Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
By
This study aims to (1) determine the consumption pattern and level of household food
security of cassava farmers and (2) find out the relationship of consumption patterns
with the level of household food security of cassava farmers. Determination of the
location of the study, namely Gunung Batin Udik Village Terusan Nunyai Sub
District of Central Lampung Regency, is carried out by purposive method, for this
location is a center of cassava production. The samples in this study are 77 cassava
farmer households obtained by simple random sampling method. The data analytical
method used in this study is descriptive statistical and qualitative descriptive
analysis. The results show that the (1) Desirable Dietary Pattern (DDP) score of
cassava farmers households is in the less category (61.62) (2) The level of food
security of cassava farmers is in poor condition and food insecurity (3) Food
consumption patterns (DDP score) related to the level of food security. In a sense, the
higher the food consumption pattern (DDP score) the more food resistant of food
security level and otherwise.
Oleh
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi dan tingkat ketahanan
pangan rumah tangga petani ubi kayu dan mengetahui hubungan pola konsumsi
dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani ubi kayu. Penentuan lokasi
penelitian dilakukan dengan cara sengaja (purposive) yaitu di Desa Gunung Batin
Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah dengan pertimbangan
lokasi tersebut merupakan sentra produksi ubi kayu. Sampel dalam penelitian ini
adalah rumah tangga petani ubi kayu dengan total 77 responden yang diperoleh
dengan menggunakan metode simple random sampling. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor PPH rumah tangga petani ubi
kayu termasuk dalam kategori kurang (61,62). Tingkat ketahanan pangan rumah
tangga petani ubi kayu berada dalam kondisi kurang dan rawan pangan. Pola
konsumsi pangan (skor PPH) berhubungan dengan tingkat ketahanan pangan. Dalam
arti, semakin tinggi konsumsi pangan (skor PPH) maka tingkat ketahanan pangan
cenderung semakin tahan pangan dan sebaliknya.
Oleh
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Pertama di SMP Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2009, dan tingkat
Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung Pada tahun 2012,
Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari. Pada tahun 2016, penulis juga
Bismillahirahmannirrahim,
nasihat, serta saran-saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini yang
Tengah” Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian.
2. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Ketua Jurusan Agribisnis
3. Dr. Ir. Ktut Murniati, M.T.A., sebagai pembimbing pertama, atas ketulusan
hati dan kesabaran, bimbingan, dukungan, dan nasihat yang telah diberikan
penyusunan skripsi.
7. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mba iin, Mba ayi, Mba
Tunjung, Mas Kardi, Mas Bukhari dan Mas Boim) atas semua bantuan yang
telah diberikan.
8. Teruntuk Mama dan Papa tercinta, terima kasih atas do’a, dukungan, nasihat,
saran dan segala limpahan cinta serta kasih sayang yang tulus ikhlas
Baskoro Adytia Putra dan Mba ku Meirita Oktaviani terimakasih selalu jadi
untuk kalian.
9. Untuk Hafiz Aulya Nurrizky dan keluarga (Ayah, Ibu dan Agi) yang sudah
10. Sahabat- sahabat terbaik penulis, Rizka Shafira Triana, Nadia Azzahra dan
11. Adik-adikku tercinta, Didi, Apis, Eyok, Yuyo, Cimbul dan Fikih yang telah
Yohilda, Agustya, Eva, Yessi, Afsani, Rahma, Susi, Audina dan lain-lain
yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas pengalaman dan
Aamiin.
13. Teman-teman Ayhadus, Juju, Erwin, Pindo, Innaka, Dolly, Andre, Sofian,
14. Adinda 2013 Meri Handayani dan Tiara Shinta Anggraeni yang turut
15. Atu dan Kiyai Agribisnis 2011, adinda Agribisnis 2013 dan 2014 atas
16. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan selama proses penulisan skripsi
ini. Semoga ALLAH SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
C. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8
III.METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian........................................................................................... 28
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ........................................................ 28
C. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian...................................................... 30
D. Jenis dan Pengumpulan Data ......................................................................... 33
E. Metode Analisis Data..................................................................................... 33
1. Analisis Data untuk Menjawab Tujuan Pertama...................................... 33
2. Analisis Data untuk Menjawab Tujuan Kedua ........................................ 35
3. Analisis Data untuk Menjawab Tujuan Ketiga ........................................ 36
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Gunung Batin Udik ................................................. 37
1. Kondisi Demografi................................................................................... 38
2. Industri ..................................................................................................... 42
3. Bidang Kemasyarakatan........................................................................... 43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
6. Jumlah responden petani ubi kayu di Desa Gunung Batin Udik ......................... 32
19. Sebaran petani berdasarkan luas lahan dan status kepemilikan lahan di
Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 48
27. Skor pola pangan harapan rumah tangga petani ubi kayu ................................... 61
29. Sebaran pangsa pengeluaran pangan rumah tangga petani ubi kayu
Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 64
30. Sebaran jumlah konsumsi energi rumah tangga petani ubi kayu di
Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 66
31. Sebaran ketahanan pangan rumah tangga petani ubi kayu .................................. 67
v
34. Pendapatan rumah tangga petani ubi kayu di Desa Gunung Batin Udik ............. 80
35. Rata-rata konsumsi energi pangan rumah tangga petani ubi kayu ...................... 83
36. Jenis dan jumlah konsumsi pangan di Desa Gunung Batin Udik ........................ 86
40. Rekapitulasi skor PPH per responden Desa Gunung Batin Udik ........................ 94
41. Rekapitulasi skor PPH rumah tangga petani ubi kayu ......................................... 97
Gambar Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
cukup secara nasional saja tidak mampu menjamin adanya ketahanan pangan
tingkat wilayah (regional), pedesaan, serta rumah tangga individu. Dewasa ini,
sangat cepat dan kompleks (LIPI, 2008). Hal ini terjadi akibat adanya perubahan
berkembang pesat, selain itu juga luas lahan yang tersedia semakin berkurang
akibat dari adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian.
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan. Oleh karena itu, ketahanan pangan menjadi isu penting
lain dalam rangka menjaga ketahanan pangan dalam jangka panjang. Upaya
pangan alternatif pengganti beras yang berharga murah dan memiliki kandungan
Di Indonesia, ubi kayu merupakan salah satu sumber makanan pokok yang
banyak dikonsumsi setelah padi dan jagung (Bambang, 2004). Potensi nilai
ekonomi dan sosial ubi kayu merupakan bahan pangan masa depan yang berdaya
guna, sebagai bahan baku berbagai industri dan pakan ternak. Ubi kayu dapat
diperoleh dengan berbagai cara untuk dijadikan produk makanan dan hingga saat
ini ubi kayu digunakan sebagai salah satu bahan makanan pokok oleh golongan
Mengingat potensi pengembangan produk berbasis ubi kayu yang cukup luas dan
belum jenuhnya potensi pasar ubi kayu, baik di dalam maupun di luar negeri, dan
sentra produksi ubi kayu utama di Lampung. Data tentang luas panen, produksi,
dan produktivitas ubi kayu di Provinsi Lampung tahun 2014-2015 dapat dilihat
pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas ubi kayu di Provinsi Lampung
tahun 2014-2015
Tabel 1 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan pada produktivitas ubi kayu
tahun 2015 yaitu sebesar 259,20 ton dari tahun 2014 yang produktivitasnya
berkurangnya minat petani untuk menanam ubi kayu dan juga penggunaan sarana
Ubi kayu merupakan bahan makanan pokok alternatif nonberas yang dekat
dengan masyarakat namun bahan makanan ini diidentikkan sebagai jenis bahan
persepsi bahwa masyarakat Indonesia yang biasa makan nasi tidak merasa
kenyang sebelum makan nasi sebagai sumber karbohidrat. Pada penelitian ini,
4
Tengah menjadi sentra produksi ubi kayu tertinggi. Data tentang produksi ubi
Produksi (ton)
No. Kecamatan
2012 2013 2014
1 Padang Ratu 66.335 105.137 53.624
2 Selagai Lingga 15.288 8.790 15.457
3 Pubian 20.702 14.362 4.500
4 Anak Tuha 177.193 29.299 5.876
5 Anak Ratu Aji 49.010 49.939 30.359
6 Kalirejo 5.672 3.401 4.367
7 Sendang Agung 4.254 3.139 3.335
8 Bangun Rejo 8.534 10.229 8.046
9 Gunung Sugih 62.235 63.700 74.163
10 Bekri 53.470 82.064 60.956
11 Bumi Ratu Nuban 21.166 10.804 19.057
12 Trimurjo 4.512 1.648 10.164
13 Punggur 6.780 10.961 10.905
14 Kota Gajah 2.913 0 1.350
15 Seputih Raman 24.131 21.556 26.494
16 Terbanggi Besar 201.788 267.486 134.325
17 Seputih Agung 146.900 227.226 162.884
18 Way Pengubuan 125.167 272.901 92.903
19 Terusan Nunyai 368.256 321.873 354.804
20 Seputih Mataram 88.480 89.493 91.870
21 Bandar Mataram 539.931 549.308 349.351
22 Seputih Banyak 171.779 135.797 39.940
23 Rumbia 296.971 82.875 76.307
24 Bumi Nabung 149.117 129.100 177.309
25 Putra Rumbia 247.291 136.686 138.904
26 Seputih Surabaya 215.684 195.101 193.375
27 Bandar Surabaya 219.757 228.377 97.402
Jumlah 3.371.665 3.274.133 2.432.568
produksi utama ubi kayu tertinggi pada tahun 2014 dengan total produksi yaitu
354.804 ton/tahun. Dapat dilihat pada data diatas, produksi ubi kayu dari tahun
5
pendapatan rumah tangga petani ubi kayu dan akan berpengaruh terhadap tingkat
ragam, kualitas dan jumlah yang cukup sepanjang waktu baik melalui
efisien dan merata dengan tingkat harga yang terjangkau oleh daya beli
gizi yang wajar untuk dapat hidup dan tumbuh secara sehat dan produktif
wilayah dapat diukur dari ketersediaan pangan, daya beli dan tingkat konsumsi
konsumsi pangan rumah tangga merupakan salah satu entry point dan sub system
pangan masyarakat, maka akan dapat disusun kebijakan penyediaan pangan, baik
yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (impor). Pola konsumsi
secara garis besar konsumsi pangan yang menghasilkan tubuh sehat perlu
terutama terdapat pada serealia dan umbi-umbian, protein terdapat pada daging,
Kecukupan Gizi (AKG) yang meliputi Angka Kecukupan Energi (AKE) dan
Angka Kecukupan Protein (AKP). Secara umum AKE bagi penduduk Indonesia
saat ini (WNPG 2012) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan AKE 2004
kelompok umur dan jenis kelamin, serta komposisi penduduk hasil Sensus
Penduduk 2010, diperoleh rata-rata AKE dan AKP nasional pada tingkat
melalui pendekatan PPH. Nilai/skor mutu PPH ini dapat memberikan informasi
Semakin besar skor PPH maka kualitas konsumsi pangan dinilai semakin baik.
7
lokasi yang menarik untuk diteliti, karena daerah tersebut merupakan daerah
produsen ubi kayu tertinggi di Kabupaten Lampung Tengah. Produksi ubi kayu
dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi jumlah produksi. Hal ini akan
mempengaruhi pendapatan rumah tangga petani ubi kayu dan akan berpengaruh
(1) Bagaimana pola konsumsi pangan rumah tangga petani ubi kayu di
(2) Bagaimana tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani ubi kayu di
(3) Bagaimana hubungan pola konsumsi rumah tangga dengan tingkat ketahanan
B. Tujuan Penelitian
Tengah.
C. Manfaat Penelitian
A. Tinjauan Pustaka
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
konteks nasional atau global, tetapi pada tingkat setiap rumah tangga dan setiap
(Sastraatmadja, 2006).
semua rumah tangga mempunyai akses, baikakses fisik maupun ekonomi untuk
kedua defenisi diatas berarti konsep ketahanan pangan cukup luas pengertiannya
10
yaitu setiap daerah ataupun rumah tangga harus mempunyai ketersedian pangan
Beberapa ahli sepakat bahwa ketahanan pangan minimal mengandung tiga unsur
terhadap pangan. Salah satu unsur tersebut tidak dipenuhi maka suatu negara
pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu
Ketahanan pangan yang kokoh dibangun pada tingkat rumah tangga yang
kokoh, mulai dari tingkat rumah tangga sampai tingkat nasional (Maleha dan
Sutanto, 2006). Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO (1996) dan
indikator tersebut.
penelitian ini, indikator yang digunakan adalah indikator dari Jonsson dan
Toole (1991), yang diadopsi oleh Maxwell et all (2000) dengan menggunakan
tabulasi silang antara pengeluaran pangan dan konsumsi energi rumah tangga,
Tingkat ketahanan pangan rumah tangga didasarkan atas akses individu atau
rumah tangga terhadap pangan. Semakin tinggi akses suatu rumah tangga
pangan yang tinggi. Sebaliknya rumah tangga dengan pendapatan yang tinggi
memiliki pangsa pengeluaran pangan yang rendah. Hal ini didukung dengan
hubungan yang negatif dengan total pengeluaran rumah tangga dan hal
13
tangga untuk belanja pangan dari jumlah total pengeluaran rumah tangga
FE
PPP = 100%
TE
Dimana :
PPP = Pangsa Pengeluaran Pangan (%)
FE = Pengeluaran Untuk Belanja Pangan (Rp/Bulan)
TE = Total Pengeluaran Rumah Tangga (Rp/Bulan)
Sinaga, 2005).
telah diteliti dan hasilnya dimuat dalam buku “Daftar Komposisi Zat Gizi
(1995). Kadar zat gizi dalam buku tersebut adalah dalam 100 gram bagian
yang dapat dimakan (berat bersih). Kadar energi Q dalam suatu bahan
berat A
Q = bdd (%)x x angka energi Q dalam DKBM
100
di mana, bdd (%) merupakan singkatan dari bagian yang dapat dimakan
dalam persen berat bahan yang bersangkutan. Selanjutnya cara ini dapat
badan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Patokan berat
Konsumsi Energi
TKE = x 100%
Angka Kecukupan Energi
15
pemenuhan atas pangan adalah hak asasi manusia. Pangan adalah bahan-
makanan, yaitu sebagai sumber tenaga, zat pengatur, dan zat pembangun.
Pangan dikenal sebagai pangan pokok yang dimakan secara teratur oleh suatu
terbesar dari konsumsi energi total yang dihasilkan oleh makanan. Jenis-jenis
pangan yang dikonsumsi penduduk pada suatu daerah biasanya tidak jauh dari
(Indriani, 2007).
jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum
Pangan, 2005).
16
Konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi. Perhitungan jumlah zat gizi yang dikonsumsi (jenis dan jumlah
pangan) merupakan hal yang penting. Secara umum prisnip penilaian jumlah
konsumsi zat gizi berdasarkan data konsumsi pangan, data kandungan zat gizi
bahan makanan, dan data kecukupan zat gizi (Hardinsyah & Briawan, 1994).
energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dari
budaya, agama, dan cita rasa. Pola pangan harapan mencerminkan susunan
konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Dengan
pendekatan PPH, maka mutu pangan berdasarkan skor pangan dari 9 bahan
pangan dapat dinilai. Semakin tinggi skor PPH, maka konsumsi pangan
dalam jumlah cukup dan seimbang akan mampu memenuhi kebutuhan gizi.
17
segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama. FAO-
dilihat dari skor pangan/skor PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi
(<55), kurang (55-69), cukup (70-84), dan baik (≥85) (Prasetyo et al., 2013).
Tiap negara mempunyai potensi dan sosial budaya yang berbeda-beda. Bagi
makanan berpati sekitar 5%, pangan hewani sekitar 15-20%, minyak dan
lemak lebih dari 10%, kacang-kacangan sekitar 5%, gula 6-7%, buah dan
Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004, susunan PPH nasional yang telah disepakati
kkal/kapita/hari.
18
Energi
No. Kelompok Pangan %AKG Bobot Skor PPH
(kkal/kap/hari)
1. Padi-padian 1.150 50,0 0,5 25,0
2. Umbi-umbian 120 6,0 0,5 2,5
3. Hewani 240 12,0 2,0 24,0
4. Minyak dan lemak 200 10,0 0,5 5,0
5. Buah dan biji 60 3,0 0,5 1,0
Berminyak
6. Kacang-kacangan 100 5,0 2,0 10,0
7. Gula 100 5,0 0,5 2,5
8. Sayur dan buah 120 6,0 5,0 30,0
9. Lain-lain 60 3,0 0,0 0,0
Jumlah 2150 100,0 100,0
Pada konsep PPH, setiap kelompok pangan dalam bentuk energi mempunyai
pembobot pada kelompok padi-padian, umbi-umbian dan gula hanya 0,5 karena
dalam konsep PPH akan diperoleh skor sebesar 100. Dalam arti diversifikasi
konsumsi pangan sesuai konsep PPH harus mempunyai skor 100 (Ariani, 2005).
Penilaian aspek kuantitas pangan dapat ditinjau dari volume pangan yang
dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan. Kedua hal
memenuhi kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang dikenal dengan
19
dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah
defisiensi zat gizi. Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada
masing-masing orang per hari bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin,
kebutuhan zat gizi tersebut. Kekurangan atau kelebihan zat gizi tersebut akan
menyebabkan kelainan atau penyakit bagi tubuh. Oleh karena itu, perlu
mendukung bahan referensi yang terkait dan dijadikan bahan pembanding yang
penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian peneliti lain yang
terdapat pada Tabel 5. Dalam penelitian yang akan ditulis tersebut terdapat
perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang lain. Persamaan yang terdapat
dalam penelitian tersebut yaitu penelitian ini mengukur tingkat ketahanan pangan
dan pola konsumsi di suatu daerah, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
20
Peneliti dan
No Tujuan Metode Analisis Hasil
Judul Penelitian
1. Analisis Pola Konsumsi 1. Menganalisis pola 1. Analisis 1. Konsumsi energi (AKE) rumah tangga pedesaan
Pangan Rumah Tangga konsumsipangan rumah linier 1,569.49 kkal/kap/hari dan AKE rumah tangga
(Studi Kasus Di tangga berdasarkan aspek berganda perkotaan 1,964.73 masih berada dibawah AKE
Kecamatan Tarakan kuantitas 2. Skor PPH normatif yaitu 2,000 kkal/kap/hari. Pada
Barat Kota Tarakan 2. Menganalisis pola konsumsi protein (AKP) rumah tangga pedesaan
Provinsi Kalimantan konsumsi pangan rumah yaitu 47.63 gram/kap/hari masih dibawah AKP
Timur) (Hamid, tangga berdasarkan aspek normatif yaitu 52 gram/kap/hari dan AKP rumah
Setiawan dan kualitas tangga perkotaan 62.44 gram/kap/hari telah
Suhartini, 2013) melebihi AKP normatif.
2. Pola konsumsi pangan dari aspek kualitas yaitu
skor PPH pada rumah tangga pedesaan 60.27 dan
perkotaan 82.14 dimana skor tersebut masih
berada dibawah skor PPH ideal yaitu 100.
2 Pola Konsumsi dan 1. Mengetahui pola 1. Analisis 1. Pola konsumsi beras siger konsumen rumah
Atribut-Atribut Beras konsumsi rumah tangga diskriptif tangga di Kecamatan Natar memiliki frekuensi
Siger yang Diinginkan konsumen beras siger. kualitatif dan konsumsi 1–5 kali per minggu, cara
Masyarakat (Studi 2. Mengetahui sifat-sifat kuantitatif. pengonsumsi beras siger dicampur beras dengan
Kasus pada Masyarakat dan atribut pilihan yang jumlah konsumsi dalam seminggu kurang dari 1
di Desa Pancasila menjadi pertimbangan kg.
Kabupaten Lampung dalam mengkonsumsi 2. Atribut paling utama yang menjadi
Selatan) (Hendaris, beras siger. pertimbangan responden adalah warna, diikuti
Zakaria dan Kasymir, 3. Mengetahui kombinasi dengan kekenyalan, aroma, harga, dan atribut
2013) atribut yang paling yang paling terakhir adalah kemasan.
disukai konsumen. 3. Kombinasi atribut yang disukai konsumen
adalah harga murah kurang dari sama dengan
Rp7.000/kg, warna coklat tua, kenyal, beraroma
tidak kuat dan curah.
21
Tabel 5. Lanjutan
Peneliti dan
No Tujuan Metode Analisis Hasil
Judul Penelitian
3. Pola Konsumsi Pangan 1. Menganalisis pola 1. Analisis 1. Pola konsumsi masyarakat Jawa Tengah pada
Berbahan Ubi Kayu di konsumsi pangan deskriptif makanan atau bahan pangan berasal dari ubi
Jawa Tengah (Sumardi, berbahan ubi kayu di 2. Analisis kayu rata-rata per bulan untuk makanan utama
Jawa Tengah eksplorasi adalah 34 kali dengan rata-rata konsumsi per
2013)
kapita setiap kali konsumsi adalah 56 gram.
4. Ketahanan Pangan 1. Menganalisis tingkat 1. Klasifikasi Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat
Rumah Tangga Petani ketahanan pangan rumah silang antara disimpulkan bahwa rumah tangga petani kopi di
Kopi di Kabupaten tangga petani kopi di pangsa Kabupaten Lampung Barat yang mencapai derajat
Lampung Barat Kabupaten Lampung pengeluaran tahan pangan sebesar 15,09 persen, sedangkan
(Anggraini, Zakaria dan Barat dan tingkat kurang pangan, rentan pangan, dan rawan pangan
Prasmatiwi, 2014) 2. Menganalisis faktor- kecukupan adalah sebesar 11,32 persen, 62,26 persen, dan
faktor yang energi 11,32 persen. Faktor–faktor yang berpengaruh
mempengaruhi tingkat 2. Uji Likelihood terhadap tingkat ketahanan pangan rumah petani
ketahanan pangan rumah Ratio Index kopi yaitu pendapatan rumah tangga dan harga
tangga petani kopi di (LRI) beras.
Kabupaten Lampung
Barat.
5. Analisis Ketahanan 1. Mengetahui proporsi 1. Klasifikasi 1. Proporsi pengeluaran pangan rumah dari
Pangan Rumah Tangga pengeluaran pangan silang antara pengeluaran total rumah tangga petani peserta
Berdasarkan Proporsi rumah tangga peserta pangsa program DEMAPANdi Kecamatan Indrapuri
program DEMAPAN di pengeluaran
Pengeluaran Pangan Kabupaten Aceh Besar yaitu sebesar
Kecamatan Indrapuri dan tingkat
dan Konsumsi Energi Kabupaten Aceh Besar. kecukupan Rp847.150,00 atau sebesar 60%. TKE rumah
(Arida, Sofyan dan 2. Mengetahui kondisi energi tangga sebesar 62,19% termasuk pada kategori
Fadhiela, 2015) ketahanan pangan rumah defisit (<70% AKG).
tangga berdasarkan 2. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga
proporsi pengeluaran berdasarkan proporsi pengeluaran pangan dan
pangan dan konsumsi konsumsi energi petani peserta program
energy petani peserta
DEMAPAN di Kecamatan Indrapuri.
program DEMAPAN.
22
Tabel 5. Lanjutan
Peneliti dan
No Judul Penelitian Tujuan Metode Analisis Hasil
23
Tabel 5. Lanjutan
Peneliti dan
No Tujuan Metode Analisis Hasil
Judul Penelitian
8. Pola Konsumsi Pangan 1. Menganalisis pola alokasi 1. Analisis 1. Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga di
Rumah Tangga di pengeluaran pangan deskriptif perkotaan dan perdesaan masih tinggi dan
Provinsi Jawa Barat rumah tangga di Provinsi 2. Model pengeluaran pangan masih didominasi oleh
(Miranti, Syaukat dan Jawa Barat. LinierAlmost pangan kelompok padi-padian. Hal ini
Harianto, 2016) 2. Menganalisis perubahan Ideal Demand menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga
permintaan pangan rumah System. di Provinsi Jawa Barat masih relatif rendah.
tangga di Provinsi Jawa Adapun kelompok pangan lain yang memiliki
Barat yang terjadi akibat pangsa pengeluaran tinggi adalah kelompok
perubahan pendapatan makanan dan minuman jadi serta kelompok
dan harga pangan. tembakau dan sirih. Kelompok pangan yang
harus dipersiapkan oleh pemerintah jika terjadi
peningkatan pendapatan rumah tangga adalah
kelompok daging-dagingan dan buah-buahan.
2. Permintaan hampir semua komoditas pangan
yang diteliti tidak responsif terhadap perubahan
harganya sendiri (inelastis harga), kecuali pada
komoditas terigu, daging sapi, dan rokok kretek
filter. Permintaan komoditas pangan juga tidak
responsif terhadap perubahan pengeluaran
9. Analisis Ketahanan 1. Menganalisis tingkat 1. Klasifikasi ailing 1. Rumah tangga yang tahan pangan di Kabupaten
Pangan Rumah Tangga ketahanan pangan rumah antara pangsa Lampung Tengah adalah sebesar 45,83%,
Petani Padi Di tangga petani padi . pengeluaran rumah tangga petani yang kurang pangan
Kabupaten Lampung pangan dan sebesar 39,58%, rumah tangga yan rentan
Tengah (Desfaryani, kecukupan pangan sebesar 6,25% dan rumah tangga yang
2012) energi. rawan pangan sebesar 8,33%.
24
Tabel 5. Lanjutan
Peneliti dan
No Tujuan Metode Analisis Hasil
Judul Penelitian
10. Kinerja Anggota 1. Tingkat ketahanan pangan 1. Subjektif dan 1. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani
Kelompok Tani rumah tangga anggotas objektif. nanas seacara objektif maupun subjektif berada
Nanas Dalam kelompok tani nanas. pada klasifikasi tinggi.
pencapaian
Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Di
Desa Astomulyo
Kecamatan Punggur
Kabupaten Lampung
Tengah (Agus,
Rangga dan
Viantimala, 2017)
25
26
C. Kerangka Berpikir
pemenuhan atas pangan adalah hak asasi manusia. Unsur gizi dan pangan
penting.
Menurut Berg dan Mucat (1987), pendapatan merupakan salah satu hal yang
dalam hal kualitas maupun kuantitas. Semakin tinggi pendapatan maka pangan
tersebut sama dengan pendapat Harper, Deaton dan Driskel (1986) yang
berpendapat bahwa pada umumnya jika tingkat pendapatan naik, maka jumlah
Pola konsumsi dapat dilihat dari jumlah pangan yang dikonsumsi, jenis pangan
akan berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan zat gizi sesuai dengan Angka
Hal selanjutnya yang memengaruhi tingkat kecukupan energi dari pangan yang
dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah ada tidaknya akses terhadap pangan
akses secara langsung dari hasil produksi ladang/sawah tersebut. Pangan yang
diperoleh melalui produksi sendiri akan berbeda dengan melalui pembelian tentu
27
akan berbeda. Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat ketahanan pangan dengan
indikator silang Maxwell et all (2000) antara pangsa pengeluaran pangan dan
pemikiran pola konsumsi dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani ubi
tangga menggunakan
penelitian
Pola kuantitatif
Konsumsi Pangan
- konsumsi pangan
Jumlah yang adalah
dikonsumsi
- Jenis pangan
- metode recall
Frekuensi 24 jam.
konsumsi
Recall digunakan untuk
memperkirakan jumlah
Tingkat Ketahanan Pangan
pangan yang dikonsumsi.
- Pangsa Pengeluaran
Pangan tersebut
- Konsumsi Energi
dikonsumsi seseorang
selama
Gambar 1. Paradigma kerangka 24 jam pola
pemikiran yangkonsumsi
lalu dan tingkat ketahanan
pangan rumah tangga petani ubi kayu
atau sehari sebelum
wawancara dilakukan.
Pengukuran konsumsi
menggunakan ukuran
28
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian tersebut adalah metode survai. Menurut
Sugiyono (2009) metode survai digunakan untuk mendapatkan data dari tempat
tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam
untuk diolah dengan tujuan memecahkan masalah yang menjadi tujuan akhir
suatu penelitian.
Petani ubi kayu adalah seseorang yang bekerja sebagai petani yang
Tingkat ketahanan pangan rumah tangga (TKP) adalah tingkat ketahanan pangan
Rumah tangga adalah kelompok individu atau beberapa individu yang tinggal
bersama dalam satu atap serta kepengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola secara
bersama-sama.
Pendapatan rumah tangga adalah jumlah uang yang diperoleh dari usahatani ubi
kayu dan usahatani non ubi kayu (on farm), non usahatani (off farm) dan non
konsumsi pangan semua anggota rumah tangga, yang diukur dalam satuan
Rp/bulan.
terhadap pengeluaran total penduduk selama satu bulan yang diukur dalam
persen.
Konsumsi pangan adalah banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Dalam penelitian ini pola
konsumsi diukur dengan melihat apa yang responden konsumsi serta jumlah, jenis
Konsumsi energi adalah sejumlah energi pangan yang dinyatakan dalam kkal
bahan makanan.
Angka kecukupan gizi diartikan sebagai suatu kecukupan rata-rata gizi setiap hari
bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,
dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Indriyani, 2012)
2017.
Populasi adalah sekumpulan entitas yang lengkap yang dapat terdiri dari orang,
kejadian, atau benda, yang memiliki sejumlah karakteristik yang umum. Sampel
31
adalah bagian dari populasi. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah
tangga petani ubi kayu, sedangkan responden dalam penelitian ini adalah kepala
rumah tangga petani ubi kayu dan istri yang berada di Desa Gunung Batin Udik
anggota kelompok tani sebanyak 340 petani ubi kayu. Untuk menetukan jumlah
N
n=
1+N ²
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = nilai kritis
Dalam penelitian ini jumlah populasi petani ubi kayu dengan batas kesalahan
340
n=
1 + 340 (0,1)
n = 77,27
yang cukup erat, maka dengan menggunakan rumus Slovin diperoleh ukuran
sampel sebanyak 77,27 dan dibulatkan menjadi 77 petani ubi kayu di Desa
petani ubi kayu dan responden dipilih menggunakan metode Simple Random
JD
r= x JR
JT
Keterangan:
Tabel 6. Jumlah responden petani ubi kayu di Desa Gunung Batin Udik
berbagai informasi yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Jenis data yang
digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder berfungsi sebagai penguat data primer dengan menggunakan hasil dari
studi pustaka, internet, dan laporan dari berbagai instansi yang berhubungan
Untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengenai pola konsumsi pangan rumah
tangga petani ubi kayu menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil recall
pada saat pengumpulan data dikonversikan ke dalam zat gizi energi kemudian
KGij = ( x Gij x )
34
Keterangan :
KGij = Kandungan gizi (energi) jenis pangan yang dikonsumsi
Bj = Berat jenis pangan (gram) yang dikonsumsi
Gij = Kandungan gizi (energi) dalam 100 gram jenis pangan
BDDj = Bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan
BB (Kg)
AKG = ( x AKG Tabel)
BB Standar (Kg)
Keterangan :
AKG : Angka kecukupan gizi (energi)
BB : Berat badan actual
BB Standar : Berat badan standar
AKG Tabel : Angka kecukupan gizi dalam tabel kecukupan gizi
yang dianjurkan menurut hasil Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi X tahun 2012
(Indriani, 2007):
∑konsumsi energi
TKE = X 100%
AKE yang dianjurkan
Keterangan :
jumlah skor PPH sembilan golongan pangan. Perhitungan skor PPH bertujuan
A
Skor PPH masing − masing golongan pangan = X 100% x C
B
Keterangan :
rumah tangga petani ubi kayu dilakukan dengan menggunakan indikator silang
antara pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi rumah tangga petani ubi
kayu seperti yang tersaji pada Tabel 3. Adapun pangsa pengeluaran pangan dapat
PPP =
36
Keterangan :
PPP = Pangsa pengeluaran pangan (%)
FE = Pengeluaran pangan untuk belanja pangan (Rp/bulan)
TE = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)
Konsumsi energi
TKE = x 100%
Angka kecukupan energi
Analisis untuk menjawab tujuan ketiga yaitu dengan metode analisis deskriptif
data hasil pengamatan tanpa melakukan pengujian statistik. Analisis ini bertujuan
teramati dan dapat digambarkan lewat tabel, grafik dan diagram. Analisis
konsumsi pangan terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani ubi
kayu. Untuk melihat hubungan antara pola konsumsi dengan tingkat ketahanan
pangan digunakan tabulasi silang antara pola konsumsi pangan berdasarkan skor
PPH (Prasetyo, Hardinsyah dan Sinaga, 2013) dan tingkat ketahanan pangan
Batin Udik, jarak dari Ibu Kota Kabupaten 40 km dan jarak dari Ibukota
Tengah.
38
Masyarakat di Desa Gunung Batin Udik mayoritas sebagai petani terlihat dari
luas pertanian dan perkebunan serta hasil panennya dapat dilihat pada
Tabel 7.
Udik adalah 2.217 ha. Lahan pertanian ubi kayu merupakan yang paling luas
yaitu 2.118 ha dengan hasil panen terbanyak juga yaitu sebanyak 30 ton per
ha. Hal ini berarti pendapatan terbesar rumah tangga berasal dari
usahatani ubi kayu. Padi memiliki luas lahan peertanian paling sedikit
1. Kondisi Demografi
Penduduk Desa Gunung Batin Udik berjumlah 9.671 jiwa atau 2012 kepala
Jumlah Persentase
No. Umur
(Orang) (%)
1 0-1 178 1,84
2 2-5 483 5,01
3 6-7 434 4,50
4 8-15 953 9,88
5 16-56 6.003 62,21
6 >56 1.599 16,57
Jumlah 9.650 100,00
banyak yaitu pada usia 16-56 tahun keatas yaitu sebanyak 1.599 orang
(62,21%). Hal ini berarti bahwa masyarakat Desa Gunung Batin Udik
Jumlah Persentase
No Agama
(Orang) (%)
1 Islam 8.107 93,34
2 Kristen 219 2,52
3 Katolik 159 1,83
4 Hindu 140 1,61
5 Budha 60 0,70
Jumlah 8.685 100,00
40
Gunung Batin Udik adalah Islam yaitu sebanyak 8.107 orang (93,34%).
Tabel 10. Sarana peribadatan di Desa Gunung Batin Udik Tahun 2017
Persentase
No Sarana Peribadatan Jumlah
(%)
1 Masjid 11 50,00
2 Mushollah 10 45,45
3 Gereja 1 4,55
4 Vihara - -
5 Pura - -
Jumlah 22 100,00
Persentase
No Jenjang Pendidikan Jumlah
(%)
1 Sekolah Dasar 3.400 9,52
2 SMP/SLTP 1.796 50,28
3 SMA/SLTA 1.349 37,77
4 Akademi/D1-D3 1 0,03
5 Sarjana(S1-S3) 86 2,41
Jumlah 3.572 100,00
usahataninya.
Persentase
No. Mata Pencaharian Jumlah
(%)
1 Pegawai Negeri Sipil 60 3,36
2 TNI/Polri 3 0,17
3 Swasta 200 11,19
4 Wiraswasta/Dagang 35 1,96
5 Tani 875 48,94
6 Pertukangan 25 1,40
7 Buruh Tani 550 30,76
8 Pensiunan 26 1,45
9 Nelayan 11 0,62
10 Pemulung 3 0,17
Jumlah 1.788 100,00
bekerja sebagai petani dan buruh tani. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
Jumlah Persentase
No Jenis Kelamin
(Orang) (%)
1 Laki-laki 4766 49,28
2 Perempuan 4905 50,72
Jumlah 9671 100,00
ada 9.671 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 4.766 orang (49,28%)
2. Industri
Masyarakat Desa Gunung Batin Udik memiliki industri yang terdiri dari
pabrik dan agroindustri rumah tangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 14.
Tabel 14 dapat diketahui bahwa industri yang terdapat di Desa Gunung Batin
Udik terbanyak adalah pabrik tapioka yaitu Pabrik Bumi Waras. Pabrik
tersebut adalah tempat petani menjual hasil produksi ubi kayunya yang
43
Persentase
No Jenis Industri Jumlah
(%)
1 Pabrik 1 20,00
4 Rumah Tangga 4 80,00
Jumlah 5 100,00
3. Bidang Kemasyarakatan
kesehatan yang ada di Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai:
a. Keagamaan
Tabel 15.
Tabel 15. Kelompok keagamaan di Desa Gunung Batin Udik tahun 2017
terdiri dari 160 anggota seperti yang kita tahu mayoritas penduduk Desa
b. Kesehatan
Udik terbanyak adalah bidan sebanyak 8 orang. Hal ini dikarenakan biaya
bersalin.
70
A. Kesimpulan
1. Jenis pangan yang paling banyak dikonsumsi rumah tangga dari sembilan
jenis golongan pangan adalah beras dengan jumlah konsumsi sebesar 1346,38
g/rt/hari, ubi kayu dengan jumlah konsumsi sebesar 42,65 g/rt/hari, telur
kelapa sawit dengan jumlah konsumsi sebesar 50,90 g/rt/hari, santan dengan
jumlah konsumsi sebesar 5,78 g/rt/hari, gula dengan jumlah konsumsi sebesar
10,97 g/rt/hari dan kopi dengan jumlah konsumsi sebesar 3,02 g/rt/hari.
adalah beras, telur, kangkung, tahu, minyak kelapa sawit, gula pasir dan kopi.
Skor PPH rumah tangga petani ubi kayu di Kecamatan Terusan Nunyai
3. Ada hubungan antara pola konsumsi pangan (skor PPH) berhubungan dengan
B. Saran
1. Bagi peneliti lain, agar dapat melakukan penelitian lanjutan yaitu mengukur
umbi-umbian, minyak dan lemak, buah biji berminyak, sayur dan buah serta
jenis pangan lain-lain agar kualitas dan kuantitas konsumsi semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., Sambas, AM. dan Ating, S. 2011. Dasar-Dasar Metode Statistika
Untuk Penelitian. Pustaka Setia. Bandung.
Agus, GV., Rangga, KK. dan Viantimala, B. 2017. Kinerja Anggota Kelompok Tani
Nanas Dalam Pencapaian Ketahanan Pangan Rumah Tangga Di Desa Astomulyo
Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis (JIIA).
Universitas Lampung. Vol. 5 No. 1: 2017. Hlm. 84-92. Diakses 2 September 2017
Pukul 14.44.
Amaliyah, H. dan Handayani, SM. 2011. Analisis Hubungan Proporsi Pengeluaran Dan
Konsumsi Pangan Dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi Di
Kabupaten Klaten. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (SEPA). Vol. 7 No.
2 Hlm. 110-118. Diakses 2 September 2017 Pukul 14.50.
Anggraini, M., Zakaria, WA. dan Prasmatiwi, FE. 2014. Ketahanan Pangan Rumah
Tangga Petani Kopi Di Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis
(JIIA). Universitas Lampung. Vol. 2 No. 2 Hlm. 124-132. Diakses 3 September
2017 Pukul 08.35.
Arida, A., Sofyan. dan Fadhiela, K. 2015. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Berdasarkan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Konsumsi Energi. Jurnal
Agrisep. Vol. 16 No. 1. Hlm. 20-34. Diakses 3 September 2017 Pukul 09.10.
Azwar, A. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan
Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. LIPI. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2016. Bandar Lampung dalam
AngkaTahun 2016. Bandar Lampung. BPS Kota Bandar Lampung.
Berg, A. dan Robert, JM. 1986. Faktor Gizi. Jakarta. Bhatara Karya Aksara.
Dermawan, W. 2003. RisetBisnis :Panduan Bagi Praktisi dan Akademis. Jakarta. PT.
GramediaPustakaUtama.
Hamid, Y., Setiawan, B. dan Suhartini. 2013. Analisis Pola Konsumsi RumahTangga
(Studi Kasus di Kecamatan TARAKAN Barat Kota TarakanProvinsi
Kalimantan Timur). Agricultural Socio-Economics Journal. Universitas
Brawijaya. Vol. 13 No. 3. Hlm. 175-190. Diakses 4 September 2017 Pukul
15.55.
Hardiansyah, MD. 1989. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian
Status Konsumsi Pangan. Jakarta
Harper, LJ., Deaton, BJ. dan Driskel, JA. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta.
Penerbit Universitas Indonesia.
Hendaris, TW., Zakaria, WA dan Kasymir, E. 2013. Pola Konsumsi dan Atribut-
Atribut Beras Siger yang Diinginkan Masyarakat (Studi Kasus pada
Masyarakat di Desa Pancasila Kabupaten Lampung Selatan). Jurnal Ilmu-Ilmu
Agribisnis (JIIA). Universitas Lampung. Lampung.Vol 1.No 3. Hlm. 232-237.
Diakses 4 September 2017 Pukul 14.20.
Husein, U. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Cet ke 6.
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
74
Indiako, MISDV., Ismono, RH. dan Soelaiman, A. 2014. Studi Perbandingan Pola
Alokasi Lahan, Pengluaran Beras Dan Pola Konsumsi Pangan Antara Petani
Ubi Kayu di Desa Pelaksana dan Non Pelaksana Program MP3L di
Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis (JIIA). Universitas
Lampung. Vol 2 No. 4. Hlm. 331-336. Diakses 4 September 2017 Pukul
13.35.
Indriani, Y. 2007. Gizi dan Pangan (Buku Ajar). Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Maleha. dan Sutanto, A. 2006.Kajian Konsep Ketahanan Pangan. Jurnal Protein. Vol.
13 No. 2 Tahun 2006 Hal 194-202. Diakses 5 September 2017 Pukul 12.15.
LIPI. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan
Globalisasi.Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 17 – 19 mei 2004.
Jakarta
Lukman, Gunawan I dan Febrinova R. 2017. Pola Konsumsi Petani Kelapa Sawit
Desa Talikumain Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal
Mahasiswa Fakultas Pertanian UPP. Vol. 4 No. 1. Hlm. 1-8. Diakses16 Juli
2018 Pukul 19.00.
Miranti, A., Syaukat, Y. dan Harianto, FN. 2016. Pola Konsumsi Pangan Rumah
Tangga Di Provinsi Jawa Barat. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 34 No. 1. Hlm. 67-80. Diakses 30
Agustus 2017 Pukul 07.50.
Prasetyo, TJ., Hardinsyah. dan Sinaga, T. 2013. Konsumsi Pangan dan Gizi serta
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Anak Usia 2-6 Tahun di Indonesia.
Jurnal Gizi dan Pangan.Vol. 8 No. 3. Hlm. 159-166. Diakses 16 Juli 2018
Pukul 19.45.
Prasetyoningrum, F., Rahayu, ES. dan Marwanti, S. 2016. Analisis Pola Konsumsi
Rumah Tangga Petani Jagung Di Kabupaten Grobogan. Universitas Kristen
SatyaWacana. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 28 No. 1 dan No. 2. Hlm. 41-52.
Diakses 30 Agustus 2017 Pukul 08.15.
Safitri, AM., Pangestuti, DR. dan Aruben, R. 2017. Hubungan Ketahanan Pangan
Keluarga dan Pola Konsumsi Dengan Status Gizi Balita Keluarga Petani (Studi
di Desa Jurug Kabupaten Boyolali). Universitas Dipenogoro. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol 5 No. 3. Hlm. 120-128. Diakses 30 Agustus 2017 Pukul
09.15.
Santoso, S. 2004. Kesehatan dan Gizi. Cetakan Kedua. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta.
Saputri, R., Lestari, LA. dan Susilo, J. 2016. Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Di Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Universitas Gajah Mada. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol. 12 No. 3. Hlm.
123-130. Diakses 3 September 2017 Pukul 09.00.
Suhardjo. 1988. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
bekerja sama dengan Lembaga Sumber Daya Informasi IPB. Bogor.
76
Yuliana, P., Zakaria, WA. dan Adawiyah, R. 2013.Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Nelayan Di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Jurnal
Ilmu-Ilmu Agriisnis (JIIA). Universitas Lampung. Vol. 1 No. 2. Hlm. 181-186.
Diakses 2 September 2017 Pukul 16.40.