Anda di halaman 1dari 18

BAB 5

GEOLOGI STRUKTUR

1.1 Pengenalan Geologi Struktur

Geologi struktur adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari bentuk

arsitektur kerak bumi. Geologi struktur mengkaji mengenai batuan, termasuk

asal-usulnya, geometri dan kinetiknya.

Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka bumi

maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk

bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bentuk

arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-

batuan yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada

batuan tersebut. Deformasi adalah perubahan dalam tempat dan/atau orientasi

dari tubuh batuan. Deformasi secara definisi dapat dibagi menjadi :

- Distortion, yaitu perubahan bentuk.

- Dilatation, yaitu perubahan volume.

- Rotation, yaitu perubahan orientasi.

- Translation, yaitu perubahan posisi.

Gambar Jenis-Jenis Deformasi


Arah dari gaya yang bekerja pada atau dalam kulit bumi dapat bersifat :
a. Berlawanan arah tetapi bekerja dalam satu garis. Gaya seperti ini dapat
bersifat: Tarikan (tension) dan Tekanan (compression).
b. Berlawanan, tetapi bekerja dalam satu bidang (couple).
c. Berlawanan, tetapi bekerja pada kedua ujung bidang (torsion).
d. Gaya yang bekerja dari segala jurusan terhadap suatu benda, yang pada
umumnya berlangsung dalam kerak bumi (tekanan Lithostatis).

Gambar Jenis Gaya Tension, Compression dan Couple

Gambar Bentuk Torsion

Kita dapat membagi material menjadi 2 (dua) kelas didasarkan atas sifat
perilakudari material ketika dikenakan gaya tegasan padanya, yaitu :
a) Material yang bersifat retas (brittle material), yaitu apabila sebagian kecil
atau sebagian besar bersifat elastis tetapi hanya sebagian kecil bersifat
lentur sebelum material tersebut retak/pecah.
b) Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian kecil bersifat
elastis dan sebagian besar bersifat lentur sebelum terjadi peretakan /
fracture.

Gambar Gambar Deformasi Brittle dan Ductile

Bagaimana suatu batuan / material akan bereaksi tergantung pada beberapa


faktor, antara lain adalah:
 Temperatur.
Pada temperatur tinggi molekul molekul dan ikatannya dapat meregang
dan berpindah, sehingga batuan/material akan lebih bereaksi pada kelenturan dan
pada temperatur, material akan bersifat retas.
 Tekanan bebas
Pada material yang terkena tekanan bebas yang besar akan sifat untuk
retak menjadi berkurang dikarenakan tekanan disekelilingnya cenderung untuk
menghalangi terbentuknya retakan. Pada material yang tertekan yang rendah akan
menjadi bersifat retas dan cenderung menjadi retak.
 Kecepatan tarikan
Pada material yang tertarik secara cepat cenderung akan retak. Pada
material yang tertarik secara lambat maka akan cukup waktu bagi setiap atom
dalam material berpindah dan oleh karena itu maka material akan berperilaku /
bersifat lentur.
 Komposisi
Beberapa mineral, seperti Kuarsa, Olivine, dan Feldspar bersifat sangat
retas. Mineral lainnya, seperti mineral lempung, mica, dan kalsit bersifat lentur.
Hal tersebut berhubungan dengan tipe ikatan kimianya yang terikat satu dan
lainnya. Jadi, komposisi mineral yang ada dalam batuan akan menjadi suatu
faktor dalam menentukan tingkah laku dari batuan. Aspek lainnya adalah hadir
tidaknya air. Air kelihatannya berperan dalam memperlemah ikatan kimia dan
mengitari butiran mineral sehingga dapat menyebabkan pergeseran. Dengan
demikian batuan yang bersifat basah cenderung akan bersifat lentur, sedangkan
batuan yang kering akan cenderung bersifat retas.
Proses yang menyebabkan batuan mengalami deformasi adalah gaya yang
bekerja pada batuan tersebut. Sebagaimana diketahui dalam teori “Tektonik
Lempeng” dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang
saling bergerak satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat
berupa pergerakan yang saling mendekat (konvergen), saling menjauh (divergen),
dan atau saling berpapasan (transform).

Divergen Plate
Konvergen Plate

Transform Plate

Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang merupakan sumber asal dari gaya


yang bekerja pada batuan kerak bumi. Sehingga secara umum pengertian geologi
struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai
bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa
kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi
mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan
(fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan
tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai
suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi
seperti cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan
sebagainya.

1.2 Prinsip Dasar Mekanika Batuan


Mengenal dan menafsirkan tentang asal-usul dan mekanisme pembentukan
suatu struktur geologi akan menjadi lebih mudah apabila kita memahami prinsip
prinsip dasar mekanika batuan, yaitu tentang konsep gaya, tegasan
(stress/compressive), tarikan (strength) dan faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi karakter suatu materi/bahan.
a) Gaya (Force)
Gaya merupakan suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah pergerakan
suatu benda. Gaya dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu benda (seperti
gaya gravitasi dan elektromagnetik) atau bekerja hanya pada bagian tertentu dari
suatu benda (misalnya gaya-gaya yang bekerja di sepanjang suatu sesar di
permukaan bumi).
Gaya gravitasi merupakan gaya utama yang bekerja terhadap semua
obyek/materi yang ada di sekeliling kita. Besaran (magnitud) suatu gaya gravitasi
adalah berbanding lurus dengan jumlah materi yang ada, akan tetapi magnitud
gaya di permukaan tidak tergantung pada luas kawasan yang terlibat.
Satu gaya dapat diurai menjadi 2 komponen gaya yang bekerja dengan arah
tertentu, dimana diagonalnya mewakili jumlah gaya tersebut.
Gaya yang bekerja diatas permukaan dapat dibagi menjadi 2 komponen yaitu:
satu tegak lurus dengan bidang permukaan dan satu lagi searah dengan
permukaan. Pada kondisi 3-dimensi, setiap komponen gaya dapat dibagi lagi
menjadi dua komponen membentuk sudut tegak lurus antara satu dengan lainnya.
Setiap gaya, dapat dipisahkan menjadi tiga komponen gaya, yaitu komponen gaya
X, Y dan Z.
b) Tekanan Litostatik
Tekanan yang terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air dikenal
sebagai tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik yang dialami oleh suatu benda
yang berada di dalam air adalah berbanding lurus dengan berat volume air yang
bergerak ke atas atau volume air yang dipindahkannya.
Sebagaimana tekanan hidrostatik suatu benda yang berada di dalam air, maka
batuan yang terdapat di dalam bumi juga mendapat tekanan yang sama seperti
benda yang berada dalam air, akan tetapi tekanannya jauh lebih besar ketimbang
benda yang ada di dalam air, dan hal ini disebabkan karena batuan yang berada di
dalam bumi mendapat tekanan yang sangat besar yang dikenal dengan tekanan
litostatik. Tekanan litostatik ini menekan kesegala arah dan akan meningkat ke
arah dalam bumi.

c) Tegasan
Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu
benda. Tegasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi pada
batuan sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar. Tegasan dapat
didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada luasan suatu permukaan benda
dibagi dengan luas permukaan benda tersebut: Tegasan (P)= Daya (F) / luas (A).
Tegasan yang bekerja pada salah satu permukaan yang mempunyai komponen
tegasan prinsipal atau tegasan utama.
Tegasan pembeda adalah perbedaan antara tegasan maksimal dan tegasan
minimal. Sekiranya perbedaan gaya telah melampaui kekuatan batuan maka
retakan/rekahan akan terjadi pada batuan tersebut. Kekuatan suatu batuan sangat
tergantung pada besarnya tegasan yang diperlukan untuk menghasilkan
retakan/rekahan.

d) Gaya Tegangan (Tensional Force)


Gaya Tegangan merupakan gaya yang dihasilkan oleh tegasan, dan
melibatkan perubahan panjang, bentuk (distortion) atau dilatasi (dilation) atau
ketiga-tiganya. Bila terdapat perubahan tekanan litostatik, suatu benda (homogen)
akan berubah volumenya (dilatasi) tetapi bukan bentuknya. Misalnya, batuan
gabro akan mengembang bila gaya hidrostatiknya diturunkan. Perubahan bentuk
biasanya terjadi pada saat gaya terpusat pada suatu benda. Bila suatu benda
dikenai gaya, maka biasanya akan dilampaui ketiga fasa, yaitu fasa elastisitas, fasa
plastisitas, dan fasa pecah. Bahan yang rapuh biasanya pecah sebelum fase
plastisitas dilampaui, sementara bahan yang plastis akan mempunyai selang yang
besar antara sifat elastis dan sifat untuk pecah. Hubungan ini dalam mekanika
batuan ditunjukkan oleh tegasan dan tarikan.
Kekuatan batuan, biasanya mengacu pada gaya yang diperlukan untuk pecah
pada suhu dan tekanan permukaan tertentu. Setiap batuan mempunyai kekuatan
yang berbeda-beda, walaupun terdiri dari jenis yang sama. Hal ini dikarenakan
kondisi pembentukannya juga berbeda-beda. Batuan sedimen seperti batupasir,
batugamping, batulempung kurang kuat dibandingkan dengan batuan metamorf
(kuarsit, marmer, batusabak) dan batuan beku (basalt, andesit, gabro).

1.3 Struktur Batuan


Struktur batuan terbagi atas tiga, yaitu :
1) Struktur Primer, yaitu struktur yang terjadi pada saat proses
pembentukannya, struktur ini biasanya dikenal sebagai struktur
sedimen. contohnya :
 Graded Bedding
 Parallel Lamination
2) Struktur Sekunder, yaitu struktur yang terjadi setelah batuan terbentuk,
struktur ini bisa biasanya dihasilkan oleh interaksi batuan dengan batuan,
batuan dengan mahluk hidup, batuan dengan erosi dan dengan
sedimentasi, serta batuan dengan proses tektonik.
o Bioturbation (batuan-mahluk hidup)
o Load Cast (batuan-batuan)
o Flute Cast (batuan-erosi-sedimentasi)
o Sesar,Lipatan, Kekar (batuan-tektonik)
Geologi Struktur dalam kajiannya akan mempelajari struktur sekunder
batuan yang terbentuk sebagai akibat interaksi batuan dengan tektonik, walaupun
tidak semua struktur geologi terbentuk akibat interaksi ini.

1.4 Unsur Struktur Batuan


Unsur struktur geologi, berdasarkan pengertian geometrinya terbagi atas:
Struktur Bidang (3D atau 2D) dan Struktur Garis (2D).
Beberapa unsur struktur yang termasuk struktur bidang adalah :
 Bidang Sumbu Lipatan.
 Bidang Kekar.
 Bidang Sesar.
Beberapa unsur struktur yang termasuk struktur garis adalah:
 Sumbu Lipatan.
 Gores Garis (Striation) pada Cermin Sesar (Slicken Side).
 Lineasi Mineral (Contohnya Foliasi pada Gneiss)

1.5 Struktur Geologi


Struktur Geologi mencakup berbagai skala dan dimensi, dari mulai
microstructures sampai megastructures. Struktur geologi yang dikenal secara
umum adalah:
 Sesar /patahan (fault).
 Lipatan (fold).
 Kekar (joint).

a. Sesar
Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami
“pergeseran yang berarti” pada bidang rekahnya. Suatu sesar dapat berupa bidang
sesar (Fault Plain) atau rekahan tunggal. Tetapi sesar dapat juga dijumpai sebagai
semacam jalur yang terdiri dari beberapa sesar minor. Jalur sesar atau jalur
penggerusan, mempunyai dimensi panjang dan lebar yang beragam, dari skala
minor sampai puluhan kilometer. Kekar yang memperlihatkan pergeseran bisa
juga disebut sebagai sesar minor. Rekahan yang cukup besar akibat regangan,
amblesan, longsor, yang disebut Fissure, tidak termasuk dalam definisi sesar.
Beberapa indikasi umum adanya sesar :
 Kelurusan pola pengaliran sungai.
 Pola kelurusan punggungan.
 Kelurusan Gawir.
 Gawir dengan Triangular Facet.
 Keberadaan mata air panas.
 Keberadaan zona hancuran.
 Keberadaaan kekar.
 Keberadaan lipatan seret (Dragfolg)
 Keberadaan bidang gores garis (Slicken Side) dan Slicken Line.
 Adanya tatanan stratigrafi yang tidak teratur.

Klasifikasi Sesar
 Slip (pergeseran relatif)
Pergeseran relatif pada sesar, diukur dari jarak blok pada bidang
pergeseran titik-titik yang sebelumnya berhimpit. Jarak total dari pergeseran
disebut dengan Net Slip.Slip Fault terbagi atas:
a. Strike Slip Fault, sesar yang arah pergerakannya relatif paralel
dengan strike bidang sesar. (Pitch 00 - 100). Sesar ini disebut juga sebagai Sesar
Mendatar. Sesar mendatar terbagi lagi atas :
- Sesar Mendatar Sinistral, yaitu sesar mendatar yang blok batuan kirinya lebih
mendekati pengamat.
- Sesar Mendatar Dextral, yaitu sesar mendatar yang blok batuan kanannya lebih
mendekati pengamat.
b. Dip Slip Fault, sesar yang arah pergerakan nya relatif tegak lurus strike
bidang sesar dan berada pada dip bidang sesar. (Pitch 800 - 900). Dip Slip Fault
terbagi lagi atas :
- Sesar Normal, yaitu sesar yang pergerakan Hanging-Wallnya relatif turun
terhadap Foot-Wall.
- Sesar Naik, yaitu sesar yang pergerakan Hanging-Wallnya relatif naik
terhadap Foot-Wall.
- Strike-Dip Slip Fault atau (Oblique Fault), yaitu sesar yang vektor
pergerakannya terpengaruh arah strike dan dip bidang sesar. (Pitch 100 -
800). Strike-Dip Slip Fault terbagi lagi atas kombinasi-kombinasi Strike Slip
Fault dan Dip Slip Fault, yaitu:
- Sesar Normal Sinistral, yaitu sesar yang pergerakan Hanging-Wallnya
relatif turun dan sinistral terhadap Foot-Wall.
- Sesar Normal Dextral, yaitu sesar yang pergerakan Hanging-Wallnya
relatif turun dan dextral terhadap Foot-Wall.
- Sesar Naik Sinistral, yaitu sesar yang pergerakan Hanging-Wallnya relatif
naik dan sinistral terhadap Foot-Wall.
- Sesar Naik Dextral, yaitu sesar yang pergerakan Hanging-Wallnya relatif
naik dan dextral terhadap Foot-Wall.

 Separation (Pergeseran Relatif Semu)


Bila pitch tidak dapat ditemukan, maka pergeseran tidak dapat ditentukan,
maka pergeseran disebut separation.
Unsur- unsur struktur sesar
1. Bidang Sesar, yaitu bidang rekahan tempat terjadinya pergeseran yang
kedudukannya dinyatakan dengan jurus dan kemiringan.
2. Hanging-Wall, yaitu blok bagian terpatahkan yang berada relatif diatas
bidang sesar.
3. Foot-Wall, yaitu blok bagian terpatahkan yang relatif berada dibawah bidang
sesar.
4. Throw, yaitu besarnya pergeseran vertikal pada sesar.
5. Heave, yaitu besarnya pergeseran horizontal pada sesar.
6. Pitch, yaitu besarnya sudut yang terbentuk oleh perpotongan antara gores
garis (Slicken Line) dengan garis horizontal (garis horizontal diperoleh dari
penandaan kompas pada bidang sesar saat pengukuran Strike bidang sesar).
1.6 Lipatan
Terdapat beberapa definisi lipatan menurut ahli geologi struktur, antara lain:
1. Hill (1953).
Lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan yang mekanismenya
disebabkan oleh dua proses, yaitu bending (melengkung) dan buckling
(melipat). Pada gejala buckling, gaya yang bekerja sejajar dengan bidang
perlapisan, sedangkan pada bending, gaya yang bekerja tegak lurus terhadap
bidang permukaan lapisan.
2. Billing (1960)
Lipatan merupakan bentuk undulasi atau suatu gelombang pada batuan
permukaan.
3. Hob (1971)
Lipatan akibat bending, terjadi apabila gaya penyebabnya agak lurus terhadap
bidang lapisan, sedangkan pada proses buckling, terjadi apabila gaya
penyebabnya sejajar dengan bidang lapisan. Selanjutnya dikemukakan pula
bahwa pada proses buckling terjadi perubahan pola keterikan batuan, dimana
pada bagian puncak lipatan antiklin, berkembang suatu rekahan yang
disebabkan akibat adanya tegasan tensional (tarikan) sedangkan pada bagian
bawah bidang lapisan terjadi tegasan kompresi yang menghasilkan Shear
Joint. Kondisi ini akan terbalik pada sinklin.
4. Park (1980)
Lipatan adalah suatu bentuk lengkungan (curve) dari suatu bidang lapisan
batuan.

Beberapa unsur perlipatan


1. Plunge, sudut yang terbentuk oleh poros dengan horizontal pada bidang
vertikal.
2. Core, bagian dari suatu lipatan yang letaknya disekitar sumbu lipatan.
3. Crest, daerah tertinggi dari suatu lipatan biasanya selalu dijumpai pada
antiklin
4. Pitch atau Rake, sudut antara garis poros dan horizontal, diukur pada bidang
poros.
5. Depresion , daerah terendah dari puncak lipatan.
6. Culmination, daerah tertinggi dari puncak lipatan.
7. Enveloping Surface, gambaran permukaan (bidang imajiner) yang melalui
semua Hinge Line dari suatu lipatan.
8. Limb (sayap), bagian dari lipatan yang terletak Downdip (sayap yang
dimulai dari lengkungan maksimum antiklin sampai hinge sinklin), atau
Updip (sayap yang dimulai dari lengkungan maksimum sinklin sampai hinge
antiklin). Sayap lipatan dapat berupa bidang datar (planar), melengkung
(curve), atau bergelombang (wave).
9. Fore Limb, sayap yang curam pada lipatan yang simetri.
10. Back Limb, sayap yang landai.
11. Hinge Point, titik yang merupakan kelengkungan maksimum pada suatu
perlipatan.
12. Hinge Line, garis yang menghubungkan Hinge Point pada suatu perlapisan
yang sama.
13. Hinge Zone, daerah sekitar Hinge Point.
14. Crestal Line, disebut juga garis poros, yaitu garis khayal yang
menghubungkan titik-titik tertinggi pada setiap permukaan lapisan pada
sebuah antiklin.
15. Crestal Surface, disebut juga Crestal Plane, yaitu suatu permukaan khayal
dimana terletak di dalamnya semua garis puncak dari suatu lipatan.
16. Trough, daerah terendah pada suatu lipatan, selalu dijumpai pada
sinklin.
17. Trough Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah ada
setiap permukaan lapisan pasa sebuah sinklin.
18. Trough Surface, bidang yang melewati Trough Line.
19. Axial Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari lengkungan
maksimum pada tiap permukaan lapisan dari suatu struktur lapisan.
20. Axial Plane, bidang sumbu lipatan yang membagi sudut sama besar antara
sayap-sayap lipatannya.

Gambar unsur lipatan


Klasifikasi lipatan
1. Klasifikasi lipatan berdasarkan unsur geometri, antara lain:
A. Berdasarkan kedudukan Axial Plane, yaitu:
- Upright Fold atau Simetrical Fold (lipatan tegak atau lipatan setangkup).
- Asimetrical Fold (lipatan tak setangkup atau lipatan tak simetri)
- Inclined Fold atau Over Fold (lipatan miring atau lipatan menggantung).
- Recumbent Fold (lipatan rebah)
2. Klasifikasi lipatan berdasarkan bentuknya, antara lain:
· Concentric Fold\ · Fan Fold.
· Similar Fold. · Closed Fold
· Chevron Fold. · Harmonic Fold
· Isoclinal Fold. · Disharmonic Fold.
· Box Fold · Open Fold
· Fan Fold. · Kink Fold, terbagi lagi atas :
· Box Fold a. Monoklin.
b. Homoklin.
c. Terrace.

Jenis-jenis lipatan
1.7 KEKAR
Kekar adalah struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau relatif
sedikit sekali terjadi pergeseran. Kekar merupakan salah satu struktur yang paling
umum pada batuan.

Klasifikasi kekar
Secara genetik, kekar terbagi atas:
1. Kekar Gerus (Shear Joint), yaitu kekar yang terjadi akibat stress yang
cenderung mengelincir bidang satu sama lainnya yang berdekatan.
2. Kekar Tarikan (Tensional Joint), yaitu kekar yang terbentuk dengan arah
tegak lurus dari gaya yang cenderung untuk memindahkan batuan (gaya
tension). Hal ini terjadi akibat dari stress yang cenderung untuk membelah
dengan cara menekannya pada arah yang berlawanan, dan akhirnya kedua
dindingnya akan saling menjauhi.
3. Kekar Hibrid (Hybrid Joint), yaitu merupakan campuran dari kekar gerus
dan kekar tarikan dan pada umumnya rekahannya terisi oleh mineral
sekunder.
a). Kekar Gerus.
Ciri-ciri dilapangan :
- Biasanya bidangnya licin.
- Memotong seluruh batuan.
- Memotong komponen batuan.
- Bidang rekahnya relatif kecil.
- Adanya joint set berpola belah ketupat.
b). Kekar Tarikan
Ciri-ciri dilapangan :
- Bidang kekar tidak rata.
- Bidang rekahnya relatif lebih besar.
- Polanya sering tidak teratur, kalaupun teratur biasanya akan berpola kotak-
kotak.
- Karena terbuka, maka dapat terisi mineral yang kemudian disebut vein.

Kekar tarikan dapat dibedakan atas:


1. Tension Fracture, yaitu kekar tarik yang bidang rekahannya searah dengan
tegasan.
2. Release Fracture, yaitu kekar tarik yang terbentuk akibat hilangnya atau
pengurangan tekanan, orientasinya tegak lurus terhadap gaya utama.
Struktur ini biasanya disebut STYLOLITE.

Anda mungkin juga menyukai