan I ml/kg BB/jam sampai pengikatan tali pusat
bayi; kemudian diikuti dengan pemberian ZDV oral pada bayi setelah
berumur 12 jam dengan dosis 2 ml/kg BB/6 jam selama 6 minggu. Semua
ARV diberikan setelah trimester I (14 minggu umur kehamilan) untuk
menghindari beberapa efek teratogenik. Namun, jika ibu sedang menjalani
pengobatan ARV dan kemudian hamil, pengobatan tersebut dilanjutkan
sebab penghentian, ARV akan mengakibatkan rebound pheno-menon jumlah
virus. Pada beberapa penelitian berskala besar, ZDV terbukti menurunkan
PHP dari 22,6% menjadi 7,6% jlka diberikan selama antepartum,
intrapartum dan postpartum. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna
pada efek samping dan toksisitas ZDV dibandingkan plasebo, kecuali
anemia pada bayi yang hilang setelah ZDV dihentikan; sedangkan kelainan
kongenital tidak lebih tinggi dari populasi umum. Oleh sebab itu, ADV
sebaiknya ada pada setiap regimen kombinasi karena terbukti menurunkan
PHP. Sekarang sedang dilakukan penelitian penggunaan ZDV oral jangka
pendek untuk mencegah PHP. Jika berhasil dan dapat dijadikan protokol,
diharapkan akan menurunkan kejadian PHP lebih banyak lagi; mengingat
biaya lebih murah, kepatuhan lebih tinggi dan jangkauan lebih luas
dibandingkan dengan penggunaan ZDV jangka panj ang. Penelitian di
Afrika oleh Wiktor dkk dan Dabis dkk serta di Thailand oleh Shafter dkk,
pemberian ZDV jangka pendek memperlihatkan penurunan PHP 38-50%
walaupun air susu ibu masih tetap diberikan. Di sini, ZDV oral baru
diberikan pada umur kehamilan 36 minggu dengan dosis 300 mg 2 kali
sehari sampai masa persalinan (kala I), kemudian 300 mg 3 jam sekali dari
kala I sampai kala IV dan diteruskan dengan 300 mg 2 kali sehari selama 7
hari postpartum; sedangkan bayi diberikan ZDV oral setelah berumur 12
jam dengan dosis 2 ml/kg BB/6 jam selama 6 minggu
6. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga
cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan
setelah persalinan. Cara tersebut yaitu:
a. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan, dan
untuk bayi yang baru dilahirkan.
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah
sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang
efektif untuk menularkan HIV. Resiko penularan akan sangat rendah (1-
2%) apabila terapi ARV ini dipakai. Namun jika ibu tidak memakai ARV
sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat mengurangi
separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan,
dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet
nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi
diberi pada bayi 2-3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan
AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen.
Namun, resistensi terhadap nevirapine dapat muncul pada hingga 20
persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini
mengurangi keberhasilan ARV yang dipakai kemudian oleh ibu.
Resistansi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui.
Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara
berkembang.
b. Penanganan obstetrik selama persalinan
Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio
caesaria karena metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV
dari ibu ke bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan
penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai
87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai resiko
karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat
penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio
caesaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faklor
lain.
c. Penatalaksanaan selama menyusui
Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk
bayi dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian,
didapatkan bahwa + 14% bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang
terinfeksi. Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang
mempunyai perilaku berisiko, sehingga diharapkan pasangan seksual
dapat melindungi dirinya sendiri maupun pasangannya. Adapun caranya
adalah :
A: Anda jauhi hubungan seks
B : Bersikap saling setia dengan pasangan
C: Cegah dengan memakai kondom setiap melakukan hubungan
D: Dihindari pemakaian jarum suntik bebas
E: Edukasi atau pelatihan (HIV/AIDS, NAPZA life skill, dll)
f