Anda di halaman 1dari 67

POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN

RUMAH TANGGA PETANI UBI KAYU DI


KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
( Skripsi )

Oleh

KARINA INDIRA PUTRI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT

CONSUMPTION PATTERN AND HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL OF


CASSAVA FARMERS IN TERUSAN NUNYAI SUB DISTRICT OF
CENTRAL LAMPUNG REGENCY

By

Karina Indira Putri

This study aims to (1) determine the consumption pattern and level of household food
security of cassava farmers and (2) find out the relationship of consumption patterns
with the level of household food security of cassava farmers. Determination of the
location of the study, namely Gunung Batin Udik Village Terusan Nunyai Sub
District of Central Lampung Regency, is carried out by purposive method, for this
location is a center of cassava production. The samples in this study are 77 cassava
farmer households obtained by simple random sampling method. The data analytical
method used in this study is descriptive statistical and qualitative descriptive
analysis. The results show that the (1) Desirable Dietary Pattern (DDP) score of
cassava farmers households is in the less category (61.62) (2) The level of food
security of cassava farmers is in poor condition and food insecurity (3) Food
consumption patterns (DDP score) related to the level of food security. In a sense, the
higher the food consumption pattern (DDP score) the more food resistant of food
security level and otherwise.

Keywords: consumption pattern, food security, households.


ABSTRAK

POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH


TANGGA PETANI UBI KAYU DI KECAMATAN TERUSAN NUNYAI
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

Karina Indira Putri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi dan tingkat ketahanan
pangan rumah tangga petani ubi kayu dan mengetahui hubungan pola konsumsi
dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani ubi kayu. Penentuan lokasi
penelitian dilakukan dengan cara sengaja (purposive) yaitu di Desa Gunung Batin
Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah dengan pertimbangan
lokasi tersebut merupakan sentra produksi ubi kayu. Sampel dalam penelitian ini
adalah rumah tangga petani ubi kayu dengan total 77 responden yang diperoleh
dengan menggunakan metode simple random sampling. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor PPH rumah tangga petani ubi
kayu termasuk dalam kategori kurang (61,62). Tingkat ketahanan pangan rumah
tangga petani ubi kayu berada dalam kondisi kurang dan rawan pangan. Pola
konsumsi pangan (skor PPH) berhubungan dengan tingkat ketahanan pangan. Dalam
arti, semakin tinggi konsumsi pangan (skor PPH) maka tingkat ketahanan pangan
cenderung semakin tahan pangan dan sebaliknya.

Kata kunci: pola konsumsi, ketahanan pangan, rumah tangga.


POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH
TANGGA PETANI UBI KAYU DI KECAMATAN TERUSAN NUNYAI
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

Karina Indira Putri


Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Juli 1994.

Penulis merupakan putri ke tiga dari tiga bersaudara, dari

pasangan Bpk. Ir. Eddy W Yunada dan Ibu Ir. Hafsah

Haroen. Riwayat pendidikan yang telah ditempuh

penulis adalah tingkat Sekolah Dasar di SD Al-Kautsar

Bandar Lampung pada tahun 2006, Sekolah Menengah

Pertama di SMP Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2009, dan tingkat

Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung Pada tahun 2012,

penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung Fakultas Pertanian,

Program Studi Agribisnis melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Pada tahun 2013, penulis mengikuti kegiatan homestay (Praktik Pengenalan

Pertanian) selama 5 hari di Dusun 7 Desa Margodadi, Kecamatan Padang Cermin,

Kabupaten Pesawaran. Pada Tahun 2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Desa Bumi Nabung Selatan, Kecamatan Bumi Nabung,

Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari. Pada tahun 2016, penulis juga

melaksanakan Praktik Umum (PU) di Mekar Tani Jaya Lembang.


SANWACANA

Bismillahirahmannirrahim,

Alhamdullilahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala curahan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah

Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya. Aamiin ya

Rabbalalaamiin. Banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan,

nasihat, serta saran-saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini yang

berjudul “Pola Konsumsi dan Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Petani Ubi Kayu di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung

Tengah” Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian.

2. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Ketua Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Dr. Ir. Ktut Murniati, M.T.A., sebagai pembimbing pertama, atas ketulusan

hati dan kesabaran, bimbingan, dukungan, dan nasihat yang telah diberikan

selama proses penyelesaian skripsi.


4. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si.,selaku pembimbing kedua yang telah

memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, dukungan dan motivasi selama

penyusunan skripsi.

5. Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S.,selaku pembahas yang telah

memberikan saran dan arahan untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc., selaku pembimbing akademik atas saran,

kesabaran, nasihat dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

7. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mba iin, Mba ayi, Mba

Tunjung, Mas Kardi, Mas Bukhari dan Mas Boim) atas semua bantuan yang

telah diberikan.

8. Teruntuk Mama dan Papa tercinta, terima kasih atas do’a, dukungan, nasihat,

saran dan segala limpahan cinta serta kasih sayang yang tulus ikhlas

membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kesabaran. Abang ku

Dimas Aryadi P dan Mba ku Kartika Widyanti, Mamas ku Tersayang

Baskoro Adytia Putra dan Mba ku Meirita Oktaviani terimakasih selalu jadi

semangat untuk penulis. Kelak kesuksesan penulis akan dipersembahkan

untuk kalian.

9. Untuk Hafiz Aulya Nurrizky dan keluarga (Ayah, Ibu dan Agi) yang sudah

memberikan semangat, motivasi serta dukungan hingga skripsi ini tercapai.

10. Sahabat- sahabat terbaik penulis, Rizka Shafira Triana, Nadia Azzahra dan

Mulia Wulandari yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

11. Adik-adikku tercinta, Didi, Apis, Eyok, Yuyo, Cimbul dan Fikih yang telah

memberi dukungan dan semangat tanpa lelah.


12. Teman-teman Agribisnis angkatan 2012 tersetia Desi, Meiska, Dhevi,

Yohilda, Agustya, Eva, Yessi, Afsani, Rahma, Susi, Audina dan lain-lain

yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas pengalaman dan

kebersamaannya selama ini. Semoga kelak kesuksesan menyertai kita semua,

Aamiin.

13. Teman-teman Ayhadus, Juju, Erwin, Pindo, Innaka, Dolly, Andre, Sofian,

Nay, Bangor, Rendi dan lain-lain yang selalu memberi semangat.

14. Adinda 2013 Meri Handayani dan Tiara Shinta Anggraeni yang turut

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

15. Atu dan Kiyai Agribisnis 2011, adinda Agribisnis 2013 dan 2014 atas

dukungan dan bantuan kepada penulis.

16. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan selama proses penulisan skripsi

ini. Semoga ALLAH SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang

telah diberikan. Aamiin ya Rabbalalaamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, Oktober 2018


Penulis,

Karina Indira Putri


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................................... iii


DAFTAR GAMBAR................................................................................................ vi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
C. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN


A. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 9
1. Konsep Ketahanan Pangan....................................................................... 9
2. Indikator Ketahanan Pangan .................................................................... 10
3. Pangsa Pengeluaran dan Ketahanan Pangan ............................................ 12
a. Cara Menghitung Pangsa Pengeluaran Pangan.................................. 13
b. Cara Menghitung Kecukupan Energi................................................. 13
4. Pola Konsumsi Pangan............................................................................. 15
5. Angka Kecukupan Gizi (AKG) ............................................................... 18
B. Kajian Penelitian Terdahulu........................................................................... 19
C. Kerangka Berpikir.......................................................................................... 26

III.METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian........................................................................................... 28
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ........................................................ 28
C. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian...................................................... 30
D. Jenis dan Pengumpulan Data ......................................................................... 33
E. Metode Analisis Data..................................................................................... 33
1. Analisis Data untuk Menjawab Tujuan Pertama...................................... 33
2. Analisis Data untuk Menjawab Tujuan Kedua ........................................ 35
3. Analisis Data untuk Menjawab Tujuan Ketiga ........................................ 36
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Gunung Batin Udik ................................................. 37
1. Kondisi Demografi................................................................................... 38
2. Industri ..................................................................................................... 42
3. Bidang Kemasyarakatan........................................................................... 43

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Karakteristik Umum Responden .................................................................... 45
1. Umur Responden...................................................................................... 45
2. Tingkat Pendidikan .................................................................................. 46
3. Luas Lahan Garapan dan Status Kepemilikan Lahan .............................. 47
4. Jumlah Tanggungan Keluarga.................................................................. 48
5. Pekerjaan Sampingan ............................................................................... 49
6. Pendapatan Total Rumah Tangga ............................................................ 50
B. Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani Ubi Kayu
Di Desa Gunung Batin Udik .......................................................................... 51
1. Jumlah dan Jenis Konsumsi Pangan ........................................................ 51
2. Frekuensi Konsumsi Pangan .................................................................... 56
3. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)............................................................ 60
C. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Ubi Kayu
Di Desa Gunung Batin Udik .......................................................................... 62
1. Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Ubi Kayu................ 62
2. Konsumsi Energi Rumah Tangga Petani Ubi Kayu................................. 65
3. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Ubi Kayu............................... 66
D. Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Tingkat Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Petani Ubi Kayu Di Desa Gunung Batin Udik ..................... 68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .................................................................................................... 70
B. Saran............................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 72


LAMPIRAN.............................................................................................................. 77
iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas panen, produksi dan produktivitas ubi kayu di


Provinsi Lampung tahun 2014-2015.................................................................... 3

2. Produksi ubi kayu tahun di Lampung Tengah


tahun 2014-2015 .................................................................................................. 4

3. Derajat ketahanan pangan rumah tangga ............................................................. 11

4. Susunan pola pangan harapan (PPH) standar ...................................................... 18

5. Kajian penelitian terdahulu .................................................................................. 21

6. Jumlah responden petani ubi kayu di Desa Gunung Batin Udik ......................... 32

7. Luas lahan perkebunan dan pertanian serta hasil panen di


Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 38

8. Komposisi umur Desa Gunung Batin Udik ......................................................... 39

9. Agama yang dianut di Desa Gunung Batin Udik................................................. 39

10. Sarana peribadatan di Desa Gunung Batin Udik ................................................. 40

11. Pendidikan umum di Desa Gunung Batin Udik................................................... 40

12. Mata pencaharian penduduk di Desa Gunung Batin Udik................................... 41

13. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di


Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 42

14. Jenis industri di Desa Gunung Batin Udik........................................................... 43


iv

15. Kelompok keagamaan di Desa Gunung Batin Udik ............................................ 43

16. Sarana kesehatan di Desa Gunung Batin Udik .................................................... 44

17. Sebaran petani ubi kayu berdasarkan kelompok umur di


Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 46

18. Sebaran petani ubi kayu berdasarkan tingkat pendidikan di


Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 46

19. Sebaran petani berdasarkan luas lahan dan status kepemilikan lahan di
Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 48

20. Sebaran petani ubi kayu di Desa Gunung Batin Udik


berdasarkan jumlah keluarga ............................................................................... 48

21. Sebaran pekerjaan sampingan petani ubi kayu di


Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 49

22. Pendapatan total rumah tangga petani ubi kayu di


Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 50

23. Distribusi rumah tangga petani ubi kayu berdasarkan


jumlah dan jenis konsumsi masing-masing jenis pangan per hari ....................... 52

24. Rata-rata konsumsi energi (kkal) rumah tangga di


Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 55

25. Distribusi rumah tangga petani ubi kayu berdasarkan frekuensi


konsumsi pangan rumah tangga........................................................................... 57

26. Sebaran rumah tangga berdasarkan skor PPH di Desa


Gunung Batin Udik…………………………………………………………...... 60

27. Skor pola pangan harapan rumah tangga petani ubi kayu ................................... 61

28. Pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga ............................................ 63

29. Sebaran pangsa pengeluaran pangan rumah tangga petani ubi kayu
Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 64

30. Sebaran jumlah konsumsi energi rumah tangga petani ubi kayu di
Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 66

31. Sebaran ketahanan pangan rumah tangga petani ubi kayu .................................. 67
v

32. Hubungan pola konsumsi pangan dan tingkat ketahanan pangan


rumah tangga petani ubi kayu di Desa Gunung Batin Udik ................................ 69

33. Identitas responden Desa Gunung Batin Udik..................................................... 78

34. Pendapatan rumah tangga petani ubi kayu di Desa Gunung Batin Udik ............. 80

35. Rata-rata konsumsi energi pangan rumah tangga petani ubi kayu ...................... 83

36. Jenis dan jumlah konsumsi pangan di Desa Gunung Batin Udik ........................ 86

37. Frekuensi konsumsi pangan di Desa Gunung Batin Udik ................................... 88

38. Angka kecukupan gizi dan tingkat kecukupan gizi di


Desa Gunung Bantin Udik ................................................................................... 90

39. Tingkat kecukupan energi rumah tangga di


Desa Gunung Batin Udik ..................................................................................... 93

40. Rekapitulasi skor PPH per responden Desa Gunung Batin Udik ........................ 94

41. Rekapitulasi skor PPH rumah tangga petani ubi kayu ......................................... 97

42. Pengeluaran rumah tangga petani ubi kayu ......................................................... 98

43. Konsumsi energi rumah tangga petani ubi kayu di


Desa Gunung Batin Udik……………………………………………………… 100

44. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani ubi kayu


Di Desa Gunung Batin Udik…………………………………………………... 102
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Paradigma kerangka pemikiran pola konsumsi


dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani ubi kayu ………………. 27
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memantapkan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan

karena pangan merupakan kebutuhan yang paling dasar bagi sumberdaya

manusia suatu bangsa. Namun pada kenyataannya ketersediaan pangan yang

cukup secara nasional saja tidak mampu menjamin adanya ketahanan pangan

tingkat wilayah (regional), pedesaan, serta rumah tangga individu. Dewasa ini,

pertumbuhan pangan dan permasalahannya mengalami perkembangan yang

sangat cepat dan kompleks (LIPI, 2008). Hal ini terjadi akibat adanya perubahan

iklim, jumlah penduduk serta pergeseran pola konsumsi masyarakat yang

berkembang pesat, selain itu juga luas lahan yang tersedia semakin berkurang

akibat dari adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian.

Menurut UU No. 18 Tahun 2012 ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya

pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,

bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,

keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif

secara berkelanjutan. Oleh karena itu, ketahanan pangan menjadi isu penting

akhir-akhir ini di dalam negeri, terutama mengenai masalah ketersediaan beras


2

sebagai makanan pokok penduduk Indonesia. Dibutuhkan upaya untuk

menurunkan peranan beras, dan menggantikannya dengan jenis bahan pangan

lain dalam rangka menjaga ketahanan pangan dalam jangka panjang. Upaya

tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan dan mengintroduksi bahan

pangan alternatif pengganti beras yang berharga murah dan memiliki kandungan

gizi yang tidak jauh berbeda dengan beras.

Di Indonesia, ubi kayu merupakan salah satu sumber makanan pokok yang

banyak dikonsumsi setelah padi dan jagung (Bambang, 2004). Potensi nilai

ekonomi dan sosial ubi kayu merupakan bahan pangan masa depan yang berdaya

guna, sebagai bahan baku berbagai industri dan pakan ternak. Ubi kayu dapat

diperoleh dengan berbagai cara untuk dijadikan produk makanan dan hingga saat

ini ubi kayu digunakan sebagai salah satu bahan makanan pokok oleh golongan

masyarakat tertentu, sedangkan masyarakat golongan menengah ke atas

umumnya mengkonsumsi ubi kayu dalam bentuk berbagai makanan tambahan.

Mengingat potensi pengembangan produk berbasis ubi kayu yang cukup luas dan

belum jenuhnya potensi pasar ubi kayu, baik di dalam maupun di luar negeri, dan

sejalan dengan terus meningkatnya kebutuhan penduduk dan industri, maka

pengembangan agribisnis ubi kayu di Indonesia pada umumnya dan di Provinsi

Lampung pada khususnya sangat diperlukan. Lampung Tengah merupakan

sentra produksi ubi kayu utama di Lampung. Data tentang luas panen, produksi,

dan produktivitas ubi kayu di Provinsi Lampung tahun 2014-2015 dapat dilihat

pada Tabel 1.
3

Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas ubi kayu di Provinsi Lampung
tahun 2014-2015

Luas panen Produksi Produktivitas


Kabupaten/ (ha) (ton) (ton)
No
Kota 2014 2015
2014 2015 2014 2015
1. Lampung Barat 254 246 5.263 5.529 207,20 224,75
2 Tanggamus 578 439 12.344 10.311 213,56 234,88
3. Lampung Selatan 6.898 10.398 150.920 248.978 218,78 239,45
4. Lampung Timur 53.740 48.092 1.433.094 1.224.711 266,67 254,66
5. Lampung Tengah 91.906 97.346 2.401.090 2.523.230 261,25 259,20
6. Lampung Utara 74.537 54.170 1.999.026 1.526.969 268,20 281,88
7. Way Kanan 16.402 14.488 400.772 399.810 244,34 275,96
8. Tulang Bawang 21.774 17.915 600.954 472.557 275,60 263,78
9. Pesawaran 4.742 4.431 104.072 107.636 219,47 242,92
10. Pringsewu 873 836 18.039 19.823 206,63 237,12
11. Mesuji 4.506 3.351 125.947 97.682 279,51 291,50
12. Tulang Bawang Barat 27.686 27.293 770.367 741.497 278,25 271,68
13. Pesisir Barat 194 123 4.014 2.755 206,91 224,02
14. Bandar Lampung 117 104 2.551 2.637 218,03 253,57
15. Metro 261 105 5.563 2.958 213,14 281,69
Jumlah 304.468 279.337 279.337 7.387.083 3.557,543.837,06

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

Tabel 1 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan pada produktivitas ubi kayu

tahun 2015 yaitu sebesar 259,20 ton dari tahun 2014 yang produktivitasnya

sebesar 261,25 ton. Penurunan produktivitas tersebut disebabkan oleh

berkurangnya minat petani untuk menanam ubi kayu dan juga penggunaan sarana

produksi usahatani ubi kayu yang tidak optimal.

Ubi kayu merupakan bahan makanan pokok alternatif nonberas yang dekat

dengan masyarakat namun bahan makanan ini diidentikkan sebagai jenis bahan

makanan masyarakat perdesaan dan tidak bergengsi. Terlebih dengan adanya

persepsi bahwa masyarakat Indonesia yang biasa makan nasi tidak merasa

kenyang sebelum makan nasi sebagai sumber karbohidrat. Pada penelitian ini,
4

Kecamatan Terusan Nunyai yang merupakan salah satu kecamatan di Lampung

Tengah menjadi sentra produksi ubi kayu tertinggi. Data tentang produksi ubi

kayu di Kabupaten Lampung Tengah terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi ubi kayu di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2013-2014

Produksi (ton)
No. Kecamatan
2012 2013 2014
1 Padang Ratu 66.335 105.137 53.624
2 Selagai Lingga 15.288 8.790 15.457
3 Pubian 20.702 14.362 4.500
4 Anak Tuha 177.193 29.299 5.876
5 Anak Ratu Aji 49.010 49.939 30.359
6 Kalirejo 5.672 3.401 4.367
7 Sendang Agung 4.254 3.139 3.335
8 Bangun Rejo 8.534 10.229 8.046
9 Gunung Sugih 62.235 63.700 74.163
10 Bekri 53.470 82.064 60.956
11 Bumi Ratu Nuban 21.166 10.804 19.057
12 Trimurjo 4.512 1.648 10.164
13 Punggur 6.780 10.961 10.905
14 Kota Gajah 2.913 0 1.350
15 Seputih Raman 24.131 21.556 26.494
16 Terbanggi Besar 201.788 267.486 134.325
17 Seputih Agung 146.900 227.226 162.884
18 Way Pengubuan 125.167 272.901 92.903
19 Terusan Nunyai 368.256 321.873 354.804
20 Seputih Mataram 88.480 89.493 91.870
21 Bandar Mataram 539.931 549.308 349.351
22 Seputih Banyak 171.779 135.797 39.940
23 Rumbia 296.971 82.875 76.307
24 Bumi Nabung 149.117 129.100 177.309
25 Putra Rumbia 247.291 136.686 138.904
26 Seputih Surabaya 215.684 195.101 193.375
27 Bandar Surabaya 219.757 228.377 97.402
Jumlah 3.371.665 3.274.133 2.432.568

Sumber : Badan Pusat Statistik Lampung Tengah, 2015

Tabel 2 menunjukkan bahwa Kecamatan Terusan Nunyai merupakan sentra

produksi utama ubi kayu tertinggi pada tahun 2014 dengan total produksi yaitu

354.804 ton/tahun. Dapat dilihat pada data diatas, produksi ubi kayu dari tahun
5

ke tahun mengalami fluktuasi jumlah produksi. Hal ini akan mempengaruhi

pendapatan rumah tangga petani ubi kayu dan akan berpengaruh terhadap tingkat

ketahanan pangan dan pola konsumsi rumah tangga.

Ketahanan pangan tidak hanya berkaitan dengan kuantitas tetapi mencakup

ragam, kualitas dan jumlah yang cukup sepanjang waktu baik melalui

peningkatan produksi dalam negeri atau impor, mendistribusikannya secara

efisien dan merata dengan tingkat harga yang terjangkau oleh daya beli

masyarakat luas dalam rangka mendukung pertumbuhan konsumsi pangan dan

gizi yang wajar untuk dapat hidup dan tumbuh secara sehat dan produktif

(Suryana, Rusastra dan Suhartini, 1997). Tingkat ketahanan pangan suatu

wilayah dapat diukur dari ketersediaan pangan, daya beli dan tingkat konsumsi

penduduk. Tingkat konsumsi pangan dapat memberikan gambaran kondisi

kesehatan penduduk disuatu wilayah berdasarkan aspek keadaan gizi. Indikator

yang digunakan untuk analisis konsumsi yaitu dari pengukuran kecukupan

konsumsi energi dan protein (Saputri, 2016).

Kementerian Perdagangan (2013) menjelaskan bahwa pemanfaatan atau

konsumsi pangan rumah tangga merupakan salah satu entry point dan sub system

untuk memantapkan ketahanan pangan. Dengan mengetahui pola koonsumsi

pangan masyarakat, maka akan dapat disusun kebijakan penyediaan pangan, baik

yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (impor). Pola konsumsi

dipengaruhi oleh pola makan sebagian besar penduduk, ketersediaan bahan

pangan, dan tingkat pendapatan (Suhardjo, 1988). Berdasarkan norma gizi,


6

secara garis besar konsumsi pangan yang menghasilkan tubuh sehat perlu

mengandung unsur pangan sumber karbohidrat, protein, lemak, dan

vitamin/mineral dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Sumber karbohidrat

terutama terdapat pada serealia dan umbi-umbian, protein terdapat pada daging,

susu, telur dan kacang-kacangan, lemak terdapat pada biji-bijian berminyak,

vitamin dan mineral umumnya terdapat pada sayuran dan buah-buahan.

Keseimbangan dalam mengkonsumsi berbagai jenis pangan di atas

mencerminkan kualitas konsumsi pangan.

Berdasarkan aspek kuantitas konsumsi pangan diukur dengan pendekatan Angka

Kecukupan Gizi (AKG) yang meliputi Angka Kecukupan Energi (AKE) dan

Angka Kecukupan Protein (AKP). Secara umum AKE bagi penduduk Indonesia

saat ini (WNPG 2012) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan AKE 2004

(WNPG 2004). Dengan menggunakan hasil perhitungan AKE pada setiap

kelompok umur dan jenis kelamin, serta komposisi penduduk hasil Sensus

Penduduk 2010, diperoleh rata-rata AKE dan AKP nasional pada tingkat

konsumsi masing-masing adalah 2.150 kkal dan 57 gr perkapita perhari dengan

proporsi anjuran protein hewani 25 persen. Sedangkan berdasarkan aspek

kualitas atau mutu konsumsi pangan dilihat dengan menggunakan nilai/skor

melalui pendekatan PPH. Nilai/skor mutu PPH ini dapat memberikan informasi

mengenai pencapaian kuantitas dan kualitas konsumsi yang menggambarkan

pencapaian konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman.

Semakin besar skor PPH maka kualitas konsumsi pangan dinilai semakin baik.
7

Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu

lokasi yang menarik untuk diteliti, karena daerah tersebut merupakan daerah

produsen ubi kayu tertinggi di Kabupaten Lampung Tengah. Produksi ubi kayu

dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi jumlah produksi. Hal ini akan

mempengaruhi pendapatan rumah tangga petani ubi kayu dan akan berpengaruh

terhadap pola konsumsi dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga.

Berdasarkan uraian yang tersebut, maka terdapat beberapa permasalahan yang

akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu:

(1) Bagaimana pola konsumsi pangan rumah tangga petani ubi kayu di

Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah?

(2) Bagaimana tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani ubi kayu di

Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah?

(3) Bagaimana hubungan pola konsumsi rumah tangga dengan tingkat ketahanan

pangan rumah tangga petani ubi kayudi Kecamatan Terusan Nunyai

Kabupaten Lampung Tengah?

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pola konsumsi pangan rumah tangga petani ubi kayu di

Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

2. Mengetahui tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani ubi kayu di

Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.


8

3. Mengetahui hubungan pola konsumsi dengan tingkat ketahanan pangan rumah

tangga petani ubi kayu di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung

Tengah.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat tentang

penganekaragaman konsumsi pangan rumah tangga buruh dalam upaya

peningkatan taraf hidup petani ubi kayu, khususnya di Kecamatan Terusan

Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk bahan informasi dan

pertimbangan dalam membentuk program atau pengambilan keputusan

kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan taraf hidup, pengentasan

kemiskinan dan perbaikan kualitas gizi masyarakat.

3. Sebagai bahan rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi peneliti

lain dan akademisi.


9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Ketahanan Pangan

Menurut UU RI No 18 tahun 2012 tentang pangan menyatakan ketahanan pangan

adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai perseorangan, yang

tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan

agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan

produktif serta berkelanjutan. Undang-undang tersebut tidak berbicara pada

konteks nasional atau global, tetapi pada tingkat setiap rumah tangga dan setiap

individu. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa ketahanan pangan tidak

hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yangcukup, tetapi juga

kemampuan untuk mengakses dan harus diartikan termasuk membeli pangan

(Sastraatmadja, 2006).

FAO (1996) mendefenisikan bahwa ketahanan pangan merupakan situasi dimana

semua rumah tangga mempunyai akses, baikakses fisik maupun ekonomi untuk

memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga

tidak beresiko untuk mengalami kehilangan kedua akses tersebut. Berdasarkan

kedua defenisi diatas berarti konsep ketahanan pangan cukup luas pengertiannya
10

yaitu setiap daerah ataupun rumah tangga harus mempunyai ketersedian pangan

yang memadai, stabilitas dan akses terhadap pangan tertentu.

Beberapa ahli sepakat bahwa ketahanan pangan minimal mengandung tiga unsur

pokok yaitu “ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan”, dimana unsur

distribusi dan konsumsi merupakan penjabaran dari aksessibilitas masyarakat

terhadap pangan. Salah satu unsur tersebut tidak dipenuhi maka suatu negara

belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun

pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu

untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan

masih dikatakan rapuh.

2. Indikator Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan yang kokoh dibangun pada tingkat rumah tangga yang

bertumpu pada keragaman sumberdaya lokal, agar terwujud ketahanan yang

kokoh, mulai dari tingkat rumah tangga sampai tingkat nasional (Maleha dan

Sutanto, 2006). Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO (1996) dan

UU RI No. 7 tahun 1996, yang mengadopsi definisi dari FAO, ada 3

komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi ketahanan pangan

rumah tangga yaitu: (1) kecukupan ketersediaan pangan; (2) tercukupinya

kebutuhan konsumsi pangan (3) distribusi pangan yang merata. Ketiga

indikator tersebut sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah

tangga dan dapat mengetahui indeks ketahanan pangan. Untuk mendapatkan

satu indeks ketahanan pangan, maka diperlukan perhitungan ketahanan


11

pangan di tingkat rumah tangga dengan menggabungkan tiga komponen

indikator tersebut.

Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur ketahanan

pangan rumah tangga. FAO (1994) mengembangkan indeks ketahanan

pangan rumah tangga (Average Household Food Security Index). Pada

penelitian ini, indikator yang digunakan adalah indikator dari Jonsson dan

Toole (1991), yang diadopsi oleh Maxwell et all (2000) dengan menggunakan

tabulasi silang antara pengeluaran pangan dan konsumsi energi rumah tangga,

dengan kriteria seperti disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Derajat ketahanan pangan rumah tangga

Konsumsi Energi Pangsa Pengeluaran Pangan


per unit ekuivalen Rendah Tinggi
dewasa (<60% pengeluaran total) (≥60% pengeluaran total)
Cukup (>80%
Tahan pangan Rentan pangan
kecukupan energi)
Kurang (≤80%
Kurang pangan Rawan pangan
kecukupan energi)

Sumber : Jonsson dan Toole (1991) dalam Maxwell, et all (2000)

Tabel 3 menjelaskan bahwa :

a. Rumah tangga tahan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan

rendah (< 60 persen pengeluaran rumah tangga) dan cukup mengkonsumsi

energi (>80 persen dari syarat kecukupan energi).

b. Rumah tangga kurang pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan

rendah (< 60 persen pengeluaran rumah tangga) dan kurang


12

mengkonsumsi energi (≤ 80 persen dari syarat kecukupan energi).

c. Rumah tangga rentan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan

tinggi (≥ 60 persen pengeluaran rumah tangga) dan cukup mengkonsumsi

energi (> 80 persen dari syarat kecukupan energi).

d. Rumah tangga rawan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan

tinggi (≥ 60 persen pengeluaran rumah tangga) dan tingkat konsumsi

energinya kurang (≤ 80 persen dari syarat kecukupan energi).

3. Pangsa Pengeluaran dan Ketahanan Pangan

Tingkat ketahanan pangan rumah tangga didasarkan atas akses individu atau

rumah tangga terhadap pangan. Semakin tinggi akses suatu rumah tangga

terhadap pangan maka semakin tinggi ketahanan pangan. Kemampuan rumah

tangga memiliki akses terhadap pangan tercermin dalam pangsa pengeluaran

untuk membeli makanan. Pengeluaran pada dasarnya merupakan proksi dari

tingkat pendapatan rumah tangga. Adapun besarnya pangsa pengeluaran

menunjukkan besarnya tingkat pendapatan rumah tangga tersebut. Rumah

tangga dengan pendapatan yang rendah akan memiliki pangsa pengeluaran

pangan yang tinggi. Sebaliknya rumah tangga dengan pendapatan yang tinggi

memiliki pangsa pengeluaran pangan yang rendah. Hal ini didukung dengan

hukum Engel, dimana semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka

proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan akan semakin rendah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pangsa pengeluaran memiliki

hubungan yang negatif dengan total pengeluaran rumah tangga dan hal
13

tersebut juga memperlihatkan bahwa ketahanan pangan memiliki hubungan

yang negatif dengan pangsa pengeluaran pangan (Irawan, 2006).

a. Cara Menghitung Pangsa Pengeluaran

Pangsa pengeluaran pangan adalah besarnya jumlah pengeluaran rumah

tangga untuk belanja pangan dari jumlah total pengeluaran rumah tangga

(pangan dan non-pangan). Perhitungan pangsa pengeluaran pangan

didapatkan dari hasil perbandingan antara besarnya pengeluaran yang

dikeluarkan untuk belanja pangan dengan total pengeluaran yang

dikeluarkan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

FE
PPP = 100%
TE

Dimana :
PPP = Pangsa Pengeluaran Pangan (%)
FE = Pengeluaran Untuk Belanja Pangan (Rp/Bulan)
TE = Total Pengeluaran Rumah Tangga (Rp/Bulan)

Semakin besar pendapatan seseorang, maka semakin sedikit proporsi

pengeluaran yang dikeluarkannya untuk konsumsi pangan (Ilham dan

Sinaga, 2005).

b. Cara Menghitung Kecukupan Energi

Sebelum menghitung Tingkat Kecukupan Energi, terlebih dahulu kita

harus menghitung konsumsi energi dan Angka Kecukupan Energi.

Kandungan energi hampir semua bahan makanan yang ada di Indonesia

telah diteliti dan hasilnya dimuat dalam buku “Daftar Komposisi Zat Gizi

Pangan di Indonesia” yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI


14

(1995). Kadar zat gizi dalam buku tersebut adalah dalam 100 gram bagian

yang dapat dimakan (berat bersih). Kadar energi Q dalam suatu bahan

makanan A dapat dihitung dengan cara :

berat A
Q = bdd (%)x x angka energi Q dalam DKBM
100

di mana, bdd (%) merupakan singkatan dari bagian yang dapat dimakan

dalam persen berat bahan yang bersangkutan. Selanjutnya cara ini dapat

digunakan untuk menghitung konsumsi energi secara keseluruhan pada

satuan waktu untuk individu maupun kelompok. Perhitungan Angka

Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat

badan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Patokan berat

badan tersebut didasarkan pada berat badan orang-orang yang mewakili

sebagian besar penduduk yang mempunyai derajat kesehatan optimal.

Cara menghitung Angka Kecukupan Energi adalah sebagai berikut :

Berat badan (kg)


AKE Q = x AKE Q dalam tabel
Berat badan standar dalam tabel (kg)

Tingkat Kecukupan Energi (TKE) adalah perbandingan antara konsumsi

energi yang dicapai bila dibandingkan dengan angka kecukupan energi

yang dianjurkan, dihitung dalam persen. Secara sederhana TKE dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Konsumsi Energi
TKE = x 100%
Angka Kecukupan Energi
15

4. Pola Konsumsi Pangan

Pangan merupakan komoditas yang penting dan strategis mengingat bahwa

pemenuhan atas pangan adalah hak asasi manusia. Pangan adalah bahan-

bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan bagi

pemeliharaan, pertumbuhan, kerja, dan penggantian jaringan tubuh yang

rusak. Pangan diperlukan oleh tubuh karena fungsinya sebagai triguna

makanan, yaitu sebagai sumber tenaga, zat pengatur, dan zat pembangun.

Pangan dikenal sebagai pangan pokok yang dimakan secara teratur oleh suatu

kelompok penduduk dalam jumlah cukup besar untuk menyediakan bagian

terbesar dari konsumsi energi total yang dihasilkan oleh makanan. Jenis-jenis

pangan yang dikonsumsi penduduk pada suatu daerah biasanya tidak jauh dari

jenis-jenis pangan yang dapat diproduksi atau ditanaman di daerah tersebut

(Indriani, 2007).

Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi

yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses

metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Harper

et al.1986). Pola konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup

jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum

dikonsumsi pada jangka waktu tertentu (Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan, 2005).
16

Konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis dan jumlah pangan yang

dikonsumsi. Perhitungan jumlah zat gizi yang dikonsumsi (jenis dan jumlah

pangan) merupakan hal yang penting. Secara umum prisnip penilaian jumlah

konsumsi zat gizi berdasarkan data konsumsi pangan, data kandungan zat gizi

bahan makanan, dan data kecukupan zat gizi (Hardinsyah & Briawan, 1994).

Penganekaragaman konsumsi pangan oleh masyarakat dapat dilihat dengan

melakukan pengukuran skor pola pangan harapan (PPH). Pola pangan

harapan adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan

energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dari

suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan. FAO-RAPA (1989)

mendefinisikan PPH adalah komposisi kelompok pangan utama bila

dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya.

Menurut Bappenas (2011) pola pangan harapan adalah susunan jumlah

pangan menurut 9 (sembilan) kelompok pangan yang didasarkan pada

kontribusi energi yang memenuhi kebutuhan gizi secara kuantitas, kualitas

maupun keragaman dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi,

budaya, agama, dan cita rasa. Pola pangan harapan mencerminkan susunan

konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Dengan

pendekatan PPH, maka mutu pangan berdasarkan skor pangan dari 9 bahan

pangan dapat dinilai. Semakin tinggi skor PPH, maka konsumsi pangan

semakin beragam dan berimbang. Pangan yang dikonsumsi secara beragam

dalam jumlah cukup dan seimbang akan mampu memenuhi kebutuhan gizi.
17

PPH merupakan instrumen sederhana untuk menilai situasi konsumsi pangan

penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan untuk memenuhi

kebutuhan gizi, baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan

segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama. FAO-

RAPA (1989) menjelaskan bahwa mutu konsumsi pangan penduduk dapat

dilihat dari skor pangan/skor PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi

pangan semakin beragam dan bergizi seimbang. Keragaman konsumsi

pangan berdasarkan metode PPH dikelompokkan menjadi sangat kurang

(<55), kurang (55-69), cukup (70-84), dan baik (≥85) (Prasetyo et al., 2013).

Tiap negara mempunyai potensi dan sosial budaya yang berbeda-beda. Bagi

Indonesia menurut hasil Workshop on Food and Agriculture Planning for

Nutritional Adequacy di Jakarta tanggal 11-13 Oktober 1989

direkomendasikan sebagai berikut: kelompok padi-padian sekitar 50%,

makanan berpati sekitar 5%, pangan hewani sekitar 15-20%, minyak dan

lemak lebih dari 10%, kacang-kacangan sekitar 5%, gula 6-7%, buah dan

sayur 5% (FAO-MOA, 1989). Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan

Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004, susunan PPH nasional yang telah disepakati

terdapat pada Tabel 4 dengan target pencapaian energi sebesar 2000

kkal/kapita/hari.
18

Tabel 4. Susunan Pola Pangan Harapan (PPH) Standar

Energi
No. Kelompok Pangan %AKG Bobot Skor PPH
(kkal/kap/hari)
1. Padi-padian 1.150 50,0 0,5 25,0
2. Umbi-umbian 120 6,0 0,5 2,5
3. Hewani 240 12,0 2,0 24,0
4. Minyak dan lemak 200 10,0 0,5 5,0
5. Buah dan biji 60 3,0 0,5 1,0
Berminyak
6. Kacang-kacangan 100 5,0 2,0 10,0
7. Gula 100 5,0 0,5 2,5
8. Sayur dan buah 120 6,0 5,0 30,0
9. Lain-lain 60 3,0 0,0 0,0
Jumlah 2150 100,0 100,0

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kementerian RI, 2012

Pada konsep PPH, setiap kelompok pangan dalam bentuk energi mempunyai

pembobot yang berbeda tergantung dari peranan pangan dari masing-masing

kelompok terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia. Sebagai contoh,

pembobot pada kelompok padi-padian, umbi-umbian dan gula hanya 0,5 karena

pangan tersebut hanya sebagai sumber energi untuk pertumbuhan manusia.

Dengan mengkalikan proporsi energi dengan masing-masing pembobotnya, maka

dalam konsep PPH akan diperoleh skor sebesar 100. Dalam arti diversifikasi

konsumsi pangan sesuai konsep PPH harus mempunyai skor 100 (Ariani, 2005).

5. Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Penilaian aspek kuantitas pangan dapat ditinjau dari volume pangan yang

dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan. Kedua hal

tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi pangan sudah dapat

memenuhi kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang dikenal dengan
19

Angka Kecukupan Gizi (AKG). Angka kecukupan gizi (AKG) yang

dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat essensial yang harus

dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah

defisiensi zat gizi. Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada

masing-masing orang per hari bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin,

dan keadaan fisiologis individu tersebut (Almatsier, 2005).

Tubuh manusia membutuhkan aneka ragam makanan untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi tersebut. Kekurangan atau kelebihan zat gizi tersebut akan

menyebabkan kelainan atau penyakit bagi tubuh. Oleh karena itu, perlu

diterapkan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang seimbang sejak usia dini

dengan jumlah yang sesuai untuk mencukupi kebutuhan masing-masing

individu, sehingga tercapai kondisi kesehatan yang prima (Sebayang, 2012).

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang penelitian, peneliti harus mempelajari kajian terdahulu untuk

mendukung bahan referensi yang terkait dan dijadikan bahan pembanding yang

mengacu pada keadaan sebenarnya. Sebagai bahan pertimbangan dalam

penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian peneliti lain yang

terdapat pada Tabel 5. Dalam penelitian yang akan ditulis tersebut terdapat

perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang lain. Persamaan yang terdapat

dalam penelitian tersebut yaitu penelitian ini mengukur tingkat ketahanan pangan

dan pola konsumsi di suatu daerah, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
20

penelitian terdahulu yaitu peneliti ingin mengetahui pengaruh pola konsumsi

pangan terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga di suatu daerah.


Tabel 5. Kajian Penelitian Terdahulu

Peneliti dan
No Tujuan Metode Analisis Hasil
Judul Penelitian
1. Analisis Pola Konsumsi 1. Menganalisis pola 1. Analisis 1. Konsumsi energi (AKE) rumah tangga pedesaan
Pangan Rumah Tangga konsumsipangan rumah linier 1,569.49 kkal/kap/hari dan AKE rumah tangga
(Studi Kasus Di tangga berdasarkan aspek berganda perkotaan 1,964.73 masih berada dibawah AKE
Kecamatan Tarakan kuantitas 2. Skor PPH normatif yaitu 2,000 kkal/kap/hari. Pada
Barat Kota Tarakan 2. Menganalisis pola konsumsi protein (AKP) rumah tangga pedesaan
Provinsi Kalimantan konsumsi pangan rumah yaitu 47.63 gram/kap/hari masih dibawah AKP
Timur) (Hamid, tangga berdasarkan aspek normatif yaitu 52 gram/kap/hari dan AKP rumah
Setiawan dan kualitas tangga perkotaan 62.44 gram/kap/hari telah
Suhartini, 2013) melebihi AKP normatif.
2. Pola konsumsi pangan dari aspek kualitas yaitu
skor PPH pada rumah tangga pedesaan 60.27 dan
perkotaan 82.14 dimana skor tersebut masih
berada dibawah skor PPH ideal yaitu 100.
2 Pola Konsumsi dan 1. Mengetahui pola 1. Analisis 1. Pola konsumsi beras siger konsumen rumah
Atribut-Atribut Beras konsumsi rumah tangga diskriptif tangga di Kecamatan Natar memiliki frekuensi
Siger yang Diinginkan konsumen beras siger. kualitatif dan konsumsi 1–5 kali per minggu, cara
Masyarakat (Studi 2. Mengetahui sifat-sifat kuantitatif. pengonsumsi beras siger dicampur beras dengan
Kasus pada Masyarakat dan atribut pilihan yang jumlah konsumsi dalam seminggu kurang dari 1
di Desa Pancasila menjadi pertimbangan kg.
Kabupaten Lampung dalam mengkonsumsi 2. Atribut paling utama yang menjadi
Selatan) (Hendaris, beras siger. pertimbangan responden adalah warna, diikuti
Zakaria dan Kasymir, 3. Mengetahui kombinasi dengan kekenyalan, aroma, harga, dan atribut
2013) atribut yang paling yang paling terakhir adalah kemasan.
disukai konsumen. 3. Kombinasi atribut yang disukai konsumen
adalah harga murah kurang dari sama dengan
Rp7.000/kg, warna coklat tua, kenyal, beraroma
tidak kuat dan curah.

21
Tabel 5. Lanjutan

Peneliti dan
No Tujuan Metode Analisis Hasil
Judul Penelitian
3. Pola Konsumsi Pangan 1. Menganalisis pola 1. Analisis 1. Pola konsumsi masyarakat Jawa Tengah pada
Berbahan Ubi Kayu di konsumsi pangan deskriptif makanan atau bahan pangan berasal dari ubi
Jawa Tengah (Sumardi, berbahan ubi kayu di 2. Analisis kayu rata-rata per bulan untuk makanan utama
Jawa Tengah eksplorasi adalah 34 kali dengan rata-rata konsumsi per
2013)
kapita setiap kali konsumsi adalah 56 gram.
4. Ketahanan Pangan 1. Menganalisis tingkat 1. Klasifikasi Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat
Rumah Tangga Petani ketahanan pangan rumah silang antara disimpulkan bahwa rumah tangga petani kopi di
Kopi di Kabupaten tangga petani kopi di pangsa Kabupaten Lampung Barat yang mencapai derajat
Lampung Barat Kabupaten Lampung pengeluaran tahan pangan sebesar 15,09 persen, sedangkan
(Anggraini, Zakaria dan Barat dan tingkat kurang pangan, rentan pangan, dan rawan pangan
Prasmatiwi, 2014) 2. Menganalisis faktor- kecukupan adalah sebesar 11,32 persen, 62,26 persen, dan
faktor yang energi 11,32 persen. Faktor–faktor yang berpengaruh
mempengaruhi tingkat 2. Uji Likelihood terhadap tingkat ketahanan pangan rumah petani
ketahanan pangan rumah Ratio Index kopi yaitu pendapatan rumah tangga dan harga
tangga petani kopi di (LRI) beras.
Kabupaten Lampung
Barat.
5. Analisis Ketahanan 1. Mengetahui proporsi 1. Klasifikasi 1. Proporsi pengeluaran pangan rumah dari
Pangan Rumah Tangga pengeluaran pangan silang antara pengeluaran total rumah tangga petani peserta
Berdasarkan Proporsi rumah tangga peserta pangsa program DEMAPANdi Kecamatan Indrapuri
program DEMAPAN di pengeluaran
Pengeluaran Pangan Kabupaten Aceh Besar yaitu sebesar
Kecamatan Indrapuri dan tingkat
dan Konsumsi Energi Kabupaten Aceh Besar. kecukupan Rp847.150,00 atau sebesar 60%. TKE rumah
(Arida, Sofyan dan 2. Mengetahui kondisi energi tangga sebesar 62,19% termasuk pada kategori
Fadhiela, 2015) ketahanan pangan rumah defisit (<70% AKG).
tangga berdasarkan 2. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga
proporsi pengeluaran berdasarkan proporsi pengeluaran pangan dan
pangan dan konsumsi konsumsi energi petani peserta program
energy petani peserta
DEMAPAN di Kecamatan Indrapuri.
program DEMAPAN.

22
Tabel 5. Lanjutan

Peneliti dan
No Judul Penelitian Tujuan Metode Analisis Hasil

3. Kabupaten Aceh Besar adalah kurang


pangan atau sebesar 55% dan 45%
termasuk ke dalam kondisi rawan
pangan. Rumah tangga dengan status
tahan pangan dan rentan pangan tidak
didapati di daerah penelitian.
6. Ketahanan Pangan 1. Mengkaji ketahanan 1. Analisis 1. Ketahanan pangan rumah tangga
Rumah Tangga pangan rumah tangga deskriptif nelayan di Kelurahan Kangkung,
Nelayan di Kecamatan nelayan di Kecamatan 2. Analisis Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kota
Teluk Betung Selatan statistik model Bandar Lampung berada dalam kriteria
Teluk Betung Selatan
Kota Bandar Lampung logit tahan pangan sebesar 56,86% dan
Kota Bandar Lampung 2. Mengetahui factor-faktor
(Yuliana, Zakaria dan rawan pangan sebesar 43,14%.
yang mempengaruhi
Adawiyah, 2013) 2. Faktor-faktor yang berpengaruh
ketahanan pangan rumah
tangga nelayan di terhadap ketahanan pangan rumah
Kecamatan Teluk Betung tangga nelayan di Kelurahan
Selatan Kota Bandar Kangkung, Kecamatan Teluk Betung
Lampung Selatan, Kota Bandar Lampung adalah
besar anggota rumah tangga,
pengeluaran rumah tangga, dan
pengetahuan gizi ibu rumah tangga.
7. Analisis Pola Konsumsi 1. Menganalisis pola 1. Regresi linier 1. Pola konsumsi rumah tangga petani jagung 52
Rumah Tangga Petani konsumsi rumah tangga berganda di Kabupaten Grobogan adalah rata-rata
Jagung di Kabupaten petani jagung di terhadap jumlah konsumsi rumah tangga petani
Grobogan Kabupaten Grobogan jagung di Kabupaten Grobogan berasal dari
(Prasetyoningrum, pangan dan nonpangan adalah rata-rata
Rahayu dan Marwanti, pendapatan petani adalah Rp 4.787.245,84.
2016)

23
Tabel 5. Lanjutan

Peneliti dan
No Tujuan Metode Analisis Hasil
Judul Penelitian
8. Pola Konsumsi Pangan 1. Menganalisis pola alokasi 1. Analisis 1. Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga di
Rumah Tangga di pengeluaran pangan deskriptif perkotaan dan perdesaan masih tinggi dan
Provinsi Jawa Barat rumah tangga di Provinsi 2. Model pengeluaran pangan masih didominasi oleh
(Miranti, Syaukat dan Jawa Barat. LinierAlmost pangan kelompok padi-padian. Hal ini
Harianto, 2016) 2. Menganalisis perubahan Ideal Demand menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga
permintaan pangan rumah System. di Provinsi Jawa Barat masih relatif rendah.
tangga di Provinsi Jawa Adapun kelompok pangan lain yang memiliki
Barat yang terjadi akibat pangsa pengeluaran tinggi adalah kelompok
perubahan pendapatan makanan dan minuman jadi serta kelompok
dan harga pangan. tembakau dan sirih. Kelompok pangan yang
harus dipersiapkan oleh pemerintah jika terjadi
peningkatan pendapatan rumah tangga adalah
kelompok daging-dagingan dan buah-buahan.
2. Permintaan hampir semua komoditas pangan
yang diteliti tidak responsif terhadap perubahan
harganya sendiri (inelastis harga), kecuali pada
komoditas terigu, daging sapi, dan rokok kretek
filter. Permintaan komoditas pangan juga tidak
responsif terhadap perubahan pengeluaran
9. Analisis Ketahanan 1. Menganalisis tingkat 1. Klasifikasi ailing 1. Rumah tangga yang tahan pangan di Kabupaten
Pangan Rumah Tangga ketahanan pangan rumah antara pangsa Lampung Tengah adalah sebesar 45,83%,
Petani Padi Di tangga petani padi . pengeluaran rumah tangga petani yang kurang pangan
Kabupaten Lampung pangan dan sebesar 39,58%, rumah tangga yan rentan
Tengah (Desfaryani, kecukupan pangan sebesar 6,25% dan rumah tangga yang
2012) energi. rawan pangan sebesar 8,33%.

24
Tabel 5. Lanjutan

Peneliti dan
No Tujuan Metode Analisis Hasil
Judul Penelitian
10. Kinerja Anggota 1. Tingkat ketahanan pangan 1. Subjektif dan 1. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani
Kelompok Tani rumah tangga anggotas objektif. nanas seacara objektif maupun subjektif berada
Nanas Dalam kelompok tani nanas. pada klasifikasi tinggi.
pencapaian
Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Di
Desa Astomulyo
Kecamatan Punggur
Kabupaten Lampung
Tengah (Agus,
Rangga dan
Viantimala, 2017)

25
26

C. Kerangka Berpikir

Pangan merupakan komoditas yang penting dan strategis mengingat bahwa

pemenuhan atas pangan adalah hak asasi manusia. Unsur gizi dan pangan

merupakan salah satu determinan kualitas sumberdaya manusia yang sangat

penting.

Menurut Berg dan Mucat (1987), pendapatan merupakan salah satu hal yang

paling menentukan dalam hal pengambilan keputusan di bidang pangan baik

dalam hal kualitas maupun kuantitas. Semakin tinggi pendapatan maka pangan

yang dikonsumsi aan semakin meningkat jumlah maupun kualitasnya. Pendapat

tersebut sama dengan pendapat Harper, Deaton dan Driskel (1986) yang

berpendapat bahwa pada umumnya jika tingkat pendapatan naik, maka jumlah

dan jenis makanan cenderung akan semakin baik.

Pola konsumsi dapat dilihat dari jumlah pangan yang dikonsumsi, jenis pangan

yang dikonsumsi serta frekuensi mengkonsumsi. Besarnya konsumsi pangan

akan berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan zat gizi sesuai dengan Angka

Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.

Hal selanjutnya yang memengaruhi tingkat kecukupan energi dari pangan yang

dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah ada tidaknya akses terhadap pangan

secara langsung. Apabila rumah tangga memiliki ladang/sawah, pangan dapat di

akses secara langsung dari hasil produksi ladang/sawah tersebut. Pangan yang

diperoleh melalui produksi sendiri akan berbeda dengan melalui pembelian tentu
27

akan berbeda. Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat ketahanan pangan dengan

indikator silang Maxwell et all (2000) antara pangsa pengeluaran pangan dan

tingkat konsumsi energi. Berdasarkan uraian tersebut, maka paradigm kerangka

pemikiran pola konsumsi dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani ubi

kayu di Desa Gunung Batin Udik dapat dilihat pada Gambar 1.

Petani Ubi Kayu

Pendapatan Rumah Tangga

Untuk mengukur konsumsi


Pengeluaran Total
makanan pada rumah

tangga menggunakan

Pengeluaran Pangansurvey kuantitatif. Metode


Pengeluaran Non Pangan

yang digunakan pada

penelitian
Pola kuantitatif
Konsumsi Pangan

- konsumsi pangan
Jumlah yang adalah
dikonsumsi
- Jenis pangan
- metode recall
Frekuensi 24 jam.
konsumsi
Recall digunakan untuk

memperkirakan jumlah
Tingkat Ketahanan Pangan
pangan yang dikonsumsi.
- Pangsa Pengeluaran
Pangan tersebut
- Konsumsi Energi
dikonsumsi seseorang

selama
Gambar 1. Paradigma kerangka 24 jam pola
pemikiran yangkonsumsi
lalu dan tingkat ketahanan
pangan rumah tangga petani ubi kayu
atau sehari sebelum

wawancara dilakukan.

Pengukuran konsumsi

menggunakan ukuran
28

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian tersebut adalah metode survai. Menurut

Sugiyono (2009) metode survai digunakan untuk mendapatkan data dari tempat

tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam

pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara

terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam eksperimen).

Penggunaan metode survai akan memudahkan peneliti untuk memperoleh data

untuk diolah dengan tujuan memecahkan masalah yang menjadi tujuan akhir

suatu penelitian.

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Petani ubi kayu adalah seseorang yang bekerja sebagai petani yang

membudidayakan tanaman ubi kayu.

Tingkat ketahanan pangan rumah tangga (TKP) adalah tingkat ketahanan pangan

rumah tangga, diukur dengan indikator klasifikasi silang anatara pangsa

pengeluaran pangan dan kecukupan energi.


29

Rumah tangga adalah kelompok individu atau beberapa individu yang tinggal

bersama dalam satu atap serta kepengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola secara

bersama-sama.

Pendapatan rumah tangga adalah jumlah uang yang diperoleh dari usahatani ubi

kayu dan usahatani non ubi kayu (on farm), non usahatani (off farm) dan non

pertanian (non farm), yang diukur dengan satuan rupiah (Rp/th).

Pengeluaran pangan adalah besarnya jumlah uang yang dikeluarkan untuk

konsumsi pangan semua anggota rumah tangga, yang diukur dalam satuan

Rp/bulan.

Pengeluaran nonpangan adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk konsumsi

nonpangan yang meliputi pemenuhan kebutuhan sandang, rumah, rekreasi, dan

lain-lain semua anggota keluarga, yang diukur dalam satuan Rp/bulan.

Pangsa pengeluaran pangan adalah rasio pengeluaran untuk belanja pangan

terhadap pengeluaran total penduduk selama satu bulan yang diukur dalam

persen.

Konsumsi pangan adalah banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun

beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis.


30

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi

seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Dalam penelitian ini pola

konsumsi diukur dengan melihat apa yang responden konsumsi serta jumlah, jenis

dan frekuensi pangan yang dikonsumsi.

Konsumsi energi adalah sejumlah energi pangan yang dinyatakan dalam kkal

yang dikonsumsi rata-rata per orang/hari yang dihitung dengan mengkonversikan

pangan yang dikonsumsi ke dalam energi dengan menggunakan daftar komposisi

bahan makanan.

Angka kecukupan gizi diartikan sebagai suatu kecukupan rata-rata gizi setiap hari

bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,

dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Indriyani, 2012)

C. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan cara sengaja (purposive) yaitu di

Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah tepatnya di Desa

Gunung Batin Udik dengan pertimbangan wilayah tersebut sudah merupakan

sentra produksi ubi kayu tertinggi di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten

Lampung Tengah. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober - November

2017.

Populasi adalah sekumpulan entitas yang lengkap yang dapat terdiri dari orang,

kejadian, atau benda, yang memiliki sejumlah karakteristik yang umum. Sampel
31

adalah bagian dari populasi. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah

tangga petani ubi kayu, sedangkan responden dalam penelitian ini adalah kepala

rumah tangga petani ubi kayu dan istri yang berada di Desa Gunung Batin Udik

Kecamatan Terusan Nyunyai Kabupaten Lampung Tengah dengan jumlah

anggota kelompok tani sebanyak 340 petani ubi kayu. Untuk menetukan jumlah

sampel yang mewakili populasi dalam penelitian digunakan rumus Slovin

(Husein, 2004) adalah:

N
n=
1+N ²

Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = nilai kritis

Dalam penelitian ini jumlah populasi petani ubi kayu dengan batas kesalahan

yang diinginkan adalah 10%. Berdasarkan rumus Slovin, diperoleh sampel

penelitian ini yaitu:

340
n=
1 + 340 (0,1)

n = 77,27

Dengan memperkirakan bahwa hubungan antara variabel merupakan hubungan

yang cukup erat, maka dengan menggunakan rumus Slovin diperoleh ukuran

sampel sebanyak 77,27 dan dibulatkan menjadi 77 petani ubi kayu di Desa

Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nyunyai.


32

Jumlah responden dari desa tersebut ditentukan berdasarkan proporsi jumlah

petani ubi kayu dan responden dipilih menggunakan metode Simple Random

Sampling. Perhitungan jumlah responden di desa tersebut dilakukan dengan

menggunakan rumus berikut.

JD
r= x JR
JT

Keterangan:

r = Jumlah responden masing-masing kelompok tani


JD = Jumlah petani di desa tersebut
JT = Jumlah seluruh petani ubi kayu di Kecamatan Terusan Nunyai
JR = Jumlah seluruh responden

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah sampel masing-

masing di setiap kelompok tani pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah responden petani ubi kayu di Desa Gunung Batin Udik

No. Nama Kelompok Tani Hasil Perhitungan Jumlah


: 56
1. Nadai Begandang x 77 = 12,68 13
340
: 66
2. Harapan Maju x 77 = 14,95 15
340
: 62
3. Harapan Makmur x 77 = 14,04 14
340
: 28
4. Mitra Jaya x 77 = 6,34 6
340
: 25
5. Harapan Mekar x 77 = 5,66 6
340
: 34
6. Gunung Sari 1 x 77 = 7,7 8
340
: 30
7. Gunung Sari 2 x 77 = 6,79 7
340
: 37
8. Sendang Agung x 77 = 8,38 8
340
Jumlah 77
33

D. Jenis dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini akandilakukan dengan mengumpulkan

berbagai informasi yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Jenis data yang

digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan pengumpulan data yang dilakukan secara

langsung atau wawancara dengan responden menggunakan kuesioner. Data

sekunder berfungsi sebagai penguat data primer dengan menggunakan hasil dari

studi pustaka, internet, dan laporan dari berbagai instansi yang berhubungan

dengan penelitian tersebut yaitu Badan Pusat Statistik, Badan Pelaksanaan

Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kabupaten Lampung

Tengah dan beberapa literatur yang terkait dengan objek penelitian.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Data untuk Menjawab Tujuan Pertama

Untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengenai pola konsumsi pangan rumah

tangga petani ubi kayu menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil recall

pada saat pengumpulan data dikonversikan ke dalam zat gizi energi kemudian

dirata-ratakan dalam satu hari. Perhitungan kandungan gizi bahan makanan

dengan rumus (Hardiansyah dan Martianto, 1989) dengan rumus yaitu:

KGij = ( x Gij x )
34

Keterangan :
KGij = Kandungan gizi (energi) jenis pangan yang dikonsumsi
Bj = Berat jenis pangan (gram) yang dikonsumsi
Gij = Kandungan gizi (energi) dalam 100 gram jenis pangan
BDDj = Bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

BB (Kg)
AKG = ( x AKG Tabel)
BB Standar (Kg)

Keterangan :
AKG : Angka kecukupan gizi (energi)
BB : Berat badan actual
BB Standar : Berat badan standar
AKG Tabel : Angka kecukupan gizi dalam tabel kecukupan gizi
yang dianjurkan menurut hasil Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi X tahun 2012

Kemudian di hitung tingkat kecukupan energi menggunakan rumus berikut

(Indriani, 2007):

∑konsumsi energi
TKE = X 100%
AKE yang dianjurkan

Keterangan :

TKE : Tingkat kecukupan energi


∑konsumsi energi : Jumlah asupan energi
AKE yang dianjurkan : Angka kecukupan energi yang dianjurkan

Berdasarkan acuan Departemen Kesehatan (1996), menyatakan bahwa tingkat

konsumsi energi diklasifikasikan berdasarkan nilai ragam kecukupan gizi dan

dievaluasi secara bertingkat, sebagai berikut:

a. Defisit tingkat berat = <70% AKG

b. Defisit tingkat sedang = 70-79% AKG

c. Defisit tingkat ringan = 80-89% AKG


35

d. Normal = 90-119% AKG

e. Kelebihan = >120% AKG

Perhitungan selanjutnya adalah menentukan skor PPH aktual dengan

menggunakan persamaan skor PPH masing-masing golongan pangan dengan

jumlah skor PPH sembilan golongan pangan. Perhitungan skor PPH bertujuan

untuk mengetahui capaian penganekaragaman pangan di lokasi penelitian.

A
Skor PPH masing − masing golongan pangan = X 100% x C
B

Skor PPH = ∑Skor PPH sembilan golongan pangan

Keterangan :

A : Angka konsumsi energi (kkal)


B : Angka kecukupan energi (AKG-E)
C : Nilai bobot masing-masing golongan pangan

2. Analisis Data untuk Menjawab Tujuan Kedua

Untuk menjawab tujuan kedua yaitu menganalisis tingkat ketahanan pangan

rumah tangga petani ubi kayu dilakukan dengan menggunakan indikator silang

antara pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi rumah tangga petani ubi

kayu seperti yang tersaji pada Tabel 3. Adapun pangsa pengeluaran pangan dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

PPP =
36

Keterangan :
PPP = Pangsa pengeluaran pangan (%)
FE = Pengeluaran pangan untuk belanja pangan (Rp/bulan)
TE = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)

Cara menghitung Tingkat Kecukupan Energi adalah sebagai berikut :

Konsumsi energi
TKE = x 100%
Angka kecukupan energi

3. Analisis Data untuk Menjawab Tujuan Ketiga

Analisis untuk menjawab tujuan ketiga yaitu dengan metode analisis deskriptif

kualitatif. Analisis deskriptif adalah analisis yang menjelaskan atau memparkan

data hasil pengamatan tanpa melakukan pengujian statistik. Analisis ini bertujuan

untuk menggambarkan karakteristik dari sebuah sampel ataupun populasi yang

teramati dan dapat digambarkan lewat tabel, grafik dan diagram. Analisis

deskriptif kualitatif digunakan untuk memaparkan bagaimana hubungan pola

konsumsi pangan terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani ubi

kayu. Untuk melihat hubungan antara pola konsumsi dengan tingkat ketahanan

pangan digunakan tabulasi silang antara pola konsumsi pangan berdasarkan skor

PPH (Prasetyo, Hardinsyah dan Sinaga, 2013) dan tingkat ketahanan pangan

rumah tangga petani ubi kayu.


37

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Gunung Batin Udik

Luas wilayah Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai

Kabupaten Lampung Tengah adalah 15.000 ha yang terdiri dari pemukiman

penduduk dan lahan perkebunan warga. Dengan ketinggian tanah dari

permukaan laut 40 m. Pusat pemerintahan kecamatan berada di Gunung

Batin Udik, jarak dari Ibu Kota Kabupaten 40 km dan jarak dari Ibukota

provinsi 100 km.

Adapun batas wilayah Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan

Nunyai Kabupaten Lampung Tengah adalah:

 Sebelah utara berbatasan dengan Desa Astra Kestra dan Wonokerto.

 Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gunung Agung Kecamatan

Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

 Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tunas Asri Kelurahan Mulyo

Asri dan Way Buring.

 Sebelah timur berbatasan dengan Desa Gunung Batin Ilir dan

Gunung Batin Baru Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung

Tengah.
38

Masyarakat di Desa Gunung Batin Udik mayoritas sebagai petani terlihat dari

masih banyaknya lahan-lahan yang dijadikan perkebunan. Untuk mengetahui

luas pertanian dan perkebunan serta hasil panennya dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Luas lahan perkebunan dan pertanian serta hasil panen di


Desa Gunung Batin Udik tahun 2017

Jenis Pertanian Luas Pertanian dan Hasil Panen/ha


No.
dan Perkebunan Perkebunan (ha) (ton)
1 Padi 10 1,25
2 Jagung 20 5
3 Ubi Kayu 2.118 30
4 Kelapa Sawit 32 15
5 Karet 37 0,1
Jumlah 2.217

Sumber : Monografi Desa Gunung Batin Udik, 2017

Tabel 7 menjelaskan bahwa luas lahan pertanian di Desa Gunung Batin

Udik adalah 2.217 ha. Lahan pertanian ubi kayu merupakan yang paling luas

yaitu 2.118 ha dengan hasil panen terbanyak juga yaitu sebanyak 30 ton per

ha. Hal ini berarti pendapatan terbesar rumah tangga berasal dari

usahatani ubi kayu. Padi memiliki luas lahan peertanian paling sedikit

sebesar 10 ha dan hasil panen sebanyak 1,25 ton per ha.

1. Kondisi Demografi

Penduduk Desa Gunung Batin Udik berjumlah 9.671 jiwa atau 2012 kepala

keluarga dengan rincian: 4.766 laki-laki dan 4.905 perempuan. Keadaan

demografi atau keadaan penduduk desa akan dirinci berdasarkan umur,

agama, pendidikan, mata pencaharian dan jenis kelamin.


39

a. Komposisi penduduk berdasarkan umur

Tabel 8. Komposisi umur Desa Gunung Batin Udik tahun 2017

Jumlah Persentase
No. Umur
(Orang) (%)
1 0-1 178 1,84
2 2-5 483 5,01
3 6-7 434 4,50
4 8-15 953 9,88
5 16-56 6.003 62,21
6 >56 1.599 16,57
Jumlah 9.650 100,00

Sumber Monografi Desa Gunung Batin Udik, 2017

Tabel 8 menunjukkan komposisi penduduk berdasarkan umur paling

banyak yaitu pada usia 16-56 tahun keatas yaitu sebanyak 1.599 orang

(62,21%). Hal ini berarti bahwa masyarakat Desa Gunung Batin Udik

dalam usia produktif yang masih dapat aktif untuk bekerja.

b. Komposisi penduduk berdasarkan agama

Agama yang dianut oleh masyarakat Desa Gunung Batin Udik

adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi penduduk menurut agama yang dianut oleh masyarakat


di Desa Gunung Batin Udik

Jumlah Persentase
No Agama
(Orang) (%)
1 Islam 8.107 93,34
2 Kristen 219 2,52
3 Katolik 159 1,83
4 Hindu 140 1,61
5 Budha 60 0,70
Jumlah 8.685 100,00
40

Tabel 9 diketahui bahwa agama terbanyak yang dianut masyarakat Desa

Gunung Batin Udik adalah Islam yaitu sebanyak 8.107 orang (93,34%).

Mayoritas penduduk di Desa Gunung Batin Udik adalah Islam, sehingga

sarana peribadatan terbanyak adalah masjid dan mushollah yang

dijelaskan pada Tabel 10.

Tabel 10. Sarana peribadatan di Desa Gunung Batin Udik Tahun 2017

Persentase
No Sarana Peribadatan Jumlah
(%)
1 Masjid 11 50,00
2 Mushollah 10 45,45
3 Gereja 1 4,55
4 Vihara - -
5 Pura - -
Jumlah 22 100,00

Sumber: Monografi Desa Gunung Batin Udik, 2017

c. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan umum

Lulusan pendidikan umum terdiri dari TK, SD, SMP/SLTP, SMA/SLTA,

Akademi (D1-D3) dan Sarjana (S1-S3). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sebaran penduduk di Desa Gunung Batin Udik berdasarkan


tingkat pendidikan Tahun 2017

Persentase
No Jenjang Pendidikan Jumlah
(%)
1 Sekolah Dasar 3.400 9,52
2 SMP/SLTP 1.796 50,28
3 SMA/SLTA 1.349 37,77
4 Akademi/D1-D3 1 0,03
5 Sarjana(S1-S3) 86 2,41
Jumlah 3.572 100,00

Sumber: Monografi Desa Gunung Batin Udik, 2017.


41

Tabel 11 menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Gunung Batin

mayoritas merupakan lulusan SMP/SLTP dan SMA/SLTA sebanyak

masing-masing 1.796 orang (50,28%) dan 1.349 orang (37,77%). Dengan

jenjang pendidikan yang sudah cukup, dapat dikatakan bahwa masyarakat

Desa Gunung Batin Udik mampu menerima inovasi-inovasi yang

diberikan oleh pemerintah untuk memaksimalkan hasil produksi

usahataninya.

d. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian

Mata pencaharian masyarakat di Desa Gunung Batin cukup beragam

terdiri dari PNS, TNI/Polri, karyawan swasta, wiraswasta/dagang, petani,

pertukangan, buruh tani, pensiunan, nelayan, dan pemulung. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Mata pencaharian penduduk Desa Gunung Batin Udik


tahun 2017

Persentase
No. Mata Pencaharian Jumlah
(%)
1 Pegawai Negeri Sipil 60 3,36
2 TNI/Polri 3 0,17
3 Swasta 200 11,19
4 Wiraswasta/Dagang 35 1,96
5 Tani 875 48,94
6 Pertukangan 25 1,40
7 Buruh Tani 550 30,76
8 Pensiunan 26 1,45
9 Nelayan 11 0,62
10 Pemulung 3 0,17
Jumlah 1.788 100,00

Sumber: Monografi Desa Gunung Batin, 2017.


42

Tabel 12 diketahui bahwa masyarakat Desa Gunung Batin Udik mayoritas

bekerja sebagai petani dan buruh tani. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

lahan yang mereka miliki untuk berusahatani.

e. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin

Jumlah penduduk di Desa Gunung Batin Udik mencapai 8965 orang

dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2535.. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

Jumlah Persentase
No Jenis Kelamin
(Orang) (%)
1 Laki-laki 4766 49,28
2 Perempuan 4905 50,72
Jumlah 9671 100,00

Sumber: Monografi Desa Gunung Batin Udik, 2017

Tabel 13 menjelaskan bahwa masyarakat di Desa Gunung Batin Udik

ada 9.671 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 4.766 orang (49,28%)

dan jumlah perempuan sebanyak 4.905 orang (50,72%).

2. Industri

Masyarakat Desa Gunung Batin Udik memiliki industri yang terdiri dari

pabrik dan agroindustri rumah tangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 14.

Tabel 14 dapat diketahui bahwa industri yang terdapat di Desa Gunung Batin

Udik terbanyak adalah pabrik tapioka yaitu Pabrik Bumi Waras. Pabrik

tersebut adalah tempat petani menjual hasil produksi ubi kayunya yang
43

kemudian diolah menjadi tepung tapioka.

Tabel 14. Jenis Industri di Desa Gunung Udik Tahun 2017

Persentase
No Jenis Industri Jumlah
(%)
1 Pabrik 1 20,00
4 Rumah Tangga 4 80,00
Jumlah 5 100,00

Sumber: Monografi Desa Gunung Batin Udik, 2017

3. Bidang Kemasyarakatan

Terdapat beberapa bidang kemasyarakatan seperti keagamaan dan

kesehatan yang ada di Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai:

a. Keagamaan

Bidang keagamaan di Desa Gunung Batin Udik dapat dilihat pada

Tabel 15.

Tabel 15. Kelompok keagamaan di Desa Gunung Batin Udik tahun 2017

No Jenis Keagamaan Kelompok Anggota


1 Majelis Ta’lim 8 160
2 Majelis Gereja 1 15
3 Majelis Budha - -
4 Majelis Hindu - -
5 Remaja Masjid 10 250
Jumlah 19 425

Sumber: Monografi Desa Gunung Batin Udik, 2017

Tabel 15 menjelaskan bahwa terdapat 8 kelompok majelis ta’lim yang

terdiri dari 160 anggota seperti yang kita tahu mayoritas penduduk Desa

Gunung Batin Udik menganut agama Islam.


44

b. Kesehatan

Terdapat bidang kesehatan di Desa Gunung Batin Udik untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Sarana di bidang kesehatan di Desa Gunung Batin Udik

No Jenis bidang kesehatan Jumlah (Unit)


1 Rumah sakit bersalin 2
2 Posyandu 4
3 Puskesmas pembantu 1
4 Praktek dokter 1
5 Bidan 8
Jumlah 16

Sumber: Monografi Desa Gunung Batin Udik, 2017.

Tabel 16 dapat diketahui bahwa bidang kesehatan di Desa Gunung Batin

Udik terbanyak adalah bidan sebanyak 8 orang. Hal ini dikarenakan biaya

yang ditawarkan jauh lebih murah dibandingkan dengan rumah sakit

bersalin.
70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Jenis pangan yang paling banyak dikonsumsi rumah tangga dari sembilan

jenis golongan pangan adalah beras dengan jumlah konsumsi sebesar 1346,38

g/rt/hari, ubi kayu dengan jumlah konsumsi sebesar 42,65 g/rt/hari, telur

dengan jumlah konsumsi sebesar 69,53 g/rt/hari, kangkung dengan jumlah

konsumsi sebesar 50,13 g/rt/hari, pisang dengan jumlah konsumsi 46,95

g/rt/hari, tempe dengan jumlah konsumsi sebesar 84,98 g/rt/hari, minyak

kelapa sawit dengan jumlah konsumsi sebesar 50,90 g/rt/hari, santan dengan

jumlah konsumsi sebesar 5,78 g/rt/hari, gula dengan jumlah konsumsi sebesar

10,97 g/rt/hari dan kopi dengan jumlah konsumsi sebesar 3,02 g/rt/hari.

Frekuensi konsumsi pangan yang paling sering (4-6x/minggu) dikonsumsi

adalah beras, telur, kangkung, tahu, minyak kelapa sawit, gula pasir dan kopi.

Skor PPH rumah tangga petani ubi kayu di Kecamatan Terusan Nunyai

sebesar 61,62 termasuk dalam kategori kurang.

2. Mayoritas tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani ubi kayu di

Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah berada dalam

kondisi kurang dan rawan pangan.


71

3. Ada hubungan antara pola konsumsi pangan (skor PPH) berhubungan dengan

tingkat ketahanan pangan dimana semakin rendah konsumsi pangan maka

tingkat ketahanan pangan akan cenderung semakin rendah.

B. Saran

1. Bagi peneliti lain, agar dapat melakukan penelitian lanjutan yaitu mengukur

tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani menggunakan indikator selain

tabulasi silang antara pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi.

2. Bagi rumah tangga petani ubi kayu, perlunya penganekaragaman konsumsi

pangan dengan menambah konsumsi jenis pangan hewani, kacang-kacangan,

umbi-umbian, minyak dan lemak, buah biji berminyak, sayur dan buah serta

jenis pangan lain-lain agar kualitas dan kuantitas konsumsi semakin baik.

3. Bagi dinas terkait seperti Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung

Tengah, perlunya dilakukan penyuluhan bagi rumah tangga petani untuk

mewujudkan rumah tangga yang tahan pangan dan melakukan program-

program yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan seperti

program Desa Mandiri Pangan (Demapan).


72

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., Sambas, AM. dan Ating, S. 2011. Dasar-Dasar Metode Statistika
Untuk Penelitian. Pustaka Setia. Bandung.

Agus, GV., Rangga, KK. dan Viantimala, B. 2017. Kinerja Anggota Kelompok Tani
Nanas Dalam Pencapaian Ketahanan Pangan Rumah Tangga Di Desa Astomulyo
Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis (JIIA).
Universitas Lampung. Vol. 5 No. 1: 2017. Hlm. 84-92. Diakses 2 September 2017
Pukul 14.44.

Amaliyah, H. dan Handayani, SM. 2011. Analisis Hubungan Proporsi Pengeluaran Dan
Konsumsi Pangan Dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi Di
Kabupaten Klaten. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (SEPA). Vol. 7 No.
2 Hlm. 110-118. Diakses 2 September 2017 Pukul 14.50.

Ancok, D,1989. Tehnik Skala Penyusunan Pengukur. Pusat Penelitian Kependudukan


UGM. Yogyakarta.

Anggraini, M., Zakaria, WA. dan Prasmatiwi, FE. 2014. Ketahanan Pangan Rumah
Tangga Petani Kopi Di Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis
(JIIA). Universitas Lampung. Vol. 2 No. 2 Hlm. 124-132. Diakses 3 September
2017 Pukul 08.35.

Arida, A., Sofyan. dan Fadhiela, K. 2015. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Berdasarkan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Konsumsi Energi. Jurnal
Agrisep. Vol. 16 No. 1. Hlm. 20-34. Diakses 3 September 2017 Pukul 09.10.

Azwar, A. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan
Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. LIPI. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2016. Bandar Lampung dalam
AngkaTahun 2016. Bandar Lampung. BPS Kota Bandar Lampung.

Bambang, C. 2004. Aneka Produk Olahan UbiKayu. Aneka Ilmu. Semarang.


73

BAPPENAS. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015.


http://www.4shared.com/get/I45gBOZ/Rencana_Aksi_Nasional_Pangan
.Diakses 2 September 2017 Pukul 16.40 WIB.

Berg, A. dan Robert, JM. 1986. Faktor Gizi. Jakarta. Bhatara Karya Aksara.

Dermawan, W. 2003. RisetBisnis :Panduan Bagi Praktisi dan Akademis. Jakarta. PT.
GramediaPustakaUtama.

Desfaryani, R. 2012. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi Di Kabupaten


Lampung Tengah. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

FAO/WHO. 1994. Guidelines on Formulated Suplementary Food for Older Infants


and Young Children. Roma. FAO/WHO.

.1996. FAO Model Code of Forest Harvestingin Asia-Pasific. Bangkok.


Thammada Press.Co. Ltd

Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan


Keempat. Semaran. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hakim, RA. 2009. Analisis Determinan Tingkat Kejahatan Properti Di JawaTahun


2007. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Hamid, Y., Setiawan, B. dan Suhartini. 2013. Analisis Pola Konsumsi RumahTangga
(Studi Kasus di Kecamatan TARAKAN Barat Kota TarakanProvinsi
Kalimantan Timur). Agricultural Socio-Economics Journal. Universitas
Brawijaya. Vol. 13 No. 3. Hlm. 175-190. Diakses 4 September 2017 Pukul
15.55.

Hardiansyah, MD. 1989. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian
Status Konsumsi Pangan. Jakarta

Harper, LJ., Deaton, BJ. dan Driskel, JA. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta.
Penerbit Universitas Indonesia.

Hendaris, TW., Zakaria, WA dan Kasymir, E. 2013. Pola Konsumsi dan Atribut-
Atribut Beras Siger yang Diinginkan Masyarakat (Studi Kasus pada
Masyarakat di Desa Pancasila Kabupaten Lampung Selatan). Jurnal Ilmu-Ilmu
Agribisnis (JIIA). Universitas Lampung. Lampung.Vol 1.No 3. Hlm. 232-237.
Diakses 4 September 2017 Pukul 14.20.

Husein, U. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Cet ke 6.
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
74

Ilham, N. dan Sinaga, BM. 2008. Penggunaan Pangsa Pengeluaran Sebagai


Indikator Komposit Ketahanan Pangan. Bogor. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Indiako, MISDV., Ismono, RH. dan Soelaiman, A. 2014. Studi Perbandingan Pola
Alokasi Lahan, Pengluaran Beras Dan Pola Konsumsi Pangan Antara Petani
Ubi Kayu di Desa Pelaksana dan Non Pelaksana Program MP3L di
Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis (JIIA). Universitas
Lampung. Vol 2 No. 4. Hlm. 331-336. Diakses 4 September 2017 Pukul
13.35.

Indriani, Y. 2007. Gizi dan Pangan (Buku Ajar). Universitas Lampung. Bandar
Lampung.

Kementerian Perdagangan. 2013. Analisis Dinamika Konsumsi Pangan Masyarakat


Indonesia. Jakarta.

Khumaidi, M, 1994. Gizi Masyarakat. Penerbit BPK Gunung Mulia. Jakarta.

Maleha. dan Sutanto, A. 2006.Kajian Konsep Ketahanan Pangan. Jurnal Protein. Vol.
13 No. 2 Tahun 2006 Hal 194-202. Diakses 5 September 2017 Pukul 12.15.

Mustafa, H. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta. Bumi Aksara.

LIPI. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan
Globalisasi.Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 17 – 19 mei 2004.
Jakarta

. 2008. Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi Untuk Mencapai Millenium


Development Goals.Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi IX, 26 – 27
Agustus 2008. Jakarta.

Lukman, Gunawan I dan Febrinova R. 2017. Pola Konsumsi Petani Kelapa Sawit
Desa Talikumain Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal
Mahasiswa Fakultas Pertanian UPP. Vol. 4 No. 1. Hlm. 1-8. Diakses16 Juli
2018 Pukul 19.00.

Maxwell, D; C. Levin; M.A. Klemeseau; M.Rull; S. Morris and C.Aliadeke. 2000.


Urban Livelihoods and Food Nutrition Security in Greater Accr, Ghana. IFPRI
in Collaborative with Noguchi Memorial for Medical Research and World
Health Organization. Research Report No.112. Washington, D.C.
75

Miranti, A., Syaukat, Y. dan Harianto, FN. 2016. Pola Konsumsi Pangan Rumah
Tangga Di Provinsi Jawa Barat. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 34 No. 1. Hlm. 67-80. Diakses 30
Agustus 2017 Pukul 07.50.

Prasetyo, TJ., Hardinsyah. dan Sinaga, T. 2013. Konsumsi Pangan dan Gizi serta
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Anak Usia 2-6 Tahun di Indonesia.
Jurnal Gizi dan Pangan.Vol. 8 No. 3. Hlm. 159-166. Diakses 16 Juli 2018
Pukul 19.45.

Prasetyoningrum, F., Rahayu, ES. dan Marwanti, S. 2016. Analisis Pola Konsumsi
Rumah Tangga Petani Jagung Di Kabupaten Grobogan. Universitas Kristen
SatyaWacana. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 28 No. 1 dan No. 2. Hlm. 41-52.
Diakses 30 Agustus 2017 Pukul 08.15.

Rangga, KK. 2014. Keefektifan Kelompok Afinitas Usaha Mikro Dalam


Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Desa Mandiri Pangan
Provinsi Lampung. Disertasi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Safitri, AM., Pangestuti, DR. dan Aruben, R. 2017. Hubungan Ketahanan Pangan
Keluarga dan Pola Konsumsi Dengan Status Gizi Balita Keluarga Petani (Studi
di Desa Jurug Kabupaten Boyolali). Universitas Dipenogoro. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol 5 No. 3. Hlm. 120-128. Diakses 30 Agustus 2017 Pukul
09.15.

Santoso, S. 2004. Kesehatan dan Gizi. Cetakan Kedua. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta.

Sastraatmadja, E. 2006. Untukmu Dewan Ketahanan Pangan. Bandung :Masyarakat


Geografi Indonesia.

Saputri, R., Lestari, LA. dan Susilo, J. 2016. Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Di Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Universitas Gajah Mada. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol. 12 No. 3. Hlm.
123-130. Diakses 3 September 2017 Pukul 09.00.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D). Bandung: Alfabeta.

. 2011. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D). Bandung: Alfabeta

Suhardjo. 1988. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
bekerja sama dengan Lembaga Sumber Daya Informasi IPB. Bogor.
76

Sumardi. 2013. Pola Konsumsi Pangan BerbahanUbi Kayu Di Jawa Tengah.


Universitas Katolik AtmaJaya .Jurnal Unika. Vol. 15 No. 1:2013.

Suryana, AIW., Rusastra. dan Suhartini, SH. 1997. Pemberdayaan Ekonomi


Keluarga dalam Rangka Ketahanan Pangan. dalam Suryana et al (Eds). Hlm
57-84. Monograp Series No. 17. Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian:
Analisis Kebijaksanaan Antisipatif dan Responsif. Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Yuliana, P., Zakaria, WA. dan Adawiyah, R. 2013.Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Nelayan Di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Jurnal
Ilmu-Ilmu Agriisnis (JIIA). Universitas Lampung. Vol. 1 No. 2. Hlm. 181-186.
Diakses 2 September 2017 Pukul 16.40.

Anda mungkin juga menyukai