Anda di halaman 1dari 58

A.

Skenario
Ny. D 19 tahun, baru saja menikah 3 bulan yang lalu. Sejak 1 bulan setelah
pesta pernikahannya, Ny. D mengeluh sering mual dan muntah pada pagi hari
sehingga badannya sangat terasa lemas dan wajah pucat. Ny. D juga terlambat
menstruasi dan payudaranya terasa tegang. Dokter menyatakan bahwa Dina hamil
setelah menemukan tanda dugaan dan tanda pasti kehamilan dan mengalami
hyperemesis gravidarum grade I, namun masih diperlukan pemeriksaan lain untuk
memastikannya. Dokter menyarankan agar Ny. D melakukan unjungan Antenatal
Care (ANC) secara rutin agar dapat men screening segera jika terdapat kondisi-
kondisi yang abnormal pada kehamilannya seperti hipertensi pada kehamilan karena
usia Ny. D masih sangat muda dapat menjadi factor resikonya. Untuk mengetahui
taksiran persalinan dokter menanyakan riwayat Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Ny. D.
Saat melakukan kunjungan ANC yang keempat, pada usia kehamilan 9 bulan,
dokter melakukan pemeriksaan Leopold dan menemukan adanya striae gravidarum
pada perut Ny. D. di klinik dokter tersebut Ny.D bertemu dengan temannya Ny.R
yang juga tengah hamil dan mengalami infeksi TORCH (Toxoplasma Rubella
Citomegalovirus dan Herpes Simpleks) yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan
janinnya.
B. Klarifikasi Istilah

SNo Istilah Pengertian

Proses pengikisan endometrium yang bersifat


1 Menstruasi fisiologis yang terjadi setiap bulan pada wanita
dewasa akibat pengaruh hormonal.
Kondisi mual dan muntah yang berat selama
2 Hiperemesis Gravidarum kehamilan biasanya terjadi 1-2% dari semua
kehamilan.
Serangkaian kegian pemantuan secara rutin
3 Ante Natal Care (ANC) pemeriksaan maternal dan neonatal selama
kehamilan.
Kondisi kronis dimana tekanan sistol dan
4 Hipertensi Kehamilan
diastole lebih dari 140/90 mmHg saat kehamilan.
Hari pertama haid terakhir yang digunakan
5 HPHT
sebagai patokan penentu usia kehamilan.
Pemeriksaan pada perut ibu hamil untuk
6 Pemeriksaan Leopold menentukan posisi dan letak janin serta tinggi
fundus uteri.
Perubahan pada kulit yang teregang sehingga
7 Striae Gravidarum
mengakibatkan serabut kolagen ruptur.
Infeksi yang disebabkan oleh toxoplasmosis,
8 TORCH
rubella, cytomegalovirus, dan Herpes simpleks.
C. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana anatomi dan histologi dari sistem reproduksi wanita?
2. Apa makna klinis dari mual dan muntah yang dirasakan pada pagi hari, badan
lemas, wajah pucat, terlambat mengalami menstruasi, payudara terasa sangat
tegang serta adakah hubungannya gejala yang dirasakan diatas 1 bulan yang lalu
dengan pernikahannya 3 bulan yang lalu?
3. Bagaimana fisiologi siklus menstruasi?
4. Apa saja yang dapat menyebabkan terlambatnya mestruasi?
5. Apa saja tanda-tanda kehamilan?
6. Bagaimana fisiologi kehamilan?
7. Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologi pada kehamilan?
8. Bagaimana penegakkan diagnosis kehamilan?
9. Sebutkan klasifikasi dari hyperemesis gravidarum!
10. Apa etiologi dan factor resiko dari hyperemesis gravidarum?
11. Bagaimana patofisiologi dari hyperemesis gravidarum?
12. Bagaimana penegakkan diagnosis hyperemesis gravidarum?
13. Bagaimana tatalaksana hyperemesis gravidarum?
14. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hyperemesis gravidarum?
15. Apa saja tujuan dan manfaat dari Ante Natal Care (ANC)?
16. Bagaimana cara penjadwalan ANC?
17. Jelaskan prosedur pemeriksaan ANC!
18. Apa saja klasifikasi hipertensi kehamilan?
19. Apa etiologi dan factor resiko dari hipertensi kehamilan?
20. Jelaskan patofisiologi dari hipertensi kehamilan!
21. Jelaskan penegakkan diagnosis hipertensi kehamilan!
22. Jelaskan tatalaksana hipertensi kehamilan!
23. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat hipertensi kehamilan?
24. Jelaskan cara perhitungan HPHT!
25. Bagaimana cara pemeriksaan leopold?
26. Apa makna klinis ditemukannya striae gravidarum?
27. Apa yang dimaksud dengan infeksi TORCH?
28. Apa saja manifestasi klinis yang timbul akibat infeksi TORCH?
29. Bagaimana cara menegakkan diagnosis infeksi TORCH?
30. Bagaimana tatalaksana dari infeksi TORCH?
31. Bagaimana pencegahan dari infeksi TORCH?

D. Analisis Masalah
1. Bagaimana anatomi dan histologi dari sistem reproduksi wanita?1,2
a. Anatomi
sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan
alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
 Alat genitalia wanita bagian luar
 Mons veneris / Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol dibagian
depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah
dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis
mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak).
 Labia mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang
labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung
bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum,
 labia minora
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam
labia mayora tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan
menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama
dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
 Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
dan letaknya dekat ujung superior vulva.
 Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu
atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina.
 Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
 Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan
mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
 Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan
mudah robeki.
 Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis
tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen.

 Alat genitalia wanita bagian dalam


 Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan
panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan
dibelakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulo-
membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan
muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.Pada dinding
vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama di
bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian
uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio.
 Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih,
cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di
pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki
bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri
dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak
di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama
yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri
yang berbentuk silinder.
 Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke
arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.
 Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo
pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.

b. Histologi
 Ovarium
 Korteks ovarium berada dibawah tunika albuginea dan terdapat folikel
ovarium yaitu folikel primordial, folikel berkembang dan folikel de
Graaf. Stroma korteks terlihat berupa jaringan yang banyak
mengandung sel berbentuk gelondong mirip serat otot polos. Sel-sel
tersusun simpang siur sangat rapat stu sama lain.
 Medula .Terletak di bagian tengah ovarium. Berisi jaringan ikat
longgar,mengandung serabut-serabut elastis, beberapa otot polos, arteri
pembuluh limf dan saraf.
 Ampula tuba uterine
 Mukosa: banyak lipatan yang sangat rumityang memenuhi lumen.
Permukaan lipatan mukosa terdiri epitel torak selapis dengan lamina
propria dibawahnya. Sel epitelnya yaitu sel bersilia dan sel yang tidak
bersilia.
 Tunika muskularis : lapisan melingkar dan lapisan memanjang
 Tunika adventisia : jaringan ikat longgar.
 Ismus tuba uterina
Lipatan mukosa tidak rumit dan lumen lebih sempit. Lapisan otot
relative lebih tebal.
 Tuba uterine pars intramural
Lapisan mukosa ganya tampak bergelombang memanjang, tidak terlalu
berlipat dan tunika muskularis menyatu dengan tunika muskularis
dinding rahim.
 Vagina
Dinding dibentuk oleh mukosa yang terdiri epitel gepeng berlapas
tanpa lapisan keratin. Dibawahnya terdapat lapisan otot polos. Vagina
tidak memiliki kelenja dalam dindingnya.

2. Apa makna klinis dari mual dan muntah yang dirasakan pada pagi hari,
badan lemas, wajah pucat, terlambat mengalami menstruasi, payudara
terasa sangat tegang serta adakah hubungannya gejala yang dirasakan diatas
1 bulan yang lalu dengan pernikahannya 3 bulan yang lalu?3,4,5
a. Mual-muntah : hamil  terjadi peningkatan estrogen dan progesteron 
perubahan pada traktus digestivus  terjadi penurunan motilitas otot polos
pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid serta peptin di
dalam lambung  refluks asam lambung ke esofagus bagian bawah
mengakibatkan timbulnya gejala pyrosis (heartburn) mual dan muntah
pada ibu hamil
b. Lemas dan pucat : disebabkan oleh menurunnya Basal Metabolic Rate (BMR)
dalam trimester pertama kehamilan. Dengan meningkatnya aktivitas metabolik
produk kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan, maka
rasa lelah yang terjadi selama trimester pertama akan berangsur menghilang
dan kondisi ibu hamil akan menjadi lebih segar.
c. Payudara terasa tegang akibat hormone somatomamotropin, estrogen dan
progesteron akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Pengaruh progesterone dan
somatonanotropin terbentuk lemak disekitar alveolus sehingga mammae
menjadi lebih besar, papilla mammae membesar terasa tegang dan menjadi
lebih hitam pada aerola mammae karena hiperpigmentasi. Hipertrofi kelenjar
sebacea (lemak) yang muncul di aerola primer disebut tuberkel montgomery.
Perubahan payudara menjadi lebih tegang adalah kemungkinan hamil
d. hubungan terlambat menstruasi dengan riwayat menikah 3 bulan yang lalu,
terlambat menstruasi disebabkan oleh kenaikan kadar estrogen dan
progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum,ny.dina kemungkinan hamil
sehingga tidak terjadi menstruasi dikarenakan dinding rahim dipersiapkan
untuk kehamilan.

3. Bagaimana fisiologi siklus menstruasi?6,7


a. Siklus Endomentrium

Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu :

 Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase
ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi
kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada
kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)
baru mulai meningkat.
 Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang
berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid,
misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus
32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar
empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium
tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula,
yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi
estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
 Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium
sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru
yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi
kelenjar.
 Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10
hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus
luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi
spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi
nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan
menstruasi dimulai.
b. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon).
Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel
primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi,
satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan
estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang
terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel
yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum
mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik
hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus
luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional
endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
c. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini
menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone
(Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone
(FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi
estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu
hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai
puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi
fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh
karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.

4. Apa saja yang dapat menyebabkan terlambatnya mestruasi?8


a. Kehamilan
b. Menyusui
c. Penurunan/Peningkatan berat badan yang berat
d. Latihan yang berlebihan
e. Stress
f. Kondisi penyakit tertentu, seperti sindrom polikistik ovarium

5. Apa saja tanda-tanda kehamilan?9,10


Terdapat 3 tanda-tanda untuk dapat mendiagnosis terjadinya kehamilan, yaitu :
a. Tanda-tanda presumptif
 Amenorea (tidak mendapat haid)
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HT) supaya
dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP), yang
dihitung dengan menggunakan rumus dari Naegele : TTP+ (hari HT+7)
dan (bulan HT-3) dan (tahun HT+1)

 Mual dan muntah (nausea dan vomiting)


Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir
triwulan pertama. Karena sering terjadi pada pagi hari disebut morning
sickness (sakit pagi). Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena
kehamilan disebut hiperemesis gravidarum.

 Mengidam (ingin makan makanan khusus)


Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada
bulan-bulan triwulan pertama. Mereke juga tidak tahan suatu bau-bauan.

 Pingsan
Jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat seorang
wanita yang sedang hamil dapat pingsan.

 Tidak ada seleramakan (anoreksia)


Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu
makan timbul kembali.

 Lelah (fatigue)

 Payudara membesar,tegang dan sedikit nyeri


disebabkan pengaruh esterogen dan progesteron yang merangsang duktus
dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar.

 Miksi sering
Karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala itu
akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala
tersebut muncul kembalii karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.

 Konstipasi/obstipasi
Karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid

 Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormin kortikosteroid plasenta


dijumpai dimuka (chloasma gravidarum). Areola payudara, leher dan
dinding perut (linea nigra+grisea)
 Epulis (hipertrofi papila gingivalis)

 Pemekaran vena-vena (varises)dapat terjadi pada kaki,betis,vulva,


biasanya dijumpai pada triwulan akhir.

b. Tanda-tanda kemungkinan hamil


Terjadi perubahan anatomi pada tubuh ibu adalah:
 Perut membesar
 Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk,besar dan konsistensi rahim.
 Tanda hegar
Ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunak pada pemeriksaan
bimanual saat usis kehamilan 4-6 minggu
 Tanda chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat diporsio,vagina dan labia.
Tanda-tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena karena peningkatan
kadar esterogen.
 Tanda piskacek
Pembesaran dan perlunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang
berdekatan dengan tuba uterina. Biasanya tanda ini ditemukan di usia
kehamilan 7-8 minggu.
 Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika dirangsang=Braxton-Hicks
 Teraba ballotement
 Reaksi kehamilan positif

c. Tanda pasti (tanda positif)


 Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba,juga bagian-
bagian janin.
 Denyut jantung janin:
 Didengar dengan stetoskop-mooaural Laennec
 Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
 Dicatat dengan feto-elektrokardiogram
 Dilihat pada ultrasonografi
 Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen

6. Bagaimana fisiologi kehamilan?7,9


a. Saat terjadinya koitus, sejumlah sperma dari vagina dihantarkan ke ampula
tuba fallopi dibantu dengan kontraksi uterus.
b. Tuba fallopi juga membantu pengantaran sperma dan ovum oleh aktivitas
prostaglandin yang terdapat didalam semen dan disekresikannya oksitosin oleh
hipofisis posterior untuk mempermudah kontraksi.
c. Sperma yang telah bertemu dengan ovum akan menembus berlapis – lapis sel
granulosa dan zona pelusida ovum.
d. Sprema yang telah masuk ke ovum akan menyebabkan terbentuknya zigot (46
kromosom; 23 buah dari sel spermatozoa dan 23 buah dari ovum)  fase
pembuahan.
e. Hasil dari pembuahan tersebut akan dihantarkan dari tuba uterin ke kavum
uteri (3 – 4 hari) dalam masa transport ovum mengalami beberapa tahap
pembelahan  blastokista  masuk kedalam kavum uteri  blastokista yang
sedang berkembang tetap tinggal dalam uterus selama 1 – 3 hari sebelum
berimplantasi ke desidua endometrium. Setelah 5 – 7 hari terjadilah implantasi
disebabkan kerja dari sel – sel trofoblas yang ada pada permukaan blatokista
 sel – sel trofoblas terus berproliferasi dengan cepat membentuk plasenta
dan membrane kehamilan serta hormone hCG.

7. Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologi pada kehamilan?11


a. TRIMESTER PERTAMA
Tanda tanda fisik yang dapat dilihat adanya spoting, terjadi 11 hari
setelah konsepsi saat implantasi, jika siklus menstruasi 28 hari, perdarahan ini
terjadi beberapa hari sebelum menstruasi dengan pendarahan kurang dari
biasanya. Setelah terlambat satu kali menstruasi, nyeri dan pembesaran
payudara, rasa kelelahan, sering kencing,morning sickness, mulai mg ke 8
sampai mg ke 12. Kenaikan BB 1-2 kg selama tmt I

b. TRIMESTER KEDUA
 Uterus akan terus tumbuh.
 BB semakin bertambah
 Ibu merasa punya banyak energi
 Pd 20 mg fundus mulai dekat dengan pusat
 Payudara mulai mengeluarkan kolostrum
 Ibu merasakan gerakan bayinya
 Mulai adanya perubahan pada kulit : cloasma ,strie,gravidarum dan linea
nigra

c. TRIMESTER KETIGA
 Payudara penuh dan lunak
 Sering Kencing
 Sakit punggung
 Susah tidur
 Kontraksi brakton hicks meningkat

d. SISTEM REPRODUKSI
 Selama kehamilan estrogen dan progesteron meningkat dan menekan
hipofise anterior sehingga sekresi FSH dan LH tertekan dan tidak terjadi
pematangan Folikel dan ovulasi
 Siklus menstruasi terhenti
 Setelah implantasi, ovum yang telah mengalami fertilisasi dan villi korialis
membentuk HCG

e. PERUBAHAN PADA GENITALIA EXTERNA


 Vulva
 Hormon Estrogen dan Progesteron mempersiapkan Vagina agak
mengalami distensi selama persalinan dengan cara memproduksi
mukosa vagina
 Meningkatkan vaskularisasi menghasilkan warna violet kebiruan dari
mukosa vagina dan servik pada awal minggu ke 8

f. PERUBAHAN PADA GENITALIA INTERNA


 Pembuluh darah alat genitalia interna akan membesar,hal inikarena
oksigenisasi dan nutrisi pada alat genitalia interna ini meningkat
 Pada vagina pembuluh darah dinding vagina bertambah dan warna selaput
dinding vagina membiru ( tanda cadwik’s ),kekenyalan vagina bertambah
yang berarti keregangan vagina bertambah, buat persiapan persalinan.
 Perubahan pada uterus
 Bentuk rahim.
Rahim berkembang untuk menyediakan ruangan yang sehat untuk
janin tumbuh
 Endometrium
Berubah nama menjadi desiduapada bahagian fundus dan atas tebal (
tempat implantas yang normal )banyak aliran darah, banyak zat
glikogen yang berguna untuk makanan bagi janin
 Desidua ada 3 lapis ( basalis, vera dan capcularis )
 Myometrium
- Hiperplasia karena pengaruh estrogen
- Selama pada 20 mg pertama berkembang dan meregang untuk
menampung isinya karena pengaruh progesteron pada otot lunak
- Pd kehamilan 8 mg adanya kontraksi braxton hicks yang berlanjut
sampai pada saat persalinan
 Perimetrium
 Lapisan sebelah luar tidak seluruhnya menutupi rahim
 Posisinya dibelokkan dimuka kandung kemih membentuk kantong
uterovesikal
 Dibelakang anus untuk membentuk kantong douglas
 Susunan ini memberikan tempat pada rahim untuk berkembang bebas
tanpa batas
 Ovarium
 Pada awal kehamilan masih ada corpus luteum grafiditas dan setelah
plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan 16 minggu corpus luteum
berdegenerasi
 (corpus albicans ) selanjutnya hormon progesteron dan estrogen
diproduksi oleh Plasenta.
 Perubahan pada payudara
 Buah dada biasanya membesar karna hipertropi alveoli
 Meningkatnya progesteron dan estrogen berakibat:
 Rasa penuh dan padat
 Sensitifitas yang tinggi
 Geli dan rasa berat
 Areola hiperpigmentasi
 Perubahan pada sistem endokrin
 Perubahan sistim endokrin ini sangat penting dalam pemeliharaan
pertumbuhan fetal dan pemulihan post partum
 Kelenjar tyroid
 Aktifitas kelenjer dan produksi hormonmeningkat, terjadipembesaran
kelenjer tyroid karena hiperplasi jaringan kelenjer dan meningkatnya
vaskularisasi
 Kelenjer paratyroid
 Kehamilan menyebabkan hiperparatyroid,refleksinya meninkat
kebutuhan kalsium dan vitamin D
 Pankreas
 Awal kehamilan pangkreas menurunkan produksi insulisnya
disebabkan oleh janin membutuhkan glukosa dalam jumlah yamg
cukup untuk tumbuh
 Prolaktin Pitiutary
 Pada trimester I serum Prolaktinmeningkat secara profresif sampai
matur , sekresi terhambat karenahormon estrogen yang tinggi
 Sistem endokrin dan nutrisi
 Estrogen dabn progesteron menyebabkan cadangan lemak pada
jaringan subcutis melebihi pada abdomen, punggung dan bahagian atas
 Perubahan pada sistem Imunitas
 Jumlah limfosit meningkat
 Milai kehamilan 8mg terjadi kekebalan dengan adanya limposit –
limposit
 Bertambah usia kehamilan jumlahlimposit dalam darah perifer
meningkat dan mulai terbentukfolikel – folikel limfe dimana-mana
 Benda penangkia humoral dibentuk sel limfoid dalam bentuk molekul
immunoglobulin. Pasangan terdiri dari molekul gamma E/gabungan
polimer gamma A dan gamma M
 Gamma-G berbentuk banyak dalam bulan kedua masa bayi, pada janin
didapat dari ibunya yang disebut dengan kekebalan pasif
 Pembentukan gamma –M sedininya pada usia kehamilan 5 bln dan
gamma-A pada usia kehamilan 2 bln
 Oleh sebab itu neonatus tidak dapat mengatasi infeksi
 Perubahan pada sistem Urinari
 Ginjal adalah organ ekskresi vital yang memeliharalingkungan
internaldalam keadaan haemostatisyang relatif konsistenperlu bagi
fungsiyang efisien bagitingkat seluler tubuh
 Perubahan struktur ginjal karena aktifitas hormonal pada ibu
hamil,tekanan uterus dan meningkatnya volume darah
 Ginjal akan bekerja extra keras dalam menjaga keseimbangan cairan
dan mengeluarkan zat sisa
 Ureter
 Dinding otot polos ureter mengalami relaksasi disebabkan pembesaran
uterus,karena perobahan ini volume terbesar urine berada pada
ureterdan aliran urin menjadi lambat
 Kandung kemih
 Selama kehamilan kandung kemih tertekan oleh pembesaran uterus
sehinggamenyebabkanperasaan yang tidak tertahankan untukbuang air
kecil walaupun kandung kemih hanya terisi sedikit urine
 Perubahan pada sistem pencernaan
 Bulan pertama adanya perasaan enegkarena kadar estrogen dan HCG
meningkat
 Sebagian wanita adanya peningkatan sekresi saliva
 Setelah trimester I terjadi peningkatan nafsu makan
 Peningkatan produksi progesteron menyebabkan hilangnya tonus otot
dan turunnya peristaltik menyebabkan konstipasi pada bumil
 Fungsi hati mengalami perubahan
 Adanya keluhan ibu hamil yang merasa tidak nyaman pada abdomen
karena adanya perubahan intra abdomen
 Perubahan tubuh secara gradual dan peningkatan
BBmenyebabkanperubahan postur tubuhdan cara berjalan
 Tonus otot menurun, pusat gravitasi bumil beralih kearah depan
 Peningkatan kurva lumbosacral yang normal ( lordosis ) berkembang
dan terjadi kompensasi pada kurva area servikodorsal ( fleksi anterior
yang berlebihan pada kepala )perlu untuk menjaga keseimbangan yang
berakibat rasa nyeri ,mati rasa dan kelemahan pada
ekstremitas,berjalan menjadi lebih sakit
 Jantung
 Ukurannya sedikit membesarkarena beban kerja
 Posisi sedikit bergeser keatas dan kearah kiri
 Hasil produksinya meningkat 5 – 7 ltr /menit
 Volume darah
 Jumlah sel darah merah meningkat guna memenuhi kebutuhan oksigen
 Peningkatan terjadi selama hamil dan meningkat di akhir kehamilan
 Jumlah plasma meningkat dari sel darah merahyang ditandai dengan
menurunya HB, haemotokrit dan sel darah merah ( anemi Fisiologis )
 HB yang normal 11-12 gr %
 Cardiac out put ( co )
 Co maternal meningkat 30-50 %selama hamil maksimum pada tm I
dan II dan tetaptinggi selama hamil
 Co juga tergantung pada posisi ibu, dengan posisi telentang akan
menurun karena tekanan pada vena kava inferior
 Selama hamil aterm 1-10 % terjadi sindrom hipotensi ditandai dengan
pusing,mual dan rasa akan pingsan
 Tekanan darah
 Karena pengaruh progesteronpembuluh darah melebar maka tekanan
darah cendrung turun selama 24 mg pertama
 Systole turun5-10 mmhg, diastole turun 10 – 15 mmhg
 Setelah 24 mg akan berangsur angsur naik kembali
 Sel darah putih
 Meningkat 8000 -10000 / mm3
 Trombosit meningkat
 Sistem Integumen
 Perubahan yang umumnya terjadi
 Peningkatan ketebalan kulit dan lemak
 Hiperpigmentasi karena peningkatan kadar melanosit stimulating
hormon ( Msh) yang dihasilkan oleh pituitary anterior
 Cloasma gravidarum terjadi 50-70 % ibu hamil dimulai setelah
kehamilan 16 mg
 Penggelapan Niple, Areola,Aksila dan Vulva
 Linea nigra Mulai bulan ke 3
 Strie yang kadang menimbulkan sensasi gatal Pada 50-90 % ibu hamil
 Pertumbuhan rambut dan kuku
 Percepatan aktifitas kelenjer keringat dan sebasea
 Kerapuhan/ kelemahan pada jaringan elastis kutaneus

8. Bagaimana penegakkan diagnosis kehamilan?9,10


Diagnosis kehamilan ditegakkan dengan cara :
a. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang akan
didapatkan tanda-tanda seperti berikut :
 Tanda presumptive :
 Amenorea (tidak mendapat haid)
 Mual dan muntah (nausea dan vomiting)
 Mengidam (ingin makan makanan khusus)
 Pingsan
 Tidak ada seleramakan (anoreksia)
 Lelah (fatigue)
 Payudara membesar,tegang dan sedikit nyeri
 Miksi sering
 Konstipasi/obstipasi
 Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormin kortikosteroid plasenta
 Tanda Pemekaran vena-vena (varises)dapat terjadi pada
kaki,betis,vulva,
 Epulis (hipertrofi papila gingivalis)
 Tanda kemungkinan hamil :
 Perut membesar
 Uterus membesar
 Tanda hegar
 Tanda chadwick
 Tanda piskacek
 Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika dirangsang=Braxton-Hicks
 Reaksi kehamilan positif
 Teraba ballottement
 Tanda pasti hamil :
 Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba,juga bagian-
bagian janin. Dapat dilihat dengan menggunakan USG.
 Denyut jantung janin:
- Didengar dengan stetoskop-mooaural Laennec
- Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
- Dicatat dengan feto-elektrokardiogram
- Dilihat pada ultrasonografi
 Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen

9. Sebutkan klasifikasi dari hyperemesis gravidarum!`12


Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi tiga tingkat,
yaitu:
a. Tingkat I
Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang terus menerus
disertai dengan intoleransi terhadap makan dan minum. Terdapat penurunan berat
badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan,
kemudian lendir beserta sedikit cairan empedu, dan kalau sudah lama bisa keluar
darah. Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali/menit dan tekanan darah sistolik
menurun. Pada pemeriksaan fisis ditemukan mata cekung, lidah kering, turgor
kulit menurun, dan urin sedikit berkurang.
b. Tingkat II
Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan segala yang
dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat.
Frekuensi nadi 100-140 kali/menit dan tekanan darah sistolik kurang dari 80
mmHg. Pasien terlihat apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan
aseton serta bilirubin dalam urin.
c. Tingkat III
Kondisi tingkat III ini sangat jarang, ditandai dengan berkurangnya muntah
atau bahkan berhenti, tapi kesadaran menurun (delirium sampai koma). Pasien
mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, dan dalam urin
ditemukan bilirubin dan protein.

10. Apa etiologi dan factor resiko dari hyperemesis gravidarum?13


a. Etiologi
Penyebab utama hiperemesis gravidarum belum diketahui secara jelas, namun
telah banyak yang menelit ti ntang teori-teori yang dapat menyebabkan
hiperemesis gravidarum seperti peningkatan kadar hormon chorionic
gonadotropin dan estrogen, kadar hormone tiroksin, infeksi H. pillory, faktor
social, psikologis, gangguan fungsi hati, kantung empedu, pancreatitis dan ulkus
peptikum.
b. Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko penyakit hiperemesis gravidarum antara lain adalah
usis ibu, usia gestasi, jumlah gravid, tingkat sosial ekonomi, kehamilan ganda,
kehamilan mola, kondisi psikologis ibu dan adanya infeksi H. pilotry.

11. Bagaimana patofisiologi dari hyperemesis gravidarum?14,15


Patofisiologi hiperemsis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan
Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan
muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada
sistem gastroinstestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan
lambung menjadi ksosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi
ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdpatanya non protein nitrogen,
asam urat, dan penurunan klorida dalam darah, kekurangan vitamin B1. B6, B12,
dapat mengakibatkan terjadinya anemia

12. Bagaimana penegakkan diagnosis hyperemesis gravidarum?16


Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.
Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus,
dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari-
hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres,
lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya
(hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda
dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan
tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar),
analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien
dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan
parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid
50- 60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi
gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan
pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin
dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya
kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa
13. Bagaimana tatalaksana hyperemesis gravidarum?17

a. Obat-obatan
Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin,
avomin. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik seperti disiklomin
hidrokhloride atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih
berat perlu dikelola di Rumah Sakit
b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Tidak diberikan
makanan/minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala
akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
c. Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan
masalah dan konflik, yang menjadi latar belakang penyakit ini.
d. Cairan Parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak2-3 liter sehari. Bila
perlu tambahkan kalium, dan vitamin B Kompleks dan vitamin C. Bila
kekurangan protein tambahkan asam amino secara intravena. Air kencing perlu
periksa terhadap aseton, protein, dan bilirubin.
Suhu dan nadi periksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dan periksa
hematokrit.
e. Penghentian Kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak jadi baik, usahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
takikardi, ikterus, anuria, dan pendarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan.

14. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hyperemesis


gravidarum?9,18
a. Maternal
Defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia,palsinervus ke-
6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi
psikosis korsakoff (amnesia,menurunnya kemampuan untuk beraktifitas),ataupun
kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemis tingkat III perlu dipertimbangkan
terminasi kehamilan.
b. Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR)
c. Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan
dehidrasi pada penderita. Dapak keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah
menurunnya keadaan umum,berat badan ibu berkurang. Sedangkan
dampaknya terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi dan
oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini adalah tumbuh kembang
janin akan terpengaruh.
d. Ketidakseimbangan elektrolit
Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan plasma
yang berkurang. Natrium dan klorida darah akan menurun. Kalium juga berkurang
akibat muntah dan bertambahnya eksresi lewat ginjal. Dampak keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan akan
muncul alkalosis metabolik hipoloremik, sedangkan dampaknya terhadap
kesehatan janin adalah mempengaruhi pertumbhan dan perkembangan janin.

e. Berkurangnya asupan nutrisi kedalam tubuh ibu

f. Enselofati wernicke yang ditandai oleh adanya nistagmus, diplopia, peruban


mental, suhu tubuh meningkat, gangguan emosional yang berhibungan dengan
kehamilan dan hubungan keluarga.

15. Apa saja tujuan dan manfaat dari Ante Natal Care (ANC)?9
Antenatal care atau dikenal dengan pengawasan wanita hamil merupakan suatu
usaha terstruktur pada ibu hamil untuk mengawasi keadaannya selama kehamilan
sampai sebelum melahirkan. ANC bermanfaat untuk menurunkan angka
mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi.Tujuan umum dari pemeriksaan ANC
adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama
dalam kehamilan, persalinan, dan nifas; dengan demikian, didapatkan ibu dan
anak yang sehat.
a. Tujuan kusus ANC adalah:
 Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai
dalam kehamilan, persalinan, dan nifas
 Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yag mungkin diderita sedini
mungkin
 Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga
berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi

16. Bagaimana cara penjadwalan ANC?9


Jadwal ANC menurut WHO :
a. Satu kali kunjungan pertama (K1) sebelum 14 minggu selama trimester
pertama.
b. Satu kali kunjungan kedua (K2) antara 14-28 minggu selama trimester kedua.
c. Dua kali kunjungan ketiga dan keempat (K3 dan K4) antara 28-36 minggu dan
setelah minggu ke-36 selama trimester ketiga.
d. Bila ibu hamil mengalami masalah, tanda bahaya atau jika merasa khawatir
dapat sewaktu-waktu melakukan kunjungan ulang.

Minimal pemeriksaan sebanyak 4 kali kunjungan, namun optimal 9 kali


kunjungan setiap bulan kehamilan.

17. Jelaskan prosedur pemeriksaan ANC!11


Standar Minimal Pelayanan Antenatal:
a. Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang
kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
b. Ukur lingkar lengan atas (LiLA).
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil
berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu
hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan
dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
c. Ukur Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria)
d. Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika
tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah
kehamilan 24 minggu.
e. Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari
160/menit menunjukkan adanya gawat janin.
f. Tentukan presentasi janin;
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala
janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain.
g. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-
nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu
saat ini.
h. Beri tablet tambah darah (tablet besi),
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi
minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
i. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
 Pemeriksaan golongan darah,
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui
jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon
pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi
kegawatdaruratan.
 Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak
selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses
tumbuh kembang janin dalam kandungan.
 Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator
terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.
 Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga
(terutama pada akhir trimester ketiga).
 Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah
Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non
endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
 Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil
yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin
pada kehamilan.
 Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan
ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling
kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
menjalani tes HIV.
 Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi
kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

j. Pemeriksaan kehamilan minimal dilakukan 4 kali, yaitu :


 Pemeriksaan kehamilan pertama
Pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan antara 0 – 3 bulan (Trimester I).
Biasanya ibu tidak menyadari kehamilannya, usahakan dilakukan pemeriksaan
saat usia kehamilannya < 12 minggu. Pemeriksaan kehamian ini cukup dilakukan
sekali, untuk menilai :
 Riwayat kesehatan terdahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
kehamilan sebelumnya dan keadaan psikososial.
 Penentuan usia kehamilan sebenarnya, lebih pasti dengan menggunakan
USG dan memastikan adanya janin, kelainan pada janin serta dengan
menanyakan HPHT.
 Pemeriksaan fisik secara umum (tekanan darah, berat badan dan
pemeriksaan obstetric)
 Pemeriksaan dalam atau ginekologik secara in spekulo yaitu untuk
menilai keadaan vagina dan cervix.
 Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar Hb darah, urinalisis,
golongan darah serta rhesus. Adanya infeksi bakteri atau virus
(TORCH) juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium.
 Pemeriksaan kehamilan kedua
Pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan 4-6 bulan (Trimester II), sebelum
usia kehamilan mencapai 26 minggu. Pemeriksaan yang akan dilakukan adalah :
 Anamnesis kondisi umum selama kehamilan dan keluhan yang muncul
serta tanda-tanda gerakan janin.
 Pemeriksaan fisik berupa tekanan darah, tinggi fundus uteri, detak denyut
janin dan pemeriksaan fisik menyeluruh serta pemeriksaan dalam bila pada
kunjungan pertama tidak dilakukan.
 Pemeriksaan laboratorium, urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan
darah tinggi, gula darah, dan Hb. Ada juga pemeriksaan lain yang berguna
mendeteksi kelainan dalam janin yaitu pemeriksaan alpha feto protein
(AFP), chorion vilus sample (CVS) dan amniosintesis (bila ada indikasi).
 Pemeriksaan kehamilan ke-3
Saat usia kehamilan mencapai 32 minggu (Trimester ke 3). Tahapan
pemeriksaan sama seperti pemeriksaaan ke-2. Hanya saja pemeriksaan fisiknya
berupa pengukuran tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri, detak denyut
janin, pemeriksaan leopold dan pemeriksaan fisik menyeluruh.
 Pemeriksaan kehamilan ke empat, yaitu saat usia kehamilan antara 32 – 36
minggu. Pada pemeriksaan ini dilakukan :
 Anamnesa, mengenai kondisi selama kehamilan, keluhan yang muncul,
pergerakan janin dan tanda kontraksi rahim.
 Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan TD, BB, tinggi fundus uteri,
detak denyut janin, pemeriksaan leopold, dan pemeriksaaan fisik
menyeluruh.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan bila terdapat kelainan yang ditemukan


pada pemeriksaan sebelumnya. Saat pemeriksaan kehamilan keempat inilah
akan didiskusikan pilihan persalinan yang aman sesuai dengan kondisi
kehamilan
k. pemeriksaan ginekologi
 Anamnesis.
Secara rutin menanyakan : umur penderita, sudah menikah atau belum,
paritas, siklus haid, penyakit yang pernah diderita, terutama kelainan
ginekologik serta pengobatannya dan operasi yang pernah dialami.
Perlu juga ditanyakan :
 Riwayat penyakit umum : pernah menderita penyakit berat atau penyakit
tuberkulosis, penyakit jantung, penyakit ginjal, darah penyakit diabetes
mellitus dan lain-lain.
 Riwayat obstetrik : apakah pernah keguguran, apakah persalinannya
normal, diselesaikan dengan tindakan atau dengan operasi (seksio sesarea)
dan bagaimana nasib anaknya.
 Riwayat ginekologik : riwayat penyakit/kelainan ginekologik serta
pengobatannya, operasi yang pernah dialami.Jika pernah diperiksa oleh
dokter lain, tanyakan hasil-hasil pemeriksaan dokter itu.
 Riwayat haid : Perlu diketahui menarche, siklus haid normal atau tidak,
banyaknya darah keluar drai haid, disertai rasa nyeri atau tidak, dan
menopause.Selalu harus ditanyakan tanggal haid terakhir yang abnormal.
 Keluhan sekarang : mendengar keluhan penderita snagta penting untuk
pemeriksaan.Pertanyaan : “untuk apa nyonya datng kemari ?” atau “ apa
keluhan nyonya ?”
 Perdarahan : perlu ditanyakan apakah perdarahan itu ada hubungannya
dnegan silus haid atau tidak, banyaknya dan lamanya perdarahan.Jadi
eprlu diektahui apakah itu menoragia, hipermenorhea, polimenorhea,
ataukah hipomenorhea, oligomenorea ataukah metroragia.
 Fluor albus (leukhorea) : perlu ditanyakan sudah berapa lama keluhan itu
terus-menerus atau pada waktu-waktu tertentu saja, banyaknya,
warnannya, baunya, disertai rasa gatal/nyeri atau tidak.
 Rasa nyeri : perlu ditanyakan dimana letak nyerinya, di perut, panggul atau
alat kelamin luar, untuk mengetahui hebatnya rasa nyeri tanyakan apakah
wanita dapat melakukan pekerjaan sehari-hari atau ia sampai harus
berbaring dan minum obat-obatan antinyeri, bagaimana sifat nyeri yang
dirasakan (seperti mulas-mulas, seperi ngilu atau seperti ditusuk-
tusuk).Ditanyakan juga lamanya nyeri, terusmenerus atau berkala, dan
lokalisasinya.
 Miksi : perlu ditanyakan rasa nyeri waktu kencing, seringnya kencing,
retensio urine, kencing tidak lancar atau tidak tertahan.
 Defekasi : penderita selalu harus ditanya tentang buang air besarnya,
apakah ada kesulitan defekasi (mungkin tumor menekan rektum atau ada
striktula rekti), apakah defekasi disertai rasa nyeri, atau beraknya encer
atau lendir, nanah, atau darah.
 Pemeriksaan umum payudara dan perut.
 Pemeriksaan ginekologi.
 Pemeriksaan genitalia eksterna.
 Pemeriksaan dengan speculum
 Pemeriksaan bimanual
 Pemeriksaan rektal.
 Pemeriksaan dalam narkosis.
 Pemeriksaan khusus :
 Pemeriksaan laboratorium biasa.
 Pemeriksaan getah vulva dan vagina.
 Pemeriksaan sitologi vagina.
 Percobaan schiller.
 Kolposkopi
 Eksisi percobaan dan konasi.
 Sonografi transvaginal.
 Histeroskopi.

No Langkah
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan dan imformed consent
3. Persiapkan alat yang dibutuhkan : sarung tangan steril, kapas DTT, pelumas/jelli,
speculum, larutan klorin 0,5 %
4. Cuci tangan dan kenakan handscoon
5. Persilahkan pasien berbaring dalam posisi litotomi dan pemeriksa berdiri
didepan vulva
6. Lakukan tindakan aseptic antiseptic pada vulva dengan menggunakab kapas
sublimat dari arah atas ke bawah
Inspeksi :
7. Nilai kondisi : mons pubis, labia mayora dan minora, klitoris, hymen, anus, dan
perineum (hematoma/ edema, sikatrik, benjolan, tanda radang)
Inspekulo :
8. Beri pelumas/jelli pada speculum , usahakan speculum telah dihangatkan
9. Masukkan speculum dengan ukuran sesuai secara miring, agar tidak mengenai
meatus uretra eksternum
10. Spekullum dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina lalu dibuka hungga
serviks terlihat jelas
11. Kencangkan/kunci speculum
12. Nilai kondisi serviks : warna, ulserasi, tumor, perdarahan, keputihan
13. Sekrup speculum dikendurkan dan speculum diputar kembali pada posisi semula
(miring). Speculum perlahan-lahan ditarik keluar
Pemeriksaan bimanual :
14. Beri jeli pada jari telunjuk dan jari tengah
15. Ibu jari dan telunjuk tanagn kiri membuka labia
16. Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina dengan menekankan kearah
komisura posterior yang kemudian diikuti jari telunjuk
17. Setelah jari tengah dan telunjuk tangan kanan masuk, tangan kiri dipindahkan
keatas sympisis untuk memfiksasi uterus
18. Nilai kondisi serviks: posisi , ukuran, nyeri goyang portio
19. Nilai kondisi uterus: ukuran, bentuk, nyeri tekanm benjolan
20. Letakkan tangan kanan disamping serviks, tangan kiri pada sisi yang sama diatas
perut
Nilai kondisi ovarium : ukuran, konsistensi, nyeri, mobilitas
21. Keluarkan tangan pelan-pelan
22. Cuci tangan pada larutan klorin, sarung tangan dibuka dan rendam dalam
keadaan terbalik

Cara pemeriksaan ginekologi adalah :


 pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah dan urin.

-Kadar hb diperiksa pada perempuan yang tampak pucat,mengalami


perdarahan.nilai terendah untuk perempuan tidak hamil 11.5 gr% . pada
perdarahn abnormal yang berlangsung cukup lama seperti mioma
uteri,karsinoma servisis uteri,metropatia hemoragik dsb. Kadar hb dapat
menjdai 3-4 gr%

-jumlah leukosit dan laju endap darah perlu diperiksa pada proses peradangan
untuk membedakan apakah suatu proses pada pelvis disebabkan oleh
peradangan atau neoplasma/retensi. Dan apakah perdangan bersifat mendadak
atau akut ,atau kronik.

-pada setiap perempuan hamildiperiksi protein-uria

-pemeriksaan gula darah,fungsi ginjal dn fungsi hati diakukan bila ada indikasi
 Pemeriksaan getah Vulva dan Vagina

Terutama pada keluhan leukorea. Getah uretra diambil dari orifisium


uretra eksternum dan getah servik dari orifisium uteri eksternum dengan
kapas lidi atau ose untuk pemeriksaan gonokokus. Sedian usap pada kaca
objek,dikirim ke lab. Getah vagina diambil dengan kapas lidi dari forniks
posterior,lalu dimasukkan kedalam otol kecil yang telah diisi sedian garam
fisiologik. Dan diperiksa dilaboratorium.apabila hasil pemeriksaan
gonokokkus,trikomonas dan kandida negatif,sedangkan kecurigaan penyakit
masih ada maka dilakukan pemeriksaan biakan.

 Pemeriksaan sitologi Vagina (Pap’s Smear)

Sampel diamil dengan spael ayre.dilakukan untuk kepentingan


diagnosis dini dari karsinoma servisis uteri dan karsinoma korporis uteri.

 Percobaan schiller

Merupakan cara pemeriksaan yang sederhana berdasarkan kenyataan


ahwa sel-sel epitel berlapis gepeng dari porsio yang normal mengandung
glikogen,sedang sel-sel abnormal tidak. Apabila permukaan porsio
dicat/dipulas dengan larutan lugol,maka epitel porsio yang nomal menjadi
berwarna coklat tua,sedangkan daerah-daerah yang tidak normal berwarna
kurang coklat dan tampak pucat.

 Kolposkopi

Dengan menggunakan kolposkop yang terdiri dari dua alat pembesaran


optik yang ditempatkan pada penyangga yang terbuat dari besi.keuntungan
alat ini adalah pemeriksa dapat melihat binokular lebih jelas,dapat
mempelajari porsio dan epitelnya lebih baik serta lebih terperinci.

 Eksisi Percobaan dan konisasi

Eksisi percobaan atau punch biopsi merupakan cara pemeriksaan yang


dilakukan pada setiap porsio yang tidak utuh,didahului atau tidak oleh
pemeriksaan sitologi vagina atau kolposkopi.dengan menggunakan cunam
khusus daerah yang dipotong adalah perbatasan antara epite yang tampak
normal dan lesi

 Biopsi Endometrium

Biopsi endometrium dengan mikrokuret,biasanya endometrium


dikerok dibeberpa tempat dimasukkan kedalam botol berisilarutan formalin
kemudian dikirim laboratorium PA.

 pemeriksaan khusus lainnya

 pemeriksaan infertilitas dan endokrinologi

Untuk keperluan diagnostik sterilisasi/fertilitas,pemeriksaan ginekologi


biasanya masih perlu dilengkapi dengan pemeriksaan khusus lainna seperti
analisis-sperma,percobaan daun pakis,tarikan lendir servis dll. Pemeriksaan
endokrindilakukan dalam laboratorium khusus,misalnya untuk penentuan
fungsi hipofisis (FSH,LH,ACTH),ovarium (estrogen,progesteron).

 Pemeriksaan dengan sinar rontgen

Untuk keperluan diagnostok infertilisasi,diperlukan dalam mencari


kelainan bawaan yang genittalia interna,untuk deteksi massa
tumor,perkapuran,kista dermoid yang megandung tulan/gigi,dan juga mencari
kelainan saluran kemih.

 pemeriksaan sitoskopi dan rektoskopi

Diperlukan untuk visualisasi batu dan polip didalam kandung kemih dan
untuk mencari metastasis karsinoma servisis uteri dikandung kemih.

 pemeriksaan Ultrasonografi

Dalam mendiagnosis mola hidatidosa,kematian hasil konsepsi dan


kehamilan kembar,detak jantung janin dan lokalisasi plasenta. Dalam
ginekologi pemeriksaan ini berguna dalam mendeteksi massa tumor,terutama
dalam diagnosis differensial antara uterus gravidus,mioma dan kista ovarium.

 pemeriksaan Kuldosentesis
Atau juga disebut pungsi douglas diperlukan untuk memastikan
terkumpulnya darah dalam rongga peritoneum dan sekaligus untuk
membedakannya dari abses douglas.pemeriksaan ini dilakukan dalam
narkosis di kamar operasi

 pemeriksaan obstetri

Anamnesis

1. Identitas pasien
1. Nama , alamat dan usia pasien dan suami pasien.
2. Pendidikan dan pekerjaan pasien dan suami pasien.
3. Agama, suku bangsa pasien dan suami pasien.
2. Anamnesa obstetri
1. Kehamilan yang ke …..
2. Hari pertama haid terakhir-HPHT ( “last menstrual periode”-LMP )
3. Riwayat obstetri:
1. Usia kehamilan : ( abortus, preterm, aterm, postterm ).
2. Proses persalinan ( spontan, tindakan, penolong persalinan ).
3. Keadaan pasca persalinan, masa nifas dan laktasi.
4. Keadaan bayi ( jenis kelamin, berat badan lahir, usia anak saat ini ).
4. Pada primigravida :
1. Lama kawin, pernikahan yang ke ….
2. Perkawinan terakhir ini sudah berlangsung …. Tahun.
3. Anamnesa tambahan:

o Anamnesa mengenai keluhan utama yang dikembangkan sesuai dengan hal-


hal yang berkaitan dengan kehamilan (kebiasaan buang air kecil / buang air
besar, kebiasaan merokok, hewan piaraan, konsumsi obat-obat tertentu
sebelum dan selama kehamilan).

Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan fisik umum


1. Kesan umum (nampak sakit berat, sedang), anemia konjungtiva, ikterus,
kesadaran, komunikasi personal.
2. Tinggi dan berat badan.
3. Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh.
4. Pemeriksaan fisik lain yang dipandang perlu.
2. Pemeriksaan khusus obstetri
1. Inspeksi :
1. Chloasma gravidarum.
2. Keadaan kelenjar thyroid.
3. Dinding abdomen ( varises, jaringan parut, gerakan janin).
4. Keadaan vulva dan perineum.
2. Palpasi

 Maksud untuk melakukan palpasi adalah untuk :


 Memperkirakan adanya kehamilan.
 Memperkirakan usia kehamilan.
 Presentasi - posisi dan taksiran berat badan janin.
 Mengikuti proses penurunan kepala pada persalinan.
 Mencari penyulit kehamilan atau persalinan.
 palpasi abdomen pada kehamilan degn tehnik leopold

Menentukan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan usia kehamilan


berdasarkan parameter tertentu ( umbilikus, prosesus xyphoideus dan
tepi atas simfisis pubis)
 vagina toucher pada kasus obstetri

3. Auskultasi
 Auskultasi detik jantung janin dengan menggunakan fetoskop de Lee.
 Detik jantung janin terdengar paling keras didaerah punggung janin.
 Detik jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali berurutan
selang 5 detik sebanyak 3 kali.
 Hasil pemeriksaan detik jantung janin 10 – 12 – 10 berarti frekuensi
detik jantung janin 32 x 4 = 128 kali per menit.
 Frekuensi detik jantung janin normal 120 – 160 kali per menit.

3.Laboratorium
Jika terdapat kelainan, ditatalaksana dan diperiksa ulang terus sampai mencapai
normal. Jika sejak awal laboratorium rutin dalam batas normal, diulang kembali pada
kehamilan 32-34 minggu. Periksa juga infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, Hepatitis / HIV). Periksa gula darah pada kunjungan pertama, bila
normal, periksa ulang pada kunjungan minggu ke 26-28, untuk deteksi dini diabetes
mellitus gestasional.

4. Pelvimetri radiologik
Pada akhir trimester 3, jika diperlukan untuk perhitungan jalan lahir. Pada
trimester 3 akhir, pembentukan dan pematangan organ janin sudah hampir selesai,
sehingga kemungkinan mutasi / karsinogen jauh lebih kecil dibandingkan pada
trimester pertama / kedua. Tetap harus digunakan dosis radiasi sekecil-kecilnya
.
5. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini tidak berbahaya karena menggunakan gelombang suara.
Frekuensi yang digunakan dari 3.5, 5.0, 6.5 atau 7.5 MHz. Makin tinggi frekuensi,
resolusi yang dihasilkan makin baik tetapi penetrasi tidak dapat dalam, karena itu
harus disesuaikan dengan kebutuhan.

6. Amniosentesis atau feal karyotyping


Prosedur standar (gold standard) untuk diagnosis prenatal adalah dengan fetal
karyotyping pada wanita hamil. Diagnosis definitif ini membutuhkan pemeriksaan
invasif yaitu CVS (Chorion Villus Sampling) atau amniosentesis. Amniosentesis
pada trimester II (minggu ke 14-20 kehamilan) merupakan teknik invasif yang
paling umum digunakan, hal ini karena lebih aman dan lebih mudah
(dibandingkan dengan amniosentesis pada trimester I dan CVS), terpercaya dan
akurat dari segi sitogenetik serta biaya yang relatif murah daripada metode
skrining yang lain. Komplikasi amniosentesis berkisar antara 0,5-2,2%.

7. Fetoskopi
Untuk mendiagnosis malformasi-malformasi kecil pada janin, seperti sumbing
wajah atau cacat jari pada keluarga yang memiliki resiko menderita sindrom
genetik spesifik dan sebagai penuntun visual pada pengambilan contoh darah
janin, biopsy hati, dan kulit

8. Kardosentesis
 Lebih baik dari fetoskopi
Selain digunakan untuk diagnosis prenatal gangguan darah herediter seperti
hemofilia, kordosentesis juga digunakan untuk diagnosis infeksi janin akibat
prosedur ini kurang dari 1%

18. Apa saja klasifikasi dari hipertensi kehamilan?19


Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat
kehamilan,yaitu:
a. Preeklamsia adalah hipertensi (140/90 mmHg) dan proteinuri (>300mg/24 jam
urin) yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu pada perempuan yang
sebelumnya normotensi
b. Hipertensi kronik didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih/ sama
dengan 140mmHg atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg yang telah ada
sebelum kehamilan, pada saat kehamilan 20 minggu yang bertahan sampai
dari 20 minggu pasca partus.
c. Preeklampsia pada hipertensi kronik, adalah hipertensi pada perempuan hamil
yang kemudian mengalami proteinuria, atau pada yang sebelumnya sudah ada
hipertensi dan proteinuria, adanya kenaikan mendadak tekanan darah/
proteinuria, trombositopenia, atau peningkatan enzim hati.
d. Hipertensi gestasional atau yang sesaat, dapat terjadi pada kehamilan 20
minggu tetapi tanpa proteinuria. Pada perkembangannya dapat terjadi
proteinuria sehingga dianggap preeklamsia. Kemudian dapat juga keadaan ini
berlanjut menjadi hipertensi kronik.
19. Apa etiologi dan factor resiko dari hipertensi kehamilan?20

Terdapat banyak faktor resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat
dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut;
a. Primigravida, primipaternitas
b. Hiperplasentosis (mis. Mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus,
hidrops fetalis, bayi besar)
c. Umur yang ekstrim
d. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
e. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang ada sebelum hamil
f. Obesitas

20. Jelaskan patofisiologi dari hipertensi kehamilan!21


a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi
lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteria spiralis. Invasi trofoblas juga
memasuki jaringan sekitar arteroa spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi
gembur dan memudahkan lumen arteria spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteris spiralis ini memberi dampak penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi vaskuler, dan peningkatan aliran darah pada
daerah uteroplasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi
jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan
baik. Proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis”.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri
spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis
relatif mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri
spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia
dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-
perubahan yang dapat menjelaskan patogenesis HDK selanjutnya.
Diameter rata-rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500 mikron,
sedangkan pada pre-eklampsia rata-rata 200 mikron. Pada hamil normal
vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10 kali aliran darah ke utero
plasenta.

b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel


Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia dan menghasilkan oksidan.
Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal adalah
radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya membrane sel endotel pembuluh
darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung banyak
asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan
merusak membran sel, juga akan merusak nucleus, dan protein sel endotel.
Hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya
peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan pada kehamilan menurun.
Akibat sel endotel terpapar peroksida lemak, maka terjadi kerusakan endotel
yang mengakibatkan terganggunya fungsi endotel. Kerusakan membrane sel
endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel sampai rusaknya seluruh
struktur sel endotel, keadaan ini disebut disfungsi endotel, selama kerusakan sel
endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka akan terjadi:
 Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel
endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi
prostasiklin (PGE2) suatu vasodilator kuat.
 Agregasi sel – sel trombosit, untuk menutupi kerusakan pada lapisan
endotel, dimana agregasi trombosit memproduksi tromboksan (TXA2)
suatu vasokonstriktor kuat.
 Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus.
 Peningkatan permeabilitas kapiler
 Peningkatan produksi bahan – bahan vasopresor yaitu endotelin.
 Peningkatan faktor koagulasi.

c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin


Pada kehamilan normal, respon imun tidak menolak adanya “hasil konsepsi”
yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen protein
G (HLA - G), yang berperan penting dalam modulasi respons imun, sehingga si
ibu tidak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA – G pada plasenta dapat
melindungi trofoblas janin dari lisis dari lisis oleh Natural Killer (NK) ibu. Pada
plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA – G
sehingga menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. HLA-G juga
merangsang produksi sitokin, sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi.
Kemungkinan terjadi Immune-Maladaptation pada preeklampsia.

d. Teori adaptasi kardiovaskular


Pada kehamilan normal, pembuluh darah refrakter (tidak perka terhadap
rangsangan ) terhadap bahan – bahan vasopresor. Pada hipertensi dalam
kehamilan, kehilangan daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor sehingga
pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor. Peningkatan
kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah
dapat ditemukan pada kehamilan 20 minggu.

e. Teori genetik
Ada faktor keturunan dengan dan familial dengan model gen tunggal.
Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial jika dibandingkan dengan genotipe janin.

f. Teori defisiensi gizi


Penelitian membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termasuk minyak hati
halibut, dapat mengurangi resiko hipertensi. Minyak ikan mengandung banyak
asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan,
menghambat aktivasi trombosit, dan mencegah vasokontriksi pembuluh darah.

g. Teori stimulus inflamasi


Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris tropoblas didalam sirkulasi
darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan
normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi
inflamasi juga masih dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada
pre-eklampsia, di mana pada preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif,
sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin
banyak sel trofoblas plasenta, maka reaksi stress oksidatif akan sangat meningkat,
sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin meningkat. Keadaan ini
menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar.
Respon inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel
makrofag/granulosit, yang lebih besar pula sehingga terjadi reaksi sistemik
inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala preeklampsia pada ibu.
 Proteinuria
Preeklamsia menyebabkan gangguan fungsi ginjal dengan terjadinya
penurunan fungsi glomerulus dan tubulus. Kondisi ini menyebabkan
terdapatnya protein dalam urin. Dimana, terdapat lebih dari 300 mg pervolume
urin yang ditampung selama 24 jam.
 Edema
Preeklamsia  penurunan volume plasma  hipovolemia dan edema
jaringan.

21. Jelaskan penegakkan diagnosis hipertensi kehamilan!9


Jawab :
a. Klasifikasi preeklampsia
 Preeklampsia ringan
 Diagnosis
- Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20
minggu.
- Hipertensi sistolik/diastolik ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥
30 mmHg dan kenaikan diastolik ≥ 15 mmHg tidak dipakai lagi
sebagai kriteria preeklampsia.
- Priteinuria: ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstik.
- Edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia,
kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
 Preeklampsia Berat
 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria preeklampsia berat sebagimana
tercantum di bawah ini.
- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥
110 mmHg. Tekanan darah ini tidak akan menurun meskipun ibu
hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah
baring.
- Proteinuria lebih 5 gr/ 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan
kualitatif.
- Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
- Kenaikan kadar kreatinin plasma.
- Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, byeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur.
- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
(akibat teregangnya kapsula Glisson)
- Edema paru-paru dan sianosis.
- Hemolisis mikroangiopati.
- Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan
trombosit dengan cepat.
- Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan
kadar alanin dan aspartae aminotransferase.
- Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
- Sindrom HELLP.
b. Pembagian preeklampsia berat
Preeklampsia berta dibagi menjadi (a) preeklampsia berat tanpa impending
eclmpsia dan (b) preeklampsia berat dengan Impending eclampsia bila
preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepla hebat,
gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif
tekanan darah.
 Eklampsia
 Diagnosis
- Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang
akibat penyakit lain : perdarahan otak, hipertensi, lesi otak,
kelainan metabolik, meningitis,epilepsy iatrogenic
- Eklampsia selalu didahului pereklampsia
- Kejang tonik konik  koma
 Hipertensi kronik
 Diagnosis
Ciri – cirri hipertensi kronik :
- Umur ibu relatif tua diatas 35 tahun
- Tekanan darah sangat tinggi
- Umumnya multipara
- Umumnya ditemukan kelainan jantung, ginjal dan DM
- Obesitas
- Penggunaan obat antihipertensi sebelum kehamilan
- Hipertensi yang menetap pascapersalinan
 hipertensi kronik dengan superimposed preklampsia
 diagnosis
diagnosis superimposed preeclampsia sulit,apalagi hipertensi kronik
disertai kelainan ginjal dengan proteinuria. Tanda – tanda superimposed
preeclampsia pada hipertensi kronik :
- ada proteinuria, gejala neurologic, nyeri kepala hebat, gangguan visus,
edema patologik yang menyeluruh (anasarka), oliguria, edema paru
kelainan lab : kenaikan serum kreatinin,trombositopenia, kenaikan
transminase serum hepar

22. Jelaskan tatalaksana hipertensi kehamilan!17

Pedoman tatalaksana preeklampsia menurut Persatuan Obstetrist-Ginekolog


Indonesia (POGI) baik untuk preeklampsia ringan maupun untuk preeklamsia
berat adalah sebagai berikut :
a. Manajemen Preeklampsia Ringan
Perawatan preeklampsia ringan dapat secara rawat jalan (ambulatoir) atau rawat
inap (hospitalisasi).
 Rawat jalan (ambulatoir)
 Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai
keinginannya. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan.
 Diet regular ; tidak perlu diet khusus.
 Vitamin prenatal.
 Tidak perlu restriksi konsumsi garam.
 Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi, dan sedativum.
 Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu.

 Rawat inap (hospitalisasi)


Indikasi hospitalisasi pada preeklampsia ringan adalah :
 Hipertensi yang menetap selama > 2 minggu.
 Proteinuria menetap selama > 2 minggu.
 Hasil tes laboratorium yang abnormal.
Adanya satu atau lebih tanda atau gejala preeklampsia berat. Selama di rumah
sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik serta laboratorik. Juga dilakukan
pemeriksaan kesejahteraan janin, khususnya untuk evaluasi pertumbuhan
janin dan jumlah cairan amnion. Terapi medikamentosa pada dasarnya sama
dengan terapi ambulatoar. Bila ≥ terdapat perbaikan tanda dan gejala
preeklampsia dan umur kehamilan 37 minggu, ibu masih perlu diobservasi
selama 2-3 hari kemudian boleh dipulangkan.

 Pengelolaan obstetrik tergantung usia kehamilan


 Usia kehamilan < 37 minggu
Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan
sampai aterm.
 Usia kehamilan ≥ 37 minggu Kehamilan dipertahankan sampai timbul
onset partus atau bila serviks matang pada tanggal taksiran persalinan
dapat dipertimbangkan untuk dilakukan induksi persalinan.

b. Manajemen Preeklampsia Berat


Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup pencegahan kejang,
pegobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit
organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.
 Pemberian terapi medikamentosa.
 Segera masuk rumah sakit.
 Tirah baring ke kiri secara intermiten.
 Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%.
 Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang,
yang dibagi atas loading dose (initial dose) atau dosis awal dan
maintenance dose (dosis lanjutan).
 Anti hipertensi. Diberikan bila tensi ≥ 180 /110 atau MAP ≥ 126.
 Diuretikum. Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin karena
memperberat penurunan perfusi plasenta, memperberat hipovolemia, dan
meningkatkan hemokonsentrasi. Diuretikum hanya diberikan atas
indikasi edema paru, paying jantung kongestif, dan edema anasarka.
 Diet. Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori berlebih.

 Sikap terhadap kehamilannya


 Perawatan konservatif/ekspektatif
Tujuan :
mempertahankan kehamilan sehingga mencapai umur kehamilan yang
memenuhi syarat janin dapat dilahirkan dan meningkatkan kesejahteraan
bayi baru lahir tanpa mempengaruhi keselamatan ibu.
Indikasi :
kehamilan ≤37 minggu tanpa disertai tanda dan gejala impending
eclampsia. Bila penderita sudah kembali menjadi preeklamsi ringan,
maka masih dirawat 2-3 hari lagi, baru diizinkan pulang. Pemberian
MgSO4 tidak diberikan loading dose intravena, tetapi cukup
intramuskuler. Pemberian glukokortikoid diberikan pada umur
kehamilan 32-34 minggu selama 48 jam. Selama di rumah sakit
dilakukan pemeriksaan dan monitoring baik terhadap ibu maupun janin.
Cara persalinan :
Bila penderita tidak inpartu, kehamilan dipertahankan sampai kehamilan
aterm. Bila penderita inpartu, perjalanan persalinan diikuti seperti
lazimnya dan persalinan diutamakan pervaginam, kecuali bila ada
indikasi untuk seksio sesaria.

 Perawatan aktif/agresif
Tujuan : terminasi kehamilan.
Indikasi :
Indikasi ibu : Kegagalan terapi medikamentosa (setelah 6 jam sejak
dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi kenaikan darah yang
persisten ; setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa
terjadi kenaikan darah desakan darah yang persisten), tanda dan gejala
impending eclampsia, gangguan fungsi hepar, gangguan fungsi ginjal,
dicurigai terjadi solusio plasenta, timbulnya onset partus, ketuban pecah
dini, dan perdarahan.
Indikasi janin : umur kehamilan ≥ 37 minggu, IUGR berat berdasarkan
pemeriksaan USG, NST nonreaktif dan profil biofisik abnormal,
timbulnya oligohidramnion.
Laboratorik : adanya tanda-tanda “Sindrom HELLP” khususnya
menurunnya trombosit dengan cepat.
Cara persalinan:
Dilakukan berdasarkan keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah sudah
inpartu atau belum.

23. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat hipertensi kehamilan?22
Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/kesakitan pada ibu
seperti kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru),
gagal ginjal akut, dan penggumpalan/pengentalan darah di dalam pembuluh darah.
Juga dapat terjadi nekrosis hepar, ruptur hepar, anemia hemolitik mikroangi
opatik, dan pelepasan retina. Morbiditas pada janin seperti pertumbuhan janin
terhambat di dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio
plasenta/plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, kelahiran premature,
insufisiensi utero-plasental, retardasi pertumbuhan intrauteri.

24. Jelaskan cara perhitungan HPHT!17

Metode Rumus Neagle digunakan untuk menhitung usia kehamilan


berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) hingga tanggal saat anamnesis
dilakukan. Rumus Neagle memperhitungkan usia kehamilan berlangsung selama
280 hari (40 minggu). Usia kehamilan ditentukan dalam satuan minggu. Selain
umur kehamilan, dengan rumus Neagle dapat diperkirakan pula hari perkiraan
persalinan/lahir (HPL). Namun rumus ini hanya bisa digunakan untuk ibu yang
siklus haidnya teratur.

Cara menghitung Hari Perkiraan Lahir (HPL):


a. Apabila HPHT pada bulan Januari dan pertengahan Maret (sebelum dari
tanggal 25) menggunakan rumus = +7 +9 +0
Contoh:
HPHT : 6 Januari 2013
= 6 / 1 / 2013
= +7 / +9 / +0
HPL = 13 / 10 / 2013 (13 okt 2013)

b. Apabila HPHT lebih dari pertengahan Maret ( dari tanggal 25 dan seterusnya)
dan bulan seterusnya sampai akhir Desember menggunakan rumus = +7 -3 +1
Contoh:
HPHT : 8 Juli 2013
= 8 / 7 / 2013
= +7 / -3 / +1
HPL = 15 / 4 / 2014 (15 Apr 2014)

25. Bagaimana cara pemeriksaan leopold?17


Pemeriksaan Leopold merupakan teknik palpasi yang dilakukan untuk
pemeriksaan obstetrik. Dengan pemeriksaan Leopold dapat diketahui dan
ditentukan tinggi fundus uteri, bagian janin mana yang terletak pada fundus uteri,
dan juga usia kehamilan. Cara pemeriksaan Leopold terbagi menjadi 4, namun
sebelum dilakukan pemeriksaan Leopold harus dipersiapkan dahulu posisi ibu
hamil tersebut.
a. Ingatkan pasien sebelum dilakukannya pemeriksaan ini harus mengosongkan
dulu vesika urinarianya
b. Posisinya ibu hamil dalam keadaan telentang dengan kepala dan bahu sedikit
lebih tinggi (dapat menggunakan bantal), lihat apakah terjadi kontraksi pada
uterusnya atau tidak. Tunggu sejenak jika terjadi kontraksi uterus.
c. Dinding perut harus dalam keadaan lemas, sehingga pemeriksaan dapat
dilakukan secara teliti. Suhu tangan pemeriksa seharusnya disesuaikan dengan
suhu tubuh pasien karena dapat menyebabkan kontraksi dinding perut wanita
hamil tiba-tiba akibat tangan yang terasa dingin.
d. Tekukkan tungkai pada pangkal paha pada lutut.
e. Cara pemeriksaan Leopold :
 Leopold I bertujuan untuk menentukan tinggi fundus uteri dan usia
kehamilan ibu hamil. Posisi pemeriksa menghadap kearah muka pasien.
Palpasi dari perut bagian atas sampai kebawah, cara ini dapat menentukan
bagian janin mana yang terletak pada fundus uteri. Bila kepala, akan teraba
seperti benda bulat dan keras. Sedangkan bokong terasa lunak dan tidak
bulat.
 Leopold II dapat menentukan batas samping uterus dan dapat pula
ditentukan letak punggung janin yang membujur dari atas ke bawah
menghubungkan bokong dengan kepala. Pada letak lintang dapat
ditentukan kepala janin. Posisi pemeriksa menghadap ke arah muka
pasien.
 Leopold III dapat ditentukan bagian apa yang terletak di sebelah bawah.
Posisi pemeriksa menghadap ke arah muka pasien.
 Leopold IV dapat menentukan bagian janin yang terletak disebelah bawah,
juga dapat menetukan berapa bagian dari kepala telah masuk ke pintu atas
panggul. Posisi pemeriksa menghadap kearah kaki wanita tersebut.

26. Apa makna klinis ditemukannya striae gravidarum?23,24


a. Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya
serabut elastik di bawah kulit, sehingga timbul striae gravidarum.
b. Perubahan hormonal atau gabungan antara hormonal dengan peregangan .
c. Mungkin berkaitan dengan ekskresi corticosteroid

27. Apa yang dimaksud dengan infeksi TORCH dan etiologinya?25,26

Infeksi yang disebabkan oleh parasite atau virus berupa Toxoplasma, Rubella,
Citomegalovirus dan Herpes simpleks.
a. Infeksi Toksoplasma ( Toksoplasmosis )
 Etiologi
Infeksi ini disebabkan oleh Toksoplasma gondii. Toksoplasma gondii
adalah parasit yang menginfeksi burung dan mamalia. Tahap utama daur
hidup parasit adalah pada kucing ( pejamu definitif ). Dalam sel epitel usus
kecil kucing berlangsung daur aseksual ( skizogoni ) dan daur seksual (
gametogoni, sporogoni ) yang menghasilkan ookista yang dikeluarkan
bersama tinja. Bila ookista tertelan oleh mamalia lain atau burung ( hospes
perantara ), maka pada berbagai jaringan hospes perantara ini di bentuk
kelompok-kelompok tropozoit yang membelah secara aktif yang disebut
takizoit. Takizoit ini dapat menginfeksi dan bereplikasi seluruh sel pada
mamalia kecuali sel darah merah. Kecepatan takizoit toksoplasma membelah
berkurang secara berangsur - angsur dan terbentuklah kista yang mengandung
bradizoit ( bentuk yang membelah secara perlahan ); masa ini adalah masa
infeksi klinis menahun yang biasanya merupakan infeksi laten.

Hasil dari proses ini adalah infeksi organ yang memberikan gambaran
sitopatologi yang khas. Kebanyakan takizoit dieleminasi oleh respon imun
pejamu. Kista jaringan yang mengandung banyak bradizoit berkembang 7-10
hari setelah infeksi sistemik oleh takizoit. Kista jaringan yang mengandung
banyak bradizoit berkembang 7-10 hari setelah sistemik oleh takizoit. Kista
jaringan terdapat di berbagai organ, namun menetap terutama di sistem saraf
pusat (SSP) dan otot. Infeksi aktif pada pejamu imunokompromals biasanya
diakibatkan pembebasan spontan parasit di dalam kista yang kemudian
bertransformasi cepat menjadi takizoit di SSP.

Takizoit berkembang biak dalam sel secara endodiogeni. Bila sel


penuh dengan takizoit, maka sel menjadi pecah dan takizoit memasuki sel-sel
sekitarnya atau di fagositosis oleh sel makrofag. Kista jaringan di bentuk di
dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding kista
jaringan ini dapat di temukan di dalam hospes seumur hidup terutama di otak,
otot jantung, dan otot lurik .

Toksoplasma gondii ditularkan kepada wanita hamil melalui ingesti daging


sapi atau babi setengah matang yang mengandung kista dan melalui kontak
dengan oosit dalam tinja kucing yang terinfeksi. Janin dapat terinfeksi melalui
plasenta. Imunitas sang Ibu dapat melindungi janin dari infeksi, oleh karena
itu toksoplasmosis kongenital hanya timbul jika ibu terjangkit infeksi sewaktu
hamil

b. Infeksi Rubella
 Etiologi
Infeksi ini disebabkan oleh virus rubella .

c. Infeksi Sitomegalovirus
 Etiologi
Penyebab infeksi ini adalah sitomegalovirus. sitomegalovirus adalah
anggota kelompok virus herpes beta dan mengandung DNA double-stranded,
kapsul protein, dan selubung lipoprotein. Seperti anggota kelompok virus
herpes lainnya, sitomegalovirus memiliki gambaran ikosahedral yang simetris,
bereplikasi dalam sel nukleus dan dapat menyebabkan infeksi lisis dan
produktif atau infeksi laten. Virus ini dapat menyebabkan pembengkakan sel
yang karakteristik sehingga sel tampak terlihat membesar ( sitomegali ) dan
tampak sebagai gambaran mata burung hantu. Virus ini dapat ditularkan
secara:
 Horizontal : yaitu melalui infeksi percikan ludah ( droplet ) , kontak
air ludah dan urin
 Vertikal : yaitu proses infeksi dari Ibu ke janin
 Hubungan seksual

Infeksi sitomegalovirus kongenital umumnya terjadi karena transmisi


transplasenta selama kehamilan sedangkan infeksi selama masa peripartum
timbul akibat pemaparan terhadap sekresi serviks yang telah terinfeksi melalui
air susu ibu dan tindakan transfusi darah .

d. Infeksi Herpes
 Etiologi
Infeksi ini disebabkan oleh virus herpes simpleks ( VHS ), virus ini
mempunyai dua bentuk, yaitu : VHS1 dan VHS2.
VHS1 bertanggung jawab atas terjadinya infeksi herpes non genital, tetapi
kadang – kadang mengenai pula traktus genitalis. Sedangkan pada VHS2
secara ekslusif hanya ditemukan pada traktus genitalis yang sebagian besar
kasus ditularkan lewat kontak seksual.

28. Apa saja manifestasi klinis yang timbul akibat infeksi TORCH?17
a. Infeksi Toksoplasma (Toksoplasmosis)
 Abortus spontas (4%)
 Kematian janin (3%)
 Bayi menderita toksoplasmosis yang gejala muncul setelah dewasa yaitu
kelainan mata, telinga, retardasi mental, kejang-kejang, dan ensefalitis.
Pada saat lahir bisa menderita BB lahir rendah, hepatosplenomegali,
ikterus, anemia, kelainan neurologis dengan kejang, kalsifikasi
intrakranium, hidrosefalus, mikrosefalus, karioretinitis (hampir semua).

b. Infeksi Rubella
Ibu menderita limfadenopati, demam, malaise, atralgia, ruam
makulopapular di wajah dan menyebar ke badan dan ekstremitas. Sedangkan
pada bayi terjadi kelainan pada mata (katarak, glaukoma, mikroftalmia, dll),
penyakit jantung, tuli sensorineural, cacat pada SSP, hambatan pertumbuhan
janin, trombositopenia dan anemia, hepatitis, hepatisplenomegali, ikterik,
kelainan tulang, dan kelainan kromosom.

c. Infeksi Citomegalovirus
Pada ibu dapat terjadi demam, faringitis, limfadenopati, dan poliatritis.
Sedangkan pada janin akan menyebabkan BB lahir rendah, mikrosefalus,
kalsifikasi intrakranium, korioretinitis, retardasi mental dan motorik, defisit
sensorineural, hepatosplenomegali, ikterus, anemia hemolitik dan purpura
trombositopenia.

d. Infeksi Herpes
Pada ibu terjadi erupsi papuler dengan rasa gatal di genitalia kemudian menjadi
nyeri, ada lesi (vesikel) pada daerah vulva/perineum yang bersifat multiple,
ulserasi, retensi urin, gejala sistemik mirip influenza. Pada janin sama seperti
infeksi virus yang lainnya.

29. Bagaimana cara menegakkan diagnosis infeksi TORCH?9,27,28

a. Toxoplasmosis
Pemeriksaan serologik ibu hamil dengan ELISA (mencari IgM dan IgG spesif
ik) atau PCR (DNA T.gondii).Diagnosis pranatal untuk upaya pencegahan dapat
dilakukan pada usia kehamilan 14-27 minggu dengan melakukan:
 Pengambilan sampel dengan kordesentesis (darah sampel dari tali pusat) at
au amniosentesis (sampel dari aspirasi cairan ketuban
 Sampel dibiakan, atau dilakukan deteksi DNA T.gondii, atau dilakukan pe
meriksaan ELISA pada darah untuk mendeteksi antibodi IgM janin spesifi
k.
 Hal diatas dilakukan jika sebelumnya skrining ibu hamil didapati satu dari
hasil berikut:
 Antibodi IgM +
 Serokonversi dengan interval waktu 2-3 minggu perubahan dari serone
gatif zeropositif IgM dan IgG
 Titer IgG yang tinggi > 1/1024 (ELISA)
 Avinitas IgG <200

Jadi diagnosa janin terinfeksi T.gondii jika hasil positif keberadaan IgM sp
esifik, ditemukan parasit dalam kultur, ataupun DNA dari PCR positif.
b. Rubella
Dengan pemeriksaan imunologi deteksi IgM dan IgG spesifik rubella.
c. Cytomegalovirus
Infeksi primer : metode serologik ditemukan perubahan seronegatif menjadi se
ropositif terhadap IgM dan IgG pada pemeriksaan serial dengan interval 3minggu
tapi hal ini meragukan karena IgM dapat bertahan berbulan-bulan sejak infeksi pri
mer. Dan ditemukannya aviditas IgG yang rendah selama 20 minggu kehamilan d
apat menunjukan infeksi akut.
Pada janin : secara klinis didapati oligohidramnion, polihidramnion, hidrops n
onimun, asites janin, gangguan pertumbuhan janin, mikrosefali, ventrikulomegali
serebral, kalsifikasi intrakranial, hepatoslenomegali, dan kalsifikasi intrahepatik.
d. Herpes simpleks
Diagnosa ditegakan dengan gejala klinis dan hasil kultur positif dari neonatus
usia >2 hari.

30. Bagaimana tatalaksana dari infeksi TORCH?17,18


a. Toxoplasmosis akut
 Spiramisin 2-4 gram/hari dibagi dalam 4 dosis untuk 3 minggu, diulangi
setelah 2 minggu sampai kehamilan aterm.
 Kombinasi Piremitamin, sulfadiazin, dan asam folinik. Piremitamin 1
mg/kb/hari PO untuk 3-4hari. Sulfadiazin 50-100 mg/kg/hari PO dibagi 2
dosis. Asam folinik diberikan secara IM tiap minggu selama pemakaian
pitemitamin dengan dosis 2 kali 5mg tiap minggu. Dianjurkan memulai
pengobatan setelah umur kehamilan 14 minggu untuk menghindari efek
teratogenik.
b. Toxoplasmosis Kongenital
 Sulfadiazin 50-100 mg/kg/hari PO ,
 Piremitamin 0,5-1 mg/kg PO diberikan setiap 2-4hari selama 20 hari,
Asam folinik 5mg tiap 2-4 hari IM. pengobatan dihentikan ketika anak
berusia 1 tahun karena diharapkan imunitas selulernya telah memadai
untuk melawan penyakit.
c. Toxoplasmosis Immunodefisiensi
Pengobatan sama dengan pengobatan pada toxoplasmosis kongenital namum
dalam jangka panjang.
d. Rubella dan Herpes
Pengobatan sama dengan Toxoplasmosis

31. Bagaimana pencegahan dari infeksi TORCH?17,18


a. Dianjurkan memakan semua sayur-sayuran dan daging yang dimasak. Ookista
mati dengan pemanasan 90°C selama 30 detik, 80°C untuk 1 menit dan 70°C
untuk 2 menit. Makanan yang dibekukan bukan merupakan sumber
kontaminasi.
b. Skrining serologik pramarital yang dilanjutkan skrining bulanan selama
kehamilan bagi ibu hamil dengan seronegatif.Keadaan toksoplasmosis di suatu
daerah dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kebiasaan makan daging
kurang matang, adanya kucing yang terutama dipelihara sebagai binatang
kesayangan, adanya tikus dan burung sebagai hospes perantara yang
merupakan binatang buruan kucing, adanya sejumlah vektor seperti lipas atau
lalat yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan. Cacing
tanah juga berperan untuk memindahkan ookista dari lapisan dalam ke
permukaan tanah.
E. Hipotesis
Ny.D usia 19 tahun mengalami kehamilan dengan hyperemesis gravidarum grade I.
F. Mind Mapping

Pemeriksaan Gangguan TORCH


anamnesis
fisik

Komplikasi
diagnosis KEHAMILAN

Hipertensi
Pemeriksaan Kehamilan
penunjang
Tatalaksana

Tanda ANC (Pemeriksaan


Kehamilan Leopold)

Presumpti Pasti
f

Kemungkinan

Anda mungkin juga menyukai