Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN FISIKA

“MODEL PEMBELAJARAN DENGAN KONSEP KOOPERATIF


LEARNING”

Dosen Pengampu :

Dian Pertiwi Rasmi, S.Pd., M.Pd.

KELOMPOK 2

1. Dany Tri Krismawanti (A1C317001)


2. Af-Idati Nurul Ilmi (A1C317017)
3. Suci Utari (A1C317021)
4. M. Fikri Oksaputra (A1C317053)
5. Desi Rosanti (A1C317063)
6. Rachel Risda Sitanggang (A1C317067)

PRODI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PNEDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


mengizinkan penulis untuk membuat sebuah makalah Pengembangan Program
Pembelajaran Fisika tentang MODEL PEMBELAJARAN DENGAN KONSEP
KOOPERATIF LEARNING karena ridhanya lah penulis dapat menerbitkan
makalah ini.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT dan
dan dosen pengampu bapak Dian Pertiwi Rasmi, S.Pd.,M.Pd. dan orang-orang
yang telah mendukung.

Dalam penulisan makalah ini penulis mendapatkan banyak ilmu


pengetahuan yang baru, dan penulis menyadari banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu masukan dan saran sangat penulis perlukan
untuk makalah ini.

Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya dan jadi pedoman bagi yang membacanya.

Wallahu a’lam bi al-shawab

Jambi , Februari 2019

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... ii


Daftar Isi ..................................................................................................................... iii
Daftar Tabel ................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................3
2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif .............................................................3
2.2 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif..................................................................4
2.3 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ........................................................5
2.4 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif .................................................................7
2.5 Lingkungan Belajar Model Pembelajaran Kooperatif .............................................8
2.6 Penilaian dan Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif .........................................9
2.7 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif ...............................11
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................13
3.2 Saran ......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif ....................................................7


Tabel 2: Prosedur Penskoran untuk Kelompok Kooperatif ................................... 10
Tabel 3: Skala Penskoran untuk Kelompok Kooperatif ......................................... 10

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Ini


berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu
berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti
suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat
hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang
terdidik itu sangat penting. Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan yang didapat baik dari lembaga formal maupun informal dalam
membantu proses transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang
diharapkan. Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan
penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan
menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang
berkualitas, dengan tanpa mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam
pendidikan.
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
pembelajaran dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran harus mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk tujuan-tujuan pembelajaran,
lingkungan dan pengelolaan kelas. Melalui pembelajaran guru dapat
membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara
berfikir dan mengekpresikan ide. Dan juga berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran.
Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para
guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk pemilihan model ini sangat
dipengaruhi dari sifat dan materi yang akan diajarakan, juga dipengaruhi oleh
tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan
peseta didik. Di samping itu pula, setiap model pembelajaran selalu
mempunyai tahapan-tahapan (sintaks) oleh peserta didik dengan bimbingan

1
guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai
perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini berlangsung di antara pembukaan dan
penutup yang harus dipahami oleh guru supaya model-model pembelajaran
dapat dilaksanakan dengan berhasil.
Dalam dunia pendidikan pembelajaran kooperatif telah memiliki sejarah
yang panjang sejak zaman dahulukala, para guru telah mendorong siswa-
siswa mereka untuk bekerja sama dalam tugas-tugas kelompok tertentu dalam
diskusi, debat, atau pelajaaran tambahan. Menurut beberapa ahli bahwa
cooperative learning tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami
konsep yang sulit, akan tetapi sangat berguna untuk menumbuhkan berpikir
kritis.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif?
b. Apa tujuan dari model pembelajaran kooperatif?
c. Bagaimana karakteristik model pembelajaran kooperatif?
d. Bagaimana sintaks dalam model pembelajaran kooperatif?
e. Bagaimana lingkungan belajar dalam model pembelajaran kooperatif?
f. Bagaimana cara penilaian dan evaluasi dalam model pembelajaran
kooperatif?
g. Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Suyatno didalam Yensi (2012:26), model pembelajaran
kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk
bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan
persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif
(kompak partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri atas 4-5 orang, siswa
heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan
meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Lie (2008:12) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif
merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur”.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang fokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Konsep dasar pembelajaran kooperatif yaitu manusia memiliki
derajat, potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang
berbeda-beda. Karena perbedaan tersebut maka manusia dapat saling asah,
asuh, dan asih atau saling mencerdaskan. Pembelajaran kooperatif
menciptakan suasana yang saling asah, asuh, dan asih sehingga akan tercipta
masyarakat belajar (Suharno,2018:9).
Menurut Agus dalam Winarsih (2017:129), model pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk
kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

3
2.2 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam Rianawati (2014:135), tujuan yang paling penting
dari model pembelajaran kooperatif ialah agar memberikan para siswa
pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan
supaya terbiasa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan
kontribusi. Dan juga untuk membentuk norma-norma yang pro-akademik
diantara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh
sangat besar dan penting bagi pencapaian siswa.
Tujuan pembelajaran kooperatif meningkatkan partisipasi peserta didik,
memfasilitasi peserta didik dengan peserta didik dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama-
sama peserta didik yang berbeda-beda latar belakangnya. Dengan kata lain,
peserta didik dapat mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan
sesama manusia yangakan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah
(Suhardiyanto,2009:71).
Ibrahim dalam Isjoni (2011:27-28) mengemukakan tiga tujuan yang
hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif yaitu :
a. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik.
b. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang. Tipe pembelajaran ini memberi
peluang dari siswa berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan saling
menghargai sau sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat,
bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

4
2.3 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran yang lain. Pada
pembelajaran ini seluruh peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok belajar.
Yang mana masing-masing kelompok belajar akan menjalin interaksi dan kerja
sama melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran. Dari kerja sama inilah akan
diperoleh suatu hasil pembelajaran yang optimal.

Dalam pembelajaran kooperati berhasil tidaknya suatu pembelajaran


sangat bergantung bagaimana pembelajaran kelompok itu berlangsung. Jika kerja
sama antar kelompok berlangsung dengan baik, maka pembelajaran pun akan
memperoleh hasil yang baik pula. Demikian juga sebaliknya (Fadillah,dkk,2014:
10-11)

Menurut Elhefni (2011:308), karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif


meliputi:

a. Pembelajaran secara tim


Pembelajaran secara tim kaitannya dengan pembelajaran kooperatif harus
mampu membuat, menciptakan suasana belajar yang aktif bagi setiap
peserta didik yang belajar, semua angota harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran, kerja sama setiap kelompok bersifat
heterogen, artinya kelompok terdiri atas anggota yang memiliki
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang
berbeda dan diharapkan setiap kelompok mampu memberi kontribusi
terhadap keberhasilan kelompok (Chomaidi dan Salamah, 2018: 251)
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Pembelajaran berdasarkan manajemen kooperatif mengandung makna
bahwa fungsi pelaksanaannya menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan melalui langkah-
langkah pembelajaran yang ditentukan atas dasar kesepakatan bersama.
Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan pekerjaan bersama antar-anggota kelompok. Oleh karena itu,
perlu diatur atas tanggung jawab setiap anggota keompok. Fungsi kontrol
perlu diadakan karena menunjukkan bahwa hasil pembelajaran merupakan

5
hasil bersama antara anggota kelompok dan hasil pembelajaran atas dasar
penilaian berdasarkan tes maupun nontes (Chomaidi dan Salamah, 2018:
251)
c. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok. Oleh karena itu, prinsip bekerja sama merupakan dasar utama,
prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif.
setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung
jawab masing-masing anggota, tetapi harus ditanamkan perlunya saling
membantu pada setiap anggota kelompok belajar, sifat watak pribadi yang
memiliki sifat mementingkan pribadi sendiri harus dihilangkan,
kepentingan bersama lebih diutamakan (Chomaidi dan Salamah,
2018:252).
d. Keterampilan untuk bekerja sama.
Menurut Trianti dalam Elhefni (2011:311-312), pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif memeiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja secara kooperatif untuk menuntaskan materi pelajaran.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tingi,
sedang, dan rendah.
3. Bila memungkinkan, angota kelompol berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin yang beragam.
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Menurut Johnson dan Sulton dalam Slameto dalam Elhefni (2011:310)


terdapat lima unsur penting dalam kooperatif yaitu:

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa


b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat
c. Tanggung jawab individual
d. Keterampilan personal dalam kelompok kecil
e. Proses kelompok.

6
Menurut Slapin dalam Slamet dalam Elhefni (2011:310), selain lima unsur
penting juga mengandung prinsip-prinsip, konsep utama dari belajar kooperatif
adalah sebagai berikut:

1) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai


kriteria yang ditentukan.
2) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.
3) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.

2.4 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Sugianto (2014:118), Sintaks model pembelajaran kooperatif
antara lain :

FASE-FASE PERILAKU GURU

FASE 1 Menyampaikan semua tujuan maupun kompetensi


Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan
maupun kompetensi memotivasi siswa belajar.
dan motivasi siswa.
FASE 2 Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
Menyajikan informasi. demontrasi atau lewat bahan bacaan.
FASE 3 Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
Mengorganisasikan membentuk kelompok belajar dan membantu
siswa kedalam setiap kelompok agar melakukan transisi secara
kelompok-kelompok efisien.
belajar.
FASE 4 Membimbing kelompok belajar pada saat mereka
Membimbing kelompok mengerjakan tugas mereka.
bekerja dan belajar.
FASE 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Evaluasi. telah dipelajari/meminta kelompok persentasikan
hasil kerja.

7
FASE 6 Menghargai baik upaya maupun hasil belajar
Memberikan individu dan kelompok.
penghargaan.
Tabel 1: Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

2.5 Lingkungan Belajar Model Pembelajaran Kooperatif


a. Sistem Sosial
Menurut Warsiman (2016:59), sistem sosial adalah pola hubungan guru
dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sistem sosial ini
menandakan adanya hubungan terjalin antara siswa dengan guru pada saat
proses pembelajaran.
Menurut Desstya (2012:172), model pembelajaran kooperatif memberi
kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi secara terbuka dan memberikan
suasana yang menyenangkan sehingga akan tercipta adanya saling
ketergantungan positif, interaksi tatap muka, penilaian individual, dan dapat
mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman
sekelas yang lemah akademiknya, serta meningkatkan rasa harga diri.
Suasana pembelajaran yang menyenangkan, akan mengkondisikan siswa
untuk lebih senang dalam belajar. Dalam pembelajaran ini, siswa membangun
ketergantungan atau kepercayaan dalam tim asal yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merasa percaya diri ketika bersaing dalam
tournament.
b. Aksi Reaksi
Menurut Warsiman (2016:59), prinsip reaksi bermakna sikap dan perilaku
guru dalam mengendalikan jalannya proses pembelajaran berlangsung.
Prinsip reaksi merupakan hal terpenting yang harus diemban oleh seorang
guru. Guru harus melakukan suatu tindakan agar kegiatan kelas dapat berjalan
sesuai rencana. Lebih dari itu, guru harus menggunakan kemampuannya
untuk memahamkan siswa dan memfasilitasi proses pembelajaran serta
mengadakan evaluasi selama proses pembelajaran langsung.
Menurut Panjaitan (2015:117) dalam Sanjaya (2007), dalam bahwa
belajar dalam kelompok pembelajaran kooperatif memiliki perspektif
perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota

8
kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah
berbagai informasi.
c. Sistem Pendukung
Menurut Andayani (2015:137), support system atau sistem pendukung
adalah komponen-komponen yang menjadi pendukung dalam penerapan
sebuah model pembelajaran. Sistem pendukung ini merupakan sebuah sistem
yang menyediakan kemampuan untuk penyelesaian masalah dan menjamin
terjadinya interaksi guru dan siswa untuk menyelesaikan permasalahan
pembelajaran.
Menurut warisman (2016:59), penunjang keberhasilan pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang menjadi bagian dari penunjang proses
pembelajaran. Unsur-unsur penunjang tersebut berupa alat-alat, bahan sumber
belajar yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Segala
sesuatu yang diperlukan untuk mendorong proses pembelajaran diupayakan
untuk dipenuhi.

2.6 Penilaian dan Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Huriah (2018:77-80), salah satu wujud dari pembelajaran dapat
berupa mengajak para siswa untuk refleksi diri terhadap apa yang sudah
mereka kerjakan. Pengajar dapat mengajak para siswa untuk memberikan
pendapat apa yang perlu diperbaiki dan perlu dikembangkan dalam
pembelajaran kooperatif yang sudah dilaksanakan. Selama pembelajaran
kooperatif pengajar harus mempunyai lembar observasional untuk mencatat
hal-hal penting yang terkait dengan keefektifan kerja kelompok kooperatif.
Hasil lembar observasi ini harus diberikan kepada siswa pada akhir
pertemuan dan pengajar harus memberikan feedback untuk perbaikan siswa
sehingga dapat meningkatkan keefektifan kerja kelompok kooperatif.
Penerapan pembelajaran kooperatif nantinya akan menghasilkan penilaian
pada kelompok kooperatif. Penilaian individu juga didapatkan pada jawaban
dari kuis yang diberikan setelah diskusi kelas. Selain skor individu dan skor
tim, pengajar juga harus mempersiapkan lembar observasi onal yang nantinya
akan diberikan pada akhir pembelajaran kooperatif untuk proses evaluasi.

9
Selain dengan lembar observasional, pembelajaran kooperatif dapat dinilai
dengan kuis yang dirancang oleh pengajar berdasarkan pokok bahasan/ materi
yang dipelajari siswa pada pembelajaran kooperatif. Setelah kuis diberikan
pengajar memberikan skor dasar dan skor kemajuan dan memberikan poin
kepada tim apabila anggota kelompoknya berhasil mendapatkan skor
kemajuan. Skor dasar mencerminkan skor rata-rata siswa hasil sebelum
pembelajaran. Skor dasar dapat diperoleh dari awal pertemuan sebelum kelas
dimulai. Adapun skor kemajuan diperoleh dari hasil kuis setelah diskusi
kelompok dibandingkan dengan skor dasar siswa. Siswa akan memperoleh
kemajuan apabila mereka mampu menunjukkan peningkatan hasil nilai kuis,
dan poin tambahan dari masing-masing siswa akan diakumulasikan pada skor
kelompok. Tabel berikut akan memperlihatkan contoh prosedur penskoran
dan skala penskoran untuk kelompok kooperatif.
Langkah 1 :
Setiap siswa diberikan skor dasar berdasarkan hasil
Menetapkan skor
kuis sebelumnya
dasar
Langkah 2 :
Menghitung skor
Siswa memperoleh poin kuis yang berkaitan dengan
kuis sekarang
materi yang dipelajari
(setelah diskusi
kelompok)
Langkah 3 : Siswa mendapatkan skor kemajuan yang besarnya
Menghitung skor ditentukan dari skor dasar yang diperoleh. Skor
kemajuan tambahan dapat berupa poin tambahan untuk tim
Tabel 2: Prosedur Penskoran untuk Kelompok Kooperatif

Kriteria Keberhasilan Poin


Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin
10 poin dibawah skor dasar 10 poin
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin
Lebih dari 10 poin duatas skor dasar 30 poin
Pekerjaan sempurna (tanpa melihat skor dasar) 30 poin
Tabel 3: Skala Penskoran untuk Kelompok Kooperatif

10
Tim kooperatif yang mendapatkan poin tinggi akan mendapatkan
penghargaan (reward) atau sertifikat dari pengajar.

2.7 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Suprihatin (2017:89-90), Kelebihan model pembelajaran
kooperatif antara lain :

a. Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri


Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk
pun datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik
perhatian atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang
punya teman yang memaksa aktif dalam belajar.
b. Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada
saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan
ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat
mengejarnya.
c. Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, salah satu tempat untuk bertanya dan ada
orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok.
Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal yang
sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat dicoba
dalam menyelesaikan soal latihan.
d. Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan
menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik
untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri.
Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam
pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
e. Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah
diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi
dengan peristiwa lain yang mudah diingat.

11
Adapaun kelemahannya antara lain :

a. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip


Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah
dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota
kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang
terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja
sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b. Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini
sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu,
dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25
menit mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab
lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak
terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
c. Bisa terjadi kesalahan
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan
yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu
salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk
menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview
sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain
belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan
cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama,
berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar.
b. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan hasil belajar
akademik, menerima terhadap perbedaan individu, dan mengembangkan
keterampilan sosial.
c. Karakteristik pembelajaran kooperatif antara lain: Positive Independence,
Personal Responsibility, Face to Face Promotive Interaction, Interpersonal
Skill, Group Processing.
d. Sintaks pembelajaran kooperatif antara lain: menyampaikan tujuan maupun
kompetensi dan motivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok bekerja
dan belajar, evaluasi dan memberikan penghargaan.
e. Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD (Student Team
Achievement Division), tipe Jigsaw, tipe GI (Group Investigation), tipe TSP
(Think Pair Share), tipe NHT (Numbered Heads Together), tipe Two Stay
Two Stray (TS-TS), tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition), tipe Make A Match (Membuat Pasangan).
f. Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu: siswa tidak ber- gantung
kepada guru, mampu mengekplorasikan ide dan gagasannya, saling menerima
perbedaan, saling bertukar pendapat, meningkatkan semangat belajar, siswa
menjadi aktif.
g. Kelemahan model pembelajaran kooperatif yaitu: dibutuhkan tenaga yang
lebih dari guru untuk mengatur siswadan menyiapkan materi, dapat terjadi
perdebatan kecil, siswa lebih cenderung bergurau dengan temannya,
membutuhkan fasili- tas yang memadai, terjadi perluasan masalah sehingga
waktu terbuang sia-sia, terkadang diskusi didominasi seseorang saja sehingga
siswa lain menjadi pasif.

13
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha memaparkan
dan mejelaskan materi dengan semaksimal mungkin, tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya kekeliruan dalam penyusunan dan materi yang dibahas.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan pembaca untuk dapat membantu
menyempurnakan makalah selanjutnya. Penyusun juga berharap agar makalah
ini dapat memberi manfaat dalam proses pembelajaran terutama mengenai
materi Model Pembelajaran Kooperatif.

14
DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2015. Problema dan Aksioma dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa


Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.

Chomaidi dan Salamah. 2018. Pendidikan dan Pengajaran: Strategi


Pembelajaran Sekolah. Jakarta: PT.Grasindo.

Desstya, A., Haryono., & Saputro, Sulistyo. 2012. Pembelajaran Kimia dengan
Metode Teams Games Tournament (TGT) Menggunakan Media Animasi
dan Kartu ditinjau dari Kemampuan Memori dan Gaya Belajar Siswa.
Vol. 1. No. 3. ISSN: 2252-7893.

Elhefni. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan Hasil
Belajar di Sekolah. Ta’dib. Vol. XVI, No. 02.

Fadillah,M.,dkk. EdutaimentPendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan


Pembelajaran Menarik, Kreatif, dan Menyenangkan Edisi Pertama.
Jakarta: Kencana.

Gusinar. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams


Achievment Division(STAD) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN No. 2 Ogoamas II. Jurnal Kreatif
Tadulako. Vol. 2 No. 1. ISSN2354-614.

Huriah, Titih. 2018. Metode Student Center Learning Aplikasi Pada Pendidikan
Keperawatan. Jakarta : Prenadamedia Group.

Isjoni. (2011). Cooperative learning: Mengembangkan kemampuan belajar


berkelompok. Bandung: Alfabeta.

Lie, Anita. 2002. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.


Jakarta: Grasindo.

15
Maryaningsih, Nining., dan Hidayat, Mistina. 2018. Teori dan Praktik Berbagi
Model dan Metode Pembelajaran Menerpakan Inovasi Pembelajaran di
Kelas-Kelas Inspiratif. Surakarta: CV Kekata Group.

Panjaitan, Keysar., dan Fitri Handayani. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran


Kooperatif dan Interaksi Sosial Terhadap Hasil Belajar Ekonomi. Vol. 8.
No.1. ISSN:1979-6692.

Rianawati. 2014. Implementasi Nilai-Nilai Karakter pada Mata Pelajaran


Pendidikan Agama Islam (PAI). Padang. IAIN Press.

Rusman. 2010. Model Model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers.

Sugianto,dkk. 2014. Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Jigsaw Dan Stad Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi
Matematis Siswa Sma. Jurnal Didaktik Matematika. Vol. 1, No. 1. ISSN:
2355-4185.

Suhardiyanto, A. 2009. Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Model


Pembelajaran Kooperatif Berbasis Konstruktivistik. Lembaran Ilmu
Kependidikan Jilid 38, No. 1.

Suharno, A. 2018. Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


(Model Tim Ahli) Dalam Usaha Meningkatkan Hasil Belajar Pelajaran
Sosiologi Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Tangen Sragen Tahun
Pelajaran 2013/2014. Jurnal Konvergensi Volume V Edisi 24. ISSN:2301-
9050.

Suprihatin, Siti. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil


Belajar Dtufi Masyarakat Indonesia Mahasiswa. Vol.5. No.1. ISSN: 2337-
4721.

Suprihatin, Siti. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil


Belajar Studi Masyarakat Indonesia Mahasiswa. Jurnal Pendidikan
Ekonomi UM Metro. Vol. 5. No. 1. ISSN : 2337 : 471.

16
Warsiman. 2016. Membumikan Pelajaran Sastra yang Humanis. Yogyakarta:
Universitas Brawijaya Press(UB press).

Winarsih, T. 2017. Semboraja Sebagai Media Dalam Mobel Ko Tps Untuk


Meningkatkan Keterampilan Menulis Huruf Jawa Bagi Peserta Didik Kelas
X-3 SMA Negeri Gondangrejo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016.
Jurnal pendidikan Volume 9 Edisi 36. ISSN:1979-9098.

Yensi, B. N. A. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Examplesnon Examples Dengan Menggunakan Alat Peraga
Untukmeningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas Viiismp N 1
Argamakmur. Jurnal Exacta, Vol. X No. 1. ISSN 1412-3617.

17

Anda mungkin juga menyukai