PENDAHULUAN
1
13. Bagaimana procedural mengganti cairan infus ?
14. Bagiamana procedural melepas infus ?
15. Bagaimana procedural memonitor tetesan infus ?
16. Bagaimana procedural merawat kateter urine ?
17. Bagaimana procedural bladder training ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.4 PERGERAKAN CAIRAN ELEKTROLIT
Perpindahan cairan tubuh dan elektrolit tergantung pada permiabilitas membran sel
atau kemampuan membran untuk di tembus cairan dan elektrolit. Cara perpindahan itu adalah:
a) Difusi merupakan perpindahan materi padat,partikel, seperti gula pada cairan,berpindah dari
konsentasi tinggi ke konsentrasi rendah.
b) Osmosis adalah perpindahan pelarut murni seperti air, melalui membran semipermiabel dari
larutan yang memiliki konsentrasi solut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solut
tinggi. Hal ini untuk menyamakan konsentrasi larutan kedua sisi membran. Suatu larutan yang
osmolalitasnya sama dengan plasma darah disebut isotonik
c) Filtrasi merupakan suatu proses perpindahan zat dan substansi yang dapat larut secara
bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini aktif di dalam bantalan
kapiler, tempat perbedaan tekanan hidrostatik atau gradient yang menentukan perpindahan air,
elektrolit dan substansi terlarut lain yang berada diantara cairan kapiler dan cairan interstisial.
Tekanan hidrostatk adalah tekanan yang dihaslkan oleh likuid di dalam ruangan.
d) Transport aktif, berbeda dengan difusi dan osmosis. Transport aktif memerlukan aktivitas
metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus
membran sel.
2.5 PENGATURAN CAIRAN TUBUH
a) Asupan Cairan
Asupan cairan diatur melalui mekanisme haus yang berpusat di hipotalamus otak.
Stimulus fisiologi utama terhadap pusat rasa haus adalah peningkatan konsentrasi plasma dan
penurunan volume darah.
Apabila cairan yang hilang terlalu banyak maka Osmoreseptor akan mendeteksi kehilangan
tersebut dan mengaktifkan rasa haus. Faktor lain yang mempengaruhi rasa haus adalah keringnya
membran mukosa faring dan mulut, kehilangan kalium, dan faktor-faktor psikologi. Air dapat juga
diperoleh dari asupan makanan seperti sayur, buah, daging, serta dari oksidasi bahan makanan.
Orang yang hilang kesadaran dan bayi tidak dapat merasakan haus pada dirinya sehingga mereka
beresiko mengalami dehidrasi.
b) Haluaran Cairan
Cairan terutama di keluarkan melalui ginjal dan saluran gastrointestinal. Pada orang
dewasa ginjal setiap menit menerima sekitar 125ml plasma untuk disaring dan memproduksi urin
sekitar 60ml(40-80ml). jumlah urin dipengaruhi oleh hormone antidiuretik dan aldosteron.
4
Rata-rata haluaran cairan setiap hari pada orang dewasa dengan berat badan 70kg
Organ atau Sistem Jumlah (Ml)
Ginjal 1500
Kulit
Kehilangan tak kasat mata 600-900
Kehilangan kasat mata 600
Paru-paru 400
Saluran pencernaan 100
Jumlah total 3200-3500
Kehilangan air tak kasat mata terjadi secara terus menerus dan tak dapat dirasakan oleh
manusia. Kehilangan air secara kasat mata terjadi melalui keringat yang berlebih dan dapat
dirasakan oleh individu. Jumlah pengeluaran keringat ini secara langsung berhubungan dengan
banyaknya olah raga, suhu lingkungan dan aktivitas metabolik.
Paru-paru juga mengalami kehilangan air yang tidak dapat dirasakan oleh individu.
Kehilangan cairan dapat meningkat sebagai respon terhadap adanya perubahan frekuensi dan
kedalaman pernafasan seperti yang terjadi pada seseorang yang melakukan olah raga berat atau
seseorang yang sedang demam. Selain itu, alat untuk memberikan oksigen dapat meningkatkan
kehilangan air yang tidak dirasakan dari paru-paru karena oksigen lebih kering dibanding dengan
udara lain. Muntah dan diare akan meningkatkan jumlah pengeluaran cairan dari saluran
pencernaan.
c) Hormon
Hormon utama yang dapat mempengaruhi seimbangan cairan dan elektrolit adalah ADH
dan Aldosteron. Keadaan kurang air akan meningkatkan osmolalitas darah dan keadaan ini akan
direspon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH akan menurunkan produksi air
dengan cara meningkatkan reabsorbsi cairan dalam tubulus ginjal.
Aldesteron adalah mineralokortikoid yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Aldesteron
mengatur keseimbangan-keseimbangan natrium dan kalium dengan cara mensekresikan kalium
dalam tubulus ginjal dan mengabsorsi natrium. sehingga air juga akan direabsorbsi dan
dikembalikan kecairan darah.
Selain dari dua hormon di atas juga ada yang dinamakan glukokortikoid yang membantu
dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Kelebihan hormon di dalam sirkulasi akan
menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang dikenal dengn sindrom cushing.
5
BERBAGAI PROSEDURAL KEPERAWATAN DALAM MEMENUHI
KEBUTUHAN PASIEN
2.6 Mengukur Tekanan Darah
Pengertian
Tekanan darah adalah tekanan darah pada arteri saat itu dipompa ke seluruh tubuh
oleh jantung. Tekanan darah tinggi (hipertensi) biasanya tidak memiliki gejala, tetapi
dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Ini adalah faktor risiko utama untuk
mengembangkan penyakit kardiovaskular, termasuk serangan jantung dan stroke. Makan
dan perubahan gaya hidup sehat dapat membantu untuk mengelola tekanan darah tinggi.
Tekanan darah biasanya diukur dengan membungkus manset karet tekanan di
sekitar lengan atas Anda. Manset ini merupakan bagian dari mesin yang disebut
sphygmomanometer. Cara terbaik adalah untuk mengukur tekanan darah ketika santai
dan duduk.
Pengukuran Tekanan Darah dengan Tensimeter manual
1. Duduk dengan tenang dan rileks sekitar 5 (lima) menit
2. Jelaskan manfaat rileks tersebut, yaitu agar nilai tekanan darah yang terukur adalahnilai yang stabil
3. Pasang manset pada lengan dengan ukuran yang sesuai, dengan jarak sisi mansetpaling
bawah 2,5 cm dari siku dan rekatkan dengan baik
4. Posisikan tangan di atas meja dengan posisi sama tinggi dengan letak jantung.
5. Bagian yang terpasang manset harus terbebas dari lapisan apapun.
6. Pengukuran dilakukan dengan tangan di atas meja dan telapak tangan terbuka keatas.
7. Rabalah nadi pada lipatan lengan, pompa alat hingga denyutan nadi tidak teraba laludipompa lagi
hingga tekanaan meningkat sampai 30 mmHg di atas nilai tekanan nadiketika denyutan
nadi tidak teraba
8. Tempelkan steteskop pada perabaan denyut nadi, lepaskan pemompa perlahan-lahan
dan dengarkan suara bunyi denyut nadi
9. Catat tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika suatu denyut nadi yangpertama
terdengar dan tekanan darah diatolik ketika bunyi keteraturan denyut naditidak
tersengar
10. Sebaiknya pengukuran dilakukan 2 kali. Pengukuran ke-2 setelah selang waktu
2(dua) menit
6
11. Jika perbedaan hasil pengukuran ke-1 dan ke-2 adalah 10 mmHg atau lebih harusdilakukan
pengukuran ke-3.
12. Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat dilakukan dengan
posisiberbaring, dan catat kondisi tersebut di lembar catatan.
a) Manset tensimeter dipasang (diikatkan) pada lengan atas. Manset
sedikitnyaharus dapat melingkari 2/3 lengan atas dan bagian bawahnya sekitar
2 jari diatas daerah lipatan lengan atas untuk mencegah kontak dengan
stetoskop.Stetoskop ditempatkan pada lipatan lengan atas (pada arteri
brakhialis padapermukaan ventral/depan siku agak ke bawah manset tensimeter).
b) Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan dalam tensimeter dinaikkan
denganmemompa sampai tidak terdengar lagi. Kemudian tekanan di dalam
tensimeterditurunkan pelan-pelan.
c) Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, baca tekanan yang
tercantumdalam tensimeter, tekanan
ini adalah tekanan atas (sistolik).
d) Suara denyutan nadi selanjutnya
menjadi agak keras dan tetap
terdengarsekeras itu sampai suatu saat
denyutannya melemah atau
menghilang samasekali. Pada saat
suara denyutan yang keras itu melemah, baca lagi tekanandalam tensimeter,
tekanan itu adalah tekanan bawah (diastolik).
e) Tekanan darah orang yang diperiksa adalah rata-rata pengukuran
yangdilakukan sebanyak 2 kali.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Beberapa hal yang perlu diketahui berkaitan dengan pengukuran tekanan darah,
yaitu bahwa hasil pengukuran tekanan darah bisa “tidak benar” akibat minum kopi atau
minuman beralkohol akan meningkatkan tekanan darah dari nilai sebenarnya.
Demikian juga merokok, rasa cemas (tegang), terkejut, dan stress. Ingin kencing, karena
kandung kemih penuh, juga dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu, sebelum
melakukan pengukuran tekanan darah, sebaiknya:
7
a) Buang air kecil terlebih dahulu (kosongkan kandung kemih).
b) Tidak minum kopi atau minuman beralkohol, dan tidak merokok.
c) Sebaiknya tenangkan pikiran dan perasaan, misalnya dengan duduk santai
selama lebih kurang lima menit. Duduklah dengan menapakkan kaki di lantai
atau diinjakan kaki dan sandarkan punggung. Injakan kaki dan sandaran
punggung akan membantu untuk rileks dan memberikan hasil pengukuran
tekanan darah yanglebih akurat.
Agar pengukuran tekanan darah yang dilakukan hasilnya valid, maka harus diperhatikanvaliditas
alat pengukuran tekanan darah, terutama Alat Pengukur Tekanan Darah diRumah (ATDR)..
Tujuan
Prosedur Kerja :
8
1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan kedua lengan pasien terlentang disisi tubuh
5. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
6. Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah dan jari
manis (ex : lihat gambar). Tentukan frekuensi per-menit dan keteraturan irama serta
kekuatan denyutan
7. Catat hasil
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
9
Minta pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas
Pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan diatas paha
Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis
Mintalah pasien untuk memalingkan kepala pada sisiarah yang berlawanan
dengan yang akan diperiksa
Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk menghindari
rangsangan sinus carotid
Dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk palpasi sekitar otot
sternokleidomastoideus bagian medial
10
2.8 Pemeriksaan Rumplead
Pengertian
Rumple leed test adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan pembendungan
pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi
trombosit.
Tujuan
Untuk mendeteksi adanya perdarahan di bawah kulit (petekie) sebagai tanda demam
berdarah
Untuk mengetahui ketahan/kerapuhan dinding pembuluh darah derta jumlah dan
fungsi trombosit.
Prosedur Kerja
11
Hitung batas tekanan sistolik dan tekanan diastolik kemudian jumlahkan batas
kedua tekanan tersebut dan bagi dua dengan rumus
A. Tahap Persiapan
1. Persiapan Alat
12
Meja baki berisi :
Obat-obat yang diperlukan dalam tempatnya
Gelas obat
Sendok
Gelas ukuran (jika diperlukan)
Air minum pada tempatnya
Lap makan atau tissue
Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
Spuit steril
Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
Kalau perlu kartu obat berisi :
1. Nama pasien
2. Nomor tempat tidur
3. Dosis obat
4. Jadwal pemberian obat
2. Persiapan Klien
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan pemberian obat, langkah-langkah yang akan dilakukan dan waktu
pemberian obat
Meminta pengunjung atau keluarga menunggu di luar
3. Persiapan Lingkungan
Bekerja sebaiknya dari sebelah kanan pasien
Meletakkan alat sedemikian rupa sehingga mudah bekerja
B. Tahap Pelaksanaan
1) Cuci tangan dan pakai handscoone (sarung tangan)
2) Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya
program tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
3) Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara
pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan
laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.
13
4) Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang
diperlukan)
5) Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis
yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga
kebersihan obat).
Tablet atau kapsul
a) Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat.
b) Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang
diperlukan.
c) Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan
martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan
bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab
dapat mempengaruhi daya kerjanya.
Obat dalam bentuk cair
a) Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang obat
yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
b) Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi pada
tutup botol bagian dalam.
c) Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat
kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga
label tidak bisa dibaca dengan tepat.
d) Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
e) Sebelum menutup botol usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue.
Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup
botol.
f) Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit steril
untuk mengambilnya dari botol.
g) Untuk obat yang sangat asam misalnya aspirin tawarkan makanan kecil tanpa lemak, misal
biskuit.
h) Temani klien sampai semua obat ditelan. Apabila anda ragu apakah obat telah ditelan minta
klien membuka mulutnya.
14
i) Setelah selesai pasien dirapikan dan bantu pasien kembali ke posisi yang nyaman
j) Alat-alat dibersihkan dan dikembalikan ketempatnya
k) Kembalikan kartu, format obat atau huruf cetak nama obat ke arsip yang tepat untuk
pemberian obat selanjutnya.
C. Tahap Akhir
1) Evaluasi perasaan klien : kembali dalam waktu 30 menit untuk mengevaluasi respon
terhadap pengobatan.
2) Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.
3) Dokumentasi : Catat waktu aktual setiap obat diberikan pada catatan obat
4) Cuci tangan
15
3) Persiapan Alat:
a) Selaput kondom kateter
b) Strip elastic
c) Kantung penampung urine dengan selang drainase
d) Baskom dengan air hangat dan sabun
e) Handuk dan waslap
f) Selimut mandi
g) Sarung tangan
h) Gunting
4) Persiapan Pasien
a) Analisa keluhan pasien.
b) Pasien dan keluarga diberikan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
5) Cara Melakukan:
a) Cuci tangan
b) Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur
c) Jelaskan prosedur pada klien
d) Gunakan sarung tangan
e) Bantu klien pada posisi terlentang. Letakkan selimut diatas bagian tubuh bagian atas
dan tutup ekstremitas bawahnya dengan selimut mandi sehingga hanya genitalia yang
terpajan
f) Bersihkan genitalia dengan sabun dan air, keringkan secara menyeluruh
g) Siapkan drainase kantong urine dengan menggantungkannya ke rangka tempat tidur.
h) Dengan tangan nonn dominan genggam penis klien dengan kuat sepanjang
batangnya. Dengan tangan dominan, pegang kantung kondom pada ujung penis dan
dengan perlahan pasangkan pada ujung penis
i) Sisakan 2,5 sampai 5 cm ruang antara glands penis dan ujung kondom
j) Lilitkan batang penis dengan perekat elastic.
k) Hubungkan selang drainase pada ujung kondom kateter
l) Posisikan klien pada posisi yang aman
m) Pasien dirapihkan kembali
n) Alat dirapihkan kembali
16
o) Mencuci tangan
p) Melaksanakan dokumentasi
6) Tahap terminasi :
a) Ucapkan terima kasih atas kerjasama dengan pasien
b) Evaluasi respon klien
c) Simpulkan hasil kegiatan
d) Bereskan alat-alat dan kembalikan pada tempatnya
7) Dokumentasikan :
a) Nama klien
b) Tanggal dan jam
c) Tindakan yang dilakukan
d) Respon klien
e) Nama petugas
17
Tahap kerja
1. 1. Menghitung intake oral (minum)
2. 2. Menghitung intake oral (makan)
3. 3. Menghitung intake perinatal
4. 4. Menghitung cairan metabolism
5. 5. Menghitung output urine
6. 6. Menghitung output feses
7. 7. Menghitung output abnormal (muntah, drain, perdarahan)
8. 8. Menghitung output IWL
9. 9. Menghitung balance cairan
Tahap terminasi
1. 1. Berpamitan dengan klien
2. 2. Membereskan alat
3. 3. Mencuci tangan
4. 4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Perawatan Infus
Defenisi Perawatan Infus
Adalah tindakan yang diberikan perawat kepada pasien yang telah
dilakukan pemasangan infus sesuai prosedur guna menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Menurut SOP Keperawatan perawatan infus adalah perawatan pada
tempat pemasangan infus.
Tujuan Perawatan Infus
Menurut SOP Keperawatan tujuannya adalah mencegah terjadinya infeksi
Indikasi
a. Pada pasien yang terpasang infus
b. Pasien dengan kesulitan bergerak/bed rest
c. Pasien dengan pemasangan infus yang relatif lama
18
Alat-Alat Yang Digunakan
1. Pinset anatomis steril: 2 buah
2. Kasa steril
3. Sarung tangan steril
4. Gunting plester
5. Plester/hypavic
6. Lidi kapas
7. Alkohol 70% /wash bensin dalam tempatnya
8. Iodin Povidon solution 10% /sejenis
9. Penunjuk waktu
10. NaCl 0,9%
11. Bengkok 2 buah, satu berisi cairan desinfektan
Prinsip Perawatan infus
Dilakukan dengan prinsip aseptik (steril) seperti mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan, memakai handscoon tujuannya agar pasien
terhindar dari infeksi nasokomial.
Cara Kerja
Menurut SOP KEPERAWATAN
a) Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
b) Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c) Tahap Kerja
1. Mengatur posisi pasien (tempat tusukan infus terlihat jelas)
2. Memakai sarung tangan
3. Membasahi plester dengan alkohol/wash bensin dan buka balutan dengan
menggunakan pinset
19
4. Membersihkan bekas plester
5. Membersihkan daerah tusukan & sekitarnya dengan NaCl
6. Mengolesi tempat tusukan dengan Iodin cair/salf
7. Menutup dengan kassa steril dengan rapi
8. Memasang plester penutup
9. Mengatur tetesan infus sesuai program
d) Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Perawatan Infus
A. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam
B. Evaluasi tanda infeksi
C. Observasi tanda/reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
D. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir saat melakukan perawatan
infus
E. Bersihkan lokasi penusakan dengan anti septik.
F. Mendokumentasikan waktu pemeriksaan kateter (terhadap adanya embolus),
serta reaksi klien (terhadap tempat/ lokasi vena perifer yang sering digunakan
pada pemasangan infus.
20
Tujuan Pemberian & Penggantian Cairan Infus
Adapun tujuan prosedur ini adalah untuk :
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein, kalori dan
nitrogen pada klien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang adekuat melalui
mulut.
2. Memulihkan keseimbangan asam-basa.
3. Meningkatkan Tekanan Darah
4. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan.
Persiapan Alat
1. Cairan infus (Asering, RL, Ringerfundin, Nacl 0.9%, Dextrose 5%, Kabiven, Clinimic,
dll)
2. Jam tangan, plester K/P
3. Kapas Alkohol
4. Jarum
21
10. Atur kembali tetesan sesuai program atau instruksi dokter
11. Evaluasi respon pasien dan amati area sekitar penusukan infus
12. Bereskan alat
13. Sampaikan salam
14. Cuci tangan
15. Catat pada lembar tindakan
22
c) Kapas alkohol dalam tempatnya/alcohol swab
d) Plester
e) Gunting verband
f) Bengkok (neirbekken)
g) Perlak kecil dan alas
h) Coverplast
i) Alat tulis (untuk dokumentasi)
23
2.15 Memonitor Tetesan Infus
A.Pengertian
B. Tujuan
1. Mencegah terjadinya kolaps kardiovaskular dan sirkulasi pada klien dehidrasi dan syok
2. Mencegah kelebihan cairan pada klien
C. Persiapan alat
D. Prosedur pelaksanaan
1.Membaca program dokter dan ikuti enam benar untuk memastikan larutan yang benar
2. Mencari tahu kalibrasi dalam tetesan per milliliter dari set infuse (sesuai petunjuk pada
bungkus)
- Milliliter per jam Jumlah total cairan infuse (cc) cc/jam = lama waktu pengimpusan(jam)
- Tetes permenit Jumlah total cairan infuse (cc) x factor tetesan Lama waktu pengimpusan
24
4. Mencuci tangan
6. Menetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik drip selama satu menit
dengan jam, kemudian atur klem pengatur untuk menaikkan atau menurunkan kecepatan infuse.
25
9. plester dan gunting plester
f. Cara Kerja
1. Memperkenalkan diri
2. Beritahu dan jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan dan lihat
respon klien
3. Dekatkan alat ke klien
4. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
5. Bantu klien mengatur posisi sesuai kebutuhan sehingga luka mudah dirawat
6. Cucitangan
7. Gunakan scort dan handschoen
8. Bersihkan meatus uretra eksterna seperti halnya rawat luka dengan menarik
kateter sejauh 0,5 – 1 cn keluar, besihkan kotoran yang menempel dengan pinset sirurgi
kemudian oleskan kassa betadin dengan pinset anatomis disekitar kateter
9. Bersihkan bekas plester dengan bensin menggunakan kassa dan pinset
10. Pasang plester / hypavik
11. Rapikan pasien dan alat – alat bersihkan
12. Setiap hari posisi kateter harus diperhatikan dan harus pada posisi yang benar yaitu di
pasang fiksasi Antara paha bagian atas dan abdomen bagian bawah
13. Anjurkan klien minum air 2 liter / hari kecuali ada kontra indikasi
14. Amati selang kateter untuk mengetahui adanya kebocoran dan lipatan
15. Jangan melepaskan sambungan kateter kecuali jika akan dibilas
16. Ambil urin untuk pemeriksaan dari selang yang ditusuk dengan jarum. Bersihlan dulu
selang yang akan ditusuk dengan disinfektan
17. Jangan sekali – kali meninggalkan kantong urobag lebih tinggi dari buli –buli eratkan
urobag pada rangaka tempat tidur bila pasien terlentang dan pada daerah dibawah lutut
bila pasien ambulasi
18. Kosongkan urobag ke gelas ukur dan gelas ukur harus dibersihkan secara teratur
19. Periksa kultur urin jika diperlukan
20. Perhatikan urobag apakah adas edimen atau kebocoran
21. Kateter diganti kurang lebih 2 minggu sekali kacuali ada indikasi lain
26
22. Lepaskan handschoen dan cuci tangan
23. Dokumentasikan tindakan
27
Pelaksanaan: ada 2 tingkat yaitu tingkat masih dalam kateter dan tingkat bebas catheter.
1. Tingkat masih dalam kateter:
Prosedur 1 jam:
Cuci tangan.
Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali
habis diberi minum ,catheter di klem.
Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam08.00 s.d. jam 20.00 dengan
cara klem catheter dibuka.
Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidakdiklem) dan klien boleh minum
tanpa ketentuan seperti padasiang hari.
Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampaiprogram tersebut berjalan
lancar dan berhasil.
Prosedur 2 jam:
Cuci tangan.
Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali
habis diberi minum, catheter di klem.
Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam09.00 s.d jam 21.00 dengan
cara klem catheter dibuka.
Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidakdiklem) dan klien boleh minum
tanpa ketentuan seperti padasiang hari.
Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampaiprogram tersebut berjalan lancar
dan berhasil.
2. Tingkat bebas catheter prosedur
apabila prosedur 1 sudah berjalan lancar:
Cuci tangan.
Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam07.00 s.d. jam 19.00, lalu
kandung kemih dikosongkan.
Kemudian catheter dilepas.
Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untukkonsentrasi BAK, kemudian
lakukan penekanan pada areakandung kemih dan lakukan pengosongan kandung
kemihsetiap 2 jam dengan menggunakan urinal.
28
Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidakboleh diberi minum
sampai jam 07.00 pagi untukmenghindari klien dari basahnya urine pada malam
hari.
Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemihselanjutnya dijadwalkan setiap
2 jam sekali, apabila
adarangsangan BAK sebelum 2 jam klien diharuskanmenahannya
Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencobamengosongkan kandung
kemih dengan menggunakan urinal.
Alat-alat dibereskan
Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam
Cuci tangan (Lihat SOP Cuci Tangan)
Dokumentasikan hasil tindakan
29
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Bahwa setiap manusia itu membutuhkan cairan untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam
tubuh agar tubuh bisa melakukan aktivitas . jika tubuh kekurangan cairan maka sistem kerja tubuh
tidak seimban karena cairan merupakan suatu hal penting untuk manusia dapat melakukan
aktivitasnya. Kekurangan volume cairan bisa di definisikan adalah suatu keadaan pada individu
yang mengalami dehidrasi intrasel, vaskular, atau selular yang berhubungan dengan kehilangan
yang aktif. Mengetahui bagaimana prosedural keperawatan pada pasien.
B. SARAN
Dari kesimpulan diatas kita sebagai manusia harus selalu menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh agar tubuh tidak mengalami gangguan dan tidak mengalam ketidakseimbangan cairan
yang bisa menimbulkan akibat yang lebih dari ketidakseimbangan cairan tersebut.
30
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/.../KONSEP_DASAR_CAIRAN_DAN_ELEKTROLIT
eprints.undip.ac.id/50884/3/YudhaAdidarmaM_22010112110201_Lap.KTI_Bab2.pdf
eprints.polsri.ac.id/2858/3/BAB%20II.pdf
www.academia.edu/19161380/TES_TOURNIQUET
https://bobowheryanto.wordpress.com/.../langkah-langkah-memberikan-cairan-per-or...
journal.unair.ac.id/download-fullpapers-IJCPML-12-2-07.pdf
eprints.ums.ac.id/44561/1/JUDUL%20ISNA.pdf
https://bacapdf.com/.../prosedur-perawatan-infus_5a00c61bd64ab24e6b03c835_pdf
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file...1.../4edffa59ee1f819fb8d38d45bda90131.pdf
journal.unair.ac.id/download-fullpapers-cmsnj6f1ebb318c2full.pdf
www.academia.edu/25768419/MAKALAH_BLADDER_TRAINING
31