Anda di halaman 1dari 16

ARTI PENTING UANG DALAM

PEREKONOMIAN

Oleh:

ZAINUDIN BUGIS

NIM : 160143009

MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SULAWESI UTARA

EKONOMI MONETER

DOSEN IKRA RUMIKI SE, MSi


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PENULISAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………..

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………..

BAB IV PENUTUP………………………………………………………..
KESIMPULAN………………………………………………………..
SARAN………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan berbagai cara agar kebutuhan
itu dapat terpenuhi. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan ekonomi yang bisa berupa
kegiatan jual beli barang atau jasa, memproduksi barang, mendistribusikan barang, maupun
melakukan konsumsi barang atau jasa tertentu. Dalam menjalankan kegiatan ekonomi itu tentu
harus diiringi dengan adanya suatu alat tukar-menukar atau lebih populer dengan alat tukar yang
berupa uang.
Uang sendiri memiliki sejarah yang panjang dalam perkembangannya sampai sekarang.
Diawali dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks, akhirnya sistem barter
dirasa harus digantikan oleh adanya cara baru dalam bertransaksi, yaitu dengan menggunakan
suatu alat tukar yang diakui dan dipakai oleh banyak orang. Pada awalnya, alat tukar itu berupa
barang-barang sederhana yang kemudian semakin ditingkatkan nilai kriterianya dengan membuat
alat tukar yang cara memperolehnya harus ada pengorbanan, hingga lama kelamaan lahirlah
berbagai macam uang dengan menggunakan logam yang terbuat dari emas, perak, maupun
perunggu. Karena perkembangan zaman, bentuk uang dikembangkan lagi hingga terciptalah
uang kertas yang kemudian dilanjutkan adanya produk uang yang dihasilkan oleh bank.

Dari penjelasan diatas, telah jelas bahwa uang adalah hal penting yang harus ada di dalam
setiap kegiatan ekonomi. Namun dalam menjalankan peranannya dalam kegiatan ekonomi dari
masa ke masa, uang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kebudayaan dan peradaban
manusia yang mengikutinya. Bila melihat kondisi saat ini, perekonomian dunia tengah
mengalami krisis dan keterpurukan dan masih mencoba untuk bangkit dari itu. Salah satu
alternatif yang telah menjadi pilihan untuk saat ini adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi yang telah diatur oleh Islam atau sering disebut Ekonomi Islam ataupun Ekonomi
Syariah.

Jika dikembalikan kepada konsep uang yang telah dikemukakan di awal, maka telah jelas
jika masing-masing model ekonomi ini memiliki versi perspektifnya masing-masing tentang
konsep uang. Oleh karena itu dibuatlah makalah ini agar nantinya dapat memperjelas
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang selama ini masih belum diketahui oleh banyak orang yang
akhirnya nanti dapat dimanfaatkan oleh orang banyak sebagai salah satu rujukan pengetahuan
mengenai konsep uang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa arti penting uang dalama perekonomian ?
2. Arti Penting uang dalam produksi ?
3. Arti Penting uang dalam pertukaran dan konsumsi ?
4. Arti Penting uang pada masyarakat ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui arti penting uang dalama perekonomian
2. Dapat mengetahui Arti Penting uang dalam produksi
3. Dapat mengetahui Arti Penting uang dalam pertukaran dan konsumsi
4. Dapat mengetahui Arti Penting uang pada masyarakat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Definisi Uang

Uang dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang sangat penting, terutama
bagi perputaran roda perekonomian suatu wilayah tertentu. Dalam segi teori uang di definisikan
sebagai sesuatu yang secara umum diterima di dalam pembayaran, untuk pembelian barang-
barang dan jasa-jasa serta untuk pembayaran utang-utang. Uang juga dapat didefinisikan
sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat tukar, sebagai unit penghitung, sebagai alat
penyimpan nilai/daya beli, dan sebagai standar pembayaran yang tertangguhkan.
Kemudian pengertian uang juga dapat dikelompokkan menurut tingkat liquiditasnya.
Yaitu :
1. M1 adalah uang kartal (currency) yang beredar di masyarakat plus simpanan
dalam bentuk uang giral (demand deposits). Disebut juga uang beredar dalam arti sempit
atau narrow money.
2. M2 adalah M1 plus tabungan (saving deposits) dan deposito berjangka (time
deposits) pada bank umum. Disebut juga uang beredar dalam arti luas atau broad money.
3. M3 adalah M2 plus simpanan pada lembaga keuangan non bank. Seluruh simpanan
yang ada pada bank dan lembaga keuangan non bank tersebut disebut uang kuasi atau
quasi money.
Berdasarkan ketiga definisi uang tersebut, tingkat liquiditas yang paling tinggi adalah
M1, karena proses untuk menjadikan M1 ke dalam uang tunai adalah yang paling cepat.
Selanjutnya uang juga dapat berupa benda apa saja yang dapat diterima masyarakat
sebagai alat pembayaran yang sah dan ditetapkan oleh undang-undang Negara. Uang dapat
dibuat dari logam emas, perak dan logam biasa atau terbuat dari batu, ternak atau
kertas dan lain sebagainya. Namun demikian, ada lima prasyarat atau kriteria yang dapat
dipakai untuk menjadikan benda sebagai alat tukar atau uang. Adapun kriteria tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Portability, atau mudah dibawa dan mudah untuk ditransfer.
2. Durability, atau secara fisik tahan lama. Karena itu barang yang tidak tahan lama
tidak layak dijadikan uang, misalnya kecap.
3. Divisibility, atau mudah dan dapat dibagi-bagi menjadi besar, sedang dan kecil,
sehingga mudah untuk dibelanjakan. Misalnya nilai transaksi perdagangan yang
berjumlah besar seharusnya menggunakan uang yang berjumlah besar pula, tetapi nilai
transaksi yang berjumlah kecil sebaiknya menngunakan satuan mata uang yang lebih
kecil juga. Contoh satuan mata uang yang bernilai Rp. 1000,-, Rp. 500,- dan lain
sebagainya. Karena itu sapi misalnya sangat sulit untuk dijadikan sebagai uang.
4. Standardizability, atau menstandarkan nilai dan kualitas
uang serta dapat dibedakan dengan barang lainnya. Hal ini berarti harus ada prasyarat
stability of value, di mana manfaat dari dijadikannya uang adalah nilai uang itu harus
dijaga supaya tidak berfluktuasi secara berlebihan. Sebab sebagian masyarakat ada
menyimpan kekayaaannya dalam bentuk uang, sehingga bila uang berfluktuasi terlalu
cepat dan dalam skala besar, maka orang tidak akan dapat menerimanya.
5. Recognizability, atau mudah dibedakan dan dikenal secara umum. Sedang dalam buku
lain disebutkan acceptability and cognizability, artinya prasyarat utama dari sesuatu
barang yang pantas dijadikan uang adalah dapat diterima dan diketahui secara umum.
Dengan kata lain, diterima sebagai alat pembayaran, sebagai alat penyimpan kekayaan
atau daya beli, sebagai alat tukar dan alat satuan hitung seperti fungsi dan peran
uang yang sudah dikenal secara umum oleh masyarakat.

Apapun bentuk dan rupa uang, secara alamiah dan secara inheren, uang mempunyai
pengertian riil bahwa uang merupakan klaim seseorang yang dapat digunakan untuk
membeli barang-barang dan jasa-jasa dalam ekonomi.
BAB III
PEMBAHASAN

Pengaruh Uang dalam Perekonomian


Kondisi perekonomian sering mengkaitkan uang beredar dengan pertumbuhan ekonomi, kenaikan
harga (inflasi), suku bunga. Banyak yang beranggapan bahwa jumlah uang beredar yang terlalu banyak
akan mendorong keiatan ekonomi berkembang dengan pesat. Bila keadaan ini berlangsung terus, hal ini
dianggap berbahaya karena harga barang-barang akan meningkat tajam. Sebaliknya bilamana uang
beredar sedikit maka kegiatan ekonomi menjadi terhambat. Demikian pula bila uang beredar terlalu
banyak maka suku bunga akan cenderung turun, atau sebaliknya. Yang menjadi masalah di sini apakah
pendapat di atas sesuai dengan faktanya?, Apakah uang beredar berperan dan berkaitan erat dengan
kegiatan perekonomian? Di Indonesia?. Bagaimana faktanya yang terjadi?.

1. Uang dan Kegiatan Ekonomi

Peranan dan keterkaitan yang erat antara uang dengan kegiatan suatu perekonomian dapat
dianggap sebagai suatu hal yang bersifat alami karena semua kegiatan perekonomian modern, misalnya
produksi, investasi, dan konsumsi, selalu melibatkan uang. Bahkan dalam perkembangannya uang tidak
hanya digunakan untuk mempermudah transaksi perdagangan di pasar barang namun uang itu sendiri juga
menjadi suatu komoditas yang dapat diperdagangkan di pasar uang. Dengan kondisi tersebut, sangatlah
sulit dibayangkan apabila tidak ada benda yang namanya uang. Bagaimana melihat peran uang?. Salah
satu caranya adalah dengan memahami bagaimana aliran atau arus perputaran barang dan uang terjadi
dalam suatu perekonomian. Perlu diketahui bahwa perkembangan kegiatan suatu perekonomian pada
dasarnya dapat dilihat dari dua sector yang saling berkaitan, yaitu sector riil (barang dan jasa) dan sector
moneter (uang). Sector riil dan sector moneter tidak hanya berkaitan erat, kedua sector tersebut seperti
dua sisi mata uang yang sisi yang satu tidak dapat dipisahkan dengan sisi yang lain. Misalnya: pembeli
memiliki uang tetapi tidak memiliki barang, sementara penjual memiliki barang tapi tidak memiliki uang.
Dengan demikian, apabila transaksi tersebut dilakukan maka nilai transaksi jual beli barang dan jasa barus
sama dengan nilai uang uang diserah terimakan.

Dalam ilmu ekonomi moneter, hubungan tersebut dijelaskan melalui teori kuanititas uang.

Secara sederhana aliran atau arus perputaran barang dan uang terjadi dalam suatu perekonomian
dapat dijelaskan sebagai berikut. Sesuai Dengan fungsi uang seperti telah diuraikan dalam bab terdahulu
dalam kehidupan sehari – hari masyarakat membutuhkan uang untuk memperlancar kegiatan ekonominya
baik berupa kegiatan produksi, investasi maupun konsumsi. Sebagaimana diketahui, dalam setiap
kegiatan ekonomi selalu terdapat dua macam aliran, yaitu aliran barang dan aliran uang atau dana.
Sebagai contoh, dalam suatu kegiatan produksi, untuk menghasilkan suatu produk, perusahaan
membutuhkan input, misalnya berupa bahan baku dan tenaga kerja. Dalam proses tersebut perusahaan
akan membeli bahan baku dan menyewa tenaga (keahlian) dari masyarakat sehingga akan terjadi aliran
barang dan jasa berupa bahan baku dan tenaga kerja dari masyarakat. Pada saat yang sama juga terjadi
aliran uang dari perusahaan untuk pembayaran bahan baku yang di beli. tersebut. Aliran uang keluar
tersebut bagi perusahaan akan menjadi pos biaya, sementara bagi masyarakat, aliran uang masuk tersebut
merupakan pos pendapatan. Sementara itu, setelah perusahaan menghasilkan suatu produk dan
menjualnya ke masyarakat akan terjadi aliran uang keluar dari masyarakat dan sebaliknya terjadi aliran
uang masuk yang merupakan pendapatan perusahan. Mekanisme, yang serupa juga terjadi pada kegiatan
investasi dan kegiatan ekonomi lainnya. Berdasarkan contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam
suatu perekonomian aliran uang akan sebanding dengan aliran barang dan jasa.

2. Uang dan Suku Bunga

Di atas telah diuraikan secara singkat mekanisme penciptaan uang, bahwa penciptaan uang
beredar pada dasarnya ditentukan atau dipengaruhi oleh otoritas moneter, bank umum, dan masyarakat.
Jumlah uang beredar yang tercipta. tersebut merupakan jumlah uang yang ditinjau dari penyediaannya
atau sisi penawaran. Sementara itu, dari sisi pennintaan, masyarakat membutuhkan uang, baik uang kartal,
uang giral, maupun uang kuasi, untuk membiayai semua kegiatan ekonominya. Idealnya, jumlah uang
yang tercipta, atau tersedia harus seimbang jumlah uang yang dibutuhkan atau diminta oleh masyarakat
sehingga tidak terdapat kelebihan atau kekurangan jumlah uang yang beredar. Dalam praktik, permintaan
masyarakat akan uang sulit diperhitungkan mengingat kebutuhan masyarakat akan uang tersebut tidak
hanya dilandasi oleh motif untuk melakukan transaksi saja namun juga motif lainnya, yaitu untuk
berjaga-jaga atau bahkan untuk melakukan kegiatan yang sifatnya spekulatif. Dalam ilmu ekonomi
moneter, motif orang yang beragam dalam memegang uang tersebut merupakan landasan Teori
Permintaan Uang (Demand for Money Theory). Dalam ilmu ekonomi moneter, motif masyakarat yang
beragam dalam memegang uang tersebut merupakan landasan Teori Permintaan Uang (Demand for
Money Theory). Sesuai dengan hukum permintaan pasar, apabila jumlah uang yang disediakan melebihi
jumlah uang yang diminta maka akan terjadi kelebihan penyediaan uang yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan penurunan harga uang atau suku bunga.” Dalam ilmu ekonomi moneter, salah satu teori
yang menjelaskan keterkaitan antara suku bunga dengan permintaan/penyediaan dana (uang) adalah Teori
Dana yang dapat Dipinjamkan (the Loanable Fund Theory). Sebaliknya, apabila jumlah uang yang
diminta melebihi jumlah yang disediakan maka akan dapat mengakibatkan kenaikan harga uang atau suku
bunga. Perlu dijelaskan bahwa suku bunga yang dimaksud adalah suku bunga keseimbangan pasar, yaitu
suku bunga yang mencerminkan kesesuaian antara suku bunga bunga simpanan (sisi penawaran uang)
dan suku bunga pinjaman (sisi permintaan uang). Dari hubungan di atas dapat dipahami bahwa perubahan
suku bunga dapat terjadi sebagai akibat adanya perubahan jumlah uang beredar yang mencerminkan
interaksi antara sisi permintaan dan sisi penawaran. Bagaimana hubungan antara uang dan suku bunga
yang terjadi pada perekonomian Indonesia? Dalam hal ini, pada saat uang beredaar berkembang pesat
suku bunga mengalami penurunan. Sebagai contoh pada periode 1999-2000, saat krisis melanda
perekonomian Indonesia, hubungan yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu perkambangan uang beredar
yang pesat disertai dengan suku bunga yang juga tinggi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Sebagai contoh:
ketika terjadi krisis ekonomi mencapai puncaknya pada tahun 1998 terjadi kelangkaan dana pada
perbankan dalam jumlah besar sebagai akibat penarikan dana oleh masyarakat. Ditambah dengan
melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, kepercayaan masyakarat terhadap rupiah
semakin melemah. Untuk menganggulangi keadaan ini, bank-bank umum menaikan suku bunga secara
drastic untuk menarik dana dari masyarakat. Karena semakin memburuknya kondisi perekonomian,
mendorong pemerintah (Bank Indonesia) untuk menyuntik dana ke pasar dalam jumlah yang sangat besar,
yang menyebabkan peningkatan jumlah uang beredar secara drastis.

3. Uang dan Kegiatan Ekonomi Sektor Riil

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, masyarakat pada umumya membutuhkan uang atau dana
untuk membiayai kegiatan ekonominya di sektor riil, seperti produksi, investasi, dan konsumsi. Lalu, apa
yang terjadi apabila jumlah uang yang tersedia sangat terbatas sehingga tidak dapat membiayai kegiatan
ekonomi tersebut sepenuhnya? Atau sebaliknya, apa yang tejadi apabila jumlah uang yang tersedia
melimpah, sementara kegiatan ekonorni relatif kecil untuk dibiayai? Pertanyaan tersebut pada dasarnya
mengarah pada pemahaman bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara uang dan kegiatan ekonomi di
sektor riil, seperti yang telah disinggung pada awal subbab ini. Keterkaitan antara uang dan kegiatan
ekonomi paling tidak terjadi dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, menurut Hubbard, R. Glenn
(2000) terdapat keragaman pandangan mengenai pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi. Umumnya,
disepkati bahea dalam jangka panjang uang tidak mempengaruhi tingkat output riil (neutrality of money),
namun hanya mempengaruhi tingkat output nominal dan harga. Pengaruh uang terhadap kegiatan
ekonomi di sektor riil pada dasarnya dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Pengaruh tidak langsung
uang dapat dijelaskan melalui pengaruhnya terhadap perkembangan suku bunga seperti telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya. Dalam hal ini, apabila terjadi penambahan jumlah uang beredar (misalnya
sebagai akibat kebijakan bank sentral) maka suku bunga akan cenderung turun. Penurunan suku bunga
tersebut akan menurunkan biaya pendanaan kegiatan investasi, yang selanjutnya mendorong kegiatan
investasi dan kegiatan ekonomi pada umumnya.

4. Uang dan Harga

Di muka telah dibahas secara berturut – turut keterkaitan uang dengan suku bunga dan
keterkaitan uang dengan kegiatan ekonomi sektor riil. Keterkaitan uang dengan kedua variabel tersebut
pada dasarnya menunjukan peranan uang dalam mempengaruhi perkembangan kegiatan ekonomi secara
keseluruhan, yang tercermin pada perkembangan permintaan agregat (agregate demand) masyarakat akan
semua barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. Kegiatan produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa tersebut tentunya harus didukung oleh kapasitas ekonomi. Yaitu suatu kondisi yang
mencerminkan ketersediaan sumber daya yang mencukupi, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan
teknologi. Dalam ilmu ekonomi makro, kondisi ini dikenal dengan penyediaan atau penawaran
agregat (aggregate supply). Berbeda dengan permintaan aggregat yang ndapat berubah dalam jangka
pendek, penawaran aggregat relatif lebih sulit untuk berubah dalam jangka pendek. Dalam kaitan ini,
perubahan penawaran aggregat lebih terkait Dengan struktur dan perkembangan suatu perekonomian.
Idealnya, permintaan aggregat harus sama dengan penawaran aggregat. Bagaimana apabila tidak ? apabila
permintaan aggregat tidak sama dengan penawaran aggregat maka diperlukan penyesuaian kegiatan
ekonomi agar terjadi kesesuaian (keseimbangan), yang pada akhirnya dapat mengakibatkan perubahan
harga barang dan jasa. Dalam hal ini, peningkatan permintaan aggregat yang melebihi penawaran
aggregat akan mendorong kenaikan harga barng dan jasa. Sehingga, mengingat perubahan jumlah uang
beredar dapat mempengaruhi perkembangan permintaan agregat, dapat disimpulkan bahwa perubahan
jumlah uang beredar dapat mempengaruhi perkembangan harga. Salah satu implikasi Teori Kuantitas
Klasik yang terpenting ialah bahwa dalam jangka pendek tingkat harga umum berubah secara
proporsional dengan perubahan uang yang diedarkan oleh pemerintah. Hal ini berate bahwa
kecenderungan kenaikan harga umum secara terus-menerus (inflasi) dapat terjadi apabila penambahan
jumlah uang beredar melebihi kebutuhan yang sebenarnya. Dapat dinyatakan secara sederhana bahwa
“jumlah uang beredar bertambah, harga barang-barang naik”. Dalam kasus ini, mengingat inflasi sangat
dipengaruhi oleh perkembangan uang beredar maka inflasi dikenal sebagai fenomena moneter. Dalam
kasus lain, inflasi yang tinggi dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama walaupun perkembangan
jumlah uang beredar relative rendah. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui teori Strukturalis yang
menyatakan bahwa inflasi dalam jangka waktu panjang lebih disebabkan oleh adanya kekakuan (ketidak
elastisan) struktur perekonomian di negara berkembang, terutama pada struktur penerimaan ekspor dan
produksi bahan makanan dalam negeri. Dengan demikian tekanan inflasi akan muncul apabila
pertumbuhan sector ekspor sangat lamban dibandingkan dengan sector-sektor lainnya, ataupun prosuksi
bahan makanan dalam negeri kurang memadai. Pendapat tersebut menempatkan inflasi sebagai fenomena
structural.

Bagaimana dengan inflasi di Indonesia, merupakan fenomena moneter atau fenomena structural?
Tentu tidak mudah menjawabnya pertanyaan ini. Mungkin lebih mudah jika bertanya: sejauh mana
fenomena-fenomena tersebut terjadi di Indonesia? Walaupun sulit untuk memilih kedua fenomena
tersebut, jawaban atas pertanyaan tersebut dapat diarahkan pada suatu kesimpulan dengan mencermati
beberapa contoh sebagai berikut:

a) Situasi ekonomi pada pertengahan decade 1960-an, tingkat inflasi (yang biasanya diukur dengan
menggunakan perubahan harga barang konsumsi) pada saat itu sangat tinggi, bahkan mencaapai 600%.
Mengapa harga barang-barang dapat melonjak demikian tinggi?. Hal ini disebabkan oleh kebijakan
pencetakan uang yang berlebihan pada masa itu. Dengan kondisi ekonomi-politik ketika itu, ditambah
dengan kurang matangnya manajemen pengendalian uang beredar, pencetakan uang merupakan kebijakan
yang lumrah dilakukan oleh pemerintah. Akibat berlebihannya persediaan uang dalam perekonomian
berdampak pada kenaikan harga-harga secara tajam.

b) Krisis ekonomi yang puncaknya terjadi pada tahun 1998 yang lalu.ketika itu terjadi kelangkaan dana
di perbankan sebagai akibat penarikan dana oleh masysrakat yang sanyat besar. Diperberat lagi dengan
semakin melemahnya kepercayaan masyarakat terhadap rupiah. Untuk mengatasi masalah tersebut,
Pemerintah (Bank Indonesia) menyuntik dana ke pasar dalam jumlah yang sangat besar dalam beberapa
waktu, yangs elanjutnya berakibat melonjaknya inflasi beberapa saat kemudian. Demikian pula
selanjutnya, pertumbuhan uang beredar mereda, inflasi juga kembali melemah.

c) Pelonjakan harga-harga barang secara langsung sesaat setelah Pemerintah mengumumkan beberapa
kebijakan, seperti kenaikan harga bahan baker minyak (BBM), tariff dasar listrik, tarif angkutan.
Kebijakan lain yang ditempuh adalah menaikkan gaji pegawai negeri siplin (PNS) dan upah minimum
regional (UMR) juga turut berpengaruh terhadap kenaikan harga barang-barang di masyarakat. Ditambah
lagi kenaikan harga makanan sebagai akibat banjir yang melan da di mana-mana, yang mengakibatkan
tersendatnya pasokan kebutuhan bahan pokok ke daerah tertentu, dan keadaan ini berlangsung setia
tahun. Berdasarakan beberapa contoh di atas, secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa inflasi di
Indonesia merupakan fenomena moneter, namun demikian dapat pula dikatakan berdasarkan ke tiga
contoh di atas bahwa inflasi di Indonesia merupakan fenomena structural. Dengan demikian kedua
fenomena yang terjadi merupakan kasus di perekonomian di Indonesia.

5. Pengendalian Jumlah Uang Beredar

Pengendalian jumlah uang beredar pada dasarnya merupakan salah satu bagian dari kerangka kebijakan
moneter yang dilaksanakan oleh otoritas moneter. Dalam hal ini, sesuai dengan tujuan kebijakan moneter,
pengendalian jumlah uang beredar pada umumnya ditujukan untuk menjaga kestabilan nilai uang dan
mendorong kegiatan ekonomi. Adapun yang dimaksud dengan pengendalian di sini adalah upaya otoritas
moneter baik untuk menambah jumlah uang beredar (kebijakan ekspansi moneter) maupun mmengurangi
jumlah uang yang beredar (kebijakan konstraksi moneter). Pengendalian jumlah uang beredar tersebut
juga mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kerangka kebijakan ekonomi makro. Hal ini
disebabkan oleh keterkaitan yang erat antara uang dengan variable-variabel ekonomi lainnya, seperti suku
bunga, seperti suku bunga, output, dan harga. Dengan mengendalikan jumlah uang beredar tersebut,
otoritas moneter akan dapat mempengaruhi nilai uang sedemikian rupa sehingga perkembangannya akan
mampu mendorong perekonomian kea rah yang diinginkan sesuai dengan sasaran akhir yang ditetapkan,
seperti inflasi yang rendah dan atau pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Berkaitan dengan hal di atas
bagaimana halnya dengan pengendalian jumlah uang beredar di Indonesia?, bahwa sesuai dengan UU No.
23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bahwa Bank Indonesia merupakan otoritas moneter yang
mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, antara lain mengendalikan jumlah
uang beredar. Pengendalian jumlah uang beredar dianggap cukup relevan, terutama bila dikaitkan dengan
arah baru penerapan kebijakan moneter di Indonesia yang menekankan pada pencapaian sasaran tunggal,
yaitu kestabilan nilai rupiah (harga). Namun, dalam praktiknya, pengendalian jumlah uang beredar yang
optimal sangatlah sulit dilakukan. Paling tidak, terdapat tiga faktor yang menyebabkan sulitnya
pengendalian jumlah uang beradar tersebut. Faktor pertama adalah adanya unsur-unsur yang bersifat
kontradiktif pada pencapaian sasaran kebijakan. Misalnya, Bank Indonesia melakukan kebi~jakan
ekspansi moneter untuk mendorong kegiatan ekonomi yang seclang lesu. Tindakan ini biasanya
mempunyai dampak pada meningkatnya inflasi. Sebaliknya, apabila diambil kebijakan kontraksi moneter
untuk meredam laju inflasi tersebut, perkembangan kegiatan ekonomi diperkirakan akan terhambat.
Faktor kedua adalah sulitnya memprediksi dan mengendalikan permintaan uang masyarakat. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, perilaku permintaan uang masyarakat tergantung pada beberapa motif yang
beragam. Sejalan dengan pesatnya perkembangan dan inovasi sektor keuangan dan keterbukaan
perekonomian Indonesia dalarn beberapa tahun terakhir, perilaku tersebut cenderung tidak stabil sehingga
sulit untuk diprediksi dan dikendalikan. Faktor ketiga adalah sulitnya memprediksi perilaku angka pelipat
ganda uang. Sebagaimana perkembangan permintaan uang, perilaku angka pelipat ganda uang juga
cenderung tidak stabil sehingga sulit untuk diprediksi. Kesulitan dan tantangan yang dihadapi Bank
Indonesia dalam, rangka pengendalian Jumlah uang beredar di masa mendatang diperkirakan akan
semakin berat dan kompleks. Untuk itu, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk menjajagi dan
mengkaji beberapa kemungkinan penerapan kerangka kerja kebijakan moneter lain yang lebih optimal
dalam rangka pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter, yaitu stabilitas nilai rupiah.

Arti Penting Uang dalam Perekonomian


Uang mempunyai satu tujuan fundamental dalam sistem perekonomian yaitu memudahkan pertukaran
barang dan jasa, untuk memungkinkan perdagangan dilaksanakan semurah mungkin sehingga dapat
mencapai tingkat spesialisasi optimum dengan disertai peningkatan produktifitas. Iswardono (1999: 16-
17) mengemukakan bahwa pada dasarnya uang mempunyai tiga arti penting dalam perekonomian, yaitu:

1.) Arti penting uang dalam produksi


Keuntungan dalam bentuk uang pada investasi kapital yang diterima produsen dari hasil
penjualan produksi diperoleh dengan mudah maka dapat memperlancar proses produksi sehingga
menguntungkan masyarakat karena adanya aliran barang-barang dan jasa di pasar yang semakin
meningkat.

2.) Arti penting uang dalam pertukaran


Pendapatan masyarakat dalam bentuk uang berupa upah, gaji dan sebagainya memudahkan
pemenuhan keinginan dengan menukarkan uang tersebut dengan barang-barang dan jasa.
Kelancaran dari sistem pertukaran uang ini meningkatkan standar hidup masyarakat, sebagaimana
dicerminkan dengan meningkatnya produksi sehingga merangsang aliran-aliran barang-barang
dari produsen ke konsumen yang selanjutnya untuk pertukaran dengan uang.

3.) Arti penting uang pada masyarakat


Masyarakat umumnya menggunakan uang untuk membeli barang dan jasa, dimana hal ini
menjamin kesediaan masyarakat dalam menukarkan uangnya dengan barang dan jasa, sehingga
setiap orang puas pada pekerjaannya yang sudah sesuai untuk menghasilkan penghasilan dalam
bentuk uang.

Fungsi Uang dalam Ekonomi


Dalam system perekonomian manapun, fungsi utama uang adalah sebagai alat tukar (medium of
exchange). Ini adalah fungsi utama uang. Dari fungsi utama ini, diturunkan fungsi-fungsi yang lain seperti
uang sebagai standard of value (pembakuan nilai), store of value (penyimpan kekayan), unit of account
(satuan penghitungan) dan standard of defferred payment (pembakuan pembayaran tangguh). Mata uang
manapun niscaya akan berfungsi seperti ini. Namun ada satu hal yang sangat berbeda dalam memandang
uang, antara sistem kapitalis dengan sistem Islam. Dalam sistem perekonomian kapitalis, uang tidak
hanya sebagai alat tukar yang sah (legal tender) melainkan juga sebagai komoditas. Menurut sistem
kapitalis, uang juga dapat diperjualbelikan dengan kelebihan baik on the spot maupun secara tangguh.
Lebih jauh, dengan cara pandang demikian, maka uang juga dapat disewakan (leasing). Dalam Islam,
apapun yang berfungsi sebagai uang, maka fungsinya hanyalah sebagai medium of exchange. Ia bukan
suatu komoditas yang bisa dijualbelikan dengan kelebihan baik secara on the spot maupun bukan.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Dengan keberadaannya uang sebagai alat pertukaran atas barang dan jasa manusia dapat lebih
leluasa dalam melakukan kegiatan transaksi perekonomian dalam memenuhi kebetuhan
hidupnya, eksistensinya akan terus ada dan akan terus berkembang mengikuti kecanggihan
teknologi dan alat yang diciptakan. Namun disisi lain manusia juga lah yang melakukan
praktek-praktek tindak pemalsuan serta penipuan yang dapat menghambat stabilitas lalu lintas
perekonomian.

Kejahatan uang palsu dan pembuatan cek kosong ini juga membawa pangaruh yang lebih besar
jika kita tengok dari perekonomian negara. Pemerintah secara dini telah menyadari pentingnya
uang sebagai alat pembayaran yang sah yang sifatnya umum dan dapat diterima secara luas oleh
masyarakat. Oleh karena itu pemerintah telah berusaha sedapat mungkin untuk menciptakan alat
pembayaran yang memiliki karakteristik yang unik yang tidak memungkinkan bagi orang lain
selain negara untuk dapat menciptakannya secara bebas.

Saran
Untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan melihat perbedaan antara uang yang asli dengan uang
palsu alias upal diperlukan teknik analisis yang cukup sederhana dan bisa dilakukan siapa saja
denganmudah.Langkahcara3Dtersebutialah :
1.Dilihat
lihatlah, pastikan uang yang kita periksa memiliki warna, corak dan gambar yang baik serta
memiliki tanda-tanda uang asli seperti tanda air yang menggambarkan pahlawan-pahlawan
nasional, bahan kertas serta benang tali pengaman yang berada di dalam uang tersebut. Uang-
uang pecahan besar biasanya memiliki tanda keaslian lain seperti corak gambar dengan warna
yang mencolok dan sulit ditiru penjahat. Pastikan uang itu benar-benar asli.
2. Diraba
Usaplah uang tersebut apakah uang itu terasa kasar atau lembut. Uang yang asli biasanya agak
kaku dan tebal bahan kertasnya. Di samping itu pada angka atau gambar uang biasanya sengaja
dicetak agak menonjol dan akan terasa jika diusap-usap. Rabalah uang anda apakah sudah asli
atau belum.

3. Diterawang
Langkah yang terakhir adalah menerawangkannya ke sumber cahaya kuat seperti matahari dan
lampu. Setelah diterawang lihatlah bagian tali pengaman dan tanda mata air apakah dalam
kondisi baik atau tidak.

Dan pada praktek penggunaan cek kosong sebagai alat pembayaran di Indonesia juga sangat
rumit karena pemegang cek dibebani prosedur yang panjang untuk mengklaim haknya, sampai
akhirnya harus diselesaikan dengan kembali kepada perjanjian pokok para pihak. Cek kosong
menimbulkan kerugian bagi orang-orang yang menerimanya saat transaksi berlangsung.
Penyelesaian masalah yang timbul dalam praktek penggunaan Cek kosong Peraturan dan sanksi
tegas harus segera diatur dalam Undang-undang.

Dengan ditetapkannya Undang-undang larangan penarikan cek kosong yang meberikan hukuman
yang berat diharapkan transaksi usaha tidak akan terganggu dan mengurangi penyelewengan
yang selama ini terjadi dalam ranah cek kosong. Negara Indonesia memerlukan peraturan yang
tegas dan benar-benar dijalankan di lapangan untuk mencapai kesejahteraan dan keamanan
berinvestasi dan berbisnis.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mansur. 2010. Konsep Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam dan Ekonomi
Konvensional. http://ejournal.sunan-ampel.ac.id/index.php/al-Qanun/article/view/41/34.
Diakses pada tanggal 2 April 2013.
Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi. 2003. Fiqih Ekonomi Umar bin Al-Khathab. Terjemahan oleh
Asmuni Solihan Zamakhsyari. 2006. Jakarta: KHALIFA (Pustaka Al-Kautsar Grup).
Muhammad. 2002. Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Salemba
Empat

Anda mungkin juga menyukai