Fikss Jadi Bu Lulut
Fikss Jadi Bu Lulut
Disusun oleh
KELAS : ANTASENA 2
2018/2019
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Definisi
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang
menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang
relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu
sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama
karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus golongan
Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang system kekebalan
tubuh/imunitas manusia dan menyebabkan acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS) (Titik Nuraeni, 2011).
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang
timbul karena rusaknya system kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV (Sudikno, 2011).
2. Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh
Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika
Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan
internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam
bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang
atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel
Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-
4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus
yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif.
Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap
infeksius yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup
penderita tersebut.
Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ;
a. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks
(pelecehan seksual).
b. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan.
c. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian
memakai alat suntik.
d. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu
berhubungan kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV.
e. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang
terinfeksi HIV, berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar
melalui transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi.
3. Menifistasi Klinis
Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Manifestasi Klinis Mayora.
a. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan.
b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus.
c. Kehilangan napsu makan.
d. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan.
e. Berkeringat
4. Patofisiologi
Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan HIV-
AIDS pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya
yang sudah terinfeksi HIV. Pada negara berkembang istri tidak berani
mengatur kehidupan seksual suaminya di luar rumah. Kondisi ini dipengaruhi
oleh sosial dan ekonomi wanita yang masih rendah, dan isteri sangat percaya
bahwa suaminya setia, dan lagi pula masalah seksual masih dianggap tabu
untuk dibicarakan.
Virus HIV tergolong retrovirus, yang merupakan standar RNA, tunggal
terbungkus. Bila memasuki tubuh, virus akan melekat pada reseptor CD4 sel
terinfeksi. Kemudian virus mempergunakan enzimreverse transcriptase,
yang mampu membentuk DNA ganda. Standar DNA ganda ini mampu masuk
sirkulasi sel menuju intinya dan bersatu dengan DNA inti sel yang asli. DNA
virus dapat membentuk RNA yang terinfeksi dan RNA yang akan membawa
tanda (berita) sehingga dapat membentuk protein.
Pertumbuhan virus HIV terbatas pada limfosit, monosit, makrofag, dan
sumber pembentuk sum-sum tulang tertentu. Secara intraseluler, virus dapat
memecah diri sehingga setelah selnya hancur dapat dikeluarkan virus HIV
baru yang akan menyerang sel lainnya. Bentuk virus HIV selalu berubah-
ubah, sesuai dengan sel yang diserangnya sehingga sulit untuk membuat
antibody atau antigen agar mampu membuat vaksinnya. Oleh karena itu,
obatnya masih sulit untuk dibuat sampai saat ini.
5. Phatway
6. Pemeriksaan Penunjang
Tes-tes saat ini tidak membedakan antara antibody ibu/bayi, dan bayi
dapat menunjukkan tes negatif pada usia 9 sampai 15 bulan. Penelitian
mencoba mengembangkan prosedur siap pakai yang tidak mahal untuk
membedakan respons antibody bayi dan ibu.
a. Pemeriksaan histologis, sitologis urin , hitung darah lengkap, feces,
cairan spina, luka, sputum, dan sekresi.
b. Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
c. Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi
Interstisial dari PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes
fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia
interstisial;Scangallium; biopsy; branskokopi.
d. Tes Antibodi
e. Tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay),
untu menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi
HIV.
f. Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA),
untuk mengenali antibodi HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
g. Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan
western blot untuk memastikan seropositifitas.
h. Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada
antibodi.
i. Pendeteksian HIV.
Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan
kadar yang sangat rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur
HIV atau kultur plasma kuantitatif untuk mengevaluasi efek anti
virus, dan pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur beban virus
(viral burden).Antibody yang ditimbulkan oleh infeksi HIV terjadi
sejak infeksi berusia 2-3 bulan. Antibody ini akan masuk melalui
plasenta menuju janin.Infeksi langsung pada janin mulai sejak usia
13 minggu dengan mekanisme yang tidak diketahui. Infeksi ini
disebut sebagai infeksi vertical karena berlangsung semasih
intrauterin. Cara infeksi lainnya pada bayi adalah saat
pertolongan persalinan karena melalui jalan lahir dengan cairannya
yang penuh dengan virus HIV.
7. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu:
a. Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi
opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan
bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV denngan menghambat
enzim pembalik transcriptase.
c. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas system immune dengan menghambat
replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus padan
proses nya.obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin,
diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
d. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah
interveron.
e. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T
dan mempercepat replikasi HIV.
f. Rehabilitasi
Bertujuan untuk memberi dukungan mantal-psikologis.
g. Pendidikan
Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan
yang sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang
mengganggu fungsi imunne.
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan HIV/AIDS
1. Pengkajian
a. Identitas klien :
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit nomor register
dan diagnosa medik
b. Keluhan utama :
2) Stadium Klinis 2
a. Penurunan berat badan 10% dari berat badan sebelumnya
b. Manisfestasi mukokutaneus minor (dermatitis seborhhoic,
prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulserasi mukosa oral
berulang, cheilitis agularis ).
c. Herpes zoster, dalam 5 tahun terakhir
d. Infeksi berulang pada saluran pernapasan atas (misalnya
sinusitis bacterial)
3) Stadium klinis 3
a. Penurunan berat badan >10%
b. Diare kronis dengan penyebab tidak jelas >1 bulan
c. Demam dengan sebab yang tidak jelas >1 bulan
d. Kandidiasis oris
e. Oral hairy leukoplakia
f. TB pulmoner dalam 1 tahun terakhir
g. Infeksi bacterial berat misalnya pneumonia, piomiositis.
4) Stadium klinis 4
a. HIV wasting syndrome, sesuai yang di tetapkan CDC
b. PCP (pneumocystis carinii pneumonia)
c. Cryptococcosis ekstrapulmoner
d. Infeksi virus sitomegali
e. Infeksi herper simpleks >1 bulan
f. Berbagai infeksi jamur berat
g. Kandidiasis esophagus, trachea atau bronkus
h. Mikobakteriosis atypical
h. Salmonlosis non tifoid disertai setikemia
i. TB, ekstrapulmoner
j. Limfoma maligna
k. Sarcoma Kaposi
l. Ensefalopati HIV
c. Riwayat obstreti
1. Riwayat menstruasi
Fluor albus : banyak, gatal, berbau, warna hijau. Pada ibu dengan
HIV mudah terkena infeksi jamur yang bila mengenai organ genetal
bisa menyebabkan keputihan.
2. Riwayat obstetric lalu
Kehamilan yang lalu terinfeksi HIV, ibu dapat bersalin dengan SC
3. Riwayat kehamilan sekarang
Keluhan pada trimester I,II atau III pada ibu hamil dengan HIV
seperti keluhan ibu hamil normal terkadang dijumpai keluhan
berdasarkan stadium HIV / AIDS
Trimester I : chloasma gravidarum, mual dan muntah (akan hilang
pada kehamilan 12-14 minggu ) sering kencing, pusing, ngidam,
obstipasi.
Trimester II : body image dan nafsu makan bertambah
Trimester III : sering kencing, obstipasi, sesak nafas (bila tidur
terlentang) sakit punggung, edema, varises
d. Riwayat perkawinan
Hamil dengan HIV biasanya ibu atau suami menikah lebih dari satu kali
atau mempunyai banyak pasangan
e. Riwayat kesehatan ibu
Pada ibu dengan HIV biasnya penyakit yang diderita beragam, antara
lain : demam, faringitis, limfadenopati, artalgia, myalgia, letargi,
malaise, nyeri kepala, mual, muntah, diare, anoreksia, penurunan berat
badan, dapat juga menimbulkan kelainan saraf seperti meningitis,
ensefaliitis neuropati perifer dan mielopati. Gejala-gejala dermatologi
yaitu ruam makropapulereritematosa dan ulkus makokutan
f. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit HIV dapat diturunkan oleh orang tua ataupun ditularkan oleh
suami penderita
2. Pemeriksaan fisik pada ibu
a. Pemeriksaan kesadaran
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah: ibu hamil dengan HIV/AIDS tidak ada perbedaan
tekanan darah dengan ibu normal, Normalnya tekanan darah adalah
100/60-140/90 mmHg.
2) Nadi: ibu hamil dengan HIV tidak ada perbedaan jumlah nandi
dengan ibu hamil normal.
3) Pemeriksaan suhu: suhu pada ibu hamil dengan HIV pada fase akut
dan fase laten akan mengalami demam.
4) Pemeriksaan pernafasaan: pada ibu dengan HIV tidak ada
peningkatan jumlah pernafasaan , Normalnya 16-20x/menit
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Pemeriksaan mulut:
Mukosa bibir kering, caries gigi.pada pasien HIV stadium 2 terjadi
ulserasi mukosa berulang. Pada stadium klinis 3 terdapat kandidiasis
oris (pada rongga mulut terdapat pseudomembran yang berwarna
putih krem sampai keabu-abuan . periksa adanya leukoplakia (plak
putih di sekitar rongga mulut) (Nasronudin, 2007)).
2) Pemeriksaan dada
Ada tarikan dinding dada. Ada ronchi dan wheezing sebagai indikasi
kelainan organ pernafasan. Apabila sudah terjadi TB pulmonar dan
PCP(Pneumocystis Carinii Pneumonia) manifestasi dari HIV/AIDS.
Pada pasien HIV mulai stadium 1 terdapat limpadenopati
(pembengkakan kelenjar limfe) (Nasronudin, 2007).
3) Pemeriksaan Abdomen
Terdapat luka bekas SC apabila ibu persalinan yang lalu mengidap
HIV mencegah penularan ibu ke bayi. Pembesaran uterus terkadang
tidak sesuai dengan umur kehamilan. Hal tersebut dikarenakan
adanya infeksi HIV menyebabkan gangguan pertumbuhan pada
janin.
4) Pemeriksaan kulit
Kadang ditemukan tanda-tanda dermatitis, herpes zoster, prurigo,
dan kelainan kulit lainya akibat infeksi jamur.
5) Pemeriksaan Ekstermitas
Atas : tidak ada edema
Bawah : tidak ada varises
Pada stadium 2 terlihat luka infeksi/ ulkus pada kuku.
6) Genetalia
Vulva dan vagina pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan
pervaginam lebih banyak. Keadaan ini dalam batas normal (tidak
berwarna, tidak berbau, tidak gatal). Pada ibu hamil dengan HIV
memungkinkan adanya infeksi candida yang menyebabkan flour
albus (Nasronudin, 2007).
3. Pengkajian Gordon
a. Pola penatalaksanaa kesehatan persepsi kesehatan
Pada kasus ini klien dan keluarga tidak mengerti bahwa seks bebas dapat
menyebabkan penyakit yang berbahaya, seperti penyakit yang sedang
diderita klien.
b. Pola Nutrisi Metabolik
Pada pasien HIV pola makan harus dijaga untuk menghindari terjadinya
infeksi oportinistik. Wanita dewasa memerlukan 2.500 kalori/hari,
jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah 300
kalori/hari dengan komposisi menu seimbang. Pada pasien HIV yang
mengalami ulserasi mukosa oral terjadi gangguan pemenuhan nutrisi
karena ketidaknyamanan/sakit saat makan
c. Pola Eliminasi
BAK dalam batas normal
BAB teratus setiap hari 1x
Pada stadium HIV lanjut (stadium III dan IV ) ibu dapat mengalami
diare akut
d. Pola Aktivitas Latihan Fisik
Stadium 1 : penampilan atau aktivitas fisik skala 1 : asimtomatis,
aktivitas normal.
Stadium 2 : dengan atau penampilan aktivitas fisik skala 2 : simtomatis,
aktivitas normal
Stadium 3 : dengan atau penampilan/ aktivitas fisik skala 3 : lemah,
berada di tempat tidur <50%/hari dalam bulan terakhir.
Stadium 4 : dengan atau penampilan/aktivitas fisik skala 4 : sangat
lemah, selalu berada di tempat tidur >50%/hari dalam bulan terakhir .
e. Pola Istirahat Tidur
Pada stadium lanjut HIV ibu membutuhkan istirahat selalu berada di
tempat tidur >50%/hari dalam bulan terakhir
f. Pola Kognitif Perseptual
Biasanya terjadi perubhan status mental dengan rentang antara kacau
mental sampai dimensie, lupa, konsentrasi buruk, kesadaran menurun,
apatis, retardasi pesikomotor/ respon melambat. Timbul refleks tidak
normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia. Termor pada
motorik kasar/ halus, menurunnya motorik fokalis, hemiparase, kejang
hemoragi retina dan eksudat(renitis CMV)
g. Pola Konsep diri dan persepsi diri
Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi,
ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis,
kontak marah kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
h. Pola Hubungan Peran
Biasanya pasien mengalami perubahan pada interaksi keluarga/orag
terdekat, aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
i. Pola Reproduksi Seksual
Seberapa sering aktivitas sex yang dilakukan ibu dari suami sebelum
dan selama kehamilan. Mungki ditemukan adanya penurunan aktivitas
seksual utamanya pada mereka yang sudah dikarenakan kondom dapat
mencegah penularan HIV
j. Pola Toleransi stress koping
Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang
dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya.
k. Pola Keyakinan Nilai
Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan
spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji
apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien.
4. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun ditandai
dengan ketidak mampuan menelan makanan (SDKI, Hal:56)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder:imununosupresi (SDKI, Hal:304)
3. Ketidakmampuan koping keluarga ditandai dengan terlalu khawatir
dengan anggota keluarga (SDKI, Hal:204)
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan diare berat.
5. Intervensi Keperawatan
Dx.1: Defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun ditandai
dengan ketidak mampuan menelan makanan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi secara adekuat.
Kriteria Hasil:
1. Mempertahankan berat badan dalam batas normal
2. Klien mampu menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan
3. Klien mengalami peningkatan nafsu makan.
Intervensi Keperawatan
1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
R/ mengetahui kekurangan nutrisi klien
2. Kaji penurunan nafsu makan klien.
R/ agar dapat dilakukan intervensi dalam pemberian makanan pada klien
3. Jelaskan pentingnya makan bagi proses penyembuhan
R/ dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi untuk
meningkatkan pemenuhan nutrisi
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan
yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit.
R/ membantu klien memilih makanan yang sesuai dengan keadaan
sakitnya.
Dx.2: Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder:imununosupresi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam,
diharapkan klien tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:
1. Menunjukan suhu normal dan tanda-tanda vital normal
2. Tidak menunjukan tanda-tanda inflamasi: edema, eritema, nyeri
3. Menunjukan bunyi nafas normal, melakukan nafas dalam untuk
mencegah disfungsi dan infeksi respiratori.
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi
R/ mengawasi kerentanan terhadap penyebaran infeksi
2. Tingkatkan prosedur cuci tangan yang baik pada staf dan
pengunjung, batasi pengunjung yang mengalami infeksi.
R/ meminta pengunjung mencuci tangan agar tidak ada
mikoroorganisme yang tertinggal di tangan yang dapat menyebabkan
memperburuk kondisi pasien maupun tertularnya pengunjung.
3. Pantau tanda-tanda vital terutama suhu tiap 4 jam
R/ untuk mendeteksi peningkatan suhu tubuh, takikardia menunjukan
adanya sepsis.
4. Berikan terapi antibiotik bila perlu
R/ antibiotic pilihan berguna melawan organisme gram negatif dan gram
positif.
Dx.3: Ketidakmampuan koping keluarga ditandai dengan terlalu khawatir
dengan anggota keluarga.
Tujuan: seetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan klien atau keluarga klien sudah tidak khawati lagi dengan
kondisi penyakit yang diderita klien.
Kriteria hasil:
Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan
adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan
keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif.
Intervensi keperawatan
1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasien dan perawatannya
R/ memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan
keluarga.
2. Biarkan keluarga mengungkapkan perasaan secara verbal
R/ mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas
3. Ajarkan kepada keluarga tentang penyakit dan transmisinya
R/ menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak
sederhana
Dx.4: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan diare berat
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam
diharapkan, klien menunjukan perbaikan intergritas kulit
Kriteria Hasil:
1. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi.
lambarkan lesi dan amati perubahan
R/ Menentukan garis dasar diamana perubahan pada status dapat
dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.
2. Secara teratur ubah posisi, ganti seprei sesuai kebutuhan. Dorongn
pemindahan berat badan secara periodik. Lindungi penonjolan
tulang dengan bantal, bantalan tumit/siku, kulit domba
R/ Mengurangi stress pada titik tekannan, meningkatkan aliran darah ke
jaringan dan meningkatkan proses kesembuhan
3. Pertahankan seprei bersih, kering, dan tidak berkerut
R/ Fiksasi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang
menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi
4. Gunting kuku secara teratur.
R/ Kuku yang panjang/kasar meningkatkan risiko kerusakan dermal.
6. Implementasi
Di dasarkan pada diagnose yang muncul baik secara actual, resiko atau
potensial. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai
berdasarkan intervensi
7. Evaluasi
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria
hasil, sehingga dapat diputuskan apakah intervensi tetap dilanjutkan,
dihentikan atau diganti jika tindakan yang sebelumnya tidak berhasil.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang
menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang
relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Penyebab infeksi adalah golongan
virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). Cara
penularan HIV melakukan penetrasi seks, melalui darah yang terinfeksi,
dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan
seseorang yang telah terinfeksi, wanita hamil. Penularan secara perinatal
terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu terjadi
kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu
dapat menular pada bayi.
Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun
kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama
pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada
umumnya mengalami mua, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan.
Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis
wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.
HIV/AIDS adalah topic yang sangat sensitive dan lebih banyak sehingga
banyak penelitian melibatka anak-anak yang rentan untuk terjangkit HIV.
Setiap usaha dilakukan untuk memastikan bahwa keluarga akan merasa baik
B. SARAN
Guna penyempurnaan Makalah ini,kelompok kami sangat mengharapkan
kritik,saran serta masukan dari Rekan-rekan pembaca khususnya Dosen
Pembimbing. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi Rekan-rekan dalam
membantu kegiatan belajar. Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Bari Saifuddin, Abdul. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Materal
dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed. 3. Jakarta : EGC
Nanda, NIC-NOC. 2015 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Mediaction
Nursalam dan dwi, Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta: Salemba medika.
Susanti NN. 2000. Psikologi Kehamilan. Jakarta: EGC.