Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“ Vaginosis Bakterialis “

Disusun Oleh :
Siti Nur’Aisyah Ismiyaninata
P17320317073

TINGKAT II B
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
( SAP )

Pokok Bahasan / Topik : Masalah Reproduksi Wanita


Sub Pokok Bahasan : Vaginosis Bacterial
Hari/Tanggal : Selasa, 19 Februari 2019
Waktu : 08.00-08.30
Tempat : Balai Desa
Sasaran : Wanita Usia Subur

Latar Belakang

Vaginosis bakterialis merupakan infeksi vagina yang paling umum


dijumpai pada perempuan di usia reproduksi. Persentase perempuan yang
terdampak pada waktu tertentu bervariasi antara 5% hingga 70%. Vaginosis
bakterialis paling umum dijumpai di belahan Afrika dan lebih jarang dijumpai di
Asia dan Eropa. Sekitar 30% perempuan di Amerika Serikat yang berusia antara
14 hingga 49 menderita infeksi ini. Jumlahnya sangat bervariasi antara
kelompok etnis di dalam suatu negara. Walaupun gejala yang menyerupai
Vaginosis bakterialis telah banyak digambarkan dalam riwayat yang tercatat,
kasus pertama yang terdokumentasi dengan jelas muncul pada tahun 1894.
Vaginosis bakterialis dapat dialami oleh wanita pada segala usia. Namun,
sebagian besar vaginosis bakterialis terjadi ketika wanita dalam masa
reproduksi, yaitu usia 15-44 tahun. Vaginosis bakterialis termasuk infeksi
ringan, namun jika dibiarkan tanpa pengobatan dapat menyebabkan infeksi
menular seksual dan komplikasi selama masa kehamilan.
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan peserta
dapat memahami tentang Vaginosis bakterialis.

2. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan , peserta
dapat :
1. Mengerti Pengertian Vaginosis bakterialis.
2. Mengerti Penyebab Vaginosis bakterialis.
3. Mengerti Gejala Vaginosis bakterialis.
4. Mengerti Pengobatan dan Pencegahan Vaginosis bakterialis.
5. Mengetahui Komplikasi Vaginosis bakterialis

3. Materi
1. Pengertian Vaginosis bakterialis.
2. Penyebab Vaginosis bakterialis.
3. Gejala Vaginosis bakterialis.
4. Diagnosis Vaginosis bakterialis.
5. Pengobatan Vaginosis bakterialis.
6. Pencegahan Vaginosis bakterialis.
7. Komplikasi Vaginosis bakterialis.

4. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab

5. Media
 Leaflet
6. Proses Pembelajaran/KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)

No Kegiatan Pengajar Kegiatan Peserta Waktu

1. Pembukaan : 

Memberikan salam Menjawab salam

Memperkenalkan diri Memperhatikan 2 menit

Menyampaikan pokok bahasan Memperhatikan

Menyampaikan tujuan Memperhatikan

2. Pelaksanaan :

Memberikan penjelasan tentang Memperhatikan


pengertian Vaginosis bakterialis

 Menjelaskan Penyebab Vaginosis Memperhatikan


bakterialis

 Mejelaskan gejala dan diagnosis Memperhatikan


Vaginosis bakterialis
25 menit
Menjelaskan pengobatan dan Memperhatikan
pencegahan Vaginosis bakterialis

 Menjelaskan komplikasi Vaginosis Memperhatikan


bakterialis

 Memberikan kesempatan untuk Bertanya


bertanya

Mendengarkan
Menjawab pertanyaan

3. Penutup :

Menyampaikan kesimpulan materi Mendengarkan 2 menit


penyuluhan
Memberikan evaluasi Merespon

Memberikan salam penutup Menjawabsalam

7. Evaluasi
1. Standar persiapan
 Menyiapkan materi penyuluhan 1 minggu sebelum pelaksanaan.
 Pengaturan tempat 1 hari sebelum pelaksanaan.
 Mempersiapkan media.

2. Standar proses
 Penyaji mampu menyampaikan materi dengan baik.
 Peserta memperhatikan penjelasan tentang Vaginosis bakterialis.
 Peserta aktif bertanya dan penyaji mampu menjawab.
 Peserta mampu mengikuti penyuluhan sampai selesai.

3. Standar hasil
 Peserta mampu menjelaskan pengertian Vaginosis bakterialis.
 Peserta mampu menjelaskan penyebab Vaginosis bakterialis.
 Peserta mampu menyebutkan beberapa gejala Vaginosis bakterialis.
 Peserta mampu menjelaskan beberapa pencegahan dan pengobatan
Vaginosis bakterialis.
 Peserta mampu menyebutkan beberapa komplikasi Vaginosis bakterialis.
Lampiran Materi

1. Definisi Vaginosis Bakterialis

Vaginosis bakterialis (BV), juga dikenal sebagai bakteriosis vagina atau


Gardnerella vaginitis, merupakan penyakit vagina yang disebabkan oleh
banyaknya bakteri. Gejala yang umum dijumpai termasuk peningkatan cairan
vagina yang biasanya berbau amis. Cairan ini biasanya berwarna putih atau
kelabu. Nyeri saat buang air kecil dapat terjadi. Gatal tidak umum dijumpai.
Kadang-kadang tidak ada gejala sama sekali. Menderita BV meningkatkan risiko
infeksi dari sejumlah infeksi berjangkit seksual lainnya termasuk HIV/AIDS.
Penyakit ini juga meningkatkan risiko persalinan dini di antara wanita hamil.
Vaginosis bakterialis adalah infeksi vagina yang disebabkan oleh
terganggunya keseimbangan flora normal di dalam vagina. Umumnya, tubuh
memiliki bakteri baik yang berfungsi melindungi tubuh dari bakteri jahat yang
dapat menyebabkan infeksi. Namun pada penderita vaginosis bakterialis, jumlah
bakteri baik di dalam vagina berkurang sehingga tidak mampu melawan infeksi.

2. Penyebab Vaginosis Bakterialis

Vaginosis bakterialis disebabkan oleh ketidakseimbangan bakteri alami


di dalam vagina. Ada perubahan pada jenis bakteri yang paling umum dan
jumlah bakteri total yang ada berlipat ratusan hingga ribuan kali. Faktor risiko di
antaranya termasuk mencuci vagina, mitra seks baru atau lebih dari satu,
antibiotik, dan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim. Namun, ini tidak
dianggap infeksi yang berjangkit secara seksual. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala yang ada dan dapat diverifikasi dengan pemeriksaan cairan
vagina dan ditemukannya pH vagina yang di atas normal serta sejumlah besar
bakteri. BV sering secara keliru diduga sebagai infeksi jamur vagina atau infeksi
Trichomonas.
Penyebab vaginosis bakterialis adalah adanya pertumbuhan berlebih dari
bakteri tertentu, sehingga mengganggu keseimbangan alami bakteri di dalam
vagina. Ada dua jenis bakteri di dalam vagina, yaitu bakteri baik dan bakteri
jahat. Bakteri baik adalah bakteri Lactobacillus yang berfungsi membatasi
pertumbuhan bakteri jahat dengan menjaga pH normal atau tingkat keasaman
vagina. Bakteri ini mendominasi jumlah bakteri di dalam vagina, yaitu sekitar
95%.
Penyebab pasti terganggunya keseimbangan pertumbuhan bakteri di
dalam vagina belum diketahui secara pasti. Namun, sejumlah faktor diduga
dapat meningkatkan risiko wanita mengalami vaginosis bakterialis, antara lain:
 Merokok.
 Sering berganti pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom.
 Penurunan bakteri Lactobacillus secara alami.

3. Gejala Vaginosis Bakterialis

Vaginosis bakterialis seringkali tidak menimbulkan gejala. Namun pada


sebagian wanita, gejala utama vaginosis bakterialis adalah keputihan. Keputihan
tersebut memiliki tekstur encer dan berwarna kelabu atau putih. Keputihan juga
mengeluarkan bau amis, terutama ketika menstruasi atau melakukan hubungan
seksual dengan pasangan.
Selain itu, ada gejala lain yang mungkin muncul, seperti vagina terasa
gatal dan nyeri, serta perih ketika buang air kecil. Segera konsultasikan dengan
dokter ketika mengalami gejala-gejala tersebut.

4. Diagnosis Vaginosis Bakterialis

Langkah awal yang dilakukan dokter kandungan untuk mendiagnosis


vaginosis bakterialis adalah menanyakan riwayat kesehatan, gaya hidup, dan
gejala yang dialami pasien. Selain itu, dokter mungkin akan melakukan
pemeriksaan lain untuk memastikan diagnosis. Pemeriksaan tersebut meliputi:
 Pemeriksaan vagina. Dokter akan memeriksa bagian dalam vagina dengan
bantuan alat yang dinamakan spekulum untuk melebarkan liang vagina.
 Pemeriksaan tingkat keasaman (pH) vagina. Dokter akan meletakkan kertas
pH di vagina pasien, pH normal vagina adalah 3,8-4,5. Pada pasien vaginosis
bakterialis, pH vagina biasanya meningkat di atas 4,5.
 Pemeriksaan sampel sekresi vagina. Sampel cairan keputihan diambil
dengan prosedur usap (swab), kemudian diteliti di laboratorium untuk
mendeteksi adanya pertumbuhan bakteri anaerob berlebih di dalam vagina.

5. Pengobatan Vaginosis Bakterialis

Pengobatan biasanya dilakukan dengan antibiotik, klindamisin atau


metronidazol. Obat-obatan ini dapat juga digunakan pada trimester kedua dan
ketiga kehamilan. Namun, kondisinya sering berulang setelah pengobatan.
Probiotik dapat membantu mencegah terjadinya perulangannya. Belum jelas
apakah penggunaan probiotik atau antibiotik berdampak pada hasil akhir
kehamilan.
Vaginosis bakterialis biasanya diobati oleh antibiotik, baik dalam bentuk
tablet minum atau tablet yang dimasukkan ke dalam vagina (ovula). Antibiotik
dapat membunuh bakteri yang menyebabkan gejala penyakit ini.
Untuk beberapa kasus, vaginosis bakterialis dapat hilang tanpa
pengobatan. Namun, jika gejala terus berlangsung, maka akan berbahaya karena
dapat menyebabkan organ reproduksi rentan terhadap infeksi atau peradangan.
Dokter akan memberikan antibiotik, jika:
 Gejala terus berlangsung.
 Gejala muncul saat kehamilan.
 Akan menjalani prosedur operasi daerah panggul, seperti histerektomi atau
pengangkatan rahim. Pengobatan antibiotik akan menurunkan risiko infeksi
serius yang mungkin terjadi pasca operasi.

Beberapa jenis antibiotik yang biasa digunakan, antara lain:

 Metronidazole. Obat antibiotik yang paling umum digunakan dan efektif


untuk mengobati vaginosis bakterialis. Metronidazole tersedia dalam bentuk
tablet yang diminum dan ovula. Obat ini memiliki efek samping, antara lain
mual, nyeri perut, dan menurunnya nafsu makan. Untuk terhindar dari efek
samping yang lebih parah, jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama
menjalani pengobatan dengan metronidazole. Pastikan Anda selalu
mengikuti petunjuk dokter ketika mengonsumsi obat ini.
 Clindamycin. Obat ini berbentuk tablet minum. Clindamycin biasanya
dikonsumsi jika muncul efek samping yang mengganggu ketika
mengonsumsi tablet metronidazole.
Pengobatan terhadap vaginosis bakterialis biasanya berlangsung
setidaknya satu minggu. Jangan hentikan pengobatan sampai dokter
memberi instruksi untuk berhenti. Hal ini dilakukan untuk mencegah infeksi
kembali terjadi.

6. Komplikasi Vaginosis Bakterialis

Vaginosis bakterialis biasanya tidak menyebabkan komplikasi. Namun


jika dibiarkan tanpa pengobatan, vaginosis bakterialis dapat menyebabkan
komplikasi serius yang meliputi:
 Komplikasi dalam kehamilan. Wanita hamil yang menderita vaginosis
bakterialis memiliki risiko kelahiran prematur dan meningkatkan risiko
tinggi munculnya infeksi setelah proses persalinan.
 Penyakit radang panggul. Radang panggul (PID) merupakan jenis penyakit
peradangan pada rahim dan saluran indung telur yang dapat menurunkan
tingkat kesuburan.
 Infeksi menular seksual. Vaginosis bakterialis meningkatkan risiko terkena
penyakit menular seksual, seperti virus herpes simplex, chlamydia, dan HIV.
 Infeksi setelah operasi. Vaginosis bakterialis dapat meningkatkan risiko
infeksi pasca operasi daerah panggul, seperti histerektomi atau operasi
caesar.

7. Pencegahan Vaginosis Bakterialis

Langkah utama untuk mencegah vaginosis bakterialis adalah menjaga


keseimbangan bakteri di dalam vagina. Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk menjaga keseimbangan bakteri tersebut, antara lain:
a. Jangan menyiram atau membersihkan vagina dengan semprotan air, karena
dapat menghilangkan bakteri baik yang melindungi vagina dari infeksi. Jika
bakteri ini hilang, maka akan meningkatkan risiko vaginosis bakterialis.
b. Menurunkan risiko iritasi vagina. Risiko iritasi vagina dapat diturunkan
dengan cara:
 Hindari penggunaan sabun dengan kandungan pewangi untuk
membersihkan bagian luar vagina.
 Gunakan celana dalam berbahan katun dan jangan mencuci celana
dalam menggunakan sabun cuci dengan kandungan kimia keras.
 Gunakan pembalut tanpa kandungan pewangi.
 Mencegah infeksi menular seksual. Melakukan hubungan seksual yang
aman, misalnya dengan tidak berganti-ganti pasangan, atau dengan
menggunakan kondom saat berhubungan seksual.

Anda mungkin juga menyukai