Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau


homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi
fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikelpartikel bahan
organic dan anorganik yang vital untuk hidup.Elektrolit tubuh mengandung komponen-
komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negative
(anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan
keseimbangan asam-basa.Pada fungsi neuromuscular, elektrolit memegang peranan penting
terkait dengan transmisi impuls saraf.Adapun berbagai procedural keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien dengan: mengukur tekanan darah, menghitung nadi, pemeriksaan rumplead,
memberi minum per oral, mengumpulkan urin untuk pemeriksaan dan memasang kondom,
menghitung keseimbangan cairan, merawat luka infus, mengganti cairan infus, melepas infus,
memonitor tetesan infus, merawat kateter urine, dan melaksanakan bladder training.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kebutuhan cairan?


2. Bagaimana distribusi cairan tubuh?
3. Jelaskan pengertian elektrolit tubuh!
4. Bagaimana pergerakan cairan elektrolit?
5. Bagaimana pengaturan cairan tubuh?
6. Bagaimana prosedural mengukur tekanan darah?
7. Bagaimana prosedural mengukur nadi?
8. Bagaimana prosedural pemeriksaan rumplead ?
9. Bagaimana procedural memberi minum peroral ?
10. Bagaimana procedural mrngumpulkan urine untuk pemeriksaan ?
11. Bagaimana procedural menghitung keseimbangan cairan ?
12. Bagaimana procedural merawat luka infus ?

1
13. Bagaimana procedural mengganti cairan infus ?
14. Bagiamana procedural melepas infus ?
15. Bagaimana procedural memonitor tetesan infus ?
16. Bagaimana procedural merawat kateter urine ?
17. Bagaimana procedural bladder training ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian kebutuhan cairan


2. Mengetahui distribusi cairan tubuh
3. Mengetahui pengertian elektrolit tubuh
4. Mengetahui pergerakan cairan elektrolit
5. Mengetahui pengaturan cairan tubuh
6. Mengetahui prosedural mengukur tekanan darah
7. Mengetahui prosedural mengukur nadi
8. Mengetahui prosedural pemeriksaan rumplead
9. Mengetahui procedural memberi minum peroral
10. Mengetahui procedural mengumpulkan urine untuk pemeriksaan
11. Mengetahui procedural menghitung keseimbangan cairan
12. Mengetahui procedural merawat luka infus
13. Mengetahui procedural mengganti cairan infus
14. Mengetahui procedural melepas infus
15. Mengetahui procedural memonitor tetesan infus
16. Mengetahui procedural merawat kateter urine
17. Mengetahui procedural bladder training

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEBUTUHAN CAIRAN


Kebutuhan cairan adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.

2.2 DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH


Cairan tubuh didistribusi dalam dua kompertemen yang berbeda yaitu cairan ekstrasel dan
cairan intrasel.Ekstrasel terdiri dari cairan interstisial dan cairan intravaskuler. Cairan interstisial
mengisi ruangan yang berada antara sebagian sel tubuh dan sejumlah besar lingkungan cairan
tubuh. 15 % berat tubuh merupakan cairan interstisial.Cairan intravaskuler terdiri dari plasma yang
menyusun tubuh sekitar 5% dari berat manusia.Cairan intrasel adalah cairan di dalam membran
sel yang berisi substansi terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit
serta metabolisme.Cairan intrasel membentuk 40% dari berat tubuh.
Fungsi Cairan Tubuh :

a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.


b. Transport nutrient ke sel.
c. Transport hasil sisa metabolisme.
d. Transport hormone.
e. Pelumas antar organ.
f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiiovaskuler.

2.3 ELEKTROLIT TUBUH


Cairan yang beredar di dalam tubuh baik intrasel maupun ekstrasel mengandung elektrolit,
mineral dan sel. Elektrolit adalah unsur atau senyawa yang jika melebur kedalam air atau pelarut
lain akan pecah dan mampu membawa muatan listrik.
Elektrolit yang bermuatan positif dinamakan kation sedangkan yang bermuatan negative
dinamakan anion. Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh termasuk fungsi
neuromuscular dan keseimbangan asam basa.
Mineral yang dicerna sebagai senyawa biasanya dengan nama logam, non logam, radikal
atau fosfat. Mineral bekerja sebagai katalis dalam respon saraf, kontraksi otot, dan metabolisme
zat gizi yang terdapat dalam makanan. Selain itu mineral juga mengatur keseimbanagn elektrolit
dan produksi hormon serta menguatkan struktur tulang. Contoh dari mineral adalah zat besi dan
zink. Sel merupakan unit fungsional dasar dari semua jaringan hidup. Contoh sel darah merah dan
sel darah putih.

3
2.4 PERGERAKAN CAIRAN ELEKTROLIT
Perpindahan cairan tubuh dan elektrolit tergantung pada permiabilitas membran sel
atau kemampuan membran untuk di tembus cairan dan elektrolit. Cara perpindahan itu adalah:
a) Difusi merupakan perpindahan materi padat,partikel, seperti gula pada cairan,berpindah dari
konsentasi tinggi ke konsentrasi rendah.
b) Osmosis adalah perpindahan pelarut murni seperti air, melalui membran semipermiabel dari
larutan yang memiliki konsentrasi solut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solut
tinggi. Hal ini untuk menyamakan konsentrasi larutan kedua sisi membran. Suatu larutan yang
osmolalitasnya sama dengan plasma darah disebut isotonik
c) Filtrasi merupakan suatu proses perpindahan zat dan substansi yang dapat larut secara
bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini aktif di dalam bantalan
kapiler, tempat perbedaan tekanan hidrostatik atau gradient yang menentukan perpindahan air,
elektrolit dan substansi terlarut lain yang berada diantara cairan kapiler dan cairan interstisial.
Tekanan hidrostatk adalah tekanan yang dihaslkan oleh likuid di dalam ruangan.
d) Transport aktif, berbeda dengan difusi dan osmosis. Transport aktif memerlukan aktivitas
metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus
membran sel.
2.5 PENGATURAN CAIRAN TUBUH
a) Asupan Cairan
Asupan cairan diatur melalui mekanisme haus yang berpusat di hipotalamus otak.
Stimulus fisiologi utama terhadap pusat rasa haus adalah peningkatan konsentrasi plasma dan
penurunan volume darah.
Apabila cairan yang hilang terlalu banyak maka Osmoreseptor akan mendeteksi kehilangan
tersebut dan mengaktifkan rasa haus. Faktor lain yang mempengaruhi rasa haus adalah keringnya
membran mukosa faring dan mulut, kehilangan kalium, dan faktor-faktor psikologi. Air dapat juga
diperoleh dari asupan makanan seperti sayur, buah, daging, serta dari oksidasi bahan makanan.
Orang yang hilang kesadaran dan bayi tidak dapat merasakan haus pada dirinya sehingga mereka
beresiko mengalami dehidrasi.
b) Haluaran Cairan
Cairan terutama di keluarkan melalui ginjal dan saluran gastrointestinal. Pada orang
dewasa ginjal setiap menit menerima sekitar 125ml plasma untuk disaring dan memproduksi urin
sekitar 60ml(40-80ml). jumlah urin dipengaruhi oleh hormone antidiuretik dan aldosteron.

4
Rata-rata haluaran cairan setiap hari pada orang dewasa dengan berat badan 70kg
Organ atau Sistem Jumlah (Ml)
Ginjal 1500
Kulit
Kehilangan tak kasat mata 600-900
Kehilangan kasat mata 600
Paru-paru 400
Saluran pencernaan 100
Jumlah total 3200-3500

Kehilangan air tak kasat mata terjadi secara terus menerus dan tak dapat dirasakan oleh
manusia. Kehilangan air secara kasat mata terjadi melalui keringat yang berlebih dan dapat
dirasakan oleh individu. Jumlah pengeluaran keringat ini secara langsung berhubungan dengan
banyaknya olah raga, suhu lingkungan dan aktivitas metabolik.
Paru-paru juga mengalami kehilangan air yang tidak dapat dirasakan oleh individu.
Kehilangan cairan dapat meningkat sebagai respon terhadap adanya perubahan frekuensi dan
kedalaman pernafasan seperti yang terjadi pada seseorang yang melakukan olah raga berat atau
seseorang yang sedang demam. Selain itu, alat untuk memberikan oksigen dapat meningkatkan
kehilangan air yang tidak dirasakan dari paru-paru karena oksigen lebih kering dibanding dengan
udara lain. Muntah dan diare akan meningkatkan jumlah pengeluaran cairan dari saluran
pencernaan.
c) Hormon
Hormon utama yang dapat mempengaruhi seimbangan cairan dan elektrolit adalah ADH
dan Aldosteron. Keadaan kurang air akan meningkatkan osmolalitas darah dan keadaan ini akan
direspon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH akan menurunkan produksi air
dengan cara meningkatkan reabsorbsi cairan dalam tubulus ginjal.
Aldesteron adalah mineralokortikoid yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Aldesteron
mengatur keseimbangan-keseimbangan natrium dan kalium dengan cara mensekresikan kalium
dalam tubulus ginjal dan mengabsorsi natrium. sehingga air juga akan direabsorbsi dan
dikembalikan kecairan darah.
Selain dari dua hormon di atas juga ada yang dinamakan glukokortikoid yang membantu
dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Kelebihan hormon di dalam sirkulasi akan
menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang dikenal dengn sindrom cushing.

5
 BERBAGAI PROSEDURAL KEPERAWATAN DALAM MEMENUHI
KEBUTUHAN PASIEN
2.6 Mengukur Tekanan Darah
Pengertian
Tekanan darah adalah tekanan darah pada arteri saat itu dipompa ke seluruh tubuh
oleh jantung. Tekanan darah tinggi (hipertensi) biasanya tidak memiliki gejala, tetapi
dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Ini adalah faktor risiko utama untuk
mengembangkan penyakit kardiovaskular, termasuk serangan jantung dan stroke. Makan
dan perubahan gaya hidup sehat dapat membantu untuk mengelola tekanan darah tinggi.
Tekanan darah biasanya diukur dengan membungkus manset karet tekanan di
sekitar lengan atas Anda. Manset ini merupakan bagian dari mesin yang disebut
sphygmomanometer. Cara terbaik adalah untuk mengukur tekanan darah ketika santai
dan duduk.
 Pengukuran Tekanan Darah dengan Tensimeter manual
1. Duduk dengan tenang dan rileks sekitar 5 (lima) menit
2. Jelaskan manfaat rileks tersebut, yaitu agar nilai tekanan darah yang terukur adalahnilai yang stabil
3. Pasang manset pada lengan dengan ukuran yang sesuai, dengan jarak sisi mansetpaling
bawah 2,5 cm dari siku dan rekatkan dengan baik
4. Posisikan tangan di atas meja dengan posisi sama tinggi dengan letak jantung.
5. Bagian yang terpasang manset harus terbebas dari lapisan apapun.
6. Pengukuran dilakukan dengan tangan di atas meja dan telapak tangan terbuka keatas.
7. Rabalah nadi pada lipatan lengan, pompa alat hingga denyutan nadi tidak teraba laludipompa lagi
hingga tekanaan meningkat sampai 30 mmHg di atas nilai tekanan nadiketika denyutan
nadi tidak teraba
8. Tempelkan steteskop pada perabaan denyut nadi, lepaskan pemompa perlahan-lahan
dan dengarkan suara bunyi denyut nadi
9. Catat tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika suatu denyut nadi yangpertama
terdengar dan tekanan darah diatolik ketika bunyi keteraturan denyut naditidak
tersengar
10. Sebaiknya pengukuran dilakukan 2 kali. Pengukuran ke-2 setelah selang waktu
2(dua) menit

6
11. Jika perbedaan hasil pengukuran ke-1 dan ke-2 adalah 10 mmHg atau lebih harusdilakukan
pengukuran ke-3.
12. Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat dilakukan dengan
posisiberbaring, dan catat kondisi tersebut di lembar catatan.
a) Manset tensimeter dipasang (diikatkan) pada lengan atas. Manset
sedikitnyaharus dapat melingkari 2/3 lengan atas dan bagian bawahnya sekitar
2 jari diatas daerah lipatan lengan atas untuk mencegah kontak dengan
stetoskop.Stetoskop ditempatkan pada lipatan lengan atas (pada arteri
brakhialis padapermukaan ventral/depan siku agak ke bawah manset tensimeter).
b) Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan dalam tensimeter dinaikkan
denganmemompa sampai tidak terdengar lagi. Kemudian tekanan di dalam
tensimeterditurunkan pelan-pelan.
c) Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, baca tekanan yang
tercantumdalam tensimeter, tekanan
ini adalah tekanan atas (sistolik).
d) Suara denyutan nadi selanjutnya
menjadi agak keras dan tetap
terdengarsekeras itu sampai suatu saat
denyutannya melemah atau
menghilang samasekali. Pada saat
suara denyutan yang keras itu melemah, baca lagi tekanandalam tensimeter,
tekanan itu adalah tekanan bawah (diastolik).
e) Tekanan darah orang yang diperiksa adalah rata-rata pengukuran
yangdilakukan sebanyak 2 kali.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Beberapa hal yang perlu diketahui berkaitan dengan pengukuran tekanan darah,
yaitu bahwa hasil pengukuran tekanan darah bisa “tidak benar” akibat minum kopi atau
minuman beralkohol akan meningkatkan tekanan darah dari nilai sebenarnya.
Demikian juga merokok, rasa cemas (tegang), terkejut, dan stress. Ingin kencing, karena
kandung kemih penuh, juga dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu, sebelum
melakukan pengukuran tekanan darah, sebaiknya:

7
a) Buang air kecil terlebih dahulu (kosongkan kandung kemih).
b) Tidak minum kopi atau minuman beralkohol, dan tidak merokok.
c) Sebaiknya tenangkan pikiran dan perasaan, misalnya dengan duduk santai
selama lebih kurang lima menit. Duduklah dengan menapakkan kaki di lantai
atau diinjakan kaki dan sandarkan punggung. Injakan kaki dan sandaran
punggung akan membantu untuk rileks dan memberikan hasil pengukuran
tekanan darah yanglebih akurat.
Agar pengukuran tekanan darah yang dilakukan hasilnya valid, maka harus diperhatikanvaliditas
alat pengukuran tekanan darah, terutama Alat Pengukur Tekanan Darah diRumah (ATDR)..

2.7 Menghitung Nadi


Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan di:

 Arteri radialis pada pergelangan tangan


 Arteri brachialis pada siku bagian dalam
 Arteri carotis pada leher
 Arteri temporalis pada pelipis
 Arteri femoralis pada lipatan paha
 Arteri dorsalis pedis pada kaki
 Arteri frontalis pada ubun-ubun (untuk bayi)

Tujuan

1. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan)


2. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler

Alat dan Bahan

1. Arloji (Jam) atau stop-watch


2. Buku catatan nadi
3. Pena

Prosedur Kerja :

8
1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan kedua lengan pasien terlentang disisi tubuh
5. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
6. Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah dan jari
manis (ex : lihat gambar). Tentukan frekuensi per-menit dan keteraturan irama serta
kekuatan denyutan
7. Catat hasil
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

A. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI RADIALIS


 Minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah
 Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi
tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.
 Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan
jaritengah , lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan
 Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur
 Hitung denyut tersebut selama satu menit

B. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI BRACHIALIS


 Menyingsingkan lengan baju pasien yang menutupi lengan atas
 Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi
tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.
 Lakukan palpasi ringan arteri dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
pada fossa kubiti (lekuk antara otot bisep dan trisep diatas siku)
 Rasakan denyut arteri brankialis dan irama yang teratur
 Hitung jumlah denyut selama satu menit

C. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI KAROTIS

9
 Minta pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas
 Pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan diatas paha
 Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis
 Mintalah pasien untuk memalingkan kepala pada sisiarah yang berlawanan
dengan yang akan diperiksa
 Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk menghindari
rangsangan sinus carotid
 Dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk palpasi sekitar otot
sternokleidomastoideus bagian medial

Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan napas


a) Setelah Prosedur:
1. Ucapkan terimakasih kepada klien
2. Segera laporkan adanya temuan abnormal
3. Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada tempatnya
4. Buka APD dan cuci tangan
b) Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Saat melakukan Prosedur Tindakan
 Bila denyut teratur, hitung selama 30 detik lalu hasilnya dikalikan 2, bila
denyut tidak teratur hitung 1 menit penuh
 Khusus pada anak-anak penghitungan dilakukan selama satu menit
DENYUT NADI NORMAL
 Bayi = 120 sampai dengan 150 kali/ menit
 Anak = 80 sampai dengan 150 kali/ menit
 Dewasa = 60 sampai dengan 90 kali/ menit

10
2.8 Pemeriksaan Rumplead

Pengertian

Rumple leed test adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan pembendungan
pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi
trombosit.

Tujuan

 Untuk mendeteksi adanya perdarahan di bawah kulit (petekie) sebagai tanda demam
berdarah
 Untuk mengetahui ketahan/kerapuhan dinding pembuluh darah derta jumlah dan
fungsi trombosit.

Prosedur Kerja

 Mendekatkan alat-alat kesekitar klien


 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Atur posisi dalam keadaan berbaring
 Lakukan pengukuran tekanan darah

11
 Hitung batas tekanan sistolik dan tekanan diastolik kemudian jumlahkan batas
kedua tekanan tersebut dan bagi dua dengan rumus

 Lakukan pengukuran MAP dengan mempertahankan tekanan hasil


pengukuran MAP sampai kurang lebih 5 menit.
 Setelah itu turunkan tekanan secara perlahan
 Baca hasil positiif
- : Tidak ditemukan petekie (<20)

+ : Adanya petekie (> 20)

 Catat hasil pengukuran


 Bereskan alat-alat yang digunakan
 Rapikan kembali klien
 Ucapkan salam
 Buka sarung tangan lalu buang ke dalam bengkok
 Cuci tangan
 Dokumentasikan seluruh hasil pengumpulan data pada format yang telah
disiapkan.

2.9 Memberi Minum Peroral

A. Tahap Persiapan
1. Persiapan Alat

12
Meja baki berisi :
 Obat-obat yang diperlukan dalam tempatnya
 Gelas obat
 Sendok
 Gelas ukuran (jika diperlukan)
 Air minum pada tempatnya
 Lap makan atau tissue
 Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
 Spuit steril
 Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
 Kalau perlu kartu obat berisi :
1. Nama pasien
2. Nomor tempat tidur
3. Dosis obat
4. Jadwal pemberian obat
2. Persiapan Klien
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan pemberian obat, langkah-langkah yang akan dilakukan dan waktu
pemberian obat
 Meminta pengunjung atau keluarga menunggu di luar
3. Persiapan Lingkungan
 Bekerja sebaiknya dari sebelah kanan pasien
 Meletakkan alat sedemikian rupa sehingga mudah bekerja

B. Tahap Pelaksanaan
1) Cuci tangan dan pakai handscoone (sarung tangan)
2) Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya
program tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
3) Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara
pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan
laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.

13
4) Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang
diperlukan)
5) Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis
yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga
kebersihan obat).
 Tablet atau kapsul
a) Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat.
b) Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang
diperlukan.
c) Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan
martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan
bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab
dapat mempengaruhi daya kerjanya.
 Obat dalam bentuk cair
a) Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang obat
yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
b) Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi pada
tutup botol bagian dalam.
c) Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat
kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga
label tidak bisa dibaca dengan tepat.
d) Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
e) Sebelum menutup botol usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue.
Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup
botol.
f) Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit steril
untuk mengambilnya dari botol.
g) Untuk obat yang sangat asam misalnya aspirin tawarkan makanan kecil tanpa lemak, misal
biskuit.
h) Temani klien sampai semua obat ditelan. Apabila anda ragu apakah obat telah ditelan minta
klien membuka mulutnya.

14
i) Setelah selesai pasien dirapikan dan bantu pasien kembali ke posisi yang nyaman
j) Alat-alat dibersihkan dan dikembalikan ketempatnya
k) Kembalikan kartu, format obat atau huruf cetak nama obat ke arsip yang tepat untuk
pemberian obat selanjutnya.

C. Tahap Akhir
1) Evaluasi perasaan klien : kembali dalam waktu 30 menit untuk mengevaluasi respon
terhadap pengobatan.
2) Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.
3) Dokumentasi : Catat waktu aktual setiap obat diberikan pada catatan obat
4) Cuci tangan

2.10 Mengumpulkan Urine untuk Pemeriksaan dan Memasang Kondom


Pengertian
Alat drainase urine eksternal yang mudah digunakan dan aman untuk mengalirkan urine
pada klien
Tujuan
1) Mengumpulkan urine dan mengontrol urine inkontinen
2) Klien dapat melakukan aktifitas fisik tanpa harus merasa malu karena adanya kebocoran
urine (ngompol)
3) Mencegah iritasi pada kulit akibat urine inkontinen
Kebijakan
Surat perintah Direktur Rumah Sakit tentang pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Prosedur
1) Tahap pra interaksi :
a) Verifikasi program pelayanan keperawatan pasien tersebut
b) Siapkan alat
c) Siapkan diri petugas dalam berinteraksi dengan pasien
2) Tahap orientasi :
a) Berikan salam
b) Jelaskan tujuan dan prosedur

15
3) Persiapan Alat:
a) Selaput kondom kateter
b) Strip elastic
c) Kantung penampung urine dengan selang drainase
d) Baskom dengan air hangat dan sabun
e) Handuk dan waslap
f) Selimut mandi
g) Sarung tangan
h) Gunting
4) Persiapan Pasien
a) Analisa keluhan pasien.
b) Pasien dan keluarga diberikan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
5) Cara Melakukan:
a) Cuci tangan
b) Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur
c) Jelaskan prosedur pada klien
d) Gunakan sarung tangan
e) Bantu klien pada posisi terlentang. Letakkan selimut diatas bagian tubuh bagian atas
dan tutup ekstremitas bawahnya dengan selimut mandi sehingga hanya genitalia yang
terpajan
f) Bersihkan genitalia dengan sabun dan air, keringkan secara menyeluruh
g) Siapkan drainase kantong urine dengan menggantungkannya ke rangka tempat tidur.
h) Dengan tangan nonn dominan genggam penis klien dengan kuat sepanjang
batangnya. Dengan tangan dominan, pegang kantung kondom pada ujung penis dan
dengan perlahan pasangkan pada ujung penis
i) Sisakan 2,5 sampai 5 cm ruang antara glands penis dan ujung kondom
j) Lilitkan batang penis dengan perekat elastic.
k) Hubungkan selang drainase pada ujung kondom kateter
l) Posisikan klien pada posisi yang aman
m) Pasien dirapihkan kembali
n) Alat dirapihkan kembali

16
o) Mencuci tangan
p) Melaksanakan dokumentasi
6) Tahap terminasi :
a) Ucapkan terima kasih atas kerjasama dengan pasien
b) Evaluasi respon klien
c) Simpulkan hasil kegiatan
d) Bereskan alat-alat dan kembalikan pada tempatnya
7) Dokumentasikan :
a) Nama klien
b) Tanggal dan jam
c) Tindakan yang dilakukan
d) Respon klien
e) Nama petugas

2.11 MenghitungBalance Cairan


PENGERTIAN Penghitungan keseimbangan cairan masuk dan keluar tubuh
TUJUAN 1. 1. Mengetahhui jumlah masuk cairan
2. 2. Mengetahui keluaran cairan
3. 3. Mengetahui balance cairan
4. 4. Menentukan kebutuhan cairan
KEBIJAKAN Pasien dengan kecenderungan gangguan regulasi cairan
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. 1. Alat tulis
2. 2. Gelas ukur urine/ urine bag
PROSEDUR  Tahap pra interaksi
PELAKSANAAN
1. 1. Melakukan pengecekan program terapi
2. 2. Mencuci tangan
B. 3. Tahap orientasi
1. 4. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. 5. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

17
 Tahap kerja
1. 1. Menghitung intake oral (minum)
2. 2. Menghitung intake oral (makan)
3. 3. Menghitung intake perinatal
4. 4. Menghitung cairan metabolism
5. 5. Menghitung output urine
6. 6. Menghitung output feses
7. 7. Menghitung output abnormal (muntah, drain, perdarahan)
8. 8. Menghitung output IWL
9. 9. Menghitung balance cairan
 Tahap terminasi
1. 1. Berpamitan dengan klien
2. 2. Membereskan alat
3. 3. Mencuci tangan
4. 4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

2.12 Merawat Luka Infus

Perawatan Infus
 Defenisi Perawatan Infus
Adalah tindakan yang diberikan perawat kepada pasien yang telah
dilakukan pemasangan infus sesuai prosedur guna menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Menurut SOP Keperawatan perawatan infus adalah perawatan pada
tempat pemasangan infus.
 Tujuan Perawatan Infus
Menurut SOP Keperawatan tujuannya adalah mencegah terjadinya infeksi
 Indikasi
a. Pada pasien yang terpasang infus
b. Pasien dengan kesulitan bergerak/bed rest
c. Pasien dengan pemasangan infus yang relatif lama

18
 Alat-Alat Yang Digunakan
1. Pinset anatomis steril: 2 buah
2. Kasa steril
3. Sarung tangan steril
4. Gunting plester
5. Plester/hypavic
6. Lidi kapas
7. Alkohol 70% /wash bensin dalam tempatnya
8. Iodin Povidon solution 10% /sejenis
9. Penunjuk waktu
10. NaCl 0,9%
11. Bengkok 2 buah, satu berisi cairan desinfektan
 Prinsip Perawatan infus
Dilakukan dengan prinsip aseptik (steril) seperti mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan, memakai handscoon tujuannya agar pasien
terhindar dari infeksi nasokomial.
 Cara Kerja
Menurut SOP KEPERAWATAN
a) Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
b) Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c) Tahap Kerja
1. Mengatur posisi pasien (tempat tusukan infus terlihat jelas)
2. Memakai sarung tangan
3. Membasahi plester dengan alkohol/wash bensin dan buka balutan dengan
menggunakan pinset

19
4. Membersihkan bekas plester
5. Membersihkan daerah tusukan & sekitarnya dengan NaCl
6. Mengolesi tempat tusukan dengan Iodin cair/salf
7. Menutup dengan kassa steril dengan rapi
8. Memasang plester penutup
9. Mengatur tetesan infus sesuai program
d) Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Perawatan Infus
A. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam
B. Evaluasi tanda infeksi
C. Observasi tanda/reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
D. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir saat melakukan perawatan
infus
E. Bersihkan lokasi penusakan dengan anti septik.
F. Mendokumentasikan waktu pemeriksaan kateter (terhadap adanya embolus),
serta reaksi klien (terhadap tempat/ lokasi vena perifer yang sering digunakan
pada pemasangan infus.

2.13 Mengganti Cairan Infus


Pengertian
Penggantian Cairan Infus adalah suatu tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
tekhnik aseptik untuk mengganti cairan infus yang telah habis dengan botol cairan infus yang
baru sesuai dengan jumlah tetesan yang dibutuhkan sesuai instruksi dokter.

20
Tujuan Pemberian & Penggantian Cairan Infus
Adapun tujuan prosedur ini adalah untuk :
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein, kalori dan
nitrogen pada klien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang adekuat melalui
mulut.
2. Memulihkan keseimbangan asam-basa.
3. Meningkatkan Tekanan Darah
4. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan.

Persiapan Alat
1. Cairan infus (Asering, RL, Ringerfundin, Nacl 0.9%, Dextrose 5%, Kabiven, Clinimic,
dll)
2. Jam tangan, plester K/P
3. Kapas Alkohol
4. Jarum

Teknik Mengganti Cairan Infus


1. Pastikan kebutuhan klien akan penggantian botol cairan infus dan cek cairan infus sesuai
5 benar : > benar nama pasien, benar cara, benar cairan, benar waktu, benar dosis
2. Sampaikan salam
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada pasien
4. Dekatkan alat ke samping tempat tidur, jaga kesterilan alat
5. Buka plastic botol cairan, jika ada obat yang perlu di drip dalam cairan sekalian
dimasukkan dengan spuit melalui mulut botol, usap dengan kapas alkohol, lalu tutup
kembali
6. Matikan klem infus set, ambil botol yang terpasang
7. Ambil botol yang baru, buka tutupnya, swab dengan kapas alkohol, kemudian tusukkan
alat penusuk pada infus set ke mulut botol infus dari arah atas dengan posisi botol tegak
lurus
8. Gantung kantung/botol cairan
9. Periksa adanya udara di selang, dan pastikan bilik drip terisi cairan

21
10. Atur kembali tetesan sesuai program atau instruksi dokter
11. Evaluasi respon pasien dan amati area sekitar penusukan infus
12. Bereskan alat
13. Sampaikan salam
14. Cuci tangan
15. Catat pada lembar tindakan

2.14 Melepas Infus dan Memasang Infus


PENGERTIAN
Memasang infus adalah kegiatan memasang akses intra vena dengan menusukkan IV
canula kedalam pembuluh darah vena.
Melepas infus adalah kegiatan melepas akses intra vena dengan mencabut IV canule dari dalam
pembuluh darah.
TUJUAN PEMASANGAN INFUS
a) Untuk rehidrasi cairan yang hilang
b) Memudahkan pemberian premedikasi narkosa
c) Memberikan tranfusi darah
d) Untuk memasukkan obat yang diperlukan (Manuaba, 1988)
KOMPLIKASI
a) Masalah lokal: Tromboplebitis (infeksi pada vena) dan pembengkakan disisi injeksi
(akibat keluarnya cairan kedalam jaringan). Jika masalah ini terjadi, jarum harus
dilepas dan diinfus ulang pada vena yang lain
b) Masalah umum:
 Septikemia (infeksi pada darah): infeksi ini dapat dicegah dengan menggunakan
jarum, selang dan infus intravena steril.
 Kelebihan beban sirkulasi (overload circulatory): cairan intra vena yang diberikan
terlalu banyakdan terlalu cepat dapat menyebabkan gagal jantung dan paru-
paru. (WHO, 2002)
PERSIAPAN ALAT
a) Alat Pelindung Diri (APD)
b) Kain kasa steril dalam tempatnya (jika diperlukan)

22
c) Kapas alkohol dalam tempatnya/alcohol swab
d) Plester
e) Gunting verband
f) Bengkok (neirbekken)
g) Perlak kecil dan alas
h) Coverplast
i) Alat tulis (untuk dokumentasi)

PROSEDUR MELEPAS INFUS


a) Lakukan identifikasi pasien
b) Jelaskan tentang tujuan dan prosedur tindakan
c) Cuci tangan sesuai SPO kebersihan tangan
d) Pakai APD sesuai kebutuhan
e) Hentikan tetesan infus
f) Buka plester/transparan dressing
g) Tarik IV canule secara perlahan
h) Tutup area penusukan dengan alkohol swab
i) Lakukan penekanan pada bekas area penusukkan dan pastikan darah tidak keluar lagi
j) Ganti alkohol swab bila terdapat rembesan darah
k) Lakukan fiksasi
l) Rapikan pasien dan alat-alat yang sudah digunakan
m) Buang sampah benda tajam kedalam sampah benda tajam/safety box.
n) Buang sampah plabot infus ketempat sampah medis padat
o) Buang sampah transparan dressing dan infus set ketempat sampah medis benda non tajam
p) Lepaskan APD dan buang ketempat sampah medis
q) Cuci tangan sesuai SPO kebersihan tangan
r) Dokumentasikan dalam Simkep atau Rekam Medis

23
2.15 Memonitor Tetesan Infus

A.Pengertian

Menghitung kecepatan infus untuk mencegah ketidaktepatan pemberian cairan

B. Tujuan

1. Mencegah terjadinya kolaps kardiovaskular dan sirkulasi pada klien dehidrasi dan syok
2. Mencegah kelebihan cairan pada klien

C. Persiapan alat

1. Kertas dan pensil

2. Jam dengan jarum detik

D. Prosedur pelaksanaan

1.Membaca program dokter dan ikuti enam benar untuk memastikan larutan yang benar

2. Mencari tahu kalibrasi dalam tetesan per milliliter dari set infuse (sesuai petunjuk pada
bungkus)

- Tetes mikro (mikrodrip):1cc=60 tetes

- Tetes makro (makrodrip) 1 cc = 15 tetes 1 cc = 20 tetes

3. Memilih salah satu rumus berikut

- Milliliter per jam Jumlah total cairan infuse (cc) cc/jam = lama waktu pengimpusan(jam)

- Tetes permenit Jumlah total cairan infuse (cc) x factor tetesan Lama waktu pengimpusan

24
4. Mencuci tangan

5. Memakai sarung tangan

6. Menetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik drip selama satu menit
dengan jam, kemudian atur klem pengatur untuk menaikkan atau menurunkan kecepatan infuse.

7. Memeriksa kecepatan ini setiap jam

8. Mendokumentasikan pada catatan perawat mengenai larutna dan waktu

2.16 Merawat Kateter Urine


a. Definisi
Perawatan kateter yag terbuat dari bahan yang dimasukkan kedalam saluran
kemih sampai kandung kemih untuk memungkinkan aliran ( drainasi ) urine.
b. Tujuan
a) Memperlancar aliran urine
b) Mencegah terjadinya infeksi
c) Mencegah aliran balik urine ( refluks )
c. Indikasi
Pasien yang dipasang kateter menetap
d. Persiapan Pasien
Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan
e. Persiapan Alat
1. Sarung tangan steril
2. Kassa steril
3. Larutan antiseptic ( betadin 10%)
4. Larutan Nacl 0,9 %
5. Pinset anatomi
6. pinset sirurgi
7. bengkok
8. cucing 2

25
9. plester dan gunting plester

f. Cara Kerja
1. Memperkenalkan diri
2. Beritahu dan jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan dan lihat
respon klien
3. Dekatkan alat ke klien
4. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
5. Bantu klien mengatur posisi sesuai kebutuhan sehingga luka mudah dirawat
6. Cucitangan
7. Gunakan scort dan handschoen
8. Bersihkan meatus uretra eksterna seperti halnya rawat luka dengan menarik
kateter sejauh 0,5 – 1 cn keluar, besihkan kotoran yang menempel dengan pinset sirurgi
kemudian oleskan kassa betadin dengan pinset anatomis disekitar kateter
9. Bersihkan bekas plester dengan bensin menggunakan kassa dan pinset
10. Pasang plester / hypavik
11. Rapikan pasien dan alat – alat bersihkan
12. Setiap hari posisi kateter harus diperhatikan dan harus pada posisi yang benar yaitu di
pasang fiksasi Antara paha bagian atas dan abdomen bagian bawah
13. Anjurkan klien minum air 2 liter / hari kecuali ada kontra indikasi
14. Amati selang kateter untuk mengetahui adanya kebocoran dan lipatan
15. Jangan melepaskan sambungan kateter kecuali jika akan dibilas
16. Ambil urin untuk pemeriksaan dari selang yang ditusuk dengan jarum. Bersihlan dulu
selang yang akan ditusuk dengan disinfektan
17. Jangan sekali – kali meninggalkan kantong urobag lebih tinggi dari buli –buli eratkan
urobag pada rangaka tempat tidur bila pasien terlentang dan pada daerah dibawah lutut
bila pasien ambulasi
18. Kosongkan urobag ke gelas ukur dan gelas ukur harus dibersihkan secara teratur
19. Periksa kultur urin jika diperlukan
20. Perhatikan urobag apakah adas edimen atau kebocoran
21. Kateter diganti kurang lebih 2 minggu sekali kacuali ada indikasi lain

26
22. Lepaskan handschoen dan cuci tangan
23. Dokumentasikan tindakan

2.17 Bladder Training


Pengertian
Bladder trining adalah latihan yang dilakukan untuk mengembalikan tonus otot kandung
kemih agar fungsinya kembali normal.
Tujuan
 Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri.
 Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama.
 Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak ada karena
pemasangan kateter.
Indikasi
Dilakukan pada :
 Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama.
 Klien yang akan di lakukan pelepasan dower kateter.
 Klien yang mengalami inkontensia retentio urinea
 Klien post operasi.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
Pastikan kebutuhan untuk bladder training
Prosedur Kerja
 Persiapan pasien
Sampaikan salam (Lihat SOP Komunikasi Terapeutik)
 Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
 Persiapan alat:
1. Catatan perawat
2. Klem
 Persiapan Lingkungan
1. Jaga privasi klien dengan menutup pintu
2. Atur pencahayaan, penerangan dan ruangan yang kondusif

27
 Pelaksanaan: ada 2 tingkat yaitu tingkat masih dalam kateter dan tingkat bebas catheter.
1. Tingkat masih dalam kateter:
Prosedur 1 jam:
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali
habis diberi minum ,catheter di klem.
 Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam08.00 s.d. jam 20.00 dengan
cara klem catheter dibuka.
 Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidakdiklem) dan klien boleh minum
tanpa ketentuan seperti padasiang hari.
 Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampaiprogram tersebut berjalan
lancar dan berhasil.
Prosedur 2 jam:
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali
habis diberi minum, catheter di klem.
 Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam09.00 s.d jam 21.00 dengan
cara klem catheter dibuka.
 Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidakdiklem) dan klien boleh minum
tanpa ketentuan seperti padasiang hari.
 Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampaiprogram tersebut berjalan lancar
dan berhasil.
2. Tingkat bebas catheter prosedur
apabila prosedur 1 sudah berjalan lancar:
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam07.00 s.d. jam 19.00, lalu
kandung kemih dikosongkan.
 Kemudian catheter dilepas.
 Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untukkonsentrasi BAK, kemudian
lakukan penekanan pada areakandung kemih dan lakukan pengosongan kandung
kemihsetiap 2 jam dengan menggunakan urinal.
28
 Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidakboleh diberi minum
sampai jam 07.00 pagi untukmenghindari klien dari basahnya urine pada malam
hari.
 Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemihselanjutnya dijadwalkan setiap
2 jam sekali, apabila
adarangsangan BAK sebelum 2 jam klien diharuskanmenahannya
 Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencobamengosongkan kandung
kemih dengan menggunakan urinal.
 Alat-alat dibereskan
 Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam
 Cuci tangan (Lihat SOP Cuci Tangan)
 Dokumentasikan hasil tindakan

29
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Bahwa setiap manusia itu membutuhkan cairan untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam
tubuh agar tubuh bisa melakukan aktivitas . jika tubuh kekurangan cairan maka sistem kerja tubuh
tidak seimban karena cairan merupakan suatu hal penting untuk manusia dapat melakukan
aktivitasnya. Kekurangan volume cairan bisa di definisikan adalah suatu keadaan pada individu
yang mengalami dehidrasi intrasel, vaskular, atau selular yang berhubungan dengan kehilangan
yang aktif. Mengetahui bagaimana prosedural keperawatan pada pasien.
B. SARAN
Dari kesimpulan diatas kita sebagai manusia harus selalu menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh agar tubuh tidak mengalami gangguan dan tidak mengalam ketidakseimbangan cairan
yang bisa menimbulkan akibat yang lebih dari ketidakseimbangan cairan tersebut.

30
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/.../KONSEP_DASAR_CAIRAN_DAN_ELEKTROLIT

eprints.undip.ac.id/50884/3/YudhaAdidarmaM_22010112110201_Lap.KTI_Bab2.pdf

eprints.polsri.ac.id/2858/3/BAB%20II.pdf

www.academia.edu/19161380/TES_TOURNIQUET

https://bobowheryanto.wordpress.com/.../langkah-langkah-memberikan-cairan-per-or...

journal.unair.ac.id/download-fullpapers-IJCPML-12-2-07.pdf

eprints.ums.ac.id/44561/1/JUDUL%20ISNA.pdf

https://bacapdf.com/.../prosedur-perawatan-infus_5a00c61bd64ab24e6b03c835_pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file...1.../4edffa59ee1f819fb8d38d45bda90131.pdf

journal.unair.ac.id/download-fullpapers-cmsnj6f1ebb318c2full.pdf

www.academia.edu/25768419/MAKALAH_BLADDER_TRAINING

31

Anda mungkin juga menyukai