Anda di halaman 1dari 17

Laporan Pendahuluan Preeklampsia Berat

1. Konsep Penyakit
i. Definisi Penyakit
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan
(Wiknjosastro, 2010).
Preeklampsia berat ditandai dengan tekanan darah
sistol/diastol lebih dari sama dengan 160/100 mmHg, protein urin
lebih dari sama dengan +3, sakit kepala, gangguan penglihatan,
nyeri epigastrium, oliguria, trombositopenia, dan edema paru
(Cunningham, 2010).
Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester III masa
kehamilan. Preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat.
Penyakit preeklampsia digolongkan berat satu atau lebih tanda/
gejala dibawah ini (Wiknjosastro, 2010):
 Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun
meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring.
 Proteinuria lebih 5 g/ 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaaan
kualitatif.
 Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/ 24 jam.
 Kenaikan kadar kreatinin plasma.
 skotoma, dan pandangan kabur.
 Nyeri epigastruium dan nyeri pada kuadran kanan atas
abdomen (akibat terenggangnya kapsula Glisson).
 Edema paru-paru dan sianosis.
 Hemolisis mikroangiopatik.
 Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler):
peningkatan kadar alanin dan aspartate amino transferase.
 Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
 Sindrom HELLP
ii. Etiologi
Penyebab pre-eklamsia hingga kini belum diketahui. Penyebab
yang diperkirakan terjadi, adalah :
a. Kelainan aliran darah menuju rahim.
b. Kerusakan pembuluh darah.
c. Masalah dengan sistem pertahanan tubuh.
d. Diet atau konsumsi makanan yang salah
e. Faktor genetik
Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan pertama,
kehamilan pada usia remaja dan kehamilan pada wanita usia diatas
40 tahun. Faktor lainnya yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya pre-eklamsia, yaitu:
a. Riwayat pre-eklamsi pada kehamilan sebelumnya.
b. Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua.
c. Obesitas
d. Mengandung lebih dari satu janin.
e. Riwayat diabetes, kelainan ginjal
iii. Manifestasi Klinis
Preeklamsi berat ditandai dengan:
a. Sakit kepala
b. Penglihatan kabur, dan lebih sensitif pada cahaya silau
c. Nyeri di daerah lambung
d. Mual atau muntah
e. Adanya pitting edema setelah bangun pagi atau tirah baring
lebih dari 1 jam (didaerah pretibia, tangan dan wajah)
f. Tekanan darah sistol 160/110 mmHg atau lebih
g. Proteinuria 5 gr/liter atau lebih (+3 atau 4)
iv. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pada penderita yang sudah masuk ke rumah sakit dengan
tanda-tanda dan gejala-gejala preeklamsi berat segera harus di
beri sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang-
kejang. Sebagai tindakan pengobatan untuk mencegah kejang-
kejang dapat di berikan:
a. Larutan magnesium sulfat 40% sebanyak 10 ml (4 gr)
disuntikan intramuskulus bokong kiri dan kanan sebagai
dosis permulaan dan dapat di ulang 4 gr tiap 6 jam
menurut keadaan. Tambahan magnesium sulfat hanya
diberikan bila diuresis baik, reflek patella positif, dan
kecepatan pernafasan lebih dari 16 per menit. Obat
tersebut selain menenangkan, juga menurunkan tekanan
darah dan meningkatkan diuresis. Jika terjadi toksisitas,
segera berikan antidot kalsium glukonas 10% secara
intravena selama 3 menit.
b. Klopromazin 50 mg intramuskulus.
c. Diazepam 20 mg intramuskulus, Digunakan bila MgSO4
tidak tersedia, atau syarat pemberian MgSO4 tidak
dipenuhi. Cara pemberian: Drip 10 mg dalam 500 ml,
max. 120 mg/24 jam. Jika dalam dosis 100 mg/24 jam
tidak ada perbaikan, rawat di ruang ICU.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
b. Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
c. Pemberian obat antikejang.
d. Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila
ada edema paru-paru, payah jantung. Diuretikum
yang dipakai adalah furosemid.
e. Pemberian antihipertensi
Masih banyak perdebatan tentang penetuan batas (cut off)
tekanan darah, untuk pemberian antihipertensi. Misalnya
Belfort mengusulkan cut off yang dipakai adalah ≥
160/110 mmHg dan MAP ≥ 126 mmHg. Di RSU Soetomo
Surabaya batas tekanan darah pemberian antihipertensi
ialah apabila tekanan sistolik ≥ 180 mmHg dan/atau
tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
v. Komplikasi
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama
ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia.
Komplikasi dibawah ini yang biasanya terjadi pada preeklampsia
berat:
a. Solusio plasenta
Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut
dan lebih sering terjadi pada preeklampsia.
b. Hipofibrinogenemia
Biasanya terjadi pada preeklampsia berat. Oleh karena itu
dianjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
c. Hemolisis
Penderita dengan gejala preeklampsia berat kadang-kadang
menunjukkan gejala klinis hemolisis yang dikenal dengan
ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan
kerusakan sel hati atau destruksi eritrosit. Nekrosis periportal
hati yang ditemukan pada autopsy penderita eklampsia dapat
menerangkan ikterus tersebut.
d. Kelainan mata
Kehilangan pengelihatan untuk sementara, yang berlansung
selama seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang
terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadi
apopleksia serebri.
e. Edema paru-paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan
karena bronchopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-
kadang ditemukan abses paru.
f. Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes and
low platelets
HELLP adalah singkatan dari Hemolysis (perusakan sel darah
merah), Elevated liver enzym dan low platelet count
(meningkatnya kadar enzim dalam hati dan rendahnya jumlah
sel darah dalam keseluruhan
g. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endotheliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endhotelial tubulus ginjal tanpa
kelainan struktur yang lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul
adalah anuria sampai gagal ginjal.
h. Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jantung akibat
kejang-kejang, pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated
intravascular coagulation).
Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin
vi. Diagnosa Banding
Diagnosa banding preeklampsia berat, yaitu :
a. Kehamilan dengan sindrom nefrotik
b. Kehamilan dengan payah jantung
c. Hipertensi kronis
d. Penyakit ginjal
e. Edema kehamilan
f. Proteinuria kehamilan
2. Pengkajian
i. Wawancara
pengumpulan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien
(Sulistyawati, 2012).
a. Identitas klien dan penanggung jawab: Meliputi nama, umur
ibu yang berusia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa
medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan
umum, tanda vital dengan tekanan darah diatas 160/100
b. Keluhan Utama adalah keluhan yang harus ditanyakan
dengan singkat dengan menggunakan bahasa yang di pakai si
pemberi keterangan. Keluhan utama ditanyakan untuk
mengetahui alasan klien datang, apakah untuk memeriksakan
kehamilan atau untuk memeriksakan keluhan lain. Pada kasus
preeklamsia berat klien merasakan beberapa keluhan seperti
nyeri kepala menetap, gangguan penglihatan, dan nyeri ulu
hati
c. Riwayat kesehatan sekarang, meliputi keluhan atau yang
berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat
ini dan keluhan yang dirasakan pasien. Pada PEB meliputi
pusing, nyeri kepala, nyeri epigastrium, bengkak dan sering
buang air kecil.
d. Riwayat pembedahan, kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan
di mana tindakan tersebut berlangsung
e. Riwayat haid/ menstruasi, dikaji untuk mengetahui riwayat
menstruasi antara lain adalah menarche, siklus menstruasi,
lamanya menstruasi, banyaknya darah, teratur atau tidak
teratur, sifat darah, keluhan utama yang dirasakan saat haid,
dan menstruasi terakhir yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk perhitungan tanggal kehamilan dan perkiraan kelahiran
f. Riwayat kehamilan sekarang, dikaji untuk mengetahui tanda-
tanda dan gejala- gejala yang ditemukan ibu hamil,
pemakaian obat yang dikonsumsi selama hamil, mengetahui
riwayat ANC teratur atau tidak, penyuluhan yang pernah
didapatkan, sudah mendapat imunisasi TT (tetanustoxoid)
atau belum kapan dan berapa kali, serta dapat
memberikanpetunjuk dini adanya keluhan ibu terhadap
kehamilannya.
g. Riwayat Penyakit :
a) Riwayat penyakit sekarang
b) Riwayat penyakit yang lalu
c) Riwayat penyakit keluarga
d) Riwayat operasi
e) Riwayat perkawinan
f) Riwayat keluarga berencana
g) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:
h) Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan selama hamil
ii. Pemeriksaan fisik
a. Kepala, meliputi :
Rambut, Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, menilai
warnanya, kelebatan, dan karakteristik rambut.
Muka. Inspeksi dilakukan pada muka untuk mengetahui ada
tidaknya oedema, dimana bisa untuk melihat berat ringannya
hipertensi yang diderita dan pada ekstremitas untuk
mengetahui ada tidaknya oedema
b. Mata, Untuk mengetahui ada oedema atau tidak,
keadaan conjungtiva pucat atau merah muda,
warna sclera putihatau kuning, mata cekung atau tidak.
c. Hidung, Untuk mengetahui keadaan hidung adapolip atau
tidak.
d. Telinga, Untuk mengetahui keadaan telinga simetris atau
tidak, bersih atau tidak.
e. Mulut, Untuk mengetahui keadaan mulut
adakah caries, bersih atau tidak, keadaan bibir kering atau
tidak, lidah kotor dan berbau aseton atau tidak.
f. Leher, Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar
gondok atau pembesaran kelenjar limfe.
g. Dada dan Axilla, Untuk mengetahui keadaan payudara
membesar atau tidak, putting susu menonjol atau
tidak, areola hiperpigmentasiatau tidak, keadaan axilla ada
benjolan dan nyeri atau tidak
h. Abdomen, Untuk mengetahui adanya pembesaran abdomen
atau perut, luka bekas operasi,strie, dan linea.
i. Genetalia, Untuk mengetahui adanya varices atau tidak,
mengetahui apakah ada pembengkakan kelenjar bartolini,
mengetahui pengeluaran yaitu perdarahan dan flour albus.
j. Anus, Adanya haemoroid atau tidak adanyavarices atau tidak.
k. Ekstremitas, Untuk mengetahui adanya oedemaatau tidak,
adanya varices, reflek patella positif atau negatif, betis merah
lembek atau keras.
iii. Pemeriksaan diagnostik
Dalam pemeriksaan penunjang ibu hamil dengan preeklamsia
dilakukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan
proteinuria serta pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
trombosit. Selain itu dilakukan pemeriksaan fungsi hati (SGPT/
SGOT). Pada ibu hamil dengan preeklamsia berat dan pemeriksaan
fungsi ginjal untuk mengetahui serum kreatinin dan serum asam
urat (Varney, 2007). Pemeriksaan USG lebih awal (25-28 minggu)
juga diperlukan untuk menilai pertumbuhan janin serta mengetahui
kesejahteraan janin(Kurniawati, 2009).
iv. Analisa data
Setelah pengumpulan data langkah berikutnya adalah menganalisa
data dengan mengelompokan data subyektif dan data obyektif,
etiologi dan masalah keperawatan
3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan
2. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri,
transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
4. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi biokimia
atau regulasi
5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
7. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang pemajanan stsu mengingati kesalahan interpretasi ,
tidak mengenal sumber-sumber
8. Ketidakepektifan pola menyusui berhubungan dengan kurang
pengetahuan klien akan cara menyusui dan perawatan payudara
4. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan
Tujuan : Secara verbal klien menyatakan nyeri berkurang
Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk
mengatasi nyeri/ketidaknyamanan dengan tepat, Mengungkapkan
berkurangnya nyeri, Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan
tepat
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda vital (tekanan 1. ada banyak klien nyeri dapat
darah, respirasi nadi, suhu) menyebabkan gelisah serta
perhatikan adanya perubahan tekanan darah dan nadi
perilaku (bedakan antara meningkat.
kegelisahan karena kehilangan 2. Skala nyeri dapat menunjukan
darah berlebih dan karena nyeri) kualitas nyeri yang dapat
2. Kaji nyeri secara komprehensif dirasakan klien.
3. Perhatikan nyeri tekan uterus dan 3. Selama 12 jam pertama pasca
adanya karakteristik nyeri partum kontraksi uterus kuat dan
penyerta. teratur dan ini berlanjut selama
4. Tentukan karakterisktik dan lokasi 2-3 hari berikutnya meskipun
ketidaknyamanan, perhatikan frekuensi dan intensitasnya
isyarat verbal dan nonverbal dikurangi
seperti meringis, kaku, gerakan 4. Klien mungkin tidak secara
melindungi atau terbatas. verbal melaporkan nyeri dan
5. Ajarkan klien untuk melakukan ketidaknyamanan secara
teknik relaksasi nafas dalam. langsung. Membedakan
6. Ubah posisi klien (sesuai dengan karakteristik dari yeri,
kenyamana klien) kurangi membantu membedakan nyeri
rangsangan yang berbahaya dan pasca operasi dari terjadi
berikan gosokan punggung, komplikasi.
anjurkan penggunaan teknik 5. Teknik relaksasi nafas dalam
distraksi dan relaksasi yang sudah dapat menurunkan rasa nyeri dan
diajarkan. meningkatkan koping individu.
7. Kolaborasi pemberian analgetik 6. Merelaksasikan otot dan
dengan dokter mengalihkan perhatian dari
sensasi yeri, meningkatkan
kenyamanan dan menurunkan
distraksi tidak menyenangkan.
7. Pemberian analgetik dapat
menurunkan rasa nyeri,
meningkatkan kenyamanan yang
memperbaiki status psikologis
dan meningkatkan mobilitas.
2. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri,
transmisi/kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
Tujuan : Ansietas dapat berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Mengungkapkan perasaan ansietas, Melaporkan
bahwa ansietas sudah menurun, Kelihatan rileks, dapat tidur/istirahat
dengan benar.
Intervensi Rasional
1. Dorong keberadaan atau partisipasi 1. Memberikan dukungan emosional;
pasangan dapat mendorong mengungkapkan
2. Tentukan tingkat ansietas pasien dan masalah.
sumber dari masalah. 2. Mendorong pasien atau pasangan
3. Bantu pasien atau pasangan dalam untuk mengungkapkan keluhan
mengidentifikasi mekanisme koping atau harapan yang tidak terpenuhi
baru yang lazim dan perkembangan dalam proses ikatan/menjadi
strategi koping baru jika dibutuhkan. orangtua.
4. Memberikan informasi yang akurat 3. Membantu memfasilitasi adaptasi
tentang keadaan pasien dan bayi. yang positif terhadap peran baru,
5. Mulai kontak antara mengurangi perasaan ansietas.
pasien/pasangan dengan baik 4. Khayalan yang disebabkan
sesegera mungkin. informasi atau kesalahpahaman
dapat meningkatkan tingkat
ansietas.
5. Mengurangi ansietas yang
mungkin berhubungan dengan
penanganan bayi, takut terhadap
sesuatu yang tidak diketahui, atau
menganggap hal yang buruk
berkenaan dengan keadaan bayi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : klien dapat menoleransi aktivitas
Kriteria hasil : klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di
inginkan
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan klien
2. Kaji kemampuan klien dalam 2. Membantu merencanakan
melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan klien
3. Bantu aktivitas klien 3. Memenuhi kebutuhan yang Ia
4. Ajarkan keluarga dalam pemenuhan tidak dapat terpenuhi dengan
aktivitas klien dan proses perawatan mandiri
5. Anjurkan klien lakukan aktivitas 4. Dapat membantu kebutuhan
ringan aktivitas klien
5. Bertahap dalam proses
pemenuhan aktivitas

4. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi biokimia


atau regulasi
Tujuan : Tidak lagi mengungkapkan perasaan negatif diri dan situasi
Kriteria hasil :Mengungkapkan pemahaman mengenai faktor
individu yang mencetuskan situasi saat ini, Mengekspresikan diri yang
positif.
Intervensi Rasional
1. Tentukan respon emosional pasien/ 1. Kedua anggota pasangan mungkin
pasangan terhadap kelahiran sesarea. mengalami reaksi emosi negatif
2. Tinjau ulang partisipasi terhadap kelahiran sesarea
pasien/pasangan dan peran dalam meskipun bayi sehat, orangtua
pengalaman kelahiran. Identifikasi sering berduka dan merasa
perilaku positif selama proses kehilangan karena tidak
prenatal dan antepartal. mengalami kelahiran pervagina
3. Tekankan kemiripan antara kelahiran sesuai yang diperkirakan.
sesarea dan vagina. Sampaikan sifat 2. Respon berduka dapat berkurang
positif terhadap kelahiran sesarea. bila ibu dan ayah mampu saling
Dan atur perawatan pasca patum membagi akan pengalaman
sedekat mungkin pada perawatan kelahiran, sebagai dapat
yang diberikan pada pasien setelah membantu menghindari rasa
kelahiran vagina. bersalah.
3. Pasien dapat merubah persepsinya
tentang pengalaman kelahiran
sesarea sebagaiman persepsinya
tentang kesehatannya /
penyakitnya berdasarkan pada
sikap professional.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak


Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan tehnik-tehnik untuk
menurunkan resiko-resiko dan atau meningkatkan penyembuhan,
Menunjukan luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal
penyembuhan (misalnya penyatuan tepi-tepi luka), uterus lunak/ tidak
nyeri tekan, dengan aliran dan karakter lokhea normal, Bebas dari
infeksi, tidak demam, dan urin jernih kuning pucat.
Intervensi Rasional
1. Anjurkan dan gunakan teknik 1. Membantu mencegah atau
mencuci tangan dengan cermat membatasi penyebaran infeksi.
dan pembuangan pengalas 2. Tanda-tanda ini menandakan
kotoran, pembalut perineal dan infeksi luka, yang biasanya
linen terkontaminasi dengan disebabkan oleh bakteri.
tepat. 3. Demam setelah pasca operasi
2. Perhatikan luka operasi, kaji hari ke-3 leukositosis, dan
warna kemerahan, edema, nyeri, takikardi menunjukan infeksi,
eksudat atau gangguan penyatuan peningkatan suhu sampai 38,30C
pada daerah luka operasi. dalam 24 jam pertama
3. Kaji suhu, nadi dan jumlah sel mengimdikasikan adanya
darah putih. infeksi.
4. Lakukan perawatan luka dengan 4. Dengan teknik aseptik dapat
teknik aseptik. memperkecil kemungkinan
masuknya kuman ke dalam luka
infeksi.

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri


Tujuan : pola tidur klien terpenuhi
Kriteria hasil : klien dapat tidur nyenyak dan nyeri berkurang

Intervensi Rasional
1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan klien
2. Kaji pola tidur klien 2. Menentukan intervensi
3. Atur posisi yang nyaman menjelang selanjutnya
tidur 3. Istirahat yang cukup dapat
4. Anjurkan klien untuk banyak mengurangi kelemahan
istirahat dan tidur yang cukup 4. Dapat mengurangi nyeri dan
dalam proses penyembuhan

7. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan


dengan kurang pemajanan stsu mengingati kesalahan interpretasi ,
tidak mengenal sumber-sumber
Tujuan : Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan
melahirkan sesarea
Kriteria hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan
fisiologis, kebutuhan-kebutuhan individu, hasil yang diharapkan,
Melakukan aktivitas prosedur yang perlu dengan benar dan
penjelasan alasan untuk tindakan
Intervensi Rasional
1. Kaji kesiapan dan motivasi klien 1. Program pascapartum dapat
untuk belajar. Bantu klien dalam menjadi pengalaman positif
mengidentifiksi kebutuhan. bila kesempatan penyuluhan
2. Berikan rencana penyuluhan tertulis diberikan untuk membantu
dengan menggunakan format yang mengembangkan
distandrisasi atau ceklis. pertumbuhan ibu.
3. Kaji keadaan fisik klien. 2. Membantu menjamin
4. Berikan informasi yang diberikan kelengkapan informasi yang
dengan perubahan fisiologis dan diterimaorang tua dari
psikologis yang normal berkenaan anggota staf dan menurunkan
dengan kelahiran sesaria dan konfusi klien yang
kebutuhan-kebutuhan berkenaan disebabkan oleh diseminasi
dengan periode pascapartum nasihat atau informasi yang
5. Diskusikan program latihan yang menimbulkan konflik
tepat sesuai ketentuan 3. Ketidaknyamanan berkenaan
dengan insisi atau nyeri
penyerta.
4. Pembantu klien mengenali
perubahan normal dari
respon-respon abnormal yang
mungkin memerlukan
tindakan
5. Program latihan progresif
biasanya dapat dimulai bila
ketidaknyamanan abdomen
telah berkurang (pada kira-
kira 3-4 minggu
pascapartum).

8. Ketidakepektifan pola menyusui berhubungan dengan kurang


pengetahuan klien akan cara menyusui dan perawatan payudara
Tujuan : pengetahuan klien dalam cara menyusui bertambah.
Kriterian hasil : klien dapat menyusui dengan baik, klien merasa

Intervensi Rasional
1. kaji pengetahuan klien 1. Mengidentifikasi kebutuhan saat
tentang perawatan payudara ini dan mengembangkan rencana
dan tentang pengalaman perawatan selanjutnya
menyusi sebelumnya 2. Membantu menjamin suplai susu
2. berikan cara perawatan adekuat, mencegah putting luka
putting susu dan kenyamanan bagi bayi dan ibu.
3. Menyusui, perhatikan posisi 3. Membantu pemberian ASI secara
bayi selama diberi ASI tepat dan memberikan kenyamanan
4. Anjurkan ibu untuk banyak pada ibu dan bayi
makan sayur-sayuran. 4. Sayuran dapat membantu dalam
meningkatkan suplai ASI
Daftar Pustaka

Cunningham. 2010. Obstetri Wiliam. Jakarta: Buku Kedokteran EGC


Kurniawati, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta; Toska
Entreprise
Sulistyawati, Ari. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.
Jakarta: Salemba Medika
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta: EGC
Wibowo., Rachimhadi. 2006. Proteinuria dalam Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 1, Edisi 5. Jakarta: Penerbit FKUI
Wiknjosastro. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta: Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai