Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Kebutuhan Gizi
2.2 Eliminasi
2.2.1 BAB
Jika penderita hari ketiga belum juga BAB maka diberi clysma air sabun atau
glycerine. (Sastrawinata, 1983)
2.2.2 BAK
Tiap pasien diminta untuk kencing 6 jam postpartum. Kalau 8 jam postpartum
belum dapat kencing atau sekali kencing belum melebi 100 cc, maka dilakukan
kateterisasi, akan tetapi jika ternyata kandung kemih penuh, tidak usah menunggu
sampai 8 jam untuk kateterisasi. Jika penderita sesudahnya belum dapat kencing atau
banyaknya kencing belum memuaskan kateterisasi dilakukan setiap 8 jam. Sebagai
sebab-sebab retensio urine postpartum dikemukakan: (Sastrawinata, 1983)
- tekanan intraabnominalberkurang
- oto-otot perut masih lemah
- oedema dari utetra
- dinding kandung kemih kurang sensitif
2.3 Kebersihan diri
Personal hygiene (kebersihan diri) dapat memperlambat penyembuhan, hal ini
dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman. Adanya benda asing,
pengelupasan jaringan yang luas akan memperlambat penyembuhan dan kekuatan
regangan luka menjadi tetap rendah (Jhonson dan Wendy, 2005). Luka yang kotor harus
dicuci bersih. Bila luka kotor, maka penyembuhan sulit terjadi. Kalaupun sembuh akan
memberikan hasil yang buruk.
Pada prinsipnya kebersihan alat kelamin pada saat nifas dilandasi beberapa alasan
yaitu banyak darah dan kotoran yang keluar dari alat kelamin, alat kelamin berada dekat
saluran buang air kecil dan buang air besar yang kita lakukan setiap hari. Adanya luka di
daerah perineum yang terkena kotoran dapat terinfeksi, alat kelamin merupakan organ
terbuka yang mudah dimasuki kuman dan menjalar ke rahim, dan kebersihan yang
kurang terjaga di mana nifas, bukannya hanya mengundang infeksi pada alat kelamin
tapi juga rahim (Mochtar R, 2002).
Puting susu harus diperhatikan kebersihannya dan rhagade (luka pecah) harus
segera diobati, karena kerusakan puting susu merupakan porte d’entree dan dapat
menimbulkan metritis. Air susu yang menjadi kering merupakan kerak dan dapat
merngsang kulit sehingga timbul eczema, maka sebaiknya puting susu dibersihkan
dengan air yang telah dimasak, tiap kali sebelum dan sesudah menyusukan bayi.
Rhagade diobati dengan salep penitilin, lanolin, dll. (Sastrawinata, 1983)
Pada Juli 2006 National Institue of Clinical Excellence di United Kingdom
mengemukakan beberapa rekomendasi penting mengenai perwatan postnatal penting
untuk wanita (Pairman et al, 2011):
1. Disetiap kontak postnatal, wanita seharusnya ditanya apakah wanita memiliki
beberapa kekhawatiran tentang proses penyembuhan beberapa luka perineal
2. Layanan kesehatan yang profesional seharusnya menawarkan untuk menilai
perineum jika wanita merasa nyeri dan tidak nyaman
3. Wanita seharusnya disarankan untuk terapi dingin seperti contoh es yang
dihancurkan atau bantalan gel merupaka metode yang efektif pereda sakit pada nyeri
perineal
4. Wanita seharusnya disarankan pentingnya kebutuhan perineal
5. Jika analgesik oral yang dibutuhkan, paracetamol seharusnya digunakan untuk
contoh pertama kecuali terdapat kontraindikasi, diikuti oleh obat NSAID

2.4 Ambulasi Dini


Ambulasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing penderita
keluar dari tempat tidurnya dan embimbingnya selekas mungkin bisa berjalan. Sekarang
tidak dianggap perlu lagi menahan penderita terlentang ditempat tidurnya selama 7-14
hari setelah melahirkan. Penderita sudah diperbolehkan banun dari tempat tidur dalam
24-48 jam postartum. (Sastrawinata, 1983)
Keuntungan dari ambulasi adalah sebagai berikut: (Sastrawinata, 1983)
- Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat dengan early ambulation
- Faal usus dan kandung kencing lebih baik
- Early ambulation memunggkinkan kita mengajarkan ibu memelihara anaknya,
memandikan, mengganti pakaian, memberi makanan, dll. Selama ibu masih di
rumah sakit.
- Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomi).
Menurut penelitian-penelitian yang seksama early ambulation tidak mempunyai
pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak
mempengaruhi luka episiotomi atau luka diperut, tidak memperbesar kemungkinan
prolaps atau retrofleks. Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada penderita dengan
penyulit, misalnya: anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dll.
Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi buka
maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, masak, dll. (Sastrawinata,
1983).
Para wanita menyatakan bahwa merasa lebih enak dan lebih kuat setelah ambulansi
dini. Komplikasi kandung kemih dan konstipasi lebih jarang terjadi. Ambulansi dini juga
mengurangi frekuensi terjadinya thrombosis dan emboli paru dalam puerperium. Pada
waktu pertama kali melakukan ambulasi, paling tidak seorang penolong harus
mendampingi untuk mencegah terjadinya perlukaan bila wanita tersebut pingsan
(Pitchard, 1991)

Mochtar, Rustam. (2002) .Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid 2. Jakarta:
EGC.
Johnson, Ruth dan Wendy Taylor.(2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Cetakan I.Jakarta :
EGC
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: ELEMAN
Pairman, Sally et al. 2011. Midwifery Preparition for practice. Australia: ELSEVEIR
Pitchard, MacDonald. 1991. Obstetri Williams. Ed 17. Surabaya: Airlangga University Press

Anda mungkin juga menyukai