Anda di halaman 1dari 6

QUIZ ANALISIS KONFLIK GLOBAL

1. a. Jelaskan tentang konflik pada masa era Perang Dingin!

b. Jelaskan tentang konflik pada masa era pasca Perang Dingin!

c. Jelaskan perbedaan konflik pada era Perang Dingin dan pasca Perang Dingin!

2. Jelaskan dimensi internasional dari konflik internal yang dikemukakan oleh Brown!

3. Apa yang Anda pahami tentang Transformasi Konflik? Jelaskan!

Jawab:

1. Konflik era Perang Dingin dan era Pasca Perang Dingin

a) era Perang Dingin

akar konflik : as mispersepsi terhadap ideologi komunis dengan menekankan class struggle
(robert mcnamara).
doktrin socialism in one country oleh pihak barat diartikan bahwa uni soviet menghendaki sbg
satu satunya negara sosialis yg menguasai dunia. Merupakn akibat sikap keras stalin, lenin dan
kruschev.
akibat : semakin meluas pengaruh sosialisme/komunisme ke negara dunia ketiga. komunis
menjanjikan perubahan dan anti kapitalis (mcnamara).
persepsi AS diperkuat dengan ditemukan bukti dokumen yg membenarkan perluasan pengaruh
uni soviet pada april 1950, dewan keamanan nasional as menemukan dokumen nsc-68. dokumen
tsb berisi bahwa moscow (uni soviet) punya kewenangan absolut atas dunia. dpt dilakukan dg
cara-cara subversif. Ditemukan dokumen A 1949 NSC tentang perlunya tindakan ofensif
terhadap negara-negara satelit di eropa timur.

Sikap/Respon AS
 menyebarkan ideologi liberal/demokrasi sbg ideologi (negara) humanis, sekaligus
menyebarkan komunis sbg ideologi berbahaya.
 as mengeluarkan uni soviet dari klp eropa.
 marshall plan (digagas george c marshall, sekneg).
Implikasi
 konflik ideologis berimplikasi kpd persaingan militer.
 pembentukan nato (nort atlantic treaty organization), 1954.
 menjalin hubungan dg cina nasionalis.
 membentuk anzus (1951), seato (1954), mengadakan perjanjian dg iran, turki dan pakistan.
Respon Uni Soviet
 membentuk wto (warsawa treaty organization), 1955.
 cominform (communist international bureau).
 inovasi militer peluncuran satelit sputnik (1957).
Kondisi Internasional
 negara dunia ketiga menjadi obyek pertarungan.
 lahir kelompok non blok (gerakan non blok/gnb), ktt i di beograd (1961).
Konflik pada saat perang dingin merupakan konflik yang terjadi setelah berakhirnya perang
dunia ke-II. Konflik ini merupakan persaingan dua negara adidaya yaitu Amerika Serikat dan
USSR (Uni Soviet) untuk mendapatkan pengaruh dan menyebarkan ideologinya di dunia
internasional. Amerika Serikat dengan ideologi liberalis dan Uni Soviet dengan ideologi sosialis
komuniis. Pada masa perang dingin, tidak terjadi perang tradisional antara AS dan Uni Soviet.
Pada masa perang dingin terjadi proxy war akibat dari pemisahan wilayah yang dilakukan AS
dan Uni Soviet, seperti Vietnam, Jerman, Korea. Akibat persaingan ini dunia terbagi ke dalam
dua blok. Namun negara-negara yang baru saja merdeka memilih untuk netral dan tidak masuk
ke dalam blok manapun yang dikenal dengan gerakan non blok. Dapat dikatakan saat perang
dingin stabilitas keamanan internasional cukup stabil namun cukup rawan karena konflik dapat
meledak kapan saja. Selain itu, hard power tidak menjadi hal yang utama dan soft power yang
mulai menjadi perhatian dunia internasional. Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu yang
penting bagi setiap negara. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pun menjadi
perhatian dunia intenasional.

Fenomena Perang Dingin


Terbentuknya aliansi baru dengan munculnya
 Blok Barat: Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman Barat, Vietnam Selatan, Korea
Selatan, Australia, Kanada dsb
 Blok Timur: Uni Soviet, Cekoslavia, Jerman Timur, China, Korea Utara, dsb
 Kedua blok tersebut mempengaruhi negara-negara di dunia untuk bergabung dalam
bloknya.
 Perang spionase antara dinas intelijen AS(CIA) dan agen rahasia Uni Soviet (KGB)
 Terjadinya kembali perlombaan senjata
 Persaingan di bidang IPTEK. Hal ini ditandai dengan adanya persaingan untuk
menguasai teknologi luar angkasa.
 Perpecahan di dunia(perang saudara)
 Berkembangnya pakta-pakta militer dan pakta ekonomi.
Blok Barat
Pakta Militer: NATO, SEATO, METO, ANZUS
Program Bantuan Ekonomi: Marshall Plan, Truman Doctrine, Point four of Truman, MSA,
Colomba Plan
Blok Timur
Pakta Militer: Pacta Warsawa, Kominform
Program Bantuan Ekonomi: COMECON, Molotov Plan
b) era Pasca Perang Dingin
Runtuhnya Uni Soviet menandai berakhirnya perang dingin dan perubahan dunia internasional.
Globalisasi menjadi sala
c) Perbedaan

2. Dimensi internasional dari konflik internal (Brown)

Buku yang secara spesifik membahas dimensi internasional dari konflik internal merupakan kumpulan
makalah yang diedit oleh Michael E. Brown. Dalam bukunya berjudul The International Dimension of
Internal Conflict menyebutkan beberapa alasan mengapa studi tentang konflik internal penting untuk
dilakukan.
Pertama, konflik internal telah merebak ke banyak negara dan menimbulkan aksi kekerasan di mana-
mana.
Kedua, konflik internal telah mnyengsarakan masyarakat yang menjadi korban yang tidak berdaya
akibat konflik. Pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, pengusiran, merupakan metode yang banyak
dipakai untuk mengalahkan pihak musuh. Jutaan manusia terbunuh atau terpaksa menjad pengungsi
merupakan pemandangan yang bisa ditemukan di wilayah-wilayah konflik.
Ketiga, konflik internal penting karena sering melibatkan negara-negara tetangga sehingga bisa
menimbulkan konflik perbatasan. Pengungsi yang menyeberang ke wilayah negara tetangga atau
pemberontak yang mencari perlindungan kenegara yang berbatasan langsung menimbulkan masalah
baru yang tidak mudah untuk diselesaikan karena tidak hanya bernuansa politik tetapi juga ekonomi,
etnis, budaya, dan keagamaan. Bahkan masalah pelanggaran perbatasan ini memicu konflik bersenjata
antara negara yang bertetangga.
Keempat, konflik internal juga penting karena sering mengundang perhatian dan campur tangan dari
negara-negara besar yang terancam kepentingannya dan organisasi internasional. Kelima, komunitas
internasional terus berusaha menggalang kerjasama guna menyelesaikan konflik-konflik internal agar
menjadi lebih efektif demi keamanan internasional.
Selain itu, Brown mengemukakan teorinya yang menegaskan bahwa kompleksitas konflik internal tidak
bisa dijelaskan hanya oleh satu faktor atau variabel. Untuk itu Brown membedakan the underlying
causes of conflict dari the proximate causes of conflict. Secara lebih spesifik Brown memberikan
penekanan pada pengaruh kebijakan atau perilaku elit pemimpin sebagai pemicu terjadinya ledakan
konflik di suatu daerah. Brown tidak membantah bahwa faktor-faktor struktural, politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan perceptual menjadikan suatu daerah rentan terhadap konflik tetapi kita tidak boleh
mengabaikan peran dari elit pemimpin yang memicu terjadinya konflik. Di bawah ini peneliti akan
mengutip secara lengkap tabel yang dikemukakan oleh Brown di mana ia membedakan dengan jelas
penyebab-penyebab konflik yang pokok dan pemicu langsung dari konflik internal.
Secara eksplisit Brown menyebutkan bahwa faktor perilaku pemimpin merupakan yang terpenting
dibandingkan faktor pemicu lainnya. Dari berbagai macam konflik yang terjadi, konflik dapat
diselesaikan dengan cara diplomasi untuk meresolusi konflik tersebut. Cara diplomasi dengan
meresolusi konflik adalah cara terbaik agar eskalasi konflik dapat ditekan dan konflik yang terjadi dapat
berubah menjadi perdamaian, dimana dengan jalan diplomasi ini penyelesaian konflik diselesaikan di
atas meja perundingan.

Sebab-sebab Utama (Underlying Causes) Sebab-sebab Pemicu (Proximate Causes)

Faktor-faktor Struktural Faktor-faktor Struktural

Negara yang lemah Kekhawatiran tentang Negara yang sedang runtuh/ gagal Perubahan
keamanan internal Geografi etnis perimbangan kekuatan militer Perubahan pola-pola
demografis

Faktor-faktor Politik Faktor-faktor politik

Lembaga politik yang diskriminatif Ideologi Transisi politik Ideologi eksklusif yang semakin
nasional yang eksklusif Politik antar-kelompok berpengaruh Persaingan antar kelompok yang
Politik elit semakin tajam Pertarungan kepemimpinan yang
semakin tajam

Faktor Ekonomi/Sosial Faktor Ekonomi/Sosial

Masalah ekonomi Sistem ekonomi yang Masalah ekonomi yang semakin parah
diskriminatif Pemabngunan ekonomi dan Ketimpangan ekonomi yang semakin lebar
modernisasi Pembangunan ekonomi dan modernisasi yang
cepat

Faktor Sosial Budaya Faktor Sosial Budaya

Pola diskriminasi budaya Sejarah kelompok yang Pola diskriminasi budaya yang semakin kuat
bermasalah Penghinaan etnis dan propaganda

3. Transformasi Konflik

Transformasi konflik menurut Lederach adalah suatu pemimpian (envision) dan merespon terhadap
pasang surut (ebb) dan gelombang dari konflik sosial sebagai kesempatan yang diberikan oleh
kehidupan untuk menciptakan perubahan proses sosial yang konstruktif dimana dapat mengurangi
kekerasan, meningkatkan keadilan, dalam interaksi langsung dan struktur sosial, dan merespon masalah
manusia dalam hubungan kemanusiaan.

Transformasi konflik adalah lebih daripada sekedar tehnik-tehnik yang spesifik. Menurut lederach
tranformasi konflik adalah suatu cara untuk melihat konflik secara utuh dengan sebaik menyimak.
Dalam pendekatan resolusi konflik menurutnya terkadang para peneliti lebih cenderung untuk melihat
secara detail terfokus kepada kasus-kasus yang terjadi sehingga menghalangi pemikiran melihat konteks
konflik secara utuh. Untuk itu diperlukan suatu cara pandang yang berbeda.

Yang dimaksudkan oleh Lederach dengan melihat konflik secara utuh adalah dengan melihat konflik
tidak hanya kasus-kasus konflik yang terjadi dipermukaan tetapi juga akar-akar konflik yang menjadi
pola yang berkelanjutan, dimana jika tidak diselesaikan akan terjadi kembali.

Hal lain yang menarik dari apa yang dikemukakan oleh Lederach adalah pandangannya tentang
perubahan dan konflik. Baginya perubahan tidak hanya apa yang terjadi sebagai akibat dari efek atau
dampak dari adanya konflik namun perubahan adalah juga suatu proyeksi kondisi yang kita inginkan ke
depan. Dalam pemahaman perubahan, tranformasi konflik bukanlah alat analisa yang hanya
menganalisa perubahan yang telah dan sedang terjadi namun ia menyediakan suatu kerangka perubahan
yang kita inginkan ke depan.

Dalam pandangan transformasi konflik, konflik adalah sesuatu yang normal dan selalu ada dalam relasi
social manusia. Berkaitan dengan hal itu, relasi social tidaklah bersifat static, tetapi selalu akan bersifat
dinamik dan adaptif. Dengan demikian konflik akan memberikan dampak situasi kondisi dan dapat
merubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain dalam berbagi bentuk dan dalam cara yang berbeda. Seperti
dikemukakan diatas, John Paul Lederach menawarkan untuk melihat dan menganalisa perubahan
tersebut dalam 4 dimensi level yang berbeda. Empat dimensi perubahan tersebut yaitu perubahan
ditingkat personal, relasional, struktural, dan cultural (budaya).
Personal. Perubahan yang diakibatkan konflik dalam tingkat individu; baik mempengaruhi secara
emosional, pengetahuan, perilaku, dan spiritual.

Relasional. Dalam dimensi ini, konflik mempengaruhi relasi social dimana didalamnya terdapat
hubungan antar elemen kekuasaan, kekuatan, saling ketergantungan, dan cara komunikasi.

Struktural. Dalam dimensi ini perubahan karena dampak konflik dapat dilihat berkaitan dengan akar-
akar (root causes) konflik dimana akan banyak berhubungan pula dengan struktur ekonomi, politik, dan
social.

Budaya. Dalam dimensi perubahan akan dilihat dalam prespektif normative, dalam artian berkaitan
dengan nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat. Konflik dalam level ini dianggap mempunyai
pengaruh yang luat dalam mempengaruhi nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat dalam
memandang konflik, dan cara-cara penyelesaiannya.

Berkaitan dengan penjelasan diatas, suatu program tranformasi konflik sebaiknya mempunyai arah
pencapaian tujuan besar dalam level dimensi yang berbeda.

Perubahan Personal
Meminimalkan dampak destruktif yang ditimbulkan oleh konflik sosial ditingkat individual dan
memaksimalkan potensi berkembang yang ada ditingkat individual untuk menjadi lebih baik; baik
secara fisik, emosional, intelektual, maupun secara spiritual.

Perubahan Relasional
Mencoba untuk mengurai, memperbaiki, dan mempererat alur-alur komunikasi antar individu yang
tadinya terhenti atau belum berjalan dengan baik, baik secara individu maupun kelompok sehingga
muncul pemahaman yang baik dan benar atas individu yang lain.

Mencoba membangun hubungan antar individu tanpa rasa takut dan prasangka yang berlebihan,
dimana didalamnya didasarkan atas hubungan keterikatan saling membutuhkan (interdependensi) dan
saling membawa harapan antara satu dan lainnya.

Perubahan Struktural
Memahami dan mencoba menjawab permasalahan konflik yang menjadi akar konflik dan
mempengaruhi kondisi sosial yang memberikan ruang lebih besar munculnya konflik yang mengarah
kepada kekerasan.

Mempromosikan mekanisme penyelesaian konflik yang berprinsip pada anti kekerasan (non-violence),
berkesinambungan, dan bersifat partisipatif.

Mengembangkan suatu struktur yang sejalan dengan kebutuhan manusia akan keadilan dan
memaksimalkan partisipasi dari masyarakat dalam pengambilan keputusan yang membawa dampak
terhadap kehidupan mereka (keadilan secara procedural).

Perubahan Kultural (Budaya)


Mengidentifikasi/mengenali dan memahami pola budaya yang ada dalam masyarakat yang memberikan
kontribusi besar pada ekpresi kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
Mengenali dan mengembangkan sumber daya dan mekanisme peacebuilding dalam menyelesaikan
permasalahan konflik yang ada, dimana didalamnya merupakan sebuah dasar budaya untuk merespon
dan menangani konflik secara konstruktif

Lederach menawarkan alat untuk menganalisa konflik yang terjadi yaitu dengan platform transformasi.

Anda mungkin juga menyukai