Anda di halaman 1dari 10

Menu  Cari

Catatan Pengadaan Barang/Jasa Samsul Ramli


Kumpulan Catatan Pemikiran, Pengalaman dan Berbagi Tentang Pengadaan Barang/Jasa

Distribusi Kewenangan PA, KPA dan PPK (Bagian 2) Tentang KPA

<

p style=”text-align: justify;”>Sebelum memulai pembahasan tentang distribusi kewenangan Penggunaan Anggaran dari
PA kepada staf atau orang lain. Maka ada baiknya kita mengurai sedikit distribusi kekuasaan pengelolaan keuangan
negara menurut UU 17/2003.

<

p style=”text-align: justify;”>Dari diagram setidaknya dapat terlihat alur swakelola keuangan negara. Presiden adalah
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara (Pengelola) yang bertanggung jawab kepada rakyat melalui
Dewan Perwakilan Rakyat. Keuangan Negara dikuasakan pengelolaannya kepada Menteri Keuangan sebagai Kuasa
Pengelola Keuangan Pemerintah/APBN. Kemudian untuk keuangan daerah, sesuai dengan asas desentralisasi, tidak
lagi dikuasakan pengelolaannya melainkan lebih tinggi lagi tingkatan manajerialnya yaitu diserahkan pengelolaannya
kepada Kepala Daerah.

<

p style=”text-align: justify;”>Peraturan perundang-undangan disusun secara sistematis dan disiplin dalam pemilihan
kata dan istilah. Pasal 7 ayat 1 UU Nomor 12 Tahun 2011 (UU 12/2011) Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan menyebutkan bahwa hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

<

p style=”text-align: justify;”>Untuk itu dapat dipahami bahwa acuan pemahaman atas peraturan wajib mengacu pada
hirarki pasal 7 ayat 1 UU 12/2011.

<

p style=”text-align: justify;”>Pasal 6 UU 17/2003 menyebutkan kewenangan dalam Keuangan Negara yang dimiliki oleh
Presiden disebut Pengelolaan bukan Penggunaan atau Pelaksanaan. Kelola sama dengan management sehingga
fungsi-fungsinya setidaknya terdiri dari Planning, Organizing, Actuating dan Controlling.
<

p style=”text-align: justify;”>Pengelolaan Keuangan Negara kemudian dilimpahkan ke dalam dua area yaitu Kuasa
Pengelola dan Pengguna. Pengelolaan dilimpahkan kepada Menteri Keuangan melalui kata “Kuasa”. Sedangkan
Menteri/Pimpinan Lembaga, selain Menteri Keuangan, dilimpahkan sebagai Pengguna Anggaran. Kepala Daerah sesuai
asas desentralisasi menerima penyerahan kewenangan pengelola selayaknya Presiden. Untuk itu UU 17/2003 Pasal 6
ayat 2 huruf c disebutkan kata “diserahkan“. Artinya secara kewenangan Presiden dan Kepala Daerah adalah sama-
sama Pengelola Keuangan dalam lingkup yang berbeda. Untuk itu distribusi kewenangan dibawah Kepala Daerah
merupakan sub sistem pelimpahan kewenangan selayaknya Presiden dan seterusnya.

<

p style=”text-align: justify;”>Menjadi pertanyaan mendasar kemudian kenapa tata kelola antara Keuangan Negara
(APBN) dan Tata Kelola Keuangan Daerah (APBD) perlu dibedakan? Pertanyaan ini tidak akan dijawab disini karena
yang berwenang menjawabnya adalah penerima Kuasa Pengelolaan Keuangan Negara yaitu Kementerian Keuangan
dan Kementerian Dalam Negeri yang mengomando Kuasa Pengelola Keuangan Daerah.

<

p style=”text-align: justify;”>Penerima kewenangan Penggunaan disebut Pengguna. Penerima “Kuasa” kewenangan


disebut Kuasa. Penerima tugas disebut pejabat. Penerima Atribusi disebut Pengelola dan Pengguna. Penerima
Delegasi diberi label Kuasa. Penerima Mandat disebut Pejabat. Menarik jika disiplin penyebutan dan istilah ini dijadikan
bahan meneliti konsistensi terhadap peraturan yang lebih tinggi.

<

p style=”text-align: justify;”>Masih Tentang SK PA

<

p style=”text-align: justify;”>Ketika artikel bagian I diterbitkan muncul diskusi yang menarik tentang “Kewenangan PA
Tidak Perlu Di SK-Kan”. Pada artikel bagian I tidak disebutkan sama sekali Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 (Permendagri 13/2006) tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai turunan langsung dari
PP 58/2005. Permendagri 13/2006 selama ini seolah menjadi kitab suci bagi Pemerintah Daerah.

PP 58 / 2005 Pasal 5 Permendagri 13 / 2006 Pasal 5

(1) Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah (1) Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah
adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

(2) Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan (2) Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai kewenangan: mempunyai kewenangan:

a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD; a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;

b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang
daerah; daerah;

c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang; c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna


barang;
d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau
bendahara pengeluaran; bendahara pengeluaran;

e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan
pemungutan penerimaan daerah; pemungutan penerimaan daerah;

f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan
pengelolaan utang dan piutang daerah; pengelolaan utang dan piutang daerah;

g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan
pengelolaan barang milik daerah; dan pengelolaan barang milik daerah; dan

h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan
pengujian atas tagihan dan memerintahkan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran. pembayaran.

(3) Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah (3) Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian
oleh: atau seluruh kekuasaannya kepada:

a. kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah a. sekretaris daerah selaku koordinator pengelola
selaku PPKD; keuangan daerah;

b. kepala SKPD selaku pejabat pengguna b. kepala SKPKD selaku PPKD; dan

anggaran/barang daerah. c. kepala SKPD selaku pejabat pengguna


anggaran/pengguna barang.

(4) Dalam pelaksanaan kekuasaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (3), sekretaris daerah bertindak
selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.

(5) Pelimpahan kekuasaan sebagaimana dimaksud (4) Pelimpahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan dengan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah
keputusan kepala daerah berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara
berpedoman pada peraturan perundangundangan. yang memerintahkan, menguji, dan yang menerima
atau mengeluarkan uang.

<

p style=”text-align: justify;”>Berdasarkan pasal 5 ayat 3 dan 4 Permendagri 13/2006 disebutkan bahwa pelimpahan
kewenangan pengelolaan sebagian/seluruhnya kepada kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran ditetapkan
dengan keputusan kepala daerah. Pasal inilah yang kemudian menjadi dasar bagi pemerintah daerah terkait kewajiban
diterbitknyannya Surat Keputusan (SK) Pengguna Anggaran.

<

p style=”text-align: justify;”>Dalam beberapa literatur yang bersileweran di dunia maya banyak sekali terdapat artikel
yang menegaskan hal ini. Secara administratif menerbitkan SK PA tidak-lah menjadi pembahasan krusial selama tidak
justru menjadi penghambat proses pelaksanaan anggaran khususnya pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

<
p style=”text-align: justify;”>Dua pertanyaan mendasar yang harus menjadi perhatian tentang urgensi SK PA yaitu:

1. Saat Kepala SKPD telah definitif dan dilantik kemudian SK PA terpisah dan belum diterbitkan. Apakah Kepala
SKPD tersebut belum dapat menjalankan kewenangan sebagai PA, padahal secara hukum (UU 1/2004) telah sah
menjadi PA?
2. Pasal 5 ayat 2 PP 58/2005 dan Pasal 5 ayat 2 Permendagri 13/2006, sesuai UU 1/2004, tidak disebutkan
kewenangan kepada Kepala Daerah untuk menetapkan PA. Lalu keputusan yang diterbitkan oleh Kepala Daerah
terkait SK PA itu isinya tentang penetapan apa?

<

p style=”text-align: justify;”>Untuk itu perlu juga dibuka diskusi, sekiranya pun pelimpahan kewenangan ke-PA-an
kepada Kepala SKPD tetap harus ditetapkan melalui Keputusan Kepala Daerah, apakah tidak cukup dengan hanya
dengan SK Pengangkatan sebagai Kepala SKPD saja? Karena PP 58/2005 pasal 5 menyebutkan pelimpahan
kekuasaan sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan keputusan kepala daerah berpedoman pada peraturan
perundangundangan. SK Pengangkatan sebagai Kepala SKPD toh juga merupakan Keputusan Kepala Daerah.
Prinsipnya kewenangan PA adalah Ex-Officio dari Kepala SKPD.

<

p style=”text-align: justify;”>Concern kajian ini adalah agar tidak ada lagi alasan birokratif administratif tentang sebuah
SK PA menjadi penghalang bagi terlaksananya percepatan pengadaan barang/jasa pemerintah.

Distribusi Kewenangan PA ke KPA

<

p style=”text-align: justify;”>    Sesuai UU 30/2014 maka kewenangan yang didekatkan dengan kata “kuasa” sifatnya
merupakan pendelegasian. Dengan demikian KPA adalah penerima tugas sekaligus tanggung jawab sebagian/seluruh
kewenangan pengguna anggaran.

<

p style=”text-align: justify;”>    Untuk APBN PP 45/2013 mengatur pada pasal 5 ayat (1) huruf a. Menteri/Pimpinan
Lembaga selaku PA berwenang menunjuk kepala Satuan Kerja yang melaksanakan kegiatan Kementerian
Negara/Lembaga sebagai KPA. Pasal 6 ayat 1 menerangkan bahwa penunjukan selaku KPA “bersifat ex-officio” yaitu
melekat pada jabatan. Jadi kewenangan KPA melekat pada jabatan Kepala Satuan Kerja atau melekat pada jabatan
selain Kepala Satuan Kerja yang ditunjuk oleh PA.

<

p style=”text-align: justify;”>    Kembali diskusi tentang SK sebagai KPA mencuat di ranah ini, mengingat penjelasan
pasal 6 ayat 1 PP 45/2007 tentang ex-officio. Jika kita mlihat konstruksi pasalnya maka KPA tidak memerlukan SK
Penetapan dari Presiden selaku pengelola anggaran. Tapi cukup surat penunjukan dari PA saja, itupun hanya untuk
pejabat selain Kepala Satuan Kerja yang ditunjuk menjadi KPA. Sedangkan untuk Kepala Satuan Kerja otomatis
sebagai KPA meski tanpa surat penunjukan.

<

p style=”text-align: justify;”>    Untuk APBD PP 58/2005 Pasal 11 menyebutkan bahwa :

1. Pejabat pengguna anggaran dalam melaksanakan tugas dapat


melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna
anggaran/pengguna barang.
2. Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala daerah atas usul
kepala SKPD.
3. Penetapan kepala unit kerja pada SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan
tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi
dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
4. Kuasa pengguna anggaran bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna
anggaran/pengguna barang.

<

p style=”text-align: justify;”>Untuk pemerintah daerah penerima kewenangan sebagai KPA adalah Kepala Unit Kerja
pada SKPD yang ditetapkan melalui surat penunjukan oleh Kepala SKPD selaku PA. Berbeda dengan KPA pada APBN
yang bersifat ex-officio pada jabatan Kepala Satker, KPA pada APBD tidak melekat pada semua Kepala Unit Kerja.
Melainkan hanya pada Kepala Unit Kerja yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Kepala SKPD saja. Untuk itu kewenangan
KPA wajib dituangkan dalam penetapan tersendiri.

<

p style=”text-align: justify;”>Perbedaan lainnya antara KPA-APBN dengan KPA-APBD adalah pada bagian pelimpahan
kewenangan oleh Kepala SKPD selaku PA. KPA-APBD sesuai pasal 11 ayat 1 hanya mendapatkan pelimpahan sebagian
kewenangan dari PA saja.

<

p style=”text-align: justify;”>Untuk itu dalam pengadaan barang/jasa Perpres 16/2018 menyebutkan dengan tegas pada
pasal 9 ayat 3 bahwa PA untuk pengelolaan APBD dapat melimpahkan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a sampai dengan huruf f kepada KPA. Sedangkan, ayat (2), PA untuk pengelolaan APBN dapat melimpahkan
kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada KPA sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.

<

p style=”text-align: justify;”>Sifat pelimpahan kewenangan dari PA ke KPA pada pengadaan barang/jasa juga sangat
terang menyebutkan sebagai pendelegasian. Sebagaimana tertuang dalam Perpres 16/2018 pasal 10 ayat (1) KPA
dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b melaksanakan pendelegasian sesuai
dengan pelimpahan dari PA.

KPA APBN KPA APBD

1. melakukan tindakan yang mengakibatkan 1. melakukan tindakan yang mengakibatkan


pengeluaran anggaran belanja; pengeluaran anggaran belanja;
2. mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam 2. mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam
batas anggaran belanja yang telah ditetapkan; batas anggaran belanja yang telah ditetapkan;
3. menetapkan perencanaan pengadaan; 3. menetapkan perencanaan pengadaan;
4. menetapkan dan mengumumkan RUP; 4. menetapkan dan mengumumkan RUP;
5. melaksanakan Konsolidasi Pengadaan 5. melaksanakan Konsolidasi Pengadaan
Barang/Jasa; Barang/Jasa;
6. menetapkan Penunjukan Langsung untuk Tender/ 6. menetapkan Penunjukan Langsung untuk
Seleksi ulang gagal; Tender/ Seleksi ulang gagal;
7. menetapkan PPK;
8. menetapkan Pejabat Pengadaan;
9. menetapkan PjPHP/PPHP;
10. menetapkan Penyelenggara Swakelola;
11. menetapkan tim teknis;
12. menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan
melalui Sayembara/Kontes;
13. menyatakan Tender gagal/Seleksi gagal; dan
14. menetapkan pemenang pemilihan / Penyedia
sesuai batasan nilai.

1. menjawab Sanggah Banding peserta Tender 1. menjawab Sanggah Banding peserta


Pekerjaan Konstruksi Tender Pekerjaan Konstruksi

1. menugaskan PPK 1. menugaskan PPK

<

p style=”text-align: justify;”> Jelas pada tabel di atas uraian tugas KPA baik APBN maupun APBD. Karena sifatnya
delegasi maka selain sebagai pelaksana tugas dari PA, KPA juga bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
pelaksanaan tugas yang dilimpahkan tersebut baik kepada PA dan/atau pihak lain.

<

p style=”text-align: justify;”>Dapat disimpulkan beberapa hal berikut:

1. Asal usul kewenangan Penggunaan Anggaran adalah berasal dari kewenangan Pengelolaan Keuangan yang
didapatkan Presiden/Kepala Daerah dari rakyat yang dimandatkan melalui Perwakilan Rakyat. Artinya secara
kewenangan Presiden dan Kepala Daerah adalah sama-sama Pengelola Keuangan dalam lingkup yang berbeda.
2. Pelimpahan kewenangan PA untuk APBN tidak diperlukan SK Penetapan terpisah oleh Presiden karena jelas
melekat pada pada SK Pengangkatan sebagai Menteri/Pimpinan Lembaga.
3. Pelimpahan kewenangan PA untuk APBD secara substansi tidak memerlukan SK Penetapan terpisah oleh Kepala
Daerah karena jelas melekat pada SK Pengangkatan sebagai Kepala SKPD.
4. KPA-APBN bersifat ex-officio atau melekat pada jabatan Kepala Satuan Kerja atau melekat pada pejabat selain
Kepala Satuan Kerja yang ditunjuk oleh PA. Untuk SK cukup berupa SK Penunjukan dari PA kepada jabatan selain
Kepala Satuan Kerja.
5. KPA-APBD tidak bersifat ex-officio atau tidak melekat pada Kepala Unit Kerja pada SKPD, sehingga memerlukan
penunjukan dari PA sebagai pemberi delegasi, untuk kemudian ditetapkan oleh Kepala Daerah sebagai
pemegang kewenangan atribusi.
6. KPA-APBD hanya penerima delegasi sebagian kewenangan PA-APBD.
7. KPA adalah penerima delegasi kewenangan dari PA. Untuk itu KPA selain sebagai pelaksana tugas PA yang
bertanggung jawab penuh kepada PA, juga bertanggung jawab serta bertanggung gugat atas pelaksanaan tugas
yang diberikan kepadanya.

Demikian artikel bagian 2 ini semoga dapat menjadi bahan pemikiran yang bermanfaat. Pada Bagian 3 insya Allah akan
dikupas tentang pelimpahan kewenangan PPK, Pejabat Penandatangan Kontrak dan fenomena Pejabat Pelaksana
Tugas (Plt) dalam dimensi UU 30/2014 dan Perpres 16/2018.

Bagikan ini:

  
Desember 27, 2018
 Berikan Balasan

« Sebelumnya Berikutnya »

Tinggalkan Balasan
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

Nama

*
Email

*
Situs Web

Beritahu saya akan tindak lanjut komentar melalui surel.

Beritahu saya akan tulisan baru melalui surel.

Kirim Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Cari

Pos-pos Terbaru
Menggugat Kriminalisasi Jabatan PPTK
Distribusi Kewenangan PA, KPA dan PPK (Bagian 3) PPK, PPTK dan Pejabat Penandatangan Kontrak
Distribusi Kewenangan PA, KPA dan PPK (Bagian 2) Tentang KPA
Distribusi Kewenangan PA, KPA dan PPK (Bagian 1) tentang PA
Lebih Dekat dengan Green Public Procurement

Komentar Terbaru

Samsul Ramli pada Polemik Akta Notaris dan Materai Dalam Pengadaan Barang/Jasa
Dony Ramdhan pada Polemik Akta Notaris dan Materai Dalam Pengadaan Barang/Jasa
Samsul Ramli pada Download
Armadi pada Download
Samsul Ramli pada Download

Arsip

Januari 2019
Desember 2018
Oktober 2018
September 2018
Agustus 2018
Juni 2018
Mei 2018
April 2018
Februari 2018
Januari 2018
Desember 2017
Oktober 2017
September 2017
Agustus 2017
Juli 2017
Juni 2017
Mei 2017
April 2017
Maret 2017
Februari 2017
Januari 2017
November 2016
Oktober 2016
September 2016
Agustus 2016
Juli 2016
Mei 2016
April 2016
Maret 2016
Januari 2016
Desember 2015
November 2015
Oktober 2015
September 2015
Agustus 2015
Juli 2015
Juni 2015
Mei 2015
April 2015
Maret 2015
Februari 2015
Januari 2015
Desember 2014
Oktober 2014
September 2014
Agustus 2014
Juni 2014
April 2014
Maret 2014
Februari 2014
Januari 2014
Desember 2013
November 2013
Oktober 2013
September 2013
Agustus 2013
Juli 2013
Juni 2013
Mei 2013
April 2013
Maret 2013
Februari 2013
Januari 2013
Desember 2012
November 2012
Oktober 2012
September 2012
Agustus 2012
Juli 2012
Juni 2012
Mei 2012
April 2012
Maret 2012
Februari 2012
Januari 2012
November 2011
Agustus 2011
Juli 2011
Mei 2011
April 2011

Kategori

Agenda Pelatihan
Catatan Pinggir
Dahlan Iskan
pembangunan
Pengadaan Barang/Jasa
Perpres 16/2018

Meta

Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.org

Lihat Situs Lengkap

Now Available! Download WordPress for Android

Dengan bangga ditenagai oleh WordPress

Anda mungkin juga menyukai