MAKALAH
Dosen Pembimbing
Disusun oleh
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah swt. karena makalah ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul “Lesi Ulseratif, Vesikular, dan Bulosa”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah DSP 5 di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Dalam penyelesaian makalah ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Dr. Nina
Djustina, drg., M.Kes
2. Pembimbing mata kuliah DSP 5
3. Orangtua
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi serta penjelasan
mengenai kasus yang telah diberikan. Informasi tersebut mencakup
bagaimana gejala klinis, etiologi, patofisiologi, epidemiologi,
penatalaksanaan, rujukan, serta konsep bioetika dalam aplikasi terhadap
kasus.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
Resume Kasus
Recurrent Apthous Stomatitis (RAS) pada pasien dapat berasal dari faktor
herediter, keadaan ini biasa dipicu oleh adanya suatu infeksi minor ataupun
trauma yang mengakibatkan adanya ulcerasi pada mulut pasien yang
diakibatkan oleh defisiensi imun yang disebabkan faktor herediter tadi.
Keadaan ini diperparah oleh oral hygiene yang buruk serta penggunaan
sembarang obat kumur oleh pasien.
Ulserasi yang pasien idap mengakibatkan perih ketika makan sehingga
pasien menjadi sulit makan yang mengakibatkan pasien kemudian terjangkit
radang pencernaan kronis. Ulser yang diidap pasien rutin terjadi 1-3 bulan
sekali yang dalam ilmu penyakit mulut termasuk kategori recurring oral
ulcers.
Ketika dilakukan pemeriksaan terhadap ulser pasien, terlihat karakteristik
seperti ulser banyak dan dangkal, bentuknya oval dan irregular, kedalaman
ulser 1-4mm serta dikelilingi oleh erithematous, dan ulser berada pada daerah
non-keratin. Dari karakteristik diatas maka dapa didiagnosa pasien mengidap
Reccurent Apthous Stomatitic (RAS).
ANAMNESIS
Sariawan usia produktif
Terjadi berulang-ulang Etiologi/Faktor Predisposisi
Idopatik
Penatakalsanaan
Farmakologi
Non farmakologi
RUJUKAN
2.3 Ilmu Kedokteran Dasar Terkait dengan Kasus
Rongga mulut terdiri dua bagian yaitu bagian luar dari vestibula,
yang dikelilingi oleh bibir dan pipi, dan rongga mulut itu sendiri yang
dipisah dari vestibula dengan tulang alveolar dengan gigi geliginya dan
gingiva. Bagian superior rongga mulut dibatasi oleh palatum keras dan
lunak, bagian inferior dibatasi oleh dasar mulut dan basis lidah, dan
bagian posterior dibatasi oleh pilar fausia dan tonsil.
Menurut fungsi utamanya mukosa oral dibagi menjadi 3 tipe:
1. Mukosa mastikasi (25% total mukosa).
Menyelimuti gingiva (free, attached, dan interdental) dan palatum
durum. Mukosa ini berkontak dengan dengan makanan ketika
mastikasi. Mukosa mastikasi biasanya berkeratin
2. Mukosa lining (60% total mukosa).
Menyelimuti dasar mulut, ventral lidah, mukosa alveolar, pipi,
bibir dan palatum lunak. Tidak berfungsi dalam mastikasi dan oleh
karenanya mengalami atrisi yang minim. Mukosa ini tidak
berkeratin, lunak dan lentur.
3. Mukosa Khusus (15 % total mukosa).
Menyelimuti dorsal lidah dan komposisinya adalah papila epitelial
yang berkornifikasi.
2.3.4 Epitelium Mukosa Mulut
Mukosa mulut terdiri dari epitel skuamosa bertingkat yang menutupi
jaringan ikat atau lamina propria. Membran dasar berada diantara
epitel dan jaringan ikat di mukosa mulut. Hasil studi menunjukkan
bahwa membran dasar ini bukan bertindak sebagai pemisah antara
kedua jaringan melainkan suatu struktur kontinyu yang
menghubungkan keduanya. Terdapat 3 tipe epitel skuamosa bertingkat
yang ditemukan di rongga mulut, yaitu:
1. Non-keratin
epitel ini merupakan bentuk paling umum dari epitel di rongga
mulut. Epitel ini ditemukan di lapisan superficial mukosa pelapis,
seperti mukosa labial, mukosa bukal, mukosa alveolar, mukosa
yang melapisi dasar mulut, permukaan ventral lidah, dan palatum
lunak.
2. Ortokeratin
epitel ini merupakan bentuk paling jarang dari epitel yang
ditemukan di rongga mulut. Epitel ini menunjukkan adanya
keratinisasi sel-sel epitel sepanjang lapisan paling superficial.
Epitel ini dikaitkan dengan mukosa mastikasi, palatum keras, dan
gingiva cekat serta dikaitkan pula dengan mukosa khusus papilla
lingua pada permukaan dorsal lidah.
3. Parakeratin
epitel ini dikaitkan dengan mukosa mastikasi gingival cekat, pada
tingkat yang lebih tinggi daripada ortokeratin, dan juga permukaan
dorsal lidah. Epitel ini dikaitkan juga dengan mukosa khusus
papilla lingual di permukaan dorsal lidah.
2.4 Klasifikasi Lesi Ulseratif, Vesikular, dan Bulosa dalam Rongga Mulut
Recurrent Episodes with less Adanya ulser oral dan genital yang
than 3 ulcers jumlahnya lebih dari 3 secara
konstan
Differential
Diagnosis
+ -
Adapun etiologi dari RAS belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa
faktor yang turut berperan dalam timbulnya RAS, yaitu herediter, penyakit
gastrointestinal, stress, gangguan imun, gangguan hormone, defisiensi
hematological, merokok, infeksi bakteri, trauma, dan obat-obatan.
2.6.1 Herediter
Memiliki peranan yang besar terhadap timbulnya RAS. Apabila salah sau
keluarga memiliki RAS atau kedua orang tua, maka tidak menutup
kemungkinan anak akan mengidap RAS positif. Pada kembar identic lebih
sering terjadi disbanding denga kembar non identic.
2.6.2 Trauma
Ulser dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka penetrasi akibat
trauma. Pendapat ini didukung oleh hasil pemeriksaan klinis, bahwa
sekelompok ulser terjadi setelah adanya trauma ringan pada mukosa mulut.
Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat berbicara atau saat mengunyah,
local anastetion injection, dan sikat gigi. Trauma bukan merupakan faktor
yang berhubungan dengan berkembangnya SAR pada semua penderita tetapi
trauma dapat dipertimbangkan sebagai faktor pendukung. Trauma menentuka
lokasi dari ulcer pada pasien yang terkena penyakit ini..
2.6.3 Infeksi bakteri
Belum ada bukti langsung bahwa bakteri streptococcus merupakan agen
mikroba penyebab RAS.
2.6.4 Defisiensi Hematologi
Kekurangan vitamin B12, folate, dan besi telah dilaporkan terjadi pada 20%
pasien yang mengidap apthae (ulkus kecil).
2.6.5 Tobacco
Pada beberapa kasus, pasien yang mengidap RAS tidak merokok, dan
ssRAS timbul ketika setelah berhenti dari merokok. Penjelasan yang
mungkin diberikan meliputi peningkatan keratinisasi mukosa; yang
berfungsi sebagai penghalang mekanik dan pelindung terhadap trauma
dan mikroba. Nikotin dianggap menjadi faktor protektif karena
merangsang produksi steroid adrenal oleh aksinya di hipotalamus
sumbu adrenal dan mengurangi produksi tumor necrosis factor alpha
(TNF-α) dan interleukin 1 dan 6.
2.6.6 Stress
Stres dapat menyebabkan trauma pada jaringan lunak mulut dengan
kebiasaan parafungsional seperti menggigit pipi atau bibir dan trauma
ini bisa menyebabkan rentan terhadap ulkus. Stres psikologis dapat
bertindak sebagai faktor pemicu.
2.6.7 Gangguan hormonal
Dalam suatu penelitian dikatakan bahwa wanita yang memiliki kadar
hormonal progerteron yang rendah, memiliki resiko tinggi menghidap
RAS. Efek progesterone dalam jaringan periodonsium yaitu
meingkatkan kadar prostaglandin ( self limiting process). ),
meningkatkan polymorphonuclear leukocytes, mengurangi efek anti-
inflamasi dari glukokortikoid, mengubah sintesis protein kolagen dan
nonkolagen serta metabolism fibroblast, dan meningkatkan
permeabilitas vaskuler. Pada penderita RAS oleh karena progesteron
rendah maka efek self limiting process berkurang, polimorphonuclear
leucocytes menurun, permeabilitas vaskuler menurun. Hal-ha1 tersebut
diduga akan menyebabkan lesi yang berbentuk sebagai Apthae atau
Recurrent Apthae Stomatitis (RAS) yang muncul secara periodik
sesuai siklus haid. Seperti kita ketahui hasil ini menunjukkan adanya
indikasi ke arah patologis, karena selama ini pada beberapa wanita
dengan periode pre-meno ause banyak juga mengalami RAS, hal
tersebut sering dikaitkan dengan penurunan produksi hormon
Estrogen, sebagai proses fisiologis, Ternyata pada wanita usia subur
penderita RAS kadar Progesteron menurun dan rendahnya kadar
Progesteron dapat dikaitkan dengan beberapa kemungkinan keadaan
patologis seperti delay ovulasi, kista ovarii, infertilitas dan beberapa
gangguan fungsi ovarium lainnya, Mengingat Ovarium adalah organ
endokrin yang memproduksi Estrogen dan Progesteron maka gangguan
Ovarium dapat dideteksi dari gangguan mukosa mulut karena maturasi
epitel mukosa mulut dipengaruhi oleh Estrogen dan Progesteron,
2.6.8 Penyakit Gastrointestinal
Aphthae sebelumnya dikenal sebagai 'dyspeptic ulcers' tetapi jarang
berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Adapun hubungannya
biasanya dikarenakan kekurangan, vitamin B12 atau asam folat
sekunder untuk malabsorpsi. Adapun hubungan dengan penyakit celiac
(kadang-kadang tanpa gejala) telah ditemukan di pasien sekitar 5%
dengan aphthae.
2.6.9 Gangguan Immunologi
Faktor gangguan sistem imun telah banyak dihubungkan sebagai salah satu
faktor yang sangat berperan sebagai faktor predisposisi RAS.
Imunopatogenesis RAS dapat melibatkan semua komponen sistem imun baik
seluler maupun humoral. Pada sistem imun seluler yaitu Sel T dan sitokin,
sedangkan pada sistem imun humoral yaitu IgA, IgM dan IgG.
2.6.10 Obat-obatan
Penggunaan obat nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), angiotensin
converting enzyme inhibitor captopril, gold salts, nicorandil, phenindione,
phenobarbital, and sodium hypochloride telah dinyatakan berkemungkinan
dalam terjadinya RAS.
PEMBAHASAN
Seorang wanita berusia 28 tahun datang dengan muka pucat dan keluhan
sariawan di mulutnya sejak 3 hari yang lalu. Sariawan ini sering diderita pasie,
letaknya berpindah-pindah, dan sangat sakit sehingga ia sulit makan. Ternyata ibu
pasien juga memiliki riwayat sariawan yang sama. Pasien diketahui memiliki
riwayat gangguan saluran pencernaan kronis dan sering menggunakan obat kumur
yang beredar di pasaran untuk mengobati sendiri sariawannya itu.
Recurrent Apthous Stomatitis (RAS) pada pasien dapat berasal dari faktor
herediter, keadaan ini biasa dipicu oleh adanya suatu infeksi minor ataupun
trauma yang mengakibatkan adanya ulcerasi pada mulut pasien yang
diakibatkan oleh defisiensi imun yang disebabkan faktor herediter tadi.
Keadaan ini diperparah oleh oral hygiene yang buruk serta penggunaan
sembarang obat kumur oleh pasien.
Ulcerasi yang pasien idap mengakibatkan perih ketika makan sehingga
pasien menjadi sulit makan yang mengakibatkan pasien kemudian terjangkit
radang pencernaan kronis. Ulcer yang diidap pasien rutin terjadi 1-3 bulan
sekali yang dalam ilmu penyakit mulut termasuk kategori recurring oral
ulcers.
Ketika dilakukan pemeriksaan terhadap ulcer pasien, terlihat karakteristik
seperti ulcer banyak dan dangkal, bentuknya oval dan irregular, kedalaman
ulcer 1-4mm serta dikelilingi oleh erithematous, dan ulcer berada pada daerah
non-keratin. Dari karakteristik diatas maka dapa didiagnosa pasien mengidap
Reccurent Apthous Stomatitic (RAS).
ANAMNESIS
Sariawan usia produktif
Terjadi berulang-ulang Etiologi/Faktor Predisposisi
Idopatik
Penatakalsanaan
Farmakologi
Non farmakologi
RUJUKAN
3.2 Tatalaksana Sesuai Konsep Patofisiologi & Kompetensi drg. Umum
PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan
Setelah dilihat dari keluhan, gejala, hasil pemeriksaan lab, dan teori yang
mendukung, pasien positif terkena penyakit Recurrent Aphthous Stomatitis
(RAS) yang disebabkan oleh factor genetic dari orangtua pasien, dan keadaan
tersebut didukung dengan oral hygiene pasien yang buruk dan riwayat
gangguan saluran pencernaan kronis pasien.
4.2 Saran
http://www.academia.edu/7245584/BIOETIKA_KEDOKTERAN