Anda di halaman 1dari 9

VENTILATOR

A. PENGERTIAN
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negative atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama
(Smeltzer, 2001 : 655)1 Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada
pasien kritis yang mengalami hipoksemia dan hiperkapnia (Tanjung, 2007).
Merawat pasien pada ventilator mekanis telah menjadi bagian integral dari
asuhan keperawatan di unit perawatan kritis, di unit medikal bedah umum, di
fasilitas perawatan yang luas, dan bahkan di rumah. Perawat, dokter, dan ahli
terapis pernapasan harus mengerti masingmasing kebutuhan pernapasan spesifik
pasien dan bekerja bersama untuk membuat tujuan yang realistis. Rumusan
penting untuk hasil pasien yang positf termasuk memahami prinsip-prinsip
ventilasi mekanis dan perawatan yang dibutuhkan dari pasien, juga komunikasi
terbuka diantara tim perawatan kesehatan tentang tujuan terapi, rencana
penyapihan (weaning), dan toleransi pasien terhadap perubahan dalam
pengesetan ventilator

B. FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI


Pemahaman akan proses respirasi pada manusia akan sangat membantu dalam
pemahaman terhadap prinsip kerja ventilator . Proses respirasi terdiri dari 4 aspek
diantarannya ventilasi-difusi-perfusi-transportasi. Ventilasi, sebagai proses
keluar masuknya udara dari atmosfir kedalam aveoli, atau sebaliknya dari elveoli
menju atmosfir Difusi, sebagai proses pertukaran gas yang berada di alveoli
dengan pembuluh kapiler Perfusi, menunjukan besarnnya aliran daarah kapiler
pulmonal yang melewati membrane alveoli Transportasi diangkutnya oksigen
yang sudah diperfusi oleh darah untuk dibawa menuju sel dan dibuangnnya
karbondioksida dari sel menuju atmosfer ( melalui alveoli)
C. CARA KERJA VENTILATOR
Pada prinsipnya ventilator adalah suatu alat yang bisa menghembuskan gas
(dalam hal ini oksigen) ke dalam paru-paru pasien. Saat menghembuskan gas,
ventilator bisa tidak tergantung otot pernapasan (ventilator menggantikan
sepenuhnya kerja otot pernapasan), atau ventilator bersifat membantu otot
pernapasan sehingga kerja otot pernapasan diperkuat. Jumlah gas yang ditiupkan
tergantung dengan pengaturan yang kita kehendaki. macam-macam ventilator.
1. Menurut Sifatnya Ventilator Dibagi Tiga Type Yaitu:
a. Volume Cycled Ventilator. Perinsip dasar ventilator ini adalah
cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi
ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan
volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien
tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator Perinsip dasar ventilator type ini adalah
cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi
ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik
tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif.
Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume
udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus
parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah
cyclusnya berdasarkan wamtu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah
ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan
inspirasi (jumlah napas permenit) Normal ratio I : E (inspirasi :
ekspirasi ) 1 :2.
2. Mode-Mode Ventilator. Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi
mekanik dengan menggunakan ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya
oleh mesin ventilator, tetapi tergantung dari mode yang kita setting. Mode
mode tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mode Control. Pada mode kontrol mesin secara terus menerus
membantu pernafasan pasien. Ini diberikan pada pasien yang
pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada
mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien
pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa
menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien
sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan
ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi
fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam
paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi
pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled
Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV
(Intermitten Positive Pressure Ventilation)
b. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized
Intermitten Mandatory Ventilation. Pada mode ini ventilator
memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas pasien itu
sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada
frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat
inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala
akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode
IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory
diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan
pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal
sehingga masih memerlukan bantuan.
c. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau
pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup
karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai
kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger
maka udara pernafasan tidak diberikan.
d. CPAP : Continous Positive Air Pressure. Pada mode ini mesin hanya
memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa
bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk
mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien
dilepas dari ventilator.
3. Cara Kerja Alat
a. Penggerak awal alat. Penggerak awal bisa berupa pneumatik atau elektrik
(AC atau DC), yang kemudian diteruskan kompresor. Letak kompresor bisa
di luar ventilator (eksternal) atau menyatu di dalam (internal).
b. Pengontrolan Variabel Dengan adanya “dorongan” dalam sistem sirkuit
ventilator, maka akan dihasilkan aliran udara yang akan “menghembus”
paru-paru pasien. Hembusan ke pasien akan menghasilkan beberapa variabel
yaitu tekanan, volume dan aliran. Berdasarkan pengontrolan terhadap
variabel-variabel tersebut maka dikenal pressure control, volume control dan
flow control disamping juga ada time control. Pada awalnya kebanyakan
ventilator hanya bisa mengontrol satu variabel saja sehingga variabel lainnya
akan bervariasi tergantung dari kondisi paru-paru. Namun dalam
perkembangannya, banyak ventilator yang bisa mengontrol lebih dari satu
variabel. Pengontrolan tersebut bisa dalam satu periode napas ke napas
berikutnya atau dalam periode satu kali napas saja.
4. Fase Dalam Pernapasan Dengan Ventilator Fase bernapas dengan ventilator
adalah sebagai berikut:
a. Awal bernapas (initiating/triggering) Awal bernapas bisa terjadi secara
otomatis karena pengaturan waktu pada ventilator (machine triggering)
atau atas picuan (rangsangan/usaha bernapas) pasien yang merangsang
mesin (patient triggering) sehingga mesin memulai menghembuskan gas
ke pasien. Rangsangan napas dari pasien bisa atas dasar perubahan flow
atau tekanan yang terjadi pada mesin. Perubahan flow atau tekanan
berapa yang bisa merangsang mesin (sensitivity/trigger) tergantung
pengaturan kita. Artinya bisa dibuat lebih sensitif atau kurang sensitif.
tekanan atau flow) akan terbatasi dan tetap dipertahankan (sesuai
dengan pengaturan) sebelum inspirasi berakhir.
b. Siklus perpindahan (cycling) Cycling adalah perpindahan dari fase
inspirasi ke fase awal ekspirasi. Perpindahan ini akan terjadi sesuai
dengan pengaturan. Pengaturan tersebut bisa berdasar atas waktu (time
cycle), tekanan (pressure cycle), volume (volume cycle) atau aliran
udara (flow cycle). Time cycle, artinya fase inspirasi berakhir setelah
alokasi waktu inspirasi berdasarkan pengaturan sudah terlampaui.
Pressure/volume cycle, artinya inspirasi berakhir setelah tidak ada flow
yang masuk (flow berhenti). Flow akan berhenti kalau pressure/volume
sesuai pengaturan sudah tercapai Flow cycle, artinya inspirasi berakhir
kalau flow mencapai pengaturan yang dibuat. Agar lebih menyelaraskan
dengan pola napas pasien, pengaturan pada flow cycle bisa diatur
berbeda dengan pengaturan pabrik. Pengaturan ini sering disebut
sebagai ETS (expiratory trigger sensitivity) atau inspiratory cycling off.
Misalnya pengaturan ETS 40%, artinya bila flow mencapai 40% dari
peak flow maka akan terjadi cycling.
5. Pengontrolan variabel “base line”
Pada akhir ekspirasi, tekanan di jalan napas bisa dikontrol. Bisa dibuat sama
dengan tekanan atmosfer atau lebih. Pengaturan pengontrolan itu disebut
dengan PEEP (positive end expiratory pressure). Bila PEEP = 0, berarti
tekanan di jalan napas pada akhir ekspirasi sama dengan tekanan atmosfer,
dan bila positif ,misalnya 5, berarti pada akhir ekspirasi tekanan di jalan
napas 5 cmH2O lebih tinggi dibandingkan tekanan udara atmosfer.
6. Pengontrolan Sistem dalam Ventilator.
Ada dua macam cara pengontrolan sistem kerja ventilator:
Pengontrolan terbuka (open loop control)
Dalam sistem ini, semua perintah yang diperintahkan akan dikerjakan oleh
efektor dan menghasilkan variabel. Yang dimaksud efektor dalam hal ini
bisa berupa pompa piston atau pengatur katup aliran udara pada ventilator.
Secara skematik cara pengontrolan terbuka pada ventilator adalah sebagai
berikut:
Pengontrolan tertutup (closed loop control)
Pada sistem ini, hasil keluaran yang dihasilkan dipakai sebagai umpan /
masukan balik (feed back control). Dari perbedaan antara masukan balik dan
masukan awal, akan mengubah pengontrol dan efektor dalam ventilator yang
selanjutnya akan menghasilkan data baru (yang disesuaikan dengan kondisi
pasien). Secara skematik cara pengontrolan tertutup pada ventilator adalah
sebagai berikut:
7. Gambaran Ventilasi Mekanik Yang Ideal
Sederhana, mudah dan murah. Dapat memberikan volume tidak kurang
1500cc dengan frekuensi nafas hingga 60X/menit dan dapat diatur ratio I/E.
Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang
pernafasan yang lain. Dapat dirangkai dengan PEEP Dapat memonitor
tekanan , volume inhalasi, volume ekshalasi, volume tidal, frekuensi nafas,
dan konsentrasi oksigen inhalasi Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi
serta penambahan obat didalamnya Mempunyai fasilitas untuk SIMV,
CPAP, Pressure Support Mudah membersihkan dan mensterilkannya.

D. INDIKASI VENTILASI MEKANIK (VENTILATOR)


a. Hiperkapnia Adalah peningkatan PCO2 dengan ketidakmampuan
mempertahankan ventilasi alveolar yang adekuat. Penyebab hiperkapnia
yang dapat diobati harus dicari (misalnya narkotik). Beberpa pasien dengan
penyakit paru kronik akan mentoleransi peningkatan PACO2 pasien tersbut
tetap sadar danmersa nyaman. Namun, pH arteri dibawah 7,1 dianggap
sebagai indikasi untuk ventilasi mekanik
b. Peninggian tekanan intracranial Hipokapnia yang disengaja dengan ventilasi
tekanan positif intermitten ( IPPV ; intermittent positive-pressure
ventilation) dapat diidikasikan untuk menurunkan tekanan cranial pada
keadaan-keadaan tertentu
c. Hipoksemia PAO2 biasanya ajan diperbaiki dengan IPPV. Criteria khusus
untuk melakukan ventilasi mekanik adalah PAO2 , 40 torr pada O2
inspirasi yang maksimal, Semakin lemah, Penyakit pernapasan yang cepat
meburuk , Peningkatan kera pernapasan (mislanya retraksi interkostal selama
inspirasi) Peningkatan PACO2 d. Kriteria pemasangan ventilator
Seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :
Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit. Hasil analisa gas darah
dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg. PaCO2 lebih dari 60
mmHg AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg. Vital
capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

E. KOMPLIKASI VENTILASI MEKANIK (VENTILATOR)


Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya
tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Pada paru
d. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler.
e. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
f. Infeksi paru
g. Keracunan oksigen
h. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
i. Aspirasi cairan lambung
j. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
k. Kerusakan jalan nafas bagian atas
2. Pada sistem kardiovaskuler Hipotensi, menurunya cardiac output
dikarenakan menurunnya aliran balik vena akibat meningkatnya tekanan
intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.
3. Pada sistem saraf pusat
a. Vasokonstriksi cerebral Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri
(PaCO2) dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
b. Oedema cerebral Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas
normal akibat dari hipoventilasi.
c. Peningkatan tekanan intra kranial d. Gangguan kesadaran e. Gangguan
tidur.
4. Pengaruh pada ginjal
a. Pengaruh pada ginjal karena pH, PaC)2, dan PaO2 yang abnormal
b. Respon humoral antara lain perubahan pada hormone antidiuretik
(ADH), peptide antidiuretik atrial (ANP) dan Renin-angiotensin
aldosteron (RAA)
c. Respon renal terhadap perubahan hemodinamik yang timbul karena
peningkatan tekanan intralokal
5. Pada sistem gastrointestinal dan fungsi hepar
a. Distensi gaster, illeus
b. Perdarahan gaster.
c. Iskemia pada jaringan hepar

F. PROSEDUR PEMBERIAN VENTILATOR


Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator
untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan
awal adalah sebagai berikut:
a. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
b. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
c. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
d. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
e. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir
ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru
dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh
tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang
ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas)

Anda mungkin juga menyukai