Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat

rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Adapun

makalah yang kami buat membahas tentang “Sifat-Transpor”. Kami membuat

makalah ini dengan sungguh-sungguh dan penuh dengan semangat. Kami harap

makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak

kesalahan-kesalahan yang harus kami perbaiki. Maka dari itu, saran dan kritikan yang

membangun sangat kami butuhkan demi perbaikan pembuatan-pembuatan makalah

selanjutya.

Palembang, april 2018

Penulis

1
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beberapa jenis sifat termal (thermal property) sangat penting untuk

perhitungan neraca energi dalam berbagai penerapan perpindahan kalor. Nilai

sifat-sifat ini untuk berbagai jenis bahan sudah bisa didapatkan dalam tabel-tabel

di dalam buku-buku pegangan. Akan tetapi, berhubung banyaknya bahan-bahan

baru yang muncul setiap waktu, perlulah para insinyur memahami

metode-metode dasar untuk mengukur sifat-sifat itu.

Pengukuran kebanyakan sifat termal menyangkut penentuan aliran kalor dan

suhu. Perpindahan kalor biasanya diukur dengan membuat neraca energi untuk

peranti yang sedang dikaji. Umpamanya kita mungkin memanaskan suatu plat

logam dengan pemanas listrik sambil mencelupkan plat itu di dalam airselama

berlangsungnya proses pemanasan. Rugi kalor konveksi dari plat itu lalu dapat

ditentukan dengan melakukan pengukuran terhadap daya listrik yang dikeluarkan

dari pemanas.

Sebagi contoh lain, yakni pemanasan air dengan mengalirkan air itu melalui

pipa panas. Perpindahan kalor konveksi dari dinding pipa ke air dapat ditentukaan

dengan mengukur laju lairan massa airdan suhu-suhu masuk dan keluaran dari

bagian pipa yang dipanaskan. Energi yang diterima air tentu sama dengan

perpindahan kalor dari pipa, jika bagian luar pipa itu diisolasi dan tidak aa

kehilangan yang terjadi.

Konduktivitas termal dapat diklasifikasikan sebagai suatu sifat transpor

(transport property) karena memebri petunjuk tentang transpor energi di dalam

2
fluida atau zat padat. Dalam gas dan zat cair transpor energi itu berlangsung

melalui gerakan molekul, sedang dalam zat padat transpor energi oleh elektron

bebas dan getaran kisilah yang penting. Viskositas fluida juga diklasifikasikan

sebagai suatu sifat transpor, karena bergantung pada transpor momentum yang

terjadi sebagai akibat gerakan molekul dalm fluida. Pengukuran perpindahan

kalor termasuk di dalam judul umum kalorimeter.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 Viskositas

Viskositas (kekentalan) dapat diartikan sebagai suatu gesekan di dalam cairan

zat cair. Kekentalan itulah maka diperlukan gaya untuk menggerakkan suatu

permukaan untuk melampaui suatu permukaan lainnya, jika diantaranya ada

larutan baik cairan maupun gas mempunyai kekentalan air lebih besar daripada

gas, sehingga zat cair dikatakan lebih kental daripada gas.

Viskositas juga merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan

besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka

makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam

fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara

molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat

tumbukan antara molekul gas.

Koefisien viskositas fluida atau disingkat sebagai perbandingan

tegangan luncur F/A. Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan vdalam

suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya η, maka benda tersebut akan

mengalami gaya gesekan fluida sebesar Fs = k η v, dengan k adalah konstanta

yang bergantung pada bentuk geometris benda. Berdasarkan perhitungan

laboratorium, pada tahun 1845, Sir George Stokes menunjukkan bahwa untuk

benda yang bentuk geometrisnya berupa bola nilai k = 6 π r. Bila nilai

dimasukkan ke dalam persamaan, maka diperoleh persamaan seperti berikut.

Fs = 6 π η rv

Persamaan di atas selanjutnya dikenal sebagai hukum Stokes.

4
Keterangan:

Fs : gaya gesekan stokes (N), η : koefisien viskositas fluida (Pa s), r : jari-jari bola

(m), v : kelajuan bola (m/s)

Cara mengukur viskositas

Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan

viskometer.

Ada beberapa viscometer yang sering digunakan untuk menentukan viskositas


suatu larutan, yaitu :

1. Viskometer ostwald

2. Viskometer Hoppler

3. Viskometer Cup and Bo

4. Viskometer Cone and Plate (Brookefield)

1. Viskometer ostwald

 Viskometer Ostwald yaitu dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan


bagi cairan dalam melewati 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui
viskometer Ostwald.

 Untuk mengkalibrasi viskometer Ostwald adalah dengan air yang sudah


diketahui tingkat viskositasnya.

 Cara penggunaannya adalah :

1. pergunakan viskometer yang sudah bersih.

2. Pipetkan cairan ke dalam viskometer dengan menggunakan


pipet.

3. Lalu hisap cairan dengan menggunakan pushball sampai


melewati 2 batas.

4. Siapkan stopwatch , kendurkan cairan sampai batas pertama lalu


mulai penghitungan.

5. Catat hasil, Dan lakukan penghitungan dengan rumus.

5
6. Usahakan saat melakukan penghitungan kita menggenggam di
lengan yang tidak berisi cairan.

2. Viskometer Hoppler

 Viskositas dapat juga ditentukan dengan cara hoppler, berdasarkan hukum


stokes (berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair).

 Prosedur Kerja Dengan Viskosimeter Hoppler

1. Ukur diameter bola


2. Timbang massa bola
3. Ukur panjang tabung viscometer dari batas atas - batas bawah
4. Tentukan massa jenis masing- masing cairan
5. Ukur temperature alat viskositas Hoppler
6. Isi tabung dengan aquades dan dimasukkan bola
7. Pada saat bola diatas, stopwatch dihidupkan
8. Pada saat bola dibawah, stopwatch dimatikan
9. Catat waktu bola jatuh dari batas atas sampai batas bawah
10. Tabung dibalik
11. Ulangi prosedur 3 – 6 sebanyak 3 kali berturut- turut, pada
temperature lain dan cairan yang lain
3. Viskometer Cup and Bob

 Dalam viskometer ini sampel dimasukkan dalam ruang antara dinding luar
bob/rotor dan dinding dalam mangkuk (cup) yang pas dengan rotor tersebut.
Berbagai alat yang tersedia berbeda dalam hal bagian yang berputar, ada alat
dimana yang berputar adalah rotornya, ada juga bagian mangkuknya yang
berputar.

 Alat viscotester adalah contoh viskometer dimana yang berputar adalah bagian
rotor. Terdapat dua tipe yaitu viscotester VT-03 F dan VT- 04 F :

1. VT -04 F digunakan untuk mengukur zat cair dengan viskositas tinggi,


2. VT-03F untuk mengukur zat cair yang viskositasnya rendah.

 Prinsip pengukuran viskositas dengan alat ini adalah cairan uji dimasukkan
kedalam mangkuk, rotor dipasang .kemudian alat dihidupkan. Viskositas zat
cair dapat langsung dibaca pada skala .

6
4. Viskometer Cone and Plate (Brookefield)

 Viscometer Cone/ Plate adalah alat ukur kekentalan yang memberikan


peneliti suatu instrumen yang canggih untuk menentukan secara rutin
viskositas absolut cairan dalam volume sampel kecil. Cone dan plate
memberikan presisi yang diperlukan untuk pengembangan data rheologi
lengkap.

 Ada beberapa hal yang mempengaruhi akurasi dari alat ini, misalnya:

1. Dipakai pada cone dan plate


2. ukuran sample
3. waktu yang dibutuhkan untuk memungkinkan sampel untuk
menstabilkan pada pelat sebelum terbaca
4. kebersihan kerucut dan plat
5. jenis bahan, tinggi atau rendah viskositas, ukuran partikel
6. tipe cone, cone rentang yang lebih rendah memberikan akurasi
yang lebih tinggi
7. shear rate ditempatkan untuk sampel

 Prosedur Kalibrasi untuk Cone/Plate Viscometer

1. Atur jarak antara cone spindle dengan plate sesuai dengan


Instruction Manual
2. Pilih viscosity standard yang akan memberikan nilai pembacaan
antara 10% hingga 100% dari Full Scale Range (FSR). Sebaiknya
pilih standard dengan nilai mendekati 100% FSR.
3. Masukkan sample ke dalam cup dan biarkan selama 15 menit
untuk mencapai suhu setting
4. Lakukan pengukuran dan catat hasilnya baik % Torque dan cP.

Catatan :
ü Spindle harus berputar minimum 5 putaran sebelum
pengukuran diambil.

ü Penggunaan standard pada rentang 5 cP s.d 5.000 cP


dianjurkan untuk instrument cone/plate. Jangan gunakan
viscsity standard diatas 5.000 cP.

7
 Toleransi dari viscometer Brookfield adalah 1% dari Full Scale Range (FSR).
FSR adalah nilai maksium yang mampu diukur oleh alat dengan kombinasi
setting Spindle dan Kecepatan putar spindle yang kita tetapkan. Sedangkan
toleransi dari cairan standard adalah 1% dari nilai viscosity cairan yang
bersangkutan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas :

1. Suhu

Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas

akan turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan

partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan

menurun kekentalannya.

2. Konsentrasi larutan

Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan

konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi

larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.

Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan

viskositasnya semakin tinggi pula.

3. Berat molekul solute

Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan

adanya solute yang berat akan menghambat atau member beban yang berat pada

cairan sehingga manaikkan viskositas.

4. Tekanan

Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.

8
 Pengukuran pH

pH suatu larutan ialah ukuran konsentrasi ion hidrogen CH, dn didefinisikan

oleh :

pH = Log CH

Dengan menyisipkan konstanta-konstanta dan menggunakan definisi pHh, didapat

∆vi = -1,98 x 10-4 T ( satuan pH )

Oleh karena tahanan membran gelas sangat tinggi dipergunakan penguat arus searah

dengan impedans-masuka tinggi.

Prinsip kerja alat pengukur pH

Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro


kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane
gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang
tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi
dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut
akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau diistilahkan dengan
potential of hidrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan suatu elektroda
pembanding. Sebagai catatan, alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur
tegangan.

 Pengukuran Konduktivitas Larutan

Daya Hantar Listrik Suatu Larutan

Daya hantar ini bergantung pada jenis dan konsentrasi lain yang ada di dalam larutan.

Menurut hukum Ohm, arus (I) berbanding lurus dengan gaya listrik (E), yang
digunakan tetapi berbanding terbalik dengan tahanan listrik (R).

I = E/R

G = I/R

9
Daya hantar listrik (G) berbanding terbalik dengan tahanan sehingga mempunyai
satuan ohms (ohm-1) atau Siemens (S).

Bila arus listrik dialirkan ke suatu larutan melalui dua elektroda, maka daya hantar
listrik berbanding lurus dengan luas bidang elektroda (A) dan berbanding terbalik
dengan jarak kedua elektroda (l).

G = 1/R = K.A/l

A/l = tetapan sel

K = konduktivitas ( ohm cm-1 atau Scm-1 )

Daya hantar suatu zat terlarut disebut daya hantar molar (L) yang bergantung pada
konsentrasi larutan.

L = 1000.K/C ( S mol-1 )

Kegunaan dalam kehidupan sehari hari

1. Larutan Elektrolit
 Oralit

 Akumulator (accu, aki)

 Garam dapur

 Air laut

 Jeruk Nipis

2. Larutan Non Elektrolit



 Gula
 Urea
 Alkohol
 Air Suling
 Sabun

10
MAKALAH INSTRUMENTASI DAN KONTROL

PENGUKURAN SIFAT TRANSPORT

DISUSUN OLEH

AHMAD ARIF HIDAYAH (061740411833)

KELAS : II EGD

DOSEN PEMBIMBING : IDA FEBRIANA,S.Si.,MT

JURUSAN TEKNIK ENERGI


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2018

11

Anda mungkin juga menyukai