Anda di halaman 1dari 14

MALAH GEROTIK PADA LANSIA TENTANG SISTEM

CARDIOVASKULER

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

APRILLYANA PRATIWI

MEGA HARDIANTI

UMI ANISA

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI SAMARINDA

TAHUN AJAR 2018/209

TINGKAT 3C
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur


kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam,
dkk, 2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun
1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008:
32)
Menua secara fisiologis ditandai dengan semakin menghilangnya
fungsi dari banyak organ tubuh. Bersamaan dengan itu meningkat pula
insiden penyakit seperti hipertensi, coronary arterial disease (CAD),
penyakit-penyakit serebrovaskular, penyakit ginjal dan paru. Hal ini akan
menyebabkan semakin cepatnya tubuh kehilangan fungsi-fungsi organnya
dan Salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler yang paling banyak
terjadi pada lansia akibat dari proses penuaan dan dampak kumulatif dari
gaya hidup lansia ketika muda adalah hipertensi. Aziza (2007).

Hipertensi disebut sebagai masalah utama dalam masyarakat yang


pada umumnya dialami lansia. Apabila hipertensi tidak terkontrol dengan
baik maka menyebabkan komplikasi lain seperti angina, serangan jantung,
stroke, gagal jantung dan kerusakan ginjal (Anna & Bryan 2007)
Berdasarkan data depkes (2008) prevalensi hipertensi di indonesia
sebesar 31,7%, yang berarti 56-65 juta penderita hipertensi di Indonesia
sekitar 7,1 juta kematian. Sebagian besar kasus hipertensi tidak di ketahui
penyebabnya. Keadaan ini merupakan tingkat tertinggi dalam bahaya
karena menyebabkan kematian dan komplikasi.
Penyakit hipertensi pada lansia yang ditandai diatas 140 mmHg
dan diagnostiknya menetap atau kurang 90 mmHg yang memberi gejala
berlanjut seperti stroke, penyakit jantung kororner (Kelicker,2010).
Dalam memelihara kesehatan keluarga ( lansia ), keluarga sebagai
individu (klien) tetap berperan sebagai anggota keluarga. Peran yang dapat
dilakukan adalah menjalankan tugas kesehatan seperti mengenali tanda-
tanda hipertensi, membuat keoutusan tindakan yang sehat, menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada, memberi motivasi atas dukungan anggota
keluarga (Aboloje,2010) Pengendalian faktor risiko hipertensi yang
mencakup pengaturan diet, pembatasan perilaku Merokok ,manajemen
stres, pengendalian Tekanan darah dan pengaturan olahraga bagi lansia
sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lansia terutama
lansia yang tinggal di masyarakat. Hasil dari pengen-dalian faktor risiko
hipertensi ini dapat terlihat dari tingkat stres, status gizi dan tekanan
darah. Penelitian yang dilakukan oleh Sjattar, Nurrahmah, Bahar dan
Wahyuni (2011).

B. Tujuan
1)Tujuan Khusus

-untuk mengetahui tentang penyakit yang berhubungan dengan


kardiovaskular

- untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang kardiovaskular dengan


hipertensi

2) Tujuan umum
Untuk Mengetahui Gangguan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur
dari paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Pada umumnya,
tekanan yang dianggap optimal adalah kurang dari 120 mmHg untuk
tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik, sementara
tekanan yang dianggap hipertensi adalah lebih dari 140 mmHg untuk
sistolik dan 90 mmHg untuk diastolik. (Elizabeth 2009, h. 284)
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama (oersisrten)dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal
ginjal), jantung (penyakit jantung koroner), dan otak ( menybabkan
stroke). Bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan
menyebabkan timbulnya plak aterosklerotik dan arteri serebral dan
arteriol yang menyebabkan oklusi arteri, cedera iskemik dan stroke
sebagai komplikasi (Yonata, 2016)

B. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia


Perubahan – perubahan yang terjadi pada jantung
1. Pada miokardium terjadi atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging
pigment) pada serat-serat miokardium.
2. Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi
rangka dari jantung. Selain itu pada katup juga terjadi menjadi lebih
besar sehingga katup menebal . Bising jantung (murmur) yang
disebabkan dari kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.
3. Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang
merupakan pengatur irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan
berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia berusia 50 tahun. Jumlah
sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi fibrosis.
Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada
tingkat selular. Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut
jantung.
4. Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri.
Ini menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih
sedikit walaupun terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan.
Pengisian darah ke jantung juga melambat.
5. Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal
ini disebabkan pembuluh darah menjadi kaku dan endapan lemak yang
semakin banyak.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah :


1. Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini
menyebabkan meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa
sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat.
2. Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor .
Perubahan respons terhadap baroreseptor dapat menjelaskan
terjadinya Hipotensi Ortostatik pada lansia.
3. Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan
pembuangan melambat.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah :


1. Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah
pun menurun.
2. Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun.
Juga terjadi penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting
untuk menjaga imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi
tubuh terhadap infeksi menurun.
C. Masalah Kesehatan Penyakit Kardiovaskuler
1. Hipertensi
2. Penyakit jantung koroner
3. Angina pektoris
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
DENGAN HIPERTESI

A. PENGKAJIAN
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria
atau marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan
tinggi kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau
menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner
atau katup dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau
obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau
keterbatasan kognitif
C. INTERVENSI
 Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
Cerebral
1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan sakit kmepala, misalnya kompres dingin pada
dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar,
tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral
dan yang memperlambat atau memblok respons simpatis efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
3. Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi
yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat
bab, batuk panjang, membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan
vascular cerebral
 Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum
1. Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan
frequency nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frequency
istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata selama atau
sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau
tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada :
kelemahan dan keletihan yang belebihan :pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji
respon fisiologi terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan
indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktivitas.
2. Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan
energy, misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat
menyisir rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan
perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan
energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
 DX 6 : Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang
informasi atau keterbatasan kognitif
1. Intervensi : Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar,
termasuk orang terdekat
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena
perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi
minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit,
kemajuan, dan prognosis. Bila pasien tidak menerima realitas
bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan
perilaku tidak akan dipertahankan.
2. Intervensi : Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan
tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah,
ginjal dan otak
Rasional : Memberikan dasar untuk pemahaman tentang
peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang sering
digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa
gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan
pengobatan meskipun ketika merasa sehat
3. Intervensi : Hindari mengatakan TD “normal” dan gunakan
istilah “terkontrol dengan baik” saat menggambarkan TD
pasien dalam batas yang diinginkan
Rasional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah
sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian ide
“terkontrol” akan membantu pasien untuk memahami
kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi
4. Intervensi : Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor
risiko kardiovaskular yang dapat diubah misalnya obesitas, diet
tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton,
merokok, dan minum alcohol( lebih dari 60cc/hari dengan
teratur), pola hidup penuh stress.
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan
hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
kardiovaskular serta ginjal.

D. EVALUASI
1. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
2. Pasien berpartisupasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
3. Pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan
regimen pengobatan
BAB IV
PEMBAHASAN

Fatima (2008) menyebutkan bahwa pengendalian faktor risiko hiper-tensi


mencakup lima hal utama yaitu menyeimbangkan gizi, menghindari rokok,
menghindari stres, mengawasi tekanan darah dan berolah-raga secara teratur.
Namun di dalam jurnal yang berjudul resiko hipertensi yang disebabkan karena
pola makan dan konsumsi alkohol yang di kutip Nancy Swanida Henriette

Malonda(2012) adalah Pada penelitian ini, variabel asupan lemak yang paling besar
pengaruhnya terhadap terjadinya hipertensi. Hasil analisis multivariat (Tabel 5)
menunjukkan nilai OR yang paling besar dari variabel asupan lemak yaitu 3,303
(95%CI:1,346-8,109).

Berdasarkan data depkes (2008) prevalensi hipertensi di indonesia sebesar


31,7%, yang berarti 56-65 juta penderita hipertensi di Indonesia sekitar 7,1 juta
kematian. Sebagian besar kasus hipertensi tidak di ketahui penyebabnya. Keadaan
ini merupakan tingkat tertinggi dalam bahaya karena menyebabkan kematian dan
komplikasi sedangkan menurut Haryono (2011) sekarang diperkirakan hanya 20%
lansia sakit dan 80% merupakan lansia berpotensial masih bisa diberdayakan.

Hal-hal yang perlu dikaji pertama kali pada asuhan keperawatan pada
pengkajian indentitas yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan,
Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor
registrasi. Di lakukan pengkajian indentitas untuk menegtahui indentitas secara
mendalam agar tidak terjadi kekeliruan dalam peroses keperawatan di rumah sakit
dan memudahkan perawat dalam mencari indentitas klien.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hipertensi adalah penyakit yang paling utama pada lansia dengan sistem
kadiovaskuler paling tinggi tingkat kematiannya. Hasil dari pengen-dalian
faktor risiko hipertensi ini dapat terlihat dari tingkat stres, status gizi dan
tekanan darah.
Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler adalah perubahan
fungsi jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan hipertensi dan
penyakit lainya.Asuhan keperawatan yang berdiagnosa :
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau
keterbatasan kognitif.
Memberikan intervensi pada setiap diagnosa dan reasional sampai
dengan evaluasi

B. SARAN

1. Bagi Mahasiswa
Perlunya meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang asuhan
keperawatan lansia dengan masalah utama hipertensi, sehingga bisa
meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan asuhan
keperawatan lansia dengan masalah hipertensi secara tepat. Dan
mengambil tindakan keperawatan yang benar.
.
DAFTAR PUSTAKA

Nancy Swanida Henriette Malonda,2012, Pola makan dan konsumsi alkohol


sebagai faktor risiko hipertensi pada lansia, Yogyakarta.

Azizah L. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta.

Putu Ayu Sani Utami,2013, PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI


PADA AGREGAT LANSIA MELALUI KUNJUNGAN RUMAH, Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai