Disusun oleh:
Khoirunnisa 4151141406
Suci Amanda Maharani 4151141413
Endang Intan Susanti 4151141415
Shavira Widyaningrum 4151141426
Rilda Citra Janiari 4151141448
Dias Pratama 4151141451
Euis Nuraeni 4151141453
Mirantie Darmaniar 4151141465
Manoviska Dewi 4151141492
Marlina Wijayanthy 4151141499
Adhitya Pranajati 4151151009
Shahdan Taufik Maulana 4151141520
Preceptor:
Yasmar Alfa,dr.,Sp.A(K)
STATUS PRESEPTORAN
A. KETERANGAN UMUM
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI AD
Penghasilan : Rp.4.500.000
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA
Penghasilan : Rp.-
B. KELUHAN UTAMA :
Kejang
C. ANAMNESIS KHUSUS
sakit saat pasien sedang bermain dirumah. Kejang berlangsung satu kali
kaki dan tangannya, dan mata pasien mendelik ke atas. Setelah kejang pasien
tetap sadar, menangis, dan menjadi lemas. Kejang tidak berulang dalam 24
demam sejak 1 hari yang lalu. Panas badan dirasakan mendadak tinggi dan
mengalami batuk dan pilek sejak 1 hari yang lalu bersamaan dengan keluhan
demamnya. Ibu pasien mengatakan batuk berdahak, namun pasien sulit untuk
mengeluarkan dahaknya.
D. ANAMNESIS UMUM
Keluhan demam disertai keluar kotoran dari telinga pasien tidak ada.
Keluhan muntah, gangguan pada BAB dan BAK sebelumnya tidak ada.
Keluhan sulit makan, minum atau membuka mulut tidak ada. Sebelumnya
kepala pasien terbentur atau riwayat trauma kepala tidak ada. Adanya luka
kakak pasien atau keluarga tidak ada. Riwayat epilepsi atau kejang tanpa
E. ANAMNESIS TAMBAHAN :
BCG 2 bulan -
CAMPAK 9 bulan - -
Ayah : Sehat
Ibu : Sehat
Saudara : Sehat
3. PERKEMBANGAN
Lain-lain :-
4. MAKANAN
Tambahan hari
Sekarang ASI
5. PENYAKIT YANG SUDAH DIALAMI (Beritanda V pada yang
dialami)
1. PENGUKURAN
Berat Badan : 11 kg
Panjang/Tinggi Badan : 89 cm
Lingkar Kepala : 47 cm
TANDA VITAL
Suhu : 37,7o C
Regular/irregular : Regular
Isi : Cukup
KEADAAN UMUM
Kesadaran : Kuantitatif : 15 (E 4 V 5 M 6)
Ikterus : (-)
Anemi : (-)
2. PEMERIKSAAN KHUSUS
2. Kepala : Simetris
Tenggorokan :
Tonsil : T1-T1 hiperemsi (+)
3. Leher
4. Dada
a. Dinding Dada/Paru
Depan
interkostal (-/-)
Rhonki -/-
Belakang :
Rhonki -/-
d. Jantung
c. Perut
epigastrium (-)
3. Perkusi : timpani
e. Anggota Gerak
f. Susunan Saraf
Kernig : (-)
Laseque : (-)
KPR : +/+
Refleks Patologis : Babinsky : -/-
Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Oppenheim : -/-
DARAH :
URINE :
FESES:
IV. RESUME
RS Dustira dengan keluhan kejang. Ibu pasien mengatakan pasien kejang 1 jam
sebelum masuk rumah sakit saat pasien sedang bermain dirumah. Kejang
berlangsung satu kali selama kurang dari 5 menit. Ibu mengatakan pasien
Setelah kejang pasien tetap sadar, menangis, dan menjadi lemas. Kejang tidak
Sebelum timbul kejang ibu pasien mengatakan bahwa pasien sedang demam
sejak 1 hari yang lalu. Panas badan dirasakan mendadak tinggi dan terasa terus-
menerus, suhu badan pasien mencapai 38,5˚C. Pasien juga mengalami batuk dan
pilek sejak 1 hari yang lalu bersamaan dengan keluhan demamnya. Ibu pasien
Keluhan demam disertai keluar kotoran dari telinga pasien tidak ada.
Keluhan muntah, gangguan pada BAB dan BAK sebelumnya tidak ada. Keluhan
sulit makan, minum atau membuka mulut tidak ada. Sebelumnya kepala pasien
terbentur atau riwayat trauma kepala tidak ada. Adanya luka yang tidak terawat
oleh bidan dan dikatakan normal tanpa ada gangguan. Perkembangan anak
menurut ibu pasien normal, sesuai dengan anak seusiannya. Pasien mendapatkan
Pasien anak kedua dari 2 bersaudara, riwayat kejang demam pada kakak
pasien atau keluarga tidak ada. Riwayat epilepsi atau kejang tanpa demam pada
Keadaan Umum
Pengukuran
Berat badan : 11 kg
Tinggi badan : 89 cm
Tanda Vital
Suhu : 37,7° C
Pemeriksaan Khusus
V. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding:
Sederhana
Sederhana
Diagnosis Kerja:
Non Farmakologi
Saat kejang :
6. Tirah Baring
Farmakologi :
- Lumbal pungsi
VIII. PROGNOSIS
DEFINISI
Menurut definisi yang dipublikasikan oleh ILAE pada tahun 1983, kejang
demam merupakan kejang pada anak usia lebih dari 1 bulan berhubungan dengan
demam, yang tidak disebabkan oleh infeksi SSP atau proses intrakranial lainnya,
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam terjadi pada 2-5% kasus rawat inap anak. Sering terjadi
pada usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun dengan puncak 18 bulan, dan jarang
pada usia kurang dari 1 bulan dan lebih dari 7 tahun. Sebagian besar dari kasus
kejang demam kompleks sebanyak 35%. Lama kejang yang mencapai lebih dari
15 menit hanya 9% dari total kasus, dan hanya 5% yang mengalami status
epileptikus.1
ETIOLOGI
Demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, radang telinga tengah,
infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada
suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat
menyebabkan kejang.1
FAKTOR RISIKO
1. Faktor Demam
dan eksitabilitas neural, karena kenaikan suhu tubuh berpengaruh pada kanal ion
dan metabolisme seluler serta produksi ATP. Setiap kenaikan suhu tubuh satu
glukosa dan oksigen. Pada demam tinggi akan mengakibatkan hipoksia jaringan
termasuk jaringan otak. Pada keadaan metabolisme di siklus Kreb normal, satu
menghasilkan 2 ATP, sehingga pada keadaan hipoksi akan kekurangan energi dan
mengganggu fungsi normal pompa Na+ dan reuptake asam glutamat oleh sel g1ia.
Kedua hal tersebut mengakibatkan masuknya Na+ ke dalam sel meningkat dan
sehingga semakin meningkatkan ion Na+ masuk ke dalam sel. Ion Na+ ke dalam
sel dipermudah pada keadaan demam, sebab demam akan meningkatkan mobilitas
dan benturan ion terhadap membran sel. Perubahan konsentrasi ion Na+ intrasel
neuron sehingga membran sel dalam keadaan depolarisasi. Disamping itu demam
2. Faktor Usia
Usia pertama kali kejang pada kelompok kasus diketahui sebagian besar
adalah kurang dari dua tahun. Pada keadaan otak belum matang reseptor untuk
padat dan aktif, sebaliknya reseptor GABA sebagai inhibitor kurang aktif,
hipokampus tinggi, berpotensi untuk terjadi bangkitan kejang apabila terpicu oleh
demam. Mekanisme homeostasis pada otak belum matang masih lemah, akan
berubah sejalan dengan perkembangan otak dan pertambahan umur, oleh karena
pada otak belum matang neural Na+/K+ATP ase masih kurang. Pada otak yang
belum matang regulasi ion Na+ , K+ , dan Ca++ belum sempurna, sehingga
eksitabilitas neuron. Oleh karena itu, pada masa otak belum matang mempunyai
eksitabilitas neural lebih tinggi dibandingkan otak yang sudah matang. Pada masa
ini disebut sebagai developmental window dan rentan terhadap bangkitan kejang.
pada umur awal masa developmental window mempunyai waktu lebih lama fase
eksitabilitas neural dibanding anak yang mendapat serangan kejang demam pada
berupa demam pada otak fase eksitabilitas akan mudah terjadi bangkitan kejang.
yaitu pada waktu anak berumur kurang dari dua tahun Sehingga anak yang
mengalami serangan kejang demam pada umur di bawah dua tahun mempunyai
Riwayat keluarga dengan kejang demam adalah salah satu faktor risiko
pernah menderita kejang demam sebagai faktor risiko untuk terjadi kejang demam
pertama adalah kedua orang tua ataupun saudara kandung (first degree relative).
Belum dapat dipastikan cara pewarisan sifat genetik terkait dengan kejang
riwayat pernah menderita kejang demam maka risiko terjadi kejang demam hanya
9%. Apabila salah satu orang tua penderita dengan riwayat pernah menderita
kejang demam mempunyai risiko untuk terjadi bangkitan kejang demam 20%-
22%. Apabila ke dua orang tua penderita tersebut mempunyai riwayat pernah
menderita kejang demam maka risiko untuk terjadi bangkitan kejang demam
meningkat menjadi 59%-64%. Kejang demam diwariskan lebih banyak oleh ibu
PATOFISIOLOGI
dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan
atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam
adalah lipid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran
sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-).
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis
dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan yang
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang
keturunan.
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membrane sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion Natrium
Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak
menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang
yang rendah, kejang terjadi pada suhu 38 0C sedangkan pada anak dengan ambang
kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 0C atau lebih.
demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama ( lebih
dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah
kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang
KLASIFIKASI
Kompleks Sederhana
didahului fokal
Rekurensi dalam 24 jam Ada Tidak ada
MANIFESTASI KLINIS
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi.
parsialsimpleks.
Kejang absens
1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
detik
3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
Kejang mioklonik
1)Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secaramendadak.
2) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa
1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada
ototekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
Kejang atonik
KOMPLIKASI
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya
Mula mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas.
a. Pneumonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi Mental1
PENATALAKSANAAN
datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang
paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara
kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20
mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah
adalahorang tua atau di rumah adalah diazepam rectal. Dosis diazepam rektal
adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan
kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam
rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila
setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah
sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena
dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari,
dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti
kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat
6. Berikan diazepam rectal, dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
• Orang tua atau pengasuh anak harus diberi cukup informasi mengenai
BB perhari, per oral pada saat anak menderita demam. Sebagai alternatif dapat
PROGNOSIS
Sekitar 1⁄3 anak dapat mengalami kejang demam berulang, 10% dapat terjadi
>3x
Abnormalitas neurodevelopmental
Jenis kelamin
Etnik
kompleks). Pada epilepsi mesial temporal, 40% penah mengalami kejang demam
kompleks.
pernah dilaporkan.
DAFTAR PUSTAKA