Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PEREKONOMIAN KEPULAUAN RIAU

DIAJUKAN SEBAGAI SATU DIANTARA SYARAT MEMENUHI TUGAS


TERSTRUKTUR MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

DOSEN : JUANDA ASTARANI, SE,M.SC, CSRS

OLEH :

TANIA

B1032171009

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta karunia-
nya kepada penulis. Sehingga penulis diberikan kesehatan dan kekuatan berhasil
menyusun laporan ini yang berjudul “Analisis Perekonomian Kepulauan Riau”. Laporan
ini penulis susun sebagai ketuntasan bagi materi yang sedang penulis pelajari saat ini.

Tujuan penulis menyusun laporan ini sebagai pegetahuan mengenai pertumbuhan ekonomi
kepulauan riau serta memberikan kemudahan yang dapat di terima oleh pembaca. penulis
mengharapkan saran dan kritik membangun yang ditunjukan demi kesempurnaan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi pembaca serta
menambah wawasan mengenai pertumbuhan perekonomian kepulauan riau.

Pontianak….

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------------------ i
Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------------------------- ii
Bab 1 Pendahuluan ------------------------------------------------------------------------------------- 1
1.1 Latar Belakang -------------------------------------------------------------------------------- 1
1.2 Rumusan Masalah ---------------------------------------------------------------------------- 1
1.3 Manfaat Penulisan ---------------------------------------------------------------------------- 1
Bab II Pembahasan ------------------------------------------------------------------------------------- 2
2.1 Perkembangan Makro Ekonomi Daerah -------------------------------------------------- 2
2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran ------------------------------------------- 2
2.1.1.1 Konsumsi Rumah Tangga --------------------------------------------------- 3
2.1.1.2 Investasi ------------------------------------------------------------------------ 4
2.1.1.3 Ekspor -------------------------------------------------------------------------- 5
2.1.1.4 Impor --------------------------------------------------------------------------- 6
2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha ---------------------------- 7
2.1.2.1 Sektor Industri Pengolahan ------------------------------------------------- 7
2.1.2.2 Sektor Konstruksi ------------------------------------------------------------- 7
2.1.2.3 Sektor Perdagangan Besar Dan Eceran, Resparasi Mobil Dan
Motor ------------------------------------------------------------------------- 8
2.1.2.4 Sektor Pertambangan Dan Penggalian ------------------------------------- 8
2.2 Perkembangan Keuangan Daerah --------------------------------------------------------- 9
2.2.1 Realisasi Pendapatan ------------------------------------------------------------------ 9
2.2.2 Realisasi Belanja ----------------------------------------------------------------------- 10
2.2.3 Anggaran Dan Realisasi Apbn Di Wilayah Kepri -------------------------------- 10
2.3 Perkembangan Inflansi Kepulauan Riau -------------------------------------------------- 11
2.3.1 Perkembangan Inflansi Menurut Kelompok Barang Dan Jasa ------------------ 11
2.3.1.1 Inflansi Tahunan (Yoy) ------------------------------------------------------ 11
2.3.1.2 Inflansi Triwulanan ----------------------------------------------------------- 12
2.3.2 Perkembangan Inflansi Menurut Kota ---------------------------------------------- 13
2.3.3 Disagregasi Inflansi-------------------------------------------------------------------- 13
2.3.3.1 Inflansi Volate Food ---------------------------------------------------------- 13
2.3.3.2 Inflansi Administraered Pices ----------------------------------------------- 14
2.3.3.3 Inflansi Inti--------------------------------------------------------------------- 14
2.3.4 Upaya Pengendalian Inflansi --------------------------------------------------------- 15
Bab III Penutup------------------------------------------------------------------------------------------ 17
3.1 Kesimpulan ------------------------------------------------------------------------------------ 17
3.2 Saran -------------------------------------------------------------------------------------------- 18
Daftar Pustaka ------------------------------------------------------------------------------------------- 19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekonomi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari


kehidupan manusia. Seiring perkembangan jaman, tentu kebutuhan terhadap
manusia bertambah oleh karena itu ekonomi secara terus-menerus mangalami
pertumbuhan dan perubahan. Perubahan yang secara umum terjadi pada
perekonomian yang di alami suatu negara seperti inflansi, pengangguran,
kesempatan kerja, hasil produksi, dan sebagainya. Jika hal ini ditangani dengan
tepat maka suatu negara mengalami keadaan ekonomi yang stabil, mempengaruhi
kesejahteraan kehidupan penduduk yang ada di negara tersebut.

Maka dari itu penulis akan menganalisi perekonomian kepulauan riau, yang
merupakan sebuat provinsi di Indonesia. Provinsi kepulauan riau berbatasan
dengan Vietnam dan kamboja di sebelah utara. Secara keseluruhan provinsi
kepulauan riau terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota, 52 kecamatan serta 299
kelurahan/desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil yang 30% belum
bernama dan berpenduduk. Ada pun luas wilayah sebesar 8.201,72km2, sekitar
95% merupakan lautan, dan hanya sekitar 5% daratan. Pada laporan ini penulis
akan menganalisis perkembangan makro ekonomi daerah, perkembangan keuangan
daerah, perkembangan inflansi kepulauan riau. Laporan yang di buat ini berjudul “
analis perekonomian kepulauan riau”.

1.2 rumusan masalah


1.2.1 bagaimana perkembangan ekonomi makro daerah?
1.2.2 bagaimana perkembangan keuangan daerah ?
1.2.3 bagaimana perkembangan inflans kepulauan riau?
1.3 manfaat penulisan
1.3.1 untuk mengetahui perkembangan ekonomi makro daerah
1.3.2 untuk mengetahui perkembangan keuangan daerah
1.3.3 untuk mengetaui inflansi kepulauan riau

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI DAERAH
Ekonomi kepri triwulan II 2018 tercatat sebesar 4,51% (yoy), menguat di
bandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,47% (yoy). Pertumbuhan
ekonomi kepri pada triwulan ini juga lebih tinggi dari capaian pertumbuhan pada triwulan
II tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 1,06% (yoy). Penguatan pertumbuhan ekonomi
kepri sejalan dengan perekonomian nasional yang juga tumbuh menguat 5,27% (yoy) pada
triwulan II kepri yang meningkat juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi kawasan
sumatera yang pada triwulan II 2018 tercatat tumbuh menguat 4,56% (yoy), lebih tingg
dari realisasi triwulan I sebesar 4,35% (yoy).

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran

Dari sisi pengeluaran, perekonomian kepri triwulan II 2018 didorong oleh


pertumbuhan investasi, konsumsi pemerintah serta membaiknya kontraksi net ekspor.
Sementara itu, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan di bandingkan triwulan
sebelumnya. Kinerja pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi pada triwulan
II 2018 tumbuh 7,68% (yoy), bersumber dari investasi bangunan maupun non-bangunan
oleh sektor swasta maupun pemerintah. Realisasi belanja modal pemerintah telah
mencapai 21,19% lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang hanya
terealisasi sebesar 14,10% dari pagu anggaran belanja modal. Konsumsi pemerintah
tumbuh 16,95% (yoy) terutama didorong dari pemberian tunjangn hari raya (THR) idul
fitri atau gaji ke 13 pada pegawai negri sipil (PNS) dan pensiunan PNS pada bulan juni
2018. Adapun net ekspor kepri masih mengalami kontraksi namun mengalami perbiakan
sebesar -5,72% (yoy) membaik dibandingkan triwulan I 2018 sebesar -6,65% (yoy).
Perbaikan kinerja net ekspor kepri di topang oleh membaiknya pertumbuhan total ekspor
yang tercatat sebesar 1,48% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi
sebesar -2,80% (yoy).

Ekonomi kepri pada triwulan III 2018 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 4,0%
- 4,4% (yoy) dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi di perkirakan akan disumbang
oleh penguatan investasi serta membaiknya kinerja konsumsi rumah tangga. Sementara
dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi di perkirakan akan didorong oleh

2
membaiknya kinerja sektor pertambangan dan penggalian serta industri pengolahan setelah
pada triwulan II 2018 mengalami perlambatan.

Table 1 Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Pengeluaran

Sumber : BPS (data diolah)

2.1.1.1 Konsumsi Rumah Tangga

Perayaan hari raya idul fitri yang jatuh pada triwulan II 2018 belum mampu
mendorong penguatan konsumsi masyarakat. Pada triwulan II 2018, pertumbuhan
konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 5,68% (yoy), lebih rendah dari triwulan I 2018
yang tumbuh 6,50% (yoy). Berdasarkan jenis barang yang dikonsumsi, baik konsumsi
makanan maupun non makanan tercatat melambat dengan pertumbuhan pada triwulan II
2018 masing-masing sebesar 4,89% (yoy) dan 6,22%(yoy)

Pelemahan konsumsi rumah tangga terkonfirmasi dari hasil survei konsumen yang
berada pada level pesimis. Secara rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) triwulan II
2018 tercatat sebesar 95,03 lebih rendah dibanding IKK triwulan sebelumnya sebesar
96,19 serta masih berada pada level pesimis (indeks di bawah 100). Indeks konsumsi
barang-barang kebutuhan tahan lama yang juga mengalami penurunan dari 101,00 pada
triwulan I 2018 menjadi 97,67 atau berada pada level pesimis merupakan indikasi bahwa

3
masyarakat mulai mengurangi kebutuhan tersiernya. Peningkatan penempatan dana
masyarakat di perbankan tercermin dari dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 4,65%
(yoy), meskipun masih lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,18%
(yoy).

Namun, laju perlambatan pada konsumsi rumah tangga dapat tertahan dengan
adanya faktor bulan ramadhan dan hari raya idul fitri, sejalan dengan peningkatan belanja
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan selama priode tersebut. Hal tersebut tercermin dari
penyaluran kredit konsumsi yang tumbuh 6,77% (yoy), sedikit meningkat di bandingkan
pertumbuhan pada triwulan I 2018 sebesar 6,61% (yoy). Konsumsi masing-masing sebesar
7,51% (yoy) dan 11,18% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh
masing-masing sebesar 3,80% (yoy) dan 9,39% (yoy).

Pada triwulan III 2018, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan meningkat.
Tingkat penghasilan masyarakat dan kebutuhan konsumsi masyarakat diperkirakan lebih
rendah seiring dengan berakhirnya bulan ramadhan dan hari raya idul fitri. Namun
konsumsi rumah tangga di perkirakan akan meningkat tercermin dari IKK juli 2018 yang
tercatat sebesar 109,58 lebih tinggi dari rata-rata ikk triwulan II 2018 sebesar 95,03 serta
berada pada level yang optimis (indeks di atas 100).

2.1.1.2 Investasi

Realisasi investasi tumbuh menguat baik dari sisi investasi bangunan maupun non
bangunan. Kinerja pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi triwulan II 2018
tumbuh 7,68% (yoy), menguat dari triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 6,49%
(yoy) berdasarkan jenis investasi, investasi bangunan tumbuh 6,58% (yoy), lebih baik dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,05% (yoy). Dilihat dari porsi belanja modal
pemerintahan, pos belanja modal terbesar pemerintah sampai dengan triwulan II 2018
adalah belanja modal dalam bentuk pembangunan jalan,irigasi dan jaringan serta gedung
dan bangunan. Investasi bangunan masih mendominasi pangsa investasi di kepri secara
keseluruhan yaitu sebesar 72,14% pada triwulan laporan. sementara itu, investai non
bangunan juga tumbuh 10,64% (yoy), meningkat dari triwulan I 2018 sebesar 7,65%
(yoy).

Investasi bangunan tumbuh menguat dupengaruhi oleh realisasi konstruksi


pemerintah dan swasta. Triwulan II 2018 sudah terealisasi sevesar 21,19%, lebih tinggi

4
dari triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya terealisasi sebesar 14,10%. Hasil
SKDU (Survey Kegiatan Dunia Usaha) sektor bangunan juga ikut mengonfirmasi adanya
peningkatan investasi bangunan yang tercermin dari kinerja perusahaan sektor konstruksi
triwulan II 2018 dengan STB ( Saldo Bersih Tertimbang) sebesar 9,35 lebih tinggi dari
SBT triwulan I 2018 sebesar – 1,02. Berdasarkan hasil liaison, pelaku usaha pada sektor
konstruksi dan real estate mengonformasi terjadinya peningkatan permintaan pembelian
properti sepanjang triwulan II 2018. Investasi non bangunan melanjutkan tren peningkatan
pertumbuhan tercermin dari impor barang modal yang tumbuh menguat.impor barang
modal seperti mesin baru dan alat angkut industri sepanjang triwulan sebelumnya tercatat
tumbuh 30,13%(yoy).

Optimisme sektor swasta dalam melakukan investasi di kepi juga terlihat dari
perbaikan kinerja penanaman modal asing (PMA) pada triwulan II 2018. Peningkatan
investasi terkonfirmasi dari pertumbuhan PMA yang mengalami perbaikan, dari
terkontraksi -30,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi kontraksi -19,11 (yoy) pada
triwulan II 2018. Penanaman modal dalam negri (PMDN) tercatat tumbuh 455,86% (yoy)
melambat, di bandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2018 sebesar 538,25%
(yoy) melambat, dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2018 sebesar
538,25% (yoy), dengan investasi terbesar terdapat pada sketor hotel dan restoran. Investasi
di perkirakan akan tumbuh menguat pada triwulan III 2018 ditopang oleh investasi swasta
yang meningkat seiring dengan implementasi sistem one single submission (OSS).

2.1.1.3 Ekspor

Total ekspor kepri membaik di topang oleh peningkatan pertumbuhan ekspor luar
negri, sementara ekspor antar provinsi masih melanjutkan kontraksi. Ekspor luar negri
triwulan sebelumnya sebesar 0,03% (yoy). Ekspor antar provinsi kembali mencatatkan
kontraksi sebesar -16,64% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumya yang
terkontraksi sebesar -6,30% (yoy). Secara keseluruhan, total ekspor mencatatkan
pertumbuhan sebesar 1,48% (yoy). Dilihat dari komponen pembentuknya, ekspor luar
negeri berkontribusi sebesar 63,43% terhadap total ekspor sementara antara provinsi
memiliki porsi 36,57%.

Membaiknya kinerja ekspor luar negeri di topang oleh pertumbuhan ekspor migas
maupun non migas. Ekspor migas kepri ada triwulan II 2018 tercatat tumbuh 61,05%
(yoy) menguat dari ekspor triwulan I 2018 yang tumbuh sebesar 11,24% (yoy).

5
Peningkatan ekspor komoditas migas bersumber ekspor hasil minyak dan gas alami yang
masing-masing tumbuh 57,52% (yoy) dan 67,88% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang
masing-masing terkontraksi 65,14% (yoy) dan tumbuh 31,12% (yoy).

Selain di topang oleh membaiknya kinerja ekspor migas, peningkatan ekspor luar
negri kepri juga bersumber dari kinerja ekspor non migas. Ekspor produk dari besi dan
baja tumbuh 232,27% (yoy), mengalami perbaikan yang cukup signifikan dari kinerja
ekspor triwulan I 2018 yang terkontraksi -7,52% pertumbuhan ekspor sepanjang triwulan
II 2018 yang tercatat menguat sebesar 10,01% (yoy), di bandingkan triwulan sebelumnya
yang terkontraksi sebesar -29,25% (yoy).

Memasuki triwulan III 2018, kinerja ekspor di perkirakan akan mengalami kontraksi
didorong oleh perlambatan kinerja ekspor luar negeri maupun ekspor antar provinsi.
Biodiesel B20 adalah bahan bakar minyak (BBM) mesin deisel dengan campuran 20%
minyak sawit dan 80% solar. Sebelumnya, pengunaan biodiesel masih untuk B15 atau
campuran 15% minyak sawit dan 85% solar. Penggunaan B20 ini diperkirakan akan
memberikan kontribusi mengurangi CO2 sebesar 6-9 juta ton per tahun.

2.1.1.4 Impor

Meskipun kinerja ekspor kepri membaik pada triwulan II 2018 tercatat mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan lalu. Impor luar negri kepri sepanjang triwulan II 2018
tumbuh 23,12% (yoy) , lebih tinggi dari triwulan lalu yang tercatat tumbuh 12,25% (yoy).
Secara keseluruhn, total impor mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,37% (yoy), lebih
tinggi di bandingkan priode sebelumnya yang terkontraksi -2,26% (yoy). Di lihat dari
komponen pembentuknya, impor luar negri berkontribusi sebesar 58,47% terhadap total
impor sementara impor provinsi memiliki porsi 41,53%.

Peningkatan impor luar negri di dorong oleh pertumbuhan impor migas maupun non
migas yang lebih tinggi. peningkatan impor migas kepri ini bersumber dari impor hasil
minyak dan gas alam yang masing-masing terkontraksi -19,39% (yoy) dan -13,72% (yoy).
Impor antar provinsi meningkat pada triwulan II 2018. Impor antar provinsi masih
terkontraksi sebesar -15,19% (yoy), namun lebih rendah di banding kontraksi pada priode
sebelumnya sebesar -17,04% (yoy). Pada triwulan II 2018 impor antar provinsi tumbuh
16,3% (yoy) membaik dari triwulan lalu yang terkontraksi sebesar -13,9% (yoy).

6
Memasuki triwulan III 2018, kinerja total impor di perkirakan akan kembali terkontraksi
bersumber dari penurunan kinerja impor luar negri maupun impor antar provinsi.

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha

Dari sisi lapangan usaha, peningkatan pertumbuhan ekonomi bersumber dari


peningkatan kinerja sektor konstruksi dan perdagangan. Sektor konstruksi tumbuh
menguat terkonfirmasi dari peningkatan penyaluran kredit terhadap sektor konstruksi serta
realisasi SBT hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) sektor konstruksi yang
mencatatkan pertumbuhan, sejalan dengan realisasi belanja modal pemerintah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan priode yang sama tahun lalu.

Pada triwulan III 2018, perekonomian kepri di perkirakan akan mengalami


perlambatan di dorong oleh melemahnya kinerja sektor konstruksi ini sejalan dengan hasil
SKDU perkiraan sektor konstruksi yang mengalami penutunan di bandingkan realisasi
hasil SKDU sektor konstruksi pada triwulan laporan.

2.1.2.1 Sektor Industri Pengelolahan

Sektor industri pengelolahan tumbuh melambat pada triwulan II 2018. Sektor


industri pengolahan tumbuh sebesar 3,77% (yoy) lebih rendah di bandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 4,43% (yoy). Ekspor produk perahu di kapal dan struktur apung
lainnya serta produk elektronik tercatat mengalami kontraksi. Ekspor produk perahu, kapal
dan struktur apung lainnya mencatatkan kontraksi sebesar -60,33% (yoy) pada triwulan II
2018, lebih dalam di bandingkan kontraksi pada triwulan I 2018 yang tercatat sebesar -
48,72% (yoy). Triwulan II 2018 juga terkontraksi -9,10% lebih rendah dari triwulan lalu
dengan kontraksi sebesar -2,89% (yoy). Sektor industri pengolahan setelah pada triwulan
lalu tercatat tumbuh sebesar 4,43% (yoy).

Pada triwulan III 2018, kinerja sektor industri pengilahan diperkirakan akan
membaik. Proyeksi ini sejalan dengan pertumbuhan kinerja pelaku usaha di sektor industri
pengolahan yang tercermin dari SBT triwulan III 2018 pada SKDU yang tercatat sebesar
1,95 meningkat dari realisasi triwulan II 2018 sebesar 0,40.

2.1.2.2 Sektor konstruksi

Sektor konstruksi mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan pada triwulan II


2018 di topang oleh proyek pembangunan baik oleh swasta maupun pemerintah. Sektor

7
konstruksi tumbuh menguat sebesar 9,43% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
yang tumbuh 5,08% (yoy) pertumbuhan kinerja sektor konstruksi sejalan dengan
pertumbuhan investasi bangunan yang tumbuh 6,58% (yoy), lebih baik dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 6,05% (yoy).

2.1.2.3 Sektor Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil Dan Motor

Pertumbuhan sektor perdagagan tercatat mengalami peningkatan pada triwulan II


2018. Sektor perdagangan melanjutkan tren peningkatan pertumbuhan dari triwulan lalu
sebesar 5,84% (yoy) menjadi 6,56% (yoy) pada triwulan II 2018 peningkatan kinerja
sektor perdagangan tercermin dari hasil survei pedagang eceran (SPE) yang tumbuh 4,66%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,14% (yoy).

Hal tersebut tercermin dari penyaluran kredit konsumsi yang tumbuh 6,77% (yoy),
sedikit menungkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 2018 sebesar 6,61% (yoy)
berdasarkan jenisnya, kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit multiguna tumbuh
menguat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi masing-masing
sebesar 7,51% (yoy) dan 11,18% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya
tumbuh masing-masing sebesar 3,80% (yoy) dan 9,39% (yoy).

Namun, kinerja sektor perdagangan diperkirakan akan melambat pada triwulan III
2018. Jumlah kunjungan wisman ke kepri sepanjang triwulan laporan tumbuh 21,59%
(yoy), namun lebih rendah dari triwulan I 2018 yang tercatat tumbuh 27,27% (yoy). Rata-
rata laa menginap wisman pada triwulan II 2018 turun dari 2,04 hari menjadi 1,83 hari.
Seiring dengan penurunan rata-rata lama menginap, tingkat penghunian kamar (TPK) juga
menurun dari 54,46% pada triwulan I 2018 menjadi 49,59% pada triwulan II 2018. Hal
tersebut di perkirakan dapat menjadi salah satu faktor penahan kinerja sektor perdagangan
kepri.

2.1.2.4 Sektor Pertambangan Dan Pengadilan

Kinerja sektor pertambangan dan penggalian kembali terkontraksi seletah tumbuh


positif pada triwulan I 2018. Sektor pertambangan dan penggalian kepri terkontraksi -
2,82% pada triwulan II 2018, di bandingkan dengan triwulan lalu yang mencatatkan
pertumbuhan sebesar 3,99% (yoy). Penurunan kinerja sektor pertambangan dan penggalian
kepri tercermin dari penurunan hasil lifting gas kepri. Berdasarkan data yang di keluarkan
oleh SKK migas kinerja lifting gas kepri pada triwulan II 2018 terkontraksi sebesar -

8
39,35% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi
sebesar -14,29% (yoy). Sementara itu, kinerja lifting minyak kepri mengalami perbaikan
mulai awal tahun 2018 yang tercermin dari pertumbuhan pada triwulan II 2018 sebesar
77,35% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 35,88% (yoy).

Pada triwulan III 2018, kinerja sektor pertambangan dan penggalian kepri di
perkirakan akan membaik. Kinerja kredit sektor pertambangan dan penggalian pada
triwulan II 2018 yang tumbuh cukup signifikan sebesar 124,99% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 85,91% (yoy) juga di perkirakan dapat
mendorong kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III 2018 sampai
dengan akhir tahun 2018 sebagai indikasi bahwa kondisi sektor pertambangan dan
penggalian kepri mulai membaik.

2.2 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Alokasi anggaran pendapatan dan belanja kepri pada triwulan II 2018 mencatatkan
peningkatan dibandingkan dengan triwulan 2017. Realisasi pendapatan dan belanja pemda
masing-masing terealisasi sebesar 38,32% dan 31,56% dari total anggaran.

2.2.1 realisasi pendapatan

Realisasi pendapatan pemerintah daerah di wilayah kepri sampai dengan triwulan


2018 sebesar 38,32% atau Rp 4,39 triliun. Secara normal pendapatan triwulan II 2018
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar Rp 4,27 triliun.
Postur pendapatan pada pagu anggaran pendapatan pemerintah daerah masih didominasi
oleh transfer pemerintah pusat (dana perimbangan) dengan porsi 65,88%. Realisasi dana
secara normal sebesar Rp 2,87 triliun lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama
tahun lalu sebesar Rp 2,85 triliun. Capaian dana perimbangan tercatat sebesar 38,00% dari
total pagu anggaran, nurun dianding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 38,82%
dari total pogu anggaran. Persentasi realisasi transfer pemerintah pusat terhadap total pogu
anggaran hanya terealisasi 38,22% atau rp 2,69% triliun dibandingkan periode yang sama
tahun lalu sebesar 38,88 atau Rp 2,69 triliun. Sejalan dengan dana perimbangan, realisasi
pendapatan asli daerah berdasakan normal sampai dengan triwulan II 2018 tercatat Rp
1,29 triliun, lebih tinggi dibandingan periode yang sama pada tahun lalu yang tercatat
sebesar Rp 1,22 triliun. Namun berdasarkan realisasi anggaran riwulan II 2018 sebesar
38,40% lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 38,91%.

9
Sedangkan realisasi pendapatan pajak daerah mengalami pertumbuhan menjadi sebesar
40,53% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 38,60%.

Berdasarkan wilayah, persentase realisasi pendapatan terbesar dicapai oleh provinsi kepri
sebesar Rp 1,63 triliun atau 46,55% dari total anggaran, diikuti oleh kabupaten anambas
dengan realisasi pendapatan sebesar Rp 325,18 miliar atau 43,03% dari total anggaran.
Sementara wilayah dengan realisasi pendapatan terendah dicatatkan oleh kabupaten natuna
sebesar Rp 193,41 miliar atau 23,35 dari total anggaran.

2.2.2 realisasi belanja

Kinerja penyerapan anggaran melalui belanja pemda relatif menurun jika


dibandingkan penyerapan anggaran periode sebelumnya di tahun yang sama. Tercatat
sebesar Rp 3,90 triliun lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp
3,63 triliun. Namun realisasi sampai pada trowulan II 2018 31,56 (yoy), lebih kecil
dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 32,85 (yoy). Penurunan persentase
realisasi anggaran belanja ini terutama didorong oleh pelemahan realisasi belanja operasi.
Belanja operasi terealisasi 34,22% (yoy) dari pagu anggaran dibandingkan periode yang
sama tahun lalu yang terserap 36,41% (yoy). Pelemahan realisasi belanja terutama
disebabkan oleh pelemahan belanja pegawai serta barang dan jasa. Realisasi belanja modal
tercatat sebesar 21,19% (yoy) dibandingkan periode tahun yang sama tahun lalu yang
tercatat sebesar 14,14% (yoy). Selain itu anggaran belanja modal tercatat lebih tinggi dari
tahun sebelumnya.

Berdasarkan wilayah, realisasi belanja terbesar dicapai oleh kota batam Rp 989,09
miliar atau 37,65 da total anggaran, diikuti oleh kabupaten karimun dengan ralisasi belanja
sebesar Rp 497.063 miliar atau 34,21% dari total anggaran. Wilayah dengan realisasi
belanja terkecil dicatatkan oleh kabupaten natuna sebesar Rp 193,41 miliar atau 20,39%
dari total anggaran belanja negara.

2.2.3 Anggaran Dan Realisasi Apbn Di Wilayah Kepri

Anggaran belanja APBN si wilayah KEPRI tahun 2018 sebesar Rp 7,29 triliun
tumbuh 12,27% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar Rp 6,49 triliun.
Peningkatan pagu anggaran tertinggi dicatat pada pos belanja lain-lain, belanja barang dan
belanja modal yang masing-masing meningkat sebesar 224,40% (yoy),15,03%(yoy) dan
12,62% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun 2017. Serapan APBN 2018 di wilayah kepri

10
sebesar 28,47% dari total anggaran. Pada triwulan 2018 serapan anggaran paling besar
adalah belanja pegawai 48,41% dari total anggaran, sementara serapan anggaran paling
rendah adalah belanja bansos yang sampai dengan akhir triwulan II 2018 belum terdapat
realisasi.

2.3 PERKEMBANGAN INFLANSI KEPULAUAN RIAU


Inflansi triwulan II 2018 sebesar 4,06% (yoy), lebih rendah dibanding inflansi
triwulan I 2018 sebesar 5,05% (yoy) dan masih dalam kisaran sasaran inflansi nasional
sebesar 3,5 (yoy). Merendahnya tekanan tersebut terutama didorong oleh penurunan
inflansi kelompok harga administrasi ditopang oleh tarif angksutan udara yang relatif
terkendali. Sementara itu, inflansi komoditas volatile foods juga mengalami penurunan
dipicu oleh turunya harga kacang panjang dan bawang putih. Inflansi batam 4,30% (yoy)
lebih tinggi dibanding tanjung pinang sebesar 2,59% (yoy). Laju inflansi pada triwulan III
2018 diperkirakan meningkat dibandingkan capaian triwulan II 2018 namun masih dalam
rentang target inflansi nasional 3,5%. Sumbangan terbesar inflansi juli 2018 bersumber
dari kenaikan harga bayam dan kacang panjang. Pengendalian inflansi difokuskan untuk
menjaga ketersediaan dan kelancaran distribusi bahan pangan.

2.3.1 Perkembangan Inflansi Menurut Kelompok Barang Dan Jasa

2.3.1.1 inflansi tahunan (yoy)

Inflansi kepri pada triwulan II 2018 sebesar 4,06 (yoy), lebih rendah dibanding
inflansi triwulan I 2018 sebesar 5,05% (yoy) dan masih dalam kisaran sasaran inflansi
nasional sebesar 3,5% (yoy). Dari sepuluh provinsi di sumatera, inflansi kepri berada
dalam peringkat kedua setelah jambi, lebih tinggi dibanding inflansi sumatera dan
indonesia yang masing-masing tercatat sebesar 3,38% (yoy) dan 3,12 (yoy).inflasi triwulan
II 2018 di dorong oleh inflasi inti, volatile food serta administrasi prices.inflasi kelompok
inti di picu oleh kenaikan upah tukang bukan mandor, biaya sekolah dasar serta
akademi/perguruan tinggi, inflasi pada kelompok volatile food di dorong oleh kenaikan
harga daging ayam ras.sementara itu, kelompok administrasi prices di picu oleh tarif listrik
dan rokok putih berdasarkan kelompok pengeluaran inflasi, terbesar triwulan II 2018
bersuber dari bahan kelompok khususnya sekelompok ikan segar serta daging dan hasil-
hasilnya. Pada triwulan II 2018, inflasi mencapai 32,94% (yoy) dengan andil 0,15% lebih
tinggi di bandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami inflasi namun lebih

11
rendah sebesar 28,38% (yoy) dengan andil 0,13%. Sedangkan inflasi daging ayam ras
mencapai 21,39% (yoy) dengan andil 0,29%, meningkat di bandingkan triwulan I 2018
dengan inflasi tercatat sebesar 9,90% (yoy) dengan andil 0,14%. Inflasi pada kelompok
inti di picu oleh kenaikan upah tukang bukan mandor,biaya sekolah dasar serta
akademi/perguruan tinggi. Pada triwulan II 2018, inflasi tukang bukan mandor mencapat
12,60% (yoy) dan memberikan andil sebesar 0,29%. Sementara itu inflasi sekolah dasar
dan akademia/peguruan tinggi masing-masing tercatat sebesar 17,80% (yoy) dan 22,10%
(yoy) dengan andil masing-masing sebesar 0,19% dan 0,18%, berada pada tingakat inflasi
yang sama dengan triwulan sebelumnya namun dengan andil yang lebih rendah di
bandingkan triwulan I 2018 masing-masing tercatat sebesar 0,20% dan 0,19% capaian
inflasi kelompok administrasi prices di picu oleh tarif listrik dan rokok putih. Inflasi tarif
listrik pada triwulan II 2018 tercatat sebesar 13,61% (yoy) dengan andil 0,58%, lebih
rendah di bandingkan inflasi triwulan I 2018 yang tercatat sebesar 48,92% (yoy) dan
memberikan andil inflasi sebesar 1,59%. Inflasi pada tarif listrik di sebabkan oleh
kenaikan tarif listrik secara bertahap hingga akhir tahun 2017 sehingga secara data tahunan
di 2018 akan mengalami kenaikan di bandingkan 2017 adapun inflasi rokok putih di picu
oleh kenaikan cukai rokok yang mencapai 10,04% pertahun di mulai 1 januari 2018
dengan inflasi pada triwulan II 2018 tercatat sebesar 6,95% (yoy) dengan andil 0,08% ,
lebih tinggi di bandingkan inflasi triwulan I 2018 sebesar 4,77% (yoy) dan memberikan
andil 0,05%.

Memasuki triwulan III 2018, tren inflasi di perkirakan cendrung meningkat. Kepri
mencatat inflasi 0,27% (mtm) atau inflasi 4,38% (yoy) pada juli 2018. Komoditas utama
penyumbang inflasi adalah komoditas bayam, kacang panjang dan daging ayam. Capaian
inflasi kepri triwulan III 2018 di yakini masih berada pada koridor sasaran inflasi nasional
sebesar 3,5± 1% (yoy).

2.3.1.2 Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi triwulan II 2018 sebesar 1,01% (qtq) namun lebih rendah di banding triwulan
sebelumnya 1,05 (qtq) secara triwulan, sumbangan terbesar inflasi bersumber dari tarif
angkutan udara serta komoditas bayam dan daging ayam ras. Inflasi angkutan udara pada
triwulan II 2018 tercatat sebesar 18,98% (qtq) dengan andil 0,71%. Adapun komoditas
bayam tercatat mengalami inflasi sebesar 29,03% (qtq) dengan andil 0,19%, daging ayam
ras mengalami inflasi sebesar 9,42% (qtq) dengan andil 0,14% yang di sebabkan oleh pola

12
seasonal menjelang bulan ramadhan dan hari raya lebaran serta peningkatan harga bibit
ayam atau DOC sejak bulan april 2018.

2.3.2 Perkembangan Inflasi Menurut Kota

Pada triwulan II 2018, inflasi batam sebesar 4,30% (yoy) sementara inflasi
tanjungpinang 2,59% (yoy) di bandingkan triwulan I 2018, batam mencatatkan
perlambatan laju inflasi dari 5,46% (yoy) menjadi 4,30% (yoy) sedangkan tanjungpinang
mencatatkan inflasi pada tingkat yang sama sebesar 2,59% (yoy).

Pada triwulan II 2018, komoditas utama penyumbang inflasi batam adalah tarif
listrik, upah tukang bukan mandor dan beras. Inflasi tarif listrik pada triwulan II 2018
mencapai 16,35% (yoy) dengan andil 0,70% disebabkan oleh kenaikan tarif listrik sesuai
dengan peraturan gubenur kepulauan riau No. 21 Tahun 2017 tentang tarif tenaga listrik
yang di sediakan oleh PT pleyanan Listrik Nasional Batam. Kenaikan tarif listrik di batam
dilakukan secara bertahap yaitu sebanyak 3 (tiga) kali pada maret, september dan
desember 2017 dengan total peningkatan tarif listrik mencapai 45%.

Sementara di tanjungpinang, penyumbang utama inflasi pada triwulan II 2018 adalah


ikan selar/tude dan tongkol/ambu-ambu. Inflasi ikan selar/tude dan tongkil/ambu-ambu
pada triwulan II 2018 masing-masing tercatat sebesar 40,89% (yoy) dengan andil masing-
masing sebesar 0,39% dan 0,23% di sebabkan oleh pasokan yang terbatas akibat curah
hujan serta gelombang laut yang tinggi, sehingga nelayan tidak bisa melaut serta jalur
distribusi terganggu. Memasuki juli 2018, batam mencatatkan inflasi 0,24% (mtm) atau
4,67% (yoy) sementara tanjungpinang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,45% (mtm)
atau 2,63% (yoy).

2.3.3 Disagregasi Inflasi

Pertumbuhan inflasi pada triwulan II 2018 terutama di dorong oleh inflasi kelompok
volatile food, kemudian diikuti oleh inflasi administered prices dan inti. Inflasi kelompok
volatile food terutama bersumber dari peningkatan harga komoditas beras dan danging
ayam ras. Inflasi administered prices terutama di picu oleh kenaikan tarif listrik, sementara
inflasi inti didorong oleh peningkatan harga upah bukan mandor, sekolah dasar dan
akademi/perguruan tinggi.

2.3.3.1 Inflasi Volatile Food

13
Kelompok volatile food mencatatkan inflasi sebesar 8,67% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 9,15% (yoy).
Inflasi kelompok volatile food terutama di dorong oleh peningkatan harga komoditas beras
dan daging ayam ras dengan inflasi masing-masing pada triwulan II 2018 tercatat sebesar
8,18% (yoy) dan 21,39% (yoy) dengan andil masing-masing sebesar 0,30% dan 0,29%.
Adapun kenaikan harga daging aya ras selain di dorong oleh pola seasonal yaitu priode
bulan ramadhan hari raya lebaran, juga disebabkan oleh meningkatnya harga salah satu
bahan pakan ternak ayam yaitu jagung dimana harga jagung internasional meningkat
signifikan dari 1,02% (mtm) pada april 2018, tumbuh 5,21% (mtm) pada mei 2018.

Pada triwulan III 2018, inflasi pada kelompok volatile food di perkirakan akan
meningkat.kepri mencatatkan inflasi volatile food sebesar 2,46% (mtm) atau inflasi 8,67%
(yoy) pada juli 2018. Komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok volatile food
adalah komoditas bayam,kacang panjang dan daging ayam.

2.3.3.2 Inflasi Administered Prices

Inflasi kelompok administered prices sebesar 3,64% (yoy) lebih rendah di banding
triwulan sebelumnya sebesar 8,63% (yoy). Andil terbesar inflasi administered prices
bersumber dari komoditas tarif listrik. Inflasi pada tarif listrik disebabkan oleh kenaikan
tarif listrik sesuai dengan peraturan menteri energi dan sumber daya mineral (ESDM)
Republik Indonesia No. 28 tahun 2016 tentang tarif listrik yang disediakan oleh PT
perusahaan listrik negara (persero) untuk pelanggan di luar batam dan peraturan gubenur
Kepualaun Riau No. 21 Tahun 2017 tentang listrik yang di sediakan oleh PT Pelayanan
Listrik Nasional Batam.

Inflasi administerd prices triwulan III 2018 di perkirakan mengalami peningkatan di


bandingkan dengan triwulan II 2018. Peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) non-
subsidi oleh pemerintah per 1 juli 2018 di perkirakan dapat meningkatan capaian inflasi
administered prices pada triwulan III 2018.

2.3.3.3 Inflasi inti

Laju inflasi inti pada triwulan II 2018 sebesar 2,66% (yoy), sedikit lebih tinggi di
banding inflasi triwulan I 2018 sebesar 2,27% (yoy). Komoditas utama penyumbang
inflasi inti pada triwulan II 2018 adalah tukang bukan mador, sekolah dasar dan

14
akademi/perguruan tinggi. Kenaikan harga upah tukang bukan mandor disebabkan oleh
penyesuain harga yang di lakukan pada awal tahun.

Infalsi inti pada triwulan III 2018 di perkirakan melemah. Seiring dengan bealalunya
bulan ramadahan dan hari raya lebaran, konsumsi masyarakt di perkirakan akan
mengalami penurunan pada juli 2018, inflasi inti tercatat sebesr 0,09% (mtm) atau inflasi
2,66% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan inflasi inti bulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 0,09% (mtm).

2.3.4 Upaya Pengendalian Inflasi

Inflasi kepri yang relatif terkendali di tengah peningkatan permintaan selama bulan
ramadhan dan har raya lebaran tidak terlepas dari koordinasi yang kuat serta upaya
pengendalian inflasi yang cukup efektif oleh TPID baik pada tingkat provinsi maupun
kota. Koordinasi TPID terus di optimalkan dengan fokus utama menjaga inflasi agar tetap
berada dakan sasaran inflasi nasional serta melaksanankan program TPID 2018, dengan
rekomendasi antar lain :

a. Mendorong rumah pangan kita (RPK) dan klaster-klaster pertanian bahan pangan
lokal untuk menekan inflasi dari komoditas volatile food serta mendorong kegiatan
urban farming dengan skala yang lebih luas seperti penanaman komoditas sayuran
yang menjadi penyumbang inflasi seperti bayam, kangkung dan kacang panjang.
b. Melakukan koordinasi dengan satas pangan untuk melakukan pengawasan HET serta
menghimbau seluruh distributor untuk tidak menaikkan harga dan tidak menahan
serta menimbun stok persediaan bahan pokok.
c. Mengintentifikasikan kerjasama antar daerah (KAD) yang telah disepakati serta
mendorong KAD baru untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan makanan ke
Kepri.
d. Melakukan pemetaan terhadap pasokan dan produksi bahan pangan yang menjadi
komoditas penyumbang inflasi volatile food.
e. Tetap menjaga kelancaran arus bongkar muat dan distribusi angkutan barang
komoditas pangan strategis yang berpotensi menyumbang inflasi pada saat
perubahan cuaca.
f. Penguatan peran UMKM khususnya yang bergerak pada usaha berbasis komoditas
ketahanan pangan (yang menjadi penyebab utama inflasi volatile food) dari sisi

15
kelembagaan, peningkatan akses, maupun penambahan waktu monitoring
pengembangan.
g. Meningkatkan pengawasan terhadap maskapai terkait ketentuan batas atas dan batas
bawah tarif angkutan udara.

16
BAB 3
PENUTUP
3.1 kesimpulan

Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan I 2018 tumbuh


4,47% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,57%
(yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini ditopang oleh pertumbuhan industri
pengolahan dari sisi lapangan usaha dan pertumbuhan investasi dari sisi konsumsi.
Memasuki triwulan II 2018, perekonomian Kepri diperkirakan akan tumbuh pada kisaran
4,3 – 4,7% (yoy).
Investasi tumbuh sebesar 6,49% (yoy), didorong oleh pertumbuhan investasi
bangunan dan non bangunan. Net ekspor antar daerah tumbuh, sementara net ekspor luar
negeri masih mengalami kontraksi namun mengalami perbaikan sehingga secara
keseluruhan, net ekspor membaik. Konsumsi RT melemah sebagai dampak pelemahan
ekonomi sepanjang tahun 2017.
Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 4,43% (yoy),
dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,99% (yoy). Pertumbuhan ini terutama ditopang
oleh pertumbuhan produksi kapal dan struktur terapung lainnya, serta produk-produk dari
besi baja. Sejalan dengan meningkatnya realisasi pertumbuhan investasi bangunan, sektor
konstruksi juga tumbuh 5,08% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi 0,18
(yoy). Sektor pertambangan dan penggalian juga tercatat mengalami pertumbuhan
dipengaruhi oleh tren kenaikan harga migas. Sektor perdagangan tumbuh sebesar 5,84%
(yoy), didorong oleh tingginya tingkat kunjungan wisman pada triwulan I 2018.
Pencapaian realisasi pendapatan dan belanja Pemda tercatat mengalami
peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan dan belanja
Pemda terealisasi masing-masing sebesar 21,1% dan 11,1% dari total anggaran, lebih
tinggi dari triwulan I 2017 yang masing-masing tercatat sebesar 12,4% dan
8,8%. Peningkatan realisasi pendapatan daerah tersebut disebabkan oleh peningkatan
realisasi PAD serta pendapatan transfer pemerintah pusat dalam bentuk dana perimbangan.
Belanja modal triwulan I 2018 terealisasi 5,5% dari total anggaran belanja modal, lebih
tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang hanya terealisasi 1%.
Inflasi Kepri pada triwulan I 2018 sebesar 5,05% (yoy), lebih tinggi dibanding
inflasi triwulan IV 2017 sebesar 4,02% (yoy), melewati sasaran inflasi nasional sebesar 3,5
± 1% (yoy). Komoditas inti mencatatkan inflasi 2,27% (yoy), terutama pada komoditas

17
upah tukang bulan mandor. Kelompok administered prices mencatatkan inflasi sebesar
8,63% (yoy) dengan andil terbesar bersumber dari komoditas tarif listrik dan bensin.
Sementara itu, tingkat inflasi komoditas volatile food sebesar 9,15% (yoy) dipicu oleh
peningkatan harga cabai merah dan beras. Secara spasial, laju inflasi Batam 5,46% (yoy)
lebih tinggi dibanding Tanjungpinang sebesar 2,59% (yoy).

3.2 saran
saran dari penulis untuk perekonomian provinsi kepulauan riau yaitu, kepulauan riau
harus tetap mejaga keseimbangan perekonomian dan struktur ekonomi yang bisa
mengembangkan perekonomian kepulauan riau. Siatem perekonomian riau juga perlu di
tingkatkan dalam hal impor dan ekspor, sehingga dapat berjalan dengan baik. Penulis
berharap perekonomian riau tetap mengalami peningkatan dan pertumbuhan ekonomi.

18
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia, Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan
Riau 2018, 2018.

19

Anda mungkin juga menyukai