Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

TUGAS KHUSUS
MENGHITUNG EFISIENSI THERMAL OIL BOILER DENGAN
METODE INDIRECT
4.1. Pendahuluan
4.1.1 Latar belakang
PT Argha Karya Prima Industry Tbk, atau lebih dikenal dengan Argha,
terbentuk pada tahun 1980, merupakan pelopor pada industri kemasan fleksibel di
Indonesia. Saat ini, Perseroan memiliki total kapasitas produksi terpasang yang
mencapai hampir 132.500 ton per tahun. Produk utama yang dihasilkan Perseroan
adalah kemasan fleksibel plastik film jenis BOPP (Biaxially Oriented
Polypropylene) dan BOPET (Biaxially Oriented Polyethylene Terepthalate) atau
Polyester. Semakin meningkatnya kapasitas produksi menyebabkan kebutuhan
sumber energi baik panas, listrik, dan air juga akan ikut meningkat, sehingga
diperlukan suatu metode untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dari setiap alat
yang berfungsi sebagai sumber penghasil energi tersebut.
Berbagai jenis peralatan yang terintegrasi satu sama lain digunakan untuk
menunjang kebutuhan energi pada proses. Salat satu peralatan utama yang
digunakan sebagai sumber energi panas untuk menunjang proses produksi BOPP
dan BOPET adalah thermal oil boiler yang berada pada departemen utilitas di unit
boiler 1. Alat ini digunakan untuk menghasilkan energi panas dengan menggunakan
bahan bakar batubara dan pelumas (Gulf Thermal Oil) sebagai media transfer
panas. Sistem coal fired boiler terdiri dari hooper feeder, stoker, swing chute, FD
fan, ID fan, Secondary fan, Furnance, Coil, Dust Collector, Oven Pallet System,
dan Chimney.
Kinerja boiler akan berkurang seiring waktu karena adanya pengotor pada
furnance, pembakaran yang tidak sempurna, operasi dan maintenance yang kurang
baik, dan kualitas bahan bakar yang buruk sehingga menyebabkan proses
perpindahan panas tidak maksimal. Pengujian efisiensi membantu untuk
mengetahui sejauh mana efisiensi boiler, sehingga dapat dilakukan evaluasi
terhadap kinerja dari boiler tersebut. Oleh karena penulis tertarik untuk mengangkat
judul “Menghitung Efisiensi Thermal Oil Boiler dengan Metode Indirect” sebagai
judul tugas khusus pada kerja praktek ini.

4.1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja peralatan yang terintegrasi pada sistem Thermal Oil Boiler?
2. Bagaimana prinsip kerja Thermal Oil Boiler?
3. Apa saja komposisi bahan bakar yang digunakan pada Thermal Oil Boiler?
4. Bagaimana perhitungan efisiensi Thermal Oil Boiler dengan metode
Indirect?

4.1.3. Tujuan

1. Mengetahui peralatan apa saja yang terintegrasi pada sistem Thermal Oil
Boiler.
2. Mengetahui prinsip kerja dari Thermal Oil Boiler.
3. Mengetahui komposisi bahan bakar yang digunakan pada Thermal Oil
Boiler.
4. Mengetahui perhitungan efisiensi Thermal Oil Boiler dengan metode
Indirect.

4.1.4. Manfaat
1. Sebagai bahan evaluasi kinerja sistem Thermal Oil Boiler.
2. Sebagai literatur mengenai deskripsi kerja pabrik flexible packaging
terkhusus pada sistem utilitas di unit Boiler.

4.2. Tinjauan Pustaka


4.2.1. Kebutuhan Panas Proses
Thermal Oil Boiler pada departemen utilitas PT Argha Karya Prima
Industry, Tbk memiliki kapasitas produksi panas sebesar 5.000.000 Kcal yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan panas pada 5 lane produksi yang ada. Batu
bara dibakar di boiler menghasilkan energi yang digunakan untuk memanaskan
minyak hingga temperatur 270 ºC yang dilewatkan melalui pipa di dalam boiler,
yang selanjutnya digunakan untuk proses pemanasan pada unit casting roll, MDO,
dan TDO. Temperature maksimal dari oli sebesar 320 ºC karena apabila lebih dari
temperature tersebut menyebabkan oli menjadi rusak.

4.2.2. Thermal Oil Boiler


Thermal oil boiler adalah boiler yang menggunakan fluida pemanas sejenis
minyak khusus sebagai pembawa panas, dimana minyak tersebut dipanaskan di
boiler kemudian disirkulasikan ke sistem. Thermal oil yang bertindak sebagai
pembawa panas,dipanaskan dalam pemanas dan disirkulasikan ke peralatan
pengguna. Disini fluida memindahkan panas untuk proses melalui penukar panas
yang kemudian fluidanya dikembalikan ke pemanas. Aliran fluida thermal pada
ujung pemakai dikendalikan oleh katup pengendali yang dioperasikan secara
pneumatis,berdasarkan suhu operasi. Pemanas beroperasi pada pembakaran bahan
bakar pada burner yang tinggi atau rendah tergantung pada suhu minyak yang
kembali yang bervariasi tergantung beban sistem. Pada thermal oil boiler tekanan
yang dibutuhkan sekitar 1 bar,mampu memanaskan fluida sekitar 300 0C.
Thermal oil boiler memliki effisiensi lebih besar dibanding steam boiler,
bahkan bisa mencapai 5% - 8% lebih besar dari pada steam boiler. Thermal oil tidak
membutuhkan water treatment seperti steam boiler sehingga tidak terjadi losses
seperti steam boiler yang memiiliki beberapa losses pada steam sistem seperti
blowdown losses sampai 5%, Evaporation losses 1% dan sebagainya.

4.2.2. Prinsip Kerja Thermal Oil Boiler


PT Argha Karya Prima Industry, Tbk memiliki 2 buah thermal oil boiler
dengan kapasitas sama yaitu sebesar 5.000.000 Kcal. Perbedaannya hanya terletak
pada alat transportasi menuju ke pengumpan batubara (feeder) untuk masuk
kedalam furnance. Pada unit boiler 1 menggunakan bucket elevator sedangkan
untuk unit boiler 2 menggunakan belt conveyor. Jenis boiler yang digunakan sama
yaitu boiler thermal oil bertipe Alstom VT-50, dimana boiler ini dilengkapi dengan
ruang pembakaran (furnance). Bahan bakar yang digunakan berupa batubara jenis
sub bituminous atau dikenal dengan sebutan nut dengan nilai kalor sebesar 6200
kcal. Proses pembakaran terjadi di ruang bakar (furnance) dengan bantuan alat
penggerak berupa stoker dan chain gate, dan suplai udara yang masuk kedalam
ruang bakar menggunakan FD fan. Pada alat ini tidaklah menghasilkan steam
seperti alat boiler pada umumnya, namun alat ini hanya berfungsi menaikan
temperature. Fluida cair sebagai media transfer panas berupa pelumas berjenis gulf
thermal oil. Pelumas ini dapat digunakan pada kondisi operasi temperatur tinggi
sekitar 300-350 0C sehingga menunjang proses transfer panas pada lane produksi.
Prinsip kerja boiler ini adalah memanaskan pelumas yang berada didalam
coil secara continue dengan memanfaatkan panas hasil pembakaran batubara
didalam furnance, sehingga akan terjadi kenaikan temperatur fluida dari 260-270
0
C sesuai dengan kebutuhan lane produksi. Pelumas yang masuk kedalam coil
memiliki kecepatan sebesar 300 m3 / jam dengan bantuan 2 pump oil dengan kondisi
operasi tekanan 4-5 bar. Pelumas dari lane produksi yang telah di manfaatkan
panasnya akan dipompakan kembali ke storage tank untuk dipanaskan kembali,
apabila terjadi losses pada saat transport maka expantion tank akan berfungsi
sebagai make up pelumas sebanyak jumlah yang hilang.

Gambar 4.1. Diagram Alir proses di unit Boiler 1


(Sumber : Control Room Unit Boiler 1 PT Argha Karya Prima Industry Tbk)
4.2.4. Perpindahan Panas pada Boiler
Boiler harus didesain untuk menghasilkan jumlah panas yang maskimal untuk
menghasilkan operasi yang efisien. Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar dan udara pada combustion chamber boiler ditransmisikan ke fluida yang
akan dipanaskan melalui suatu bidang panas atau heating surface pada suatu
instalasi boiler. Panas ini ditransmisikan dalam tiga cara, yaitu: pancaran
(radiation), aliran (convection), dan rambatan (conduction). Persentasi masing-
masing cara perpindahan panas tersebut tergantung dari desain boiler sebelumnya.
a) Perpindahan panas secara pancaran (radiation)
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas antara
suatu benda ke benda yang lain dengan jalan melalui gelombang-
gelombnag elektromagnetik tanpa tergantung kepada ada atau tidak
adanya media diantara benda yang menerima pancaran panas tersebut.
Molekul-molekul api yang merupakan hasil pembakaran bahan bakar
batubara dan udara akan menyebabkan terjadinya gangguan
keseimbangan elektromagnetis terhadap media sehingga panas hasil
pembakaran tersebut dapat terasa jika mendekati boiler tersebut.
b) Perpindahan panas secara aliran (convection)
Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang
dilakukan oleh molekul-molekul suatu fluida (cair maupun gas). Molekul-
molekul fluida tersebut bergerak bebas membawa sejumlah panas masing-
masing (q) joule. Pada saat molekul fluida tersebut menyentuh dinding
atau pipa boiler maka panasnya dibagikan sebagian kepada dinding atau
pipa boiler, sedangkan sebagian lagi dibawa molekul pergi. Gerakan-
gerakan molekul yang bebas tersebut disebabkan karena perbedaan
temperatur di dalam fluida itu sendiri.
c) Perpindahan Panas Secara Rambatan (Conduction)
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas dari
suatu bagian benda padat kebagian lain dari benda padat yang sama atau
dari benda padat yang satu ke benda padat yang lain karena terjadinya
persinggungan fisik (kontak fisik atau menempel) tanpa terjadinya
perpindahan panas molekul-molekul dari benda padat itu sendiri. Di
dalam dinding boiler, panas akan dirambatkan oleh molekul-molekul
dinding boiler bagian dalam yang berbatasan dengan api hasil pembakaran
batubara, menuju ke molekul-molekul dinding boiler bagian luar yang
berbatasan dengan pelumas.
4.2.4. Efisiensi Boiler
Efisiensi adalah sebuah besaran yang menunjukkan hubungan antara supply
energi masuk ke dalam boiler dengan energi keluaran yang dihasilkan oleh boiler.
Efisiensi pada boiler dapat didefinisikan ke dalam tiga cara yaitu, efisiensi
pembakaran, efisiensi termal, dan efisiensi bahan bakar.
1. Efisiensi Pembakaran
Kemampuan sebuah burner untuk membakar keseluruhan bahan bakar
yang masuk ke dalam ruang bakar (furnace) boiler. Efisiensi tipe ini
dihitung dari jumlah bahan bakar yang tidak terbakar bersamaan dengan
jumlah udara sisa pembakaran (excess air). Pembakaran boiler dapat
dikatakan efisien apabila tidak ada bahan bakar yang tersisa di ujung
keluaran ruang bakar boiler, begitu pula dengan jumlah udara sisa.
Untuk mendapatkan efisiensi pembakaran yang tinggi, burner dan
ruang bakar boiler harus didesain seoptimum mungkin. Di sisi lain
perbedaan penggunaan jenis bahan bakar juga mempengaruhi efisiensi
pembakaran. Diketahui bahwa bahan bakar cair dan gas (seperti LNG dan
HSD) menghasilkan efisiensi pembakaran yang lebih tinggi jika
dibandingkan bahan bakar padat seperti batubara.
Efisiensi pembakaran boiler dapat dihitung dengan mengurangi jumlah
total energi panas yang dilepas oleh pembakaran dengan energi panas
yang lolos melewati stack (cerobong asap), dibagi dengan total energi
panas.
𝑄 𝑖𝑛 − 𝑄 𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠
ηcombustion =  100%
𝑄 𝑖𝑛
Keterangan
ηcombustion : Efisiensi pembakaran boiler (%)
Qin : Energi panas total hasil pembakaran (kalori atau joule)
Qlosses : Energi panas lolos melewati cerobong asap (kalori atau joule)
2. Efisiensi Termal
Menunjukkan bagaimana performa suatu boiler dalam hal fungsinya
sebagai heat exchanger. Perhitungan efisiensi ini akan menunjukkan
seefektif apa perpindahan energi panas dari proses pembakaran bahan
bakar ke fluida baik air maupun pelumas. Namun perhitungan efisiensi ini
tidak terlalu akurat, karena tidak memperhitungkan kerugian panas radiasi
maupun konveksi yang tidak terserap oleh fluida. Selain itu, perhitungan
efisiensi termal boiler tidak bisa digunakan untuk analisa ekonomis, sebab
perhitungan ini tidak memperhatikan secara teliti jumlah bahan bakar
yang dikonsumsi.
3. Efisiensi Bahan Bakar
Perhitungan efisiensi bahan bakar boiler memperhatikan efektifitas
boiler sebagai heat exchanger (efisiensi termal) dan juga memperhatikan
adanya losses (kerugian) akibat adanya perpindahan panas radiasi dan
konveksi. Efisiensi bahan bakar boiler memperhatikan dengan sangat
teliti jumlah konsumsi bahan bakar yang digunakan, sehingga sangat tepat
digunakan sebagai bahan analisa ekonomis boiler.

British Standard BS845: 1987 dan USA Standard ASME PTC 4.1.
menjelaskan metode dan kondisi di mana boiler harus diuji untuk menentukan
efisiensinya. Agar pengujian dapat dilakukan, boiler harus dioperasikan di
bawah kondisi beban tetap (umumnya muatan penuh) untuk periode satu jam
setelah itu pembacaan akan diambil selama jam berikutnya dari operasi stabil
(steady state) untuk memungkinkan efisiensi dihitung. Pada dasarnya efisiensi
Boiler dapat diuji dengan metode berikut:
1. Metode Langsung
Membandingkan secara langsung energi panas yang diserap oleh
fluida kerja sehingga berubah fase menjadi uap air atau mangalami
kenaikan suhu pada hot thermal oil (energi output), dengan energi panas
yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar di dalam ruang bakar boiler
(energi input).
Gambar 4.2. Blok Diagram Efisiensi Boiler Metode Direct
(Sumber : Energy Performance Assessment of Boilers )
Rumusan sederhana dari perhitungan metode langsung adalah sebagai
berikut:

𝑄ℎ𝑜𝑡 𝑡ℎ𝑒𝑟𝑚 𝑜𝑖𝑙


𝜂𝑓𝑢𝑒𝑙 = × 100%
𝑄𝑓𝑢𝑒𝑙
𝑄 × (ℎ𝑔 − ℎ𝑓)
= × 100%
𝑞 × 𝐺𝐶𝑉
Keterangan:
η fuel = Efisiensi bahan bakar boiler (%)
𝑄 hot therm oil = Energi panas total yang diserap therm oil (kalori; Joule)
𝑄 = Debit therm oil keluar boiler (kg/jam)
ℎ𝑔 = Entalpi therm oil keluar boiler (kcal/kg)
ℎ𝑓 = Entalpi therm oil masuk boiler (kcal/kg)
𝑄 fuel = Energi panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
(kalori; Joule)
q = Debit kebutuhan bahan bakar (kg/jam)
GCV = Gross Calorific Value atau nilai kalor spesifik bahan
bakar (kcal/kg)
2. Metode Tidak Langsung
Efisiensi ini adalah perbedaan antara kerugian dan input energi.
Kerugian dari metode langsung dapat diatasi dengan metode ini, yang
menghitung berbagai kehilangan panas yang terkait dengan boiler.
Efisiensi dapat dicapai dengan mengurangi fraksi kehilangan panas.
Keuntungan penting dari metode ini adalah bahwa kesalahan dalam
pengukuran tidak membuat perubahan signifikan dalam efisiensi. Jadi
jika efisiensi boiler adalah 90%, maka kesalahan 1% dalam metode
langsung akan menghasilkan perubahan efisiensi yang signifikan. Yaitu
90 ± 0,9 = 89,1 hingga 90,9. Dalam metode tidak langsung, kesalahan
1% dalam pengukuran kerugian akan menghasilkan :
Efisiensi = 100 - (10 ± 0,1) = 90 ± 0,1 = 89,9 hingga 90,1.
Yang dimaksud dengan perhitungan efisiensi boiler tak langsung
adalah perhitungan yang tidak langsung melibatkan komponen utama
rumusan efisiensi boiler yakni energi output dan input, melainkan
dengan jalan menghitung kerugian-kerugian (losses) yang ada.

Gambar 4.3.Blok Diagram Efisiensi Boiler Metode Indirect


(Sumber : Energy Performance Assessment of Boilers)
Kerugian berikut ini berlaku untuk boiler berbahan bakar cair, gas, dan
padat:
LI = Kerugian karena dry flue gas (panas sensibel)
L2 = Kerugian karena hydrogen di bahan bakar (H2)
L3 = Kerugian karena moisture content di bahan bakar (H2O)
L4 = Kerugian karena moisture content di udara (H2O)
L5 = Kerugian karena carbon monoxide (CO)
L6 = Kerugian karena radiasi permukaan, konveksi, dan perhitungan
lainnya *
*Kerugian yang tidak signifikan dan sulit di ukur
Kerugian berikut berlaku untuk boiler berbahan bakar padat selain di atas.
L7 = Kerugian yang tidak terbakar dalam fly ash (Carbon)
L8 = Kerugian yang tidak terbakar dalam bottom ash (Carbon)
Efisiensi Boiler dengan metode indirect
= 100 – (L1 + L2 + L3 + L4 + L5 + L6 + L7 + L8)

4.3. Metodologi
4.3.1. Pelaksaan Tugas Khusus
Secara keseluruhan tahap-tahap yang dilakukan selama melakukan tugas
khusus adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran dan pemahaman teori proses dari buku-buku literatur.


2) Pemahaman flowsheet.
3) Observasi langsung ke lapangan.
4) Evaluasi ke pembimbing lapangan.
5) Pengumpulan data.
6) Pengolahan data.
7) Evaluasi hasil ke pembimbing lapangan.
4.3.2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh melalui data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari EHS (Environment Health and safety), Central Control Room
(CCR), QA dan data sekunder diperoleh melalui study literatur dari berbagai
sumber seperti buku dan internet.
4.3.3. Pengolahan Data
Berdasarkan data yang terkumpul, dilakukan pengolahan data yang diambil
pada tanggal 17 Januari 2019 pukul 14:00 WIB, dengan menggunakan metode
perhitungan indirect standar asme 4.1.
4.3.3.1. Perhitungan Efisiensi Thermal Oil Boiler
Perhitungan Efisiensi pada thermal oil boiler merupakan perhitungan untuk
mengetahui unjuk kerja dari boiler tersebut sehingga dapat dilakukan
evaluasi. Untuk menghitung efisiensi boiler dengan metode indirect, semua
kerugian yang terjadi pada boiler harus ditetapkan. Kerugian ini terkait
dengan jumlah bahan bakar yang terbakar. Dengan cara ini, mudah untuk
membandingkan kinerja berbagai boiler dengan peringkat yang berbeda.

4.4. Hasil dan Pembahasan


4.4.1. Hasil
4.4.1.1. Data Pengamatan
 Fuel firing rate = 416,66 kg / jam
 Flow rate Oli = 300 m3 / jam
 Temperatur Oli yang masuk = 259,28 °C
 Temperatur Oli yang keluar = 266,44 °C
 Temperatur Flue Gas rata-rata = 328,81 °C
 Temperatur Surface = 57,34 °C
 % CO2 di dalam Flue Gas = 13
 % CO di dalam Flue Gas = 0,5
 Temperatur Ambient = 31 °C
 Luas Permukaan Total dari Boiler = 12,56 m2
 Kelembaban udara = 0.0204 kg / kg dry air
 Kecepatan angin di sekitar Boiler = 2,7 m/s
 GCV bottom ash = 700 kcal / kg
 GCV fly ash = 150 kcal / kg
 Perbandingan bottom ash dan fly ash = 93 : 7
 Analisa Bahan Bakar Batubara

Komponen %
C 63,73%
H2 2,14%
N2 1,26%
O2 14,08%
S 0,7%
H2O 10,05%
Ash 8,04%
Total 100,00%

Tabel 4.1 Komposisi Batubara Ultimat Analisis


(Sumber : COA dan EHS PT. Argha Karya Prima Industry Tbk).

 GCV Batubara = 6010 kcal / kg


4.4.1.2. Data Perhitungan
Tahap 1: Mengitung kebutuhan udara teoritis
= [(11,43 x C) + [{34,5 x (H2 – O2/8)} + (4,32 x S)]/100 kg/kg batubara

= [(11,43 x 63,73) + [{34,5 x (2,14 – 14,08/8)} + (4,32 x 0,7)]/100 kg/kg batubara


= 7,55 kg udara/kg batubara

Tahap 2: Menghitung % CO2 teoritis


𝑀𝑜𝑙 𝐶
(% CO2)t =
𝑀𝑜𝑙 𝐶+𝑀𝑜𝑙 𝑁2
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑁2 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑁2 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐵𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
Mol N2 = +
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑁2 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑁2
77
7,55 𝑘𝑔 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎/𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 × 0,0126
100
,= +
28 𝑘𝑔/𝑚𝑜𝑙 28 𝑘𝑔/𝑚𝑜𝑙

= 0,2080
0,6373
Mol C =
12
= 0,0531
0,0531
(% CO2)t =  100 %
0,2080 + 0,0531
= 20,33 %
Tahap 3: Menghitung persen udara berlebih yang dipasok (EA)
CO2 aktual di dalam flue gas = 13.5%
7900 × [ (𝐶𝑂2%)𝑡 − (𝐶𝑂2%)𝑎
𝐸𝑥𝑐𝑒𝑠𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑢𝑝𝑝𝑙𝑖𝑒𝑑 (𝐸𝐴) =
(𝐶𝑂2%)𝑎 × [100 − (𝐶𝑂2%)𝑡
7900 × [20,33 − 13,5]
=
13,5 × [100 − 20,33]
= 𝟓𝟎, 𝟏𝟔 %
Tahap 4: Menghitung massa udara sebenarnya yang dipasok/kg fuel (AAS)
AAS/kg bahan bakar = [1 + EA/100] × Udara Teoritis (AAS)
50,16
= [1 + ]  7,55 kg udara/kg coal
100

= 11,33 𝑘𝑔 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎/𝑘𝑔 𝑐𝑜𝑎𝑙


Tahap 5: Memperkirakan seluruh kehilangan panas (Heat losses)
1. Persentase kehilangan panas karena gas kering cerobong (L1)
m  cp  (𝑇𝑓 − 𝑇𝑎)
% kehilangan panas gas buang kering =  100 %
𝐺𝐶𝑉 𝐵𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎

m = massa CO2 + massa SO2 + massa N2 + massa O2


𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝐶 44 𝑆 64 77 23
= ( × 𝑚𝑜𝑙 ) + ( × 𝑚𝑜𝑙 ) + (𝐴𝐴𝑆 × ) + ([𝐴𝐴𝑆 − 𝑇𝐴] × )
100 𝑔𝑟 100 𝑔𝑟 100 100
12 32
𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
63,73 44 0,7 64 77 23
=( × )+( × ) + (11,33 × ) + ([11,33 − 7,55) × )
100 12 100 32 100 100
= (2,3367 + 0,014 + 8,7241 + 0,0126 + 0,8694) kg / kg coal

= 11,9568 𝑘𝑔/𝑘𝑔 𝑐𝑜𝑎𝑙

Flue gas pada temperature 328,81 °C terdiri atas CO2, SO2, N2, dan O2 sehingga
masing-masing specific heat dihitung sebagai berikut :
328,81 − 300
𝐶𝑝 𝐶𝑂2 = 11,23 + (11,78 − 11,23) (𝐻𝑜𝑢𝑔𝑒𝑛, 1959)
400 − 300

𝐶𝑎𝑙 1 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝑐𝑎𝑙⁄𝑘𝑔 °𝐶


= 11,39 × ×
𝑔𝑚𝑜𝑙 °𝐶 44 𝑔𝑟 1 𝐶𝑎𝑙⁄𝑔𝑟 °𝐶
𝑘𝑐𝑎𝑙
= 0,258
𝑘𝑔 °𝐶
328,81 − 300
𝐶𝑝 𝑆𝑂2 = 10,59 × (10,91 − 10,59)
400 − 300
𝑘𝑐𝑎𝑙⁄
𝑐𝑎𝑙 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝑔 °𝐶
= 10,68 × ×
𝑔𝑚𝑜𝑙 °𝐶 64 𝑔𝑟 1 ⁄ 𝑐𝑎𝑙
𝑔𝑟 °𝐶

𝑘𝑐𝑎𝑙
= 0,166
𝑘𝑔 °𝐶
328,81 − 300
𝐶𝑝 𝑁2 = 7,04 + (7,09 − 7,04)
400 − 300
𝑘𝑐𝑎𝑙⁄
𝑐𝑎𝑙 1 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝑔 °𝐶
= 7,05 × ×
𝑔𝑚𝑜𝑙 °𝐶 28 𝑔𝑟 1 𝑐𝑎𝑙⁄𝑔𝑟 °𝐶

𝑘𝑐𝑎𝑙
= 0,251
𝑘𝑔 °𝐶
328,81 − 300
𝐶𝑝 𝑂2 = 7,28 + (7,4 − 7,28)
400 − 300
𝑘𝑐𝑎𝑙⁄
𝑐𝑎𝑙 1 𝑔𝑚𝑜𝑙 1 𝑘𝑔 °𝐶
= 7,31 × ×
𝑔𝑚𝑜𝑙 °𝐶 32 𝑔𝑟 1 𝑐𝑎𝑙⁄𝑔𝑟 °𝐶

𝑘𝑐𝑎𝑙
= 0,228
𝑘𝑔 °𝐶
[(Cp CO2 ×m CO2)+(Cp SO2 ×m SO2)+(Cp N2 ×m N2)+(Cp O2 ×m O2)]×[Tf−Ta]
𝐿1 = × 100%
GCV coal

[(2,3367×0,258)+(0,166×0,014)+(0,288×0,8694)+(0,251×8,7367)] ×[328,81−31]
= × 100%
6010

2,99 𝑘𝑐𝑎𝑙/𝑘𝑔 ℃ × (328,81 − 31)℃


= × 100%
6010 𝑘𝑐𝑎𝑙/𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
= 𝟏𝟒, 𝟖𝟏 %
2. Persentase kehilangan panas akibat kandungan air di udara (L2)
𝐴𝐴𝑆 × 𝐻𝑢𝑚𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 × 𝐶𝑝 × (𝑇𝑓 − 𝑇𝑎)
𝐿2 = × 100%
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
𝑘𝑔 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑔 𝑘𝑐𝑎𝑙
11,33 ×0,0204 ×0,45 ×(328,81−31)℃
𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑔 𝑑𝑟𝑦 𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑔 ℃
= 𝑘𝑐𝑎𝑙 × 100%
6010
𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎

= 𝟎, 𝟓𝟏 %
3. Persentase kehilangan panas akibat kandungan air di bahan bakar (L3)
𝑀 × [584 + 𝐶𝑝 × (𝑇𝑓 − 𝑇𝑎)]
𝐿3 = × 100%
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
0,1005 × [584 + 0,45 𝑘𝑐𝑎𝑙⁄𝑘𝑔 ℃ × (328,81 − 31)℃]
= × 100%
6010 𝑘𝑐𝑎𝑙⁄𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎

= 𝟏, 𝟐 %
4. Persentase kehilangan panas karena sebagian C menjadi CO2 (L4)
%𝐶𝑂 × 𝐶 5744
𝐿4 = × × 100%
%𝐶𝑂 + (%𝐶𝑂2 )𝑎 𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
0,5 + 0,6373 5744
= × × 100%
0,5 + 13,5 6010
= 𝟐, 𝟏𝟕 %
5. Persentase kehilangan panas akibat konveksi dan radiasi (L5)
𝑇𝑠 4 𝑇𝑎 4
𝐿6 = 0,548 × [( ) −( ) ] + 1,957 × (𝑇𝑠 − 𝑇𝑎)1,25 × 𝑠𝑞. 𝑟𝑡
55,55 55,55
𝑜𝑓 [(196,85𝑉𝑚 + 68,9 )/68,9]
330,34 4 304 4
= 0,548 × [( ) −( ) ] + 1,957 × (330,34 − 304)1,25
55,55 55,55
× 𝑠𝑞. 𝑟𝑡 [((196,85 × 2,7) + 68,9)/68,9]
= 538,5 𝑤/𝑚²
𝑘𝑐𝑎𝑙
𝑤 0,86 𝑗𝑎𝑚
= 538,5 ×
𝑚² 1𝑤
𝑘𝑐𝑎𝑙
= 463,11
𝑚² 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑐𝑎𝑙
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑘𝑠𝑖 = 463,11 × 12,56 𝑚2
𝑚2 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑐𝑎𝑙
= 5816,6616
𝑗𝑎𝑚

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑘𝑠𝑖


% ℎ𝑒𝑎𝑡 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑘𝑠 = × 100%
𝐺𝐶𝑉 𝑐𝑜𝑎𝑙 × Fuel firing rate

5816,6616 𝑘𝑐𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 × 100%


=
𝑘𝑔
6010 𝑘𝑐𝑎𝑙⁄𝑘𝑔 × 416,66 ⁄𝑗𝑎𝑚

= 𝟎, 𝟐𝟑 %

6. Persentase kehilangan panas akibat fly ash yang tak terbakar (L6)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑏𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑢𝑚𝑝𝑢𝑙
⁄𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 × 𝐺𝐶𝑉 𝑓𝑙𝑦 𝑎𝑠ℎ
𝐿6 =
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 𝑎𝑠ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑓𝑙𝑦 𝑎𝑠ℎ = 93 ∶ 7
𝐴𝑠ℎ 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛𝑡 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 = 8,04 %
𝐺𝐶𝑉 𝑓𝑙𝑦 𝑎𝑠ℎ = 150 𝑘𝑐𝑎𝑙/𝑘𝑔
𝑓𝑙𝑦 𝑎𝑠ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 = 0,07 × 0,0804
𝑘𝑔
= 0,005628
𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
𝑘𝑔 𝑘𝑐𝑎𝑙
𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑓𝑙𝑦 𝑎𝑠ℎ = 0,00568 × 150
𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑔
𝑘𝑐𝑎𝑙
= 0,8442
𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
𝑘𝑐𝑎𝑙 1
𝐿6 = 0,8442 × × 100%
𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 6010 𝑘𝑐𝑎𝑙
𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
= 𝟎, 𝟎𝟏𝟒 %
7. Persentase kehilangan panas akibat bottom ash yang tak terbakar (L7)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑏𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑢𝑚𝑝𝑢𝑙
⁄𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 × 𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 𝑎𝑠ℎ
𝐿7 =
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 𝑎𝑠ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑓𝑙𝑦 𝑎𝑠ℎ = 93 ∶ 7
𝐴𝑠ℎ 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛𝑡 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 = 8,04 %
𝐺𝐶𝑉 𝑓𝑙𝑦 𝑎𝑠ℎ = 700 𝑘𝑐𝑎𝑙/𝑘𝑔
𝑓𝑙𝑦 𝑎𝑠ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 = 0,93 × 0,0804
𝑘𝑔
= 0,074772
𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
𝑘𝑔 𝑘𝑐𝑎𝑙
𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑓𝑙𝑦 𝑎𝑠ℎ = 0,074772 × 700
𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑔
𝑘𝑐𝑎𝑙
= 52,3404
𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
𝑘𝑐𝑎𝑙 1
𝐿7 = 52,3404 × × 100%
𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 6010 𝑘𝑐𝑎𝑙
𝑘𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
= 𝟎, 𝟖𝟕 %

Tahap 6: Menghitung estimasi efisiensi boiler

Input/Output Parameter kCal / kg of %


fuel
Heat Input in fuel = 6010 100
Various Heat losses in boiler
1. Heat loss dry flue gas = 890,081 14,81
2. Heat loss karena kandungan air = 30,651 0,51
dalam udara
3. Heat loss karena kandungan air = 72,12 1,20
dalam bahan bakar
4. Partial combustion of C to CO = 130,417 2,17
5. heat losses karena radiasi dan = 13,823 0,23
konveksi
6. Heat loss karena fly ash yang = 0,8414 0,014
tidak terbakar
7. Heat loss karena bottom ash = 52,287 0,87
yang tidak terbakar
Total Losses = 1190,2204 19,804
Boiler efficiency = 100 – (L1+L2+L3+L4+L5+L6+L7) = 80,196
4.5. Pembahasan
Dalam pabrik plastik, sistem utilitas sangat membantu dalam menunjang
segala keperluan proses produksi. Sistem thermal oil boiler sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan panas pada proses produksi BOPP dan BOPET. Kebutahan
panas ini berindikator perubahan temperature seperti pada proses streaching TDO
dan MDO, coating, metalizing yang memerlukan kondisi temperature tinggi.
Thermal oil boiler berfungsi menaikkan temperature oli yang digunakan sebagai
fluida penghantar panas sebesar 10 °C batas maksimumnya sesuai dengan
kebutuhan panas di setiap line produksi. Sehingga sistem boiler harus efektif dalam
proses peningkatan temperature oli inlet agar mengurangi konsumsi bahan bakar
batubara.
Dari data hasil perhitungan diketahui bahwa efisiensi pada thermal oil boiler
adalah 80,196 % pada pabrik PT Argha Karya Prima Industry Tbk. Sehingga
kemampuan boiler dapat dikategorikan baik terlihat dari jumlah bahan bakar yang
terkonversi untuk meningkatkan temperature sistem tersebut.

Anda mungkin juga menyukai