Skenario
Ny. D 19 tahun, baru saja menikah 3 bulan yang lalu. Sejak 1 bulan setelah
pesta pernikahannya, Ny. D mengeluh sering mual dan muntah pada pagi hari
sehingga badannya sangat terasa lemas dan wajah pucat. Ny. D juga terlambat
menstruasi dan payudaranya terasa tegang. Dokter menyatakan bahwa Dina hamil
setelah menemukan tanda dugaan dan tanda pasti kehamilan dan mengalami
hyperemesis gravidarum grade I, namun masih diperlukan pemeriksaan lain untuk
memastikannya. Dokter menyarankan agar Ny. D melakukan unjungan Antenatal
Care (ANC) secara rutin agar dapat men screening segera jika terdapat kondisi-
kondisi yang abnormal pada kehamilannya seperti hipertensi pada kehamilan karena
usia Ny. D masih sangat muda dapat menjadi factor resikonya. Untuk mengetahui
taksiran persalinan dokter menanyakan riwayat Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Ny. D.
Saat melakukan kunjungan ANC yang keempat, pada usia kehamilan 9 bulan,
dokter melakukan pemeriksaan Leopold dan menemukan adanya striae gravidarum
pada perut Ny. D. di klinik dokter tersebut Ny.D bertemu dengan temannya Ny.R
yang juga tengah hamil dan mengalami infeksi TORCH (Toxoplasma Rubella
Citomegalovirus dan Herpes Simpleks) yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan
janinnya.
B. Klarifikasi Istilah
D. Analisis Masalah
1. Bagaimana anatomi dan histologi dari sistem reproduksi wanita?1,2
a. Anatomi
sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan
alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
Alat genitalia wanita bagian luar
Mons veneris / Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol dibagian
depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah
dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis
mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak).
Labia mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang
labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung
bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum,
labia minora
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam
labia mayora tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan
menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama
dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
dan letaknya dekat ujung superior vulva.
Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu
atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina.
Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan
mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan
mudah robeki.
Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis
tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
b. Histologi
Ovarium
Korteks ovarium berada dibawah tunika albuginea dan terdapat folikel
ovarium yaitu folikel primordial, folikel berkembang dan folikel de
Graaf. Stroma korteks terlihat berupa jaringan yang banyak
mengandung sel berbentuk gelondong mirip serat otot polos. Sel-sel
tersusun simpang siur sangat rapat stu sama lain.
Medula .Terletak di bagian tengah ovarium. Berisi jaringan ikat
longgar,mengandung serabut-serabut elastis, beberapa otot polos, arteri
pembuluh limf dan saraf.
Ampula tuba uterine
Mukosa: banyak lipatan yang sangat rumityang memenuhi lumen.
Permukaan lipatan mukosa terdiri epitel torak selapis dengan lamina
propria dibawahnya. Sel epitelnya yaitu sel bersilia dan sel yang tidak
bersilia.
Tunika muskularis : lapisan melingkar dan lapisan memanjang
Tunika adventisia : jaringan ikat longgar.
Ismus tuba uterina
Lipatan mukosa tidak rumit dan lumen lebih sempit. Lapisan otot
relative lebih tebal.
Tuba uterine pars intramural
Lapisan mukosa ganya tampak bergelombang memanjang, tidak terlalu
berlipat dan tunika muskularis menyatu dengan tunika muskularis
dinding rahim.
Vagina
Dinding dibentuk oleh mukosa yang terdiri epitel gepeng berlapas
tanpa lapisan keratin. Dibawahnya terdapat lapisan otot polos. Vagina
tidak memiliki kelenja dalam dindingnya.
2. Apa makna klinis dari mual dan muntah yang dirasakan pada pagi hari,
badan lemas, wajah pucat, terlambat mengalami menstruasi, payudara
terasa sangat tegang serta adakah hubungannya gejala yang dirasakan diatas
1 bulan yang lalu dengan pernikahannya 3 bulan yang lalu?3,4,5
a. Mual-muntah : hamil terjadi peningkatan estrogen dan progesteron
perubahan pada traktus digestivus terjadi penurunan motilitas otot polos
pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid serta peptin di
dalam lambung refluks asam lambung ke esofagus bagian bawah
mengakibatkan timbulnya gejala pyrosis (heartburn) mual dan muntah
pada ibu hamil
b. Lemas dan pucat : disebabkan oleh menurunnya Basal Metabolic Rate (BMR)
dalam trimester pertama kehamilan. Dengan meningkatnya aktivitas metabolik
produk kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan, maka
rasa lelah yang terjadi selama trimester pertama akan berangsur menghilang
dan kondisi ibu hamil akan menjadi lebih segar.
c. Payudara terasa tegang akibat hormone somatomamotropin, estrogen dan
progesteron akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Pengaruh progesterone dan
somatonanotropin terbentuk lemak disekitar alveolus sehingga mammae
menjadi lebih besar, papilla mammae membesar terasa tegang dan menjadi
lebih hitam pada aerola mammae karena hiperpigmentasi. Hipertrofi kelenjar
sebacea (lemak) yang muncul di aerola primer disebut tuberkel montgomery.
Perubahan payudara menjadi lebih tegang adalah kemungkinan hamil
d. hubungan terlambat menstruasi dengan riwayat menikah 3 bulan yang lalu,
terlambat menstruasi disebabkan oleh kenaikan kadar estrogen dan
progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum,ny.dina kemungkinan hamil
sehingga tidak terjadi menstruasi dikarenakan dinding rahim dipersiapkan
untuk kehamilan.
Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase
ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi
kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada
kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)
baru mulai meningkat.
Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang
berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid,
misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus
32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar
empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium
tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula,
yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi
estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium
sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru
yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi
kelenjar.
Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10
hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus
luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi
spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi
nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan
menstruasi dimulai.
b. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon).
Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel
primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi,
satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan
estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang
terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel
yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum
mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik
hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus
luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional
endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
c. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini
menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone
(Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone
(FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi
estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu
hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai
puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi
fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh
karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.
Pingsan
Jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat seorang
wanita yang sedang hamil dapat pingsan.
Lelah (fatigue)
Miksi sering
Karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala itu
akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala
tersebut muncul kembalii karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
Konstipasi/obstipasi
Karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid
b. TRIMESTER KEDUA
Uterus akan terus tumbuh.
BB semakin bertambah
Ibu merasa punya banyak energi
Pd 20 mg fundus mulai dekat dengan pusat
Payudara mulai mengeluarkan kolostrum
Ibu merasakan gerakan bayinya
Mulai adanya perubahan pada kulit : cloasma ,strie,gravidarum dan linea
nigra
c. TRIMESTER KETIGA
Payudara penuh dan lunak
Sering Kencing
Sakit punggung
Susah tidur
Kontraksi brakton hicks meningkat
d. SISTEM REPRODUKSI
Selama kehamilan estrogen dan progesteron meningkat dan menekan
hipofise anterior sehingga sekresi FSH dan LH tertekan dan tidak terjadi
pematangan Folikel dan ovulasi
Siklus menstruasi terhenti
Setelah implantasi, ovum yang telah mengalami fertilisasi dan villi korialis
membentuk HCG
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda
dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan
tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar),
analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien
dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan
parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid
50- 60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi
gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan
pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin
dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya
kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa
13. Bagaimana tatalaksana hyperemesis gravidarum?17
a. Obat-obatan
Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin,
avomin. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik seperti disiklomin
hidrokhloride atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih
berat perlu dikelola di Rumah Sakit
b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Tidak diberikan
makanan/minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala
akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
c. Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan
masalah dan konflik, yang menjadi latar belakang penyakit ini.
d. Cairan Parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak2-3 liter sehari. Bila
perlu tambahkan kalium, dan vitamin B Kompleks dan vitamin C. Bila
kekurangan protein tambahkan asam amino secara intravena. Air kencing perlu
periksa terhadap aseton, protein, dan bilirubin.
Suhu dan nadi periksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dan periksa
hematokrit.
e. Penghentian Kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak jadi baik, usahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
takikardi, ikterus, anuria, dan pendarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan.
15. Apa saja tujuan dan manfaat dari Ante Natal Care (ANC)?9
Antenatal care atau dikenal dengan pengawasan wanita hamil merupakan suatu
usaha terstruktur pada ibu hamil untuk mengawasi keadaannya selama kehamilan
sampai sebelum melahirkan. ANC bermanfaat untuk menurunkan angka
mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi.Tujuan umum dari pemeriksaan ANC
adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama
dalam kehamilan, persalinan, dan nifas; dengan demikian, didapatkan ibu dan
anak yang sehat.
a. Tujuan kusus ANC adalah:
Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai
dalam kehamilan, persalinan, dan nifas
Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yag mungkin diderita sedini
mungkin
Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga
berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi
No Langkah
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan dan imformed consent
3. Persiapkan alat yang dibutuhkan : sarung tangan steril, kapas DTT, pelumas/jelli,
speculum, larutan klorin 0,5 %
4. Cuci tangan dan kenakan handscoon
5. Persilahkan pasien berbaring dalam posisi litotomi dan pemeriksa berdiri
didepan vulva
6. Lakukan tindakan aseptic antiseptic pada vulva dengan menggunakab kapas
sublimat dari arah atas ke bawah
Inspeksi :
7. Nilai kondisi : mons pubis, labia mayora dan minora, klitoris, hymen, anus, dan
perineum (hematoma/ edema, sikatrik, benjolan, tanda radang)
Inspekulo :
8. Beri pelumas/jelli pada speculum , usahakan speculum telah dihangatkan
9. Masukkan speculum dengan ukuran sesuai secara miring, agar tidak mengenai
meatus uretra eksternum
10. Spekullum dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina lalu dibuka hungga
serviks terlihat jelas
11. Kencangkan/kunci speculum
12. Nilai kondisi serviks : warna, ulserasi, tumor, perdarahan, keputihan
13. Sekrup speculum dikendurkan dan speculum diputar kembali pada posisi semula
(miring). Speculum perlahan-lahan ditarik keluar
Pemeriksaan bimanual :
14. Beri jeli pada jari telunjuk dan jari tengah
15. Ibu jari dan telunjuk tanagn kiri membuka labia
16. Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina dengan menekankan kearah
komisura posterior yang kemudian diikuti jari telunjuk
17. Setelah jari tengah dan telunjuk tangan kanan masuk, tangan kiri dipindahkan
keatas sympisis untuk memfiksasi uterus
18. Nilai kondisi serviks: posisi , ukuran, nyeri goyang portio
19. Nilai kondisi uterus: ukuran, bentuk, nyeri tekanm benjolan
20. Letakkan tangan kanan disamping serviks, tangan kiri pada sisi yang sama diatas
perut
Nilai kondisi ovarium : ukuran, konsistensi, nyeri, mobilitas
21. Keluarkan tangan pelan-pelan
22. Cuci tangan pada larutan klorin, sarung tangan dibuka dan rendam dalam
keadaan terbalik
-jumlah leukosit dan laju endap darah perlu diperiksa pada proses peradangan
untuk membedakan apakah suatu proses pada pelvis disebabkan oleh
peradangan atau neoplasma/retensi. Dan apakah perdangan bersifat mendadak
atau akut ,atau kronik.
-pemeriksaan gula darah,fungsi ginjal dn fungsi hati diakukan bila ada indikasi
Pemeriksaan getah Vulva dan Vagina
Percobaan schiller
Kolposkopi
Biopsi Endometrium
Diperlukan untuk visualisasi batu dan polip didalam kandung kemih dan
untuk mencari metastasis karsinoma servisis uteri dikandung kemih.
pemeriksaan Ultrasonografi
pemeriksaan Kuldosentesis
Atau juga disebut pungsi douglas diperlukan untuk memastikan
terkumpulnya darah dalam rongga peritoneum dan sekaligus untuk
membedakannya dari abses douglas.pemeriksaan ini dilakukan dalam
narkosis di kamar operasi
pemeriksaan obstetri
Anamnesis
1. Identitas pasien
1. Nama , alamat dan usia pasien dan suami pasien.
2. Pendidikan dan pekerjaan pasien dan suami pasien.
3. Agama, suku bangsa pasien dan suami pasien.
2. Anamnesa obstetri
1. Kehamilan yang ke …..
2. Hari pertama haid terakhir-HPHT ( “last menstrual periode”-LMP )
3. Riwayat obstetri:
1. Usia kehamilan : ( abortus, preterm, aterm, postterm ).
2. Proses persalinan ( spontan, tindakan, penolong persalinan ).
3. Keadaan pasca persalinan, masa nifas dan laktasi.
4. Keadaan bayi ( jenis kelamin, berat badan lahir, usia anak saat ini ).
4. Pada primigravida :
1. Lama kawin, pernikahan yang ke ….
2. Perkawinan terakhir ini sudah berlangsung …. Tahun.
3. Anamnesa tambahan:
Pemeriksaan Fisik
3. Auskultasi
Auskultasi detik jantung janin dengan menggunakan fetoskop de Lee.
Detik jantung janin terdengar paling keras didaerah punggung janin.
Detik jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali berurutan
selang 5 detik sebanyak 3 kali.
Hasil pemeriksaan detik jantung janin 10 – 12 – 10 berarti frekuensi
detik jantung janin 32 x 4 = 128 kali per menit.
Frekuensi detik jantung janin normal 120 – 160 kali per menit.
3.Laboratorium
Jika terdapat kelainan, ditatalaksana dan diperiksa ulang terus sampai mencapai
normal. Jika sejak awal laboratorium rutin dalam batas normal, diulang kembali pada
kehamilan 32-34 minggu. Periksa juga infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, Hepatitis / HIV). Periksa gula darah pada kunjungan pertama, bila
normal, periksa ulang pada kunjungan minggu ke 26-28, untuk deteksi dini diabetes
mellitus gestasional.
4. Pelvimetri radiologik
Pada akhir trimester 3, jika diperlukan untuk perhitungan jalan lahir. Pada
trimester 3 akhir, pembentukan dan pematangan organ janin sudah hampir selesai,
sehingga kemungkinan mutasi / karsinogen jauh lebih kecil dibandingkan pada
trimester pertama / kedua. Tetap harus digunakan dosis radiasi sekecil-kecilnya
.
5. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini tidak berbahaya karena menggunakan gelombang suara.
Frekuensi yang digunakan dari 3.5, 5.0, 6.5 atau 7.5 MHz. Makin tinggi frekuensi,
resolusi yang dihasilkan makin baik tetapi penetrasi tidak dapat dalam, karena itu
harus disesuaikan dengan kebutuhan.
7. Fetoskopi
Untuk mendiagnosis malformasi-malformasi kecil pada janin, seperti sumbing
wajah atau cacat jari pada keluarga yang memiliki resiko menderita sindrom
genetik spesifik dan sebagai penuntun visual pada pengambilan contoh darah
janin, biopsy hati, dan kulit
8. Kardosentesis
Lebih baik dari fetoskopi
Selain digunakan untuk diagnosis prenatal gangguan darah herediter seperti
hemofilia, kordosentesis juga digunakan untuk diagnosis infeksi janin akibat
prosedur ini kurang dari 1%
Terdapat banyak faktor resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat
dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut;
a. Primigravida, primipaternitas
b. Hiperplasentosis (mis. Mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus,
hidrops fetalis, bayi besar)
c. Umur yang ekstrim
d. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
e. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang ada sebelum hamil
f. Obesitas
e. Teori genetik
Ada faktor keturunan dengan dan familial dengan model gen tunggal.
Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial jika dibandingkan dengan genotipe janin.
Perawatan aktif/agresif
Tujuan : terminasi kehamilan.
Indikasi :
Indikasi ibu : Kegagalan terapi medikamentosa (setelah 6 jam sejak
dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi kenaikan darah yang
persisten ; setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa
terjadi kenaikan darah desakan darah yang persisten), tanda dan gejala
impending eclampsia, gangguan fungsi hepar, gangguan fungsi ginjal,
dicurigai terjadi solusio plasenta, timbulnya onset partus, ketuban pecah
dini, dan perdarahan.
Indikasi janin : umur kehamilan ≥ 37 minggu, IUGR berat berdasarkan
pemeriksaan USG, NST nonreaktif dan profil biofisik abnormal,
timbulnya oligohidramnion.
Laboratorik : adanya tanda-tanda “Sindrom HELLP” khususnya
menurunnya trombosit dengan cepat.
Cara persalinan:
Dilakukan berdasarkan keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah sudah
inpartu atau belum.
23. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat hipertensi kehamilan?22
Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/kesakitan pada ibu
seperti kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru),
gagal ginjal akut, dan penggumpalan/pengentalan darah di dalam pembuluh darah.
Juga dapat terjadi nekrosis hepar, ruptur hepar, anemia hemolitik mikroangi
opatik, dan pelepasan retina. Morbiditas pada janin seperti pertumbuhan janin
terhambat di dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio
plasenta/plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, kelahiran premature,
insufisiensi utero-plasental, retardasi pertumbuhan intrauteri.
b. Apabila HPHT lebih dari pertengahan Maret ( dari tanggal 25 dan seterusnya)
dan bulan seterusnya sampai akhir Desember menggunakan rumus = +7 -3 +1
Contoh:
HPHT : 8 Juli 2013
= 8 / 7 / 2013
= +7 / -3 / +1
HPL = 15 / 4 / 2014 (15 Apr 2014)
Infeksi yang disebabkan oleh parasite atau virus berupa Toxoplasma, Rubella,
Citomegalovirus dan Herpes simpleks.
a. Infeksi Toksoplasma ( Toksoplasmosis )
Etiologi
Infeksi ini disebabkan oleh Toksoplasma gondii. Toksoplasma gondii
adalah parasit yang menginfeksi burung dan mamalia. Tahap utama daur
hidup parasit adalah pada kucing ( pejamu definitif ). Dalam sel epitel usus
kecil kucing berlangsung daur aseksual ( skizogoni ) dan daur seksual (
gametogoni, sporogoni ) yang menghasilkan ookista yang dikeluarkan
bersama tinja. Bila ookista tertelan oleh mamalia lain atau burung ( hospes
perantara ), maka pada berbagai jaringan hospes perantara ini di bentuk
kelompok-kelompok tropozoit yang membelah secara aktif yang disebut
takizoit. Takizoit ini dapat menginfeksi dan bereplikasi seluruh sel pada
mamalia kecuali sel darah merah. Kecepatan takizoit toksoplasma membelah
berkurang secara berangsur - angsur dan terbentuklah kista yang mengandung
bradizoit ( bentuk yang membelah secara perlahan ); masa ini adalah masa
infeksi klinis menahun yang biasanya merupakan infeksi laten.
Hasil dari proses ini adalah infeksi organ yang memberikan gambaran
sitopatologi yang khas. Kebanyakan takizoit dieleminasi oleh respon imun
pejamu. Kista jaringan yang mengandung banyak bradizoit berkembang 7-10
hari setelah infeksi sistemik oleh takizoit. Kista jaringan yang mengandung
banyak bradizoit berkembang 7-10 hari setelah sistemik oleh takizoit. Kista
jaringan terdapat di berbagai organ, namun menetap terutama di sistem saraf
pusat (SSP) dan otot. Infeksi aktif pada pejamu imunokompromals biasanya
diakibatkan pembebasan spontan parasit di dalam kista yang kemudian
bertransformasi cepat menjadi takizoit di SSP.
b. Infeksi Rubella
Etiologi
Infeksi ini disebabkan oleh virus rubella .
c. Infeksi Sitomegalovirus
Etiologi
Penyebab infeksi ini adalah sitomegalovirus. sitomegalovirus adalah
anggota kelompok virus herpes beta dan mengandung DNA double-stranded,
kapsul protein, dan selubung lipoprotein. Seperti anggota kelompok virus
herpes lainnya, sitomegalovirus memiliki gambaran ikosahedral yang simetris,
bereplikasi dalam sel nukleus dan dapat menyebabkan infeksi lisis dan
produktif atau infeksi laten. Virus ini dapat menyebabkan pembengkakan sel
yang karakteristik sehingga sel tampak terlihat membesar ( sitomegali ) dan
tampak sebagai gambaran mata burung hantu. Virus ini dapat ditularkan
secara:
Horizontal : yaitu melalui infeksi percikan ludah ( droplet ) , kontak
air ludah dan urin
Vertikal : yaitu proses infeksi dari Ibu ke janin
Hubungan seksual
d. Infeksi Herpes
Etiologi
Infeksi ini disebabkan oleh virus herpes simpleks ( VHS ), virus ini
mempunyai dua bentuk, yaitu : VHS1 dan VHS2.
VHS1 bertanggung jawab atas terjadinya infeksi herpes non genital, tetapi
kadang – kadang mengenai pula traktus genitalis. Sedangkan pada VHS2
secara ekslusif hanya ditemukan pada traktus genitalis yang sebagian besar
kasus ditularkan lewat kontak seksual.
28. Apa saja manifestasi klinis yang timbul akibat infeksi TORCH?17
a. Infeksi Toksoplasma (Toksoplasmosis)
Abortus spontas (4%)
Kematian janin (3%)
Bayi menderita toksoplasmosis yang gejala muncul setelah dewasa yaitu
kelainan mata, telinga, retardasi mental, kejang-kejang, dan ensefalitis.
Pada saat lahir bisa menderita BB lahir rendah, hepatosplenomegali,
ikterus, anemia, kelainan neurologis dengan kejang, kalsifikasi
intrakranium, hidrosefalus, mikrosefalus, karioretinitis (hampir semua).
b. Infeksi Rubella
Ibu menderita limfadenopati, demam, malaise, atralgia, ruam
makulopapular di wajah dan menyebar ke badan dan ekstremitas. Sedangkan
pada bayi terjadi kelainan pada mata (katarak, glaukoma, mikroftalmia, dll),
penyakit jantung, tuli sensorineural, cacat pada SSP, hambatan pertumbuhan
janin, trombositopenia dan anemia, hepatitis, hepatisplenomegali, ikterik,
kelainan tulang, dan kelainan kromosom.
c. Infeksi Citomegalovirus
Pada ibu dapat terjadi demam, faringitis, limfadenopati, dan poliatritis.
Sedangkan pada janin akan menyebabkan BB lahir rendah, mikrosefalus,
kalsifikasi intrakranium, korioretinitis, retardasi mental dan motorik, defisit
sensorineural, hepatosplenomegali, ikterus, anemia hemolitik dan purpura
trombositopenia.
d. Infeksi Herpes
Pada ibu terjadi erupsi papuler dengan rasa gatal di genitalia kemudian menjadi
nyeri, ada lesi (vesikel) pada daerah vulva/perineum yang bersifat multiple,
ulserasi, retensi urin, gejala sistemik mirip influenza. Pada janin sama seperti
infeksi virus yang lainnya.
a. Toxoplasmosis
Pemeriksaan serologik ibu hamil dengan ELISA (mencari IgM dan IgG spesif
ik) atau PCR (DNA T.gondii).Diagnosis pranatal untuk upaya pencegahan dapat
dilakukan pada usia kehamilan 14-27 minggu dengan melakukan:
Pengambilan sampel dengan kordesentesis (darah sampel dari tali pusat) at
au amniosentesis (sampel dari aspirasi cairan ketuban
Sampel dibiakan, atau dilakukan deteksi DNA T.gondii, atau dilakukan pe
meriksaan ELISA pada darah untuk mendeteksi antibodi IgM janin spesifi
k.
Hal diatas dilakukan jika sebelumnya skrining ibu hamil didapati satu dari
hasil berikut:
Antibodi IgM +
Serokonversi dengan interval waktu 2-3 minggu perubahan dari serone
gatif zeropositif IgM dan IgG
Titer IgG yang tinggi > 1/1024 (ELISA)
Avinitas IgG <200
Jadi diagnosa janin terinfeksi T.gondii jika hasil positif keberadaan IgM sp
esifik, ditemukan parasit dalam kultur, ataupun DNA dari PCR positif.
b. Rubella
Dengan pemeriksaan imunologi deteksi IgM dan IgG spesifik rubella.
c. Cytomegalovirus
Infeksi primer : metode serologik ditemukan perubahan seronegatif menjadi se
ropositif terhadap IgM dan IgG pada pemeriksaan serial dengan interval 3minggu
tapi hal ini meragukan karena IgM dapat bertahan berbulan-bulan sejak infeksi pri
mer. Dan ditemukannya aviditas IgG yang rendah selama 20 minggu kehamilan d
apat menunjukan infeksi akut.
Pada janin : secara klinis didapati oligohidramnion, polihidramnion, hidrops n
onimun, asites janin, gangguan pertumbuhan janin, mikrosefali, ventrikulomegali
serebral, kalsifikasi intrakranial, hepatoslenomegali, dan kalsifikasi intrahepatik.
d. Herpes simpleks
Diagnosa ditegakan dengan gejala klinis dan hasil kultur positif dari neonatus
usia >2 hari.
Komplikasi
diagnosis KEHAMILAN
Hipertensi
Pemeriksaan Kehamilan
penunjang
Tatalaksana
Presumpti Pasti
f
Kemungkinan