Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Menular Seksual adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus,
parasite, atau jamur yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari
seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Penyakit Menular Seksual merupakan
salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada
dewasa muda laki – laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di
negara berkembang (Sarwono, 2011).
Menurut World Health Organization ( WHO, 2011) sebanyak 70% pasien wanita
dan beberapa pasien pria yang terinfeksi gonore atau klamidia mempunyai gejala yang
asimptomatik. Antara 10% - 40% dari wanita yang menderita infeksi klamidia yang tidak
tertangani akan berkembang menjadi pelvic inflammatory disease. Penyakit Menular
Seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang tersering, terutama pada wanita.
IMS oleh virus dapat terjadi setiap tahunnya, diantaranya adalah HIV, human
papilloma virus, virus herpes, serta virus hepatitis B (WHO, 2011). Syphilis menurut
CDC (2010) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum,
sedangkan gonorrhea di sebabkan infeksi bakteri Neisseria gonorrhoea, suatu diplokokus
gram negatif. Selain dari syphilis dan gonorrhea, chlamydia merupakan IMS yang
disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis (CDC, 2010).
Penyakit Menular Seksual atau Sexually Transmitted Disease (STD) adalah suatu
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang disertai gejala-gejala klinis
maupun asimptomatis (Daili, 2009). Seseorang berisiko tinggi mengalami penyakit
menular seksual bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik
secara oral, vaginal maupun anal (Sjaiful, 2010). Sejak tahun 1998, istilah STD mulai
berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infections) atau Infeksi Menular Seksual
(IMS), agar dapat menjangkau penderita dengan asimtomatik (Daili, 2009). Data dari
profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan pada tahun 2012 didapatkan
total kasus IMS yang ditangani sebanyak 140.803 kasus dari 430 layanan IMS, dengan

1
jumlah kasus terbanyak yaitu cairan vagina abnormal (klinis) 20.962 dan servisitis (lab)
33.025 kasus. IMS merupakan salah satu penyebab atau tanda-tanda adanya HIV
(Kemenkes, 2013).
Hasil penelitian 12 kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa 31% remaja
yang belum menikah sudah melakukan hubungan seksual baik pada kelompok remaja
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun mahasiswa
(Rauf, 2008).
Menurut WHO (2014), remaja merupakan populasi penduduk yang berusia antara
10-19 tahun. Saat ini jumlah remaja di dunia diperkirakan berjumlah kurang lebih 1,2
milyar atau 18% dari jumlah penduduk di dunia. Infeksi ini mudah menyerang remaja
karena secara biologis sel-sel organ reproduksi remaja belum matang.
Pada masa ini terjadi perubahan organ-organ fisik secara cepat, tetapi tidak
seimbang dengan perubahan kejiwaan atau mental. Perubahan besar ini dapat
menyebabkan kebingungan pada remaja yang mengalaminya, sehingga perlu adanya
bimbingan, pengertian, dan dukungan dari lingkungan sekitar agar nantinya remaja akan
menjadi manusia dewasa yang sehat secara rohani, jasmani, dan sosial (Pinem, 2009).
Perubahan fisik dan emosi yang dialami remaja mengakibatkan perubahan dan
perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri dari orang tua dan menuju kearah teman
sebaya Monks (1999, dalam Sumiati, 2009). Selain itu, pada masa remaja ini terjadi
proses pencarian identitas diri dan kondisi ini membuat remaja sangat rentan terpengaruh
perilaku-perilaku negatif. Mereka ingin mengetahui bahkan sampai mencoba-coba
perilaku negatif tersebut seperti mengonsumsi obat terlarang, merokok, minum-minuman
keras, bahkan termasuk perilaku seks pranikah. Perilaku seksual yang dilakukan oleh
remaja dapat meningkatkan kerentanan terhadap IMS (Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional, 2007).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan proses penyakit menular seksual ?
2. Apa saja proses dalam proses penyakit menular seksual?

2
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas adapun tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya penyakit menular seksual
2. Untuk mengetahui permasalahan dalam proses penyakit menular seksual
3. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan penyakit menular seksual
4. Untuk mengetahui bagaimana penularan HIV / AIDS
5. Untuk mengetahui penyebab, cara penularan, gejala dan tanda penyakit menular
seksual yang menyebabkan infeksi organ

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Menular Seksual


Penyakit menular seksual adalah penyakit yang menyerang manusia dan binatang
melalui transmisi hubungan seksual, seks oral, dan seks anal. Istilah penyakit menular
seksual semakin banyak digunakan, karena memiliki cakupan pada orang yang mungkin
terinfeksi dan menginfeksi orang lain dengan tanda-tanda kemunculan penyakit. Penyakit
menular seksual juga dapat ditularkan melalui jarum suntik, kelahiran, dan menyusui.
Infeksi penyakit menular seksual telah diketahui selama ratusan tahun lamanya.
Penyakit Menular Seksual atau Sexually Transmitted Disease (STD) adalah suatu
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang disertai gejala-gejala klinis
maupun asimptomatis (Daili, 2009). Seseorang berisiko tinggi mengalami penyakit
menular seksual bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik
secara oral, vaginal maupun anal (Sjaiful, 2010). Sejak tahun 1998, istilah STD mulai
berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infections) atau Infeksi Menular Seksual
(IMS), agar dapat menjangkau penderita dengan asimtomatik (Daili, 2009). Data dari
profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan pada tahun 2012 didapatkan
total kasus IMS yang ditangani sebanyak 140.803 kasus dari 430 layanan IMS, dengan
jumlah kasus terbanyak yaitu cairan vagina abnormal (klinis) 20.962 dan servisitis (lab)
33.025 kasus. IMS merupakan salah satu penyebab atau tanda-tanda adanya HIV
(Kemenkes, 2013).
PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi
atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau
lewat vagina). PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat
kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan,
hati, otak, dan organ tubuh lainnya. PMS ( Penyakit Menular Seksual ) adalah penyakit
yang penularannya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga melalui kontak langsung
alat-alat, handuk, dan juga melalui trasfusi darah. STD ( Sexually Transmited
Disease), bisa didefinisikan sebagai gangguan keseimbangan yang bersipat luas mulai

4
dari kondisi inflamasi minor sampai penyakit yang bersipat mematikan, Infeksi dapat
secara lokal maupun sistemik, dapat disebabkan oleh jumlah patogen yang berbeda - beda
seperti: Virus, bakteri, jamur/fungi, protozoa dan ectoparasit.
Penyakit ini memberi ancaman terhadap banyak remaja yang saat ini tengah
menderita PMS tanpa menyadarinya dan terganggu oleh gejala-gejalanya,namun tidak
mencurigai ke arah PMS. Beberapa jenis PMS akan merusak organ reproduksi dalam jika
dibiarkan tidak diobati sekalipun akan menimbulkan gejala seperti nyeri,gatal atau
keluanya cairan.Akhir-akhir ini terdapat peningkatan dan kejadian PMS di tengah
masyarakat, penyebabnya adalah semakin banyak remaja melakukan kegiatan seksual
tanpa memakai pelindung ( kondom ), semakin meluasnya pengunaan pil anti hamil.

B. Pencegahan Penyakit Menular Seksual.


Penyakit menular seksual kini dikenal dengan infeksi menular seksual, yaitu
infeksi yang umumnya ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman. Penyebaran
pun bisa dari darah, sperma, atau cairan tubuh lainnya. Selain itu, penyebaran tanpa
hubungan seksual juga bisa dari pemakaian jarum suntik secara berulang atau bergantian
bagi diantara beberapa orang, serta berisiko menularkan infeksi. Menurut lembaga
American Social Health Organization, setengah dari semua orang dewasa muda berusia
sekitar 25 tahun yang aktif secara seksual sangat berisiko mendapatkan penyakit menular
seksual (IMS) ini.Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mempraktikkan
pencegahan penyakit menular seksual, seperti berikut:
1. Gunakan kondom lateks setiap kali melakukan hubungan seksual, terutama jika
Anda menikah lagi dengan pasangan baru. Ini merupakan langkah pencegahan
penyakit menular seksual paling utama, yang bisa dilakukan.
2. Hindari berganti-ganti pasangan.
3. Setia pada satu pasangan saja juga bisa mengurangi risiko.
4. Mengetahui tanda-tanda dan gejala IMS sejak dini.
5. Jangan lanjutkan untuk berhubungan seksual jika pasangan Anda berisiko.
6. Lakukan deteksi dini dengan pemeriksaan laboratorium ke dokter untuk
memastikannya, jika Anda berisiko. Pastikan agar pasangan Anda juga
melakukan pemeriksaan.

5
C. Gejala Penyakit Menular Seksual
Gejala penyakit menular seksual bisa beragam tergantung dari jenisnya. Umumnya malah
tidak menimbulkan gejala sama sekali. Itu sebabnya penyakit ini sulit untuk didiagnosis
sampai komplikasinya sudah muncul serius, atau bahkan kadang terdiagnosis secara tidak
sengaja saat Anda periksa di dokter mengenai keluhan kesehatan yang lain. Namun, Anda
sebaiknya waspadai risiko penyakit kelamin jika muncul:
1. Luka, benjolan kutil, atau lenting (bentol berisi air) pada alat kelamin atau di
dubur.
2. Sakit saat buang air kecil.
3. Penis mengeluarkan cairan aneh dan berbau.
4. Keputihan vagina yang tidak normal atau berbau.
5. Perdarahan yang tidak biasa di antara jadwal haid
6. Sakit saat berhubungan seks
7. Sakit dan pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan. Kadang-kadang
lebih luas.
8. Nyeri perut bagian bawah.
9. Demam.

Gejala penyakit kelamin bisa beda-beda pada setiap orang. Beberapa gejala bisa
langsung muncul beberapa hari setelah paparan, sementara kebanyakan baru muncul
setelah bertahun-tahun.

D. Penularan Penyakir Menular Seksual


Sebenarnya ada banyak jenis penyakit menular seksual, baik yang umum
diketahui hingga yang masih cukup asing. Tingkat keparahan PMS pun berbeda-beda.
Lebih jelasnya, berikut daftar jenis penyakit menular seksual (PMS) yang umum diderita:
1. Klamidia (Chlamydia)
Juga dikenal sebagai infeksi klamidia, klamidia adalah PMS yang disebabkan
oleh Chlamydia trachomatis (C. trachomatis), bakteri yang menginfeksi manusia
secara eksklusif. Penyakit menular seksual klamidia adalah penyebab infeksi yang
paling umum dari penyakit genital dan mata secara global – ini juga merupakan

6
bakteri PMS yang terkemuka. Menurut CDC (Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit), pada tahun 2015, hampir 3 persen anak perempuan berusia
15-19 tahun memiliki klamidia. Wanita pengidap klamidia biasanya tidak
memiliki tanda atau gejala. Jika ada, biasanya tidak spesifik dan mungkin
termasuk:
 Cystitis (peradangan kandung kemih)
 Perubahan cairan vagina
 Nyeri perut bawah ringan

Jika klamidia tidak ditangani, dapat menyebabkan tanda dan gejala berikut:

 Nyeri panggul
 Hubungan seksual yang menyakitkan
 Perdarahan antara periode menstruasi

2. Chancroid
Chancroid juga dikenal sebagai soft chancre dan ulcus molle. Penyakit
menular seksual ini adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh streptobacillus
Gramofilus ducreyi gram negatif dan ditandai dengan luka yang menyakitkan
pada alat kelamin. Itu hanya menyebar melalui kontak seksual.
Tingkat infeksi sangat rendah di negara-negara kaya; ini lebih umum di
negara-negara berkembang, terutama di antara pekerja seks komersial (PSK) dan
beberapa kelompok sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
akses ke layanan kesehatan, stigma yang melekat pada mencari bantuan,
kurangnya kesadaran kesehatan seksual, dan faktor lainnya.

3. Kutu Kemaluan
Pthiriasis (manifestasi kutu kemaluan) terutama menyebar melalui kontak
seksual. Hewan peliharaan tidak berperan dalam menularkan kutu manusia. Kutu
menempel pada rambut kemaluan, dan mungkin juga kadang-kadang ditemukan
di ketiak, kumis, janggut, bulu mata, dan alis. Serangga berukuran kecil ini
menghisap darah manusia.

7
Istilah umum “kepiting” berasal dari penampilan atau bentuk kutu yang
memiliki cakar seperti kepiting.

4. Herpes Genital
PMS ini disebabkan oleh virus herpes simplex (HSV). Virus penyakit
menular seksual ini mempengaruhi kulit, leher rahim, alat kelamin, dan beberapa
bagian lain dari tubuh. Virus ini ada dua jenis:
 HSVp1, juga dikenal sebagai herpes tipe 1
 HSV-2, juga dikenal sebagai herpes tipe 2

Herpes adalah kondisi jangka panjang (kronis). Banyak orang yang terinfeksi
tidak pernah menunjukkan gejala dan tidak tahu tentang status herpes mereka.
HSV mudah ditularkan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung. Paling
umum, penularan tipe 2 HSV terjadi melalui seks vaginal, oral, atau anal. Tipe 1
lebih sering ditularkan melalui mulut. Dalam banyak kasus, virus tetap tidak aktif
setelah memasuki manusia, dengan kata lain, tidak ada gejala. Ciri-ciri dan gejala
yang terkait dengan herpes genital, meliputi:

 Lecet dan kudis pada serviks


 Keputihan
 Sakit saat buang air kecil
 Demam
 Umumnya merasa tidak sehat (malaise)
 Luka dingin di sekitar mulut – untuk tipe 1 HSV

Selain itu, mungkin ada lepuhan merah – ini bisa menyakitkan, terutama
setelah pecah dan meninggalkan bisul di area genital eksternal, rektum, paha,
dan bokong.

8
5. Hepatitis B
PMS ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV), yang ditularkan melalui
kontak dengan air mani yang terinfeksi, darah, dan beberapa cairan tubuh lainnya.
Seseorang dapat terinfeksi penyakit menular seksual tersebut dengan melalui
hubungan seks tanpa kondom, menggunakan jarum suntik yang tidak steril, secara
tidak sengaja tertusuk benda tajam, meminum air susu ibu (ASI) yang terinfeksi,
atau digigit oleh orang yang terinfeksi.
Hati pasien membengkak, dan mereka dapat menderita kerusakan hati
yang serius sebagai akibat dari infeksi, yang akhirnya dapat menyebabkan kanker.
Dalam beberapa kasus, penyakit ini bisa menjadi kronis. Pusat donor darah selalu
memeriksa untuk memastikan darah donor bebas dari virus hepatitis B.

6. HIV dan AIDS


HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang
menyebabkan AIDS (acquired immune deficiency syndrome). Sederhananya, HIV
adalah virus, sementara AIDS adalah penyakit. Ketika seseorang mengidap AIDS,
sistem kekebalan tubuh mereka berubah, dan mereka menjadi jauh lebih rentan
terhadap infeksi dan penyakit. Seiring berkembangnya penyakit, kerentanan ini
memburuk.
HIV ada dalam cairan tubuh seseorang yang mengidap HIV, seperti air
mani, darah, ASI, dan cairan vagina. HIV dapat ditularkan melalui kontak antar-
darah, yang mungkin terjadi selama kontak seksual (seks vaginal, oral, atau anal),
transfusi darah, menyusui, persalinan, dan berbagi jarum yang terinfeksi.

7. Human Papillomavirus (HPV)


Human Papillomavirus adalah nama untuk sekelompok virus yang
memengaruhi kulit, serta membran lembab yang melapisi tubuh, seperti
tenggorokan, leher rahim, anus, dan mulut. Ada lebih dari 100 jenis HPV, dimana,
sekitar 40 dapat memengaruhi area genital; jenis penyakit menular seksual HPV
juga dapat menginfeksi mulut dan tenggorokan. Orang-orang yang memengaruhi

9
daerah genital dikenal sebagai papillomavirus manusia genital. Infeksi HPV dapat
menyebabkan:
 Pertumbuhan abnormal dan perubahan sel di dalam serviks, yang secara
signifikan meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
 Kutil kelamin, PMS yang paling umum di sebagian besar negara maju.

Mayoritas individu yang terinfeksi penyakit menular seksual atau PMS ini tidak
memiliki gejala dan tidak sadar.

HPV paling sering ditularkan melalui seks vaginal atau anal. Namun,
hubungan seks oral dan antar-kelamin (tanpa penetrasi) juga merupakan jalan
untuk penularan. Orang yang terinfeksi tanpa tanda dan gejala dapat menginfeksi
orang lain. Seorang ibu hamil yang memiliki HPV dapat menularkan virus pada
bayinya selama persalinan, meskipun ini sangat jarang. Perlindungan terbaik dari
infeksi HPV harus divaksinasi.

8. Trichomoniasis
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual umum yang dapat
memengaruhi pria dan wanita. Namun, wanita lebih cenderung mengalami
gejalanya. Infeksi ini disebabkan oleh parasit protozoa bersel tunggal,
Trichomonas vaginalis.
Bagi wanita, tempat infeksi yang paling umum adalah vagina, sedangkan
untuk pria pada uretra (saluran air kencing). Penularan dapat terjadi baik melalui
hubungan seksual penis-ke-vagina atau kontak vulva-ke-vulva. Sementara wanita
mungkin terinfeksi baik dari pasangan pria atau wanita, pria hampir selalu
terinfeksi dari berhubungan seks dengan wanita (bukan pria).

 Ciri-ciri dan gejala trikomoniasis meliputi:


 Bau tak sedap
 Keputihan
 Rasa sakit atau ketidaknyamanan selama hubungan seksual

10
 Nyeri saat buang air kecil

Seorang wanita dengan trikomoniasis lebih mungkin menjadi terinfeksi


HIV jika ia terkena virus. Seorang wanita dengan trikomoniasis dan HIV juga
lebih mungkin untuk menyebarkan virus HIV ke pasangan seksual lainnya.

9. Moluskum Kontagiosum
Molluscum contagiosum virus (MCV) adalah infeksi kulit menular yang
disebabkan oleh virus. Ada empat jenis: MCV-1 (paling umum), MCV-2 (paling
sering ditularkan secara seksual), MCV-3, dan MCV-4. Ketika menginfeksi anak-
anak, itu tidak dianggap sebagai PMS.
Tanda dan gejala termasuk tonjolan bulat kecil dan indentasi pada kulit.
Jika tidak ditangani, tonjolan biasanya hilang, tetapi ini bisa memakan waktu
hingga 2 tahun. Seorang dokter dapat menghilangkan benjolan dengan bahan
kimia, arus listrik, atau dengan membekukannya. Ada beberapa obat resep yang
pada akhirnya akan menyingkirkan pertumbuhan.

10. Gonorhea
Juga dikenal sebagai tepukan atau tetesan, infeksi bakteri penyakit
menular seksual ini biasanya menyerang selaput lendir. Gonorea adalah penyakit
melular seksual (PMS) paling umum kedua di AS, setelah Chlamydia. Bakteri
yang sangat mudah menular berada di dalam rongga tubuh yang hangat dan
basah.
Mayoritas wanita yang terinfeksi tidak menunjukkan tanda atau gejala.
Jika dibiarkan dan tidak diobati, wanita dapat mengembangkan penyakit radang
panggul; laki-laki dapat mengembangkan peradangan kelenjar prostat, uretra, atau
epididimis.
Penyakit ini disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Bakteri dapat
bertahan hidup di vagina, penis, mulut, rektum, atau mata; itu dapat ditularkan
selama berbagai kontak seksual.

11
Setelah terinfeksi, mereka berisiko menyebarkan bakteri ke bagian lain
dari tubuh mereka – seseorang mungkin secara tidak sengaja menggosok mata
mereka dan menyebarkan infeksi; ini memperpanjang masa pengobatan. Seorang
ibu dapat menularkan infeksi ke bayinya selama persalinan.
Tanda dan gejala gonorea dapat muncul dari 2-10 hari setelah infeksi
awal, dalam beberapa kasus, mungkin diperlukan waktu 30 hari. Beberapa pasien
memiliki gejala ringan seperti itu sehingga infeksi mereka disalahtafsirkan
sebagai sesuatu yang lain, seperti infeksi ragi. Pria mungkin memiliki tanda dan
gejala berikut:
 Terasa terbakar saat buang air kecil
 Nyeri testis atau pembengkakan
 Keluarnya cairan berwarna hijau, putih, atau kuning dari penis

Wanita cenderung tidak menunjukkan gejala, tetapi jika mereka melakukannya,


mereka mungkin termasuk:

 Ada bercak setelah berhubungan seksual


 Pembengkakan vulva (vulvitis)
 Pendarahan tidak teratur (antar periode)
 Mata merah (konjungtivitis)
 Nyeri di daerah panggul
 Terasa terbakar atau nyeri saat buang air kecil

Jika dubur menjadi terinfeksi, mungkin ada anal gatal, gerakan usus yang
menyakitkan, dan kadang-kadang keluar. Ketika penularan terjadi dari seks oral,
mungkin ada sensasi terbakar di tenggorokan dan kelenjar bengkak.

E. Penularan HIV / AIDS.


1. HIV
human immunodeficiency virus; HIV ) adalah suatu virus yang dapat
menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem

12
kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi.
Tanpa pengobatan, seorang dengan HIV bisa bertahan hidup selama 9-11 tahun setelah
terinfeksi, tergantung tipenya. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan
menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun. Penyaluran virus HIV bisa melalui
penyaluran Semen (reproduksi), Darah, cairan vagina, dan ASI. HIV bekerja dengan
membunuh sel-sel penting yang dibutuhkan oleh manusia, salah satunya adalah Sel T
pembantu, Makrofaga, Sel dendritik.
Pada tahun 2014, the Joint United Nation Program on HIV/AIDS (UNAIDS)
memberikan rapor merah kepada Indonesia sehubungan penanggulangan HIV/AIDS.
Pasien baru meningkat 47 persen sejak 2005. Kematian akibat AIDS di Indonesia masih
tinggi, karena hanya 8 persen Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) yang mendapatkan
pengobatan obat antiretroviral (ARV). Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang
memiliki penderita HIV terbanyak yaitu sebanyak 640.000 orang, setelah China dan
India, karena ketiga negara ini memiliki jumlah penduduk yang banyak. Hanya saja
prevalensi di Indonesia hanya 0,43 persen atau masih di bawah tingkat epidemi sebesar
satu persen.
HIV dapat ditularkan melalui injeksi langsung ke aliran darah, serta
kontak membran mukosa atau jaringan yang terlukan dengan cairan tubuh tertentu yang
berasal dari penderita HIV. Cairan tertentu itu meliputi darah, semen, sekresi vagina,
dan ASI. Beberapa jalur penularan HIV yang telah diketahui adalah melalui hubungan
seksual, dari ibu ke anak (perinatal), penggunaan obat-obatan intravena, transfusi
dan transplantasi, serta paparan pekerjaan. Tetapi untuk tiap satu kali tindakan, maka
yang paling beresiko adalah transfusi darah dari donor darah penderita HIV dimana
kemungkinan resipien terkena HIV mencapai 90 persen, sedangkan ibu hamil penderita
HIV yang melahirkan dan menyusuinya kemungkinan akan menularkan pada bayinya
HIV sebesar 25 persen, tetapi dengan pemberian obat-obatan dan penanganan yang tepat
pada saat kelahiran dan sesudahnya, maka angka ini dapat ditekan menjadi 1 sampai 2
persen saja.Sekarang ini semua darah dari donor mengalami penapisan HIV, sehingga
kasus penularan melalui transfusi darah boleh dikatakan sudah tidak ada lagi.

13
1) Hubungan seksual.
Menurut data WHO, pada tahun 1983-1995, sebanyak 70-80% penularan
HIV dilakukan melalui hubungan heteroseksual, sedangkan 5-10% terjadi melalui
hubungan homoseksual. Kontak seksual melalui vagina dan anal memiliki risiko
yang lebih besar untuk menularkan HIV dibandingkan dengan kontak seks secara
oral.[25] Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko penularan melalui
hubungan seksual adalah kehadiran penyakit menular seksual, kuantitas beban
virus, penggunaan douche. Seseorang yang menderita penyakit menular seksual
lain (contohnya: sifilis, herpes genitali, kencing nanah, dsb.) akan lebih mudah
menerima dan menularkan HIV kepada orang lain yang berhubungan seksual
dengannya. Beban virus merupakan jumlah virus aktif yang ada di dalam tubuh.
Penularah HIV tertinggi terjadi selama masa awal dan akhir infeksi HIV karena
beban virus paling tinggi pada waku tersebut. Pada rentan waktu tersebut,
beberapa orang hanya menimbulkan sedikit gejala atau bahkan tidak sama sekali.
Penggunaan douche dapat meningkatkan risiko penularan HIV karena
menghancurkan bakteri baik di sekitar vagina dan anus yang memiliki fungsi
proteksi. Selain itu, penggunaan douche setelah berhubungan seksual dapat
menekan bakteri penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh dan mengakibatkan
infeksi.

Pencegahan HIV melalui hubungan seksual dapat dilakukan dengan tidak


berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom. Cara pencegahan lainnya
adalah dengan melakukan hubungan seks tanpa menimbulkan paparan cairan
tubuh. Untuk menurunkan beban virus di dalam saluran kelamin dan darah, dapat
digunakan terapi anti-retroviral.

2) Ibu ke anak (transmisi perinatal)


Penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui infeksi in utero, saat
proses persalinan, dan melalui pemberian ASI. Beberapa faktor maternal dan
eksternal lainnya dapat mempengaruhi transmisi HIV ke bayi, di antaranya
banyaknya virus dan sel imun pada trisemester pertama, kelahiran prematur, dan

14
lain-lain. Penurunan sel imun (CD4+) pada ibu dan tingginya RNA virus dapat
meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak. Selain itu, sebuah studi pada
wanita hamil di Malawi dan AS juga menyebutkan bahwa kekurangan vitamin A
dapat meningkatkan risiko infeksi HIV. Risiko penularan perinatal dapat
dilakukan dengan persalinan secara caesar, tidak memberikan ASI, dan pemberian
AZT pada masa akhir kehamilan dan setelah kelahiran bayi. Di sebagian negara
berkembang, pencegahan pemberian ASI dari penderita HIV/AIDS kepada bayi
menghadapi kesulitan karena harga susu formula sebagai pengganti relatif mahal.
Selain itu, para ibu juga harus memiliki akses ke air bersih dan memahami cara
mempersiapan susu formula yang tepat.

3) Lain-lain
Cara efektif lain untuk penyebaran virus ini adalah melalui
penggunaan jarum atau alat suntik yang terkontaminasi, terutama di negara-
negara yang kesulitan dalam sterilisasi alat kesehatan. Bagi pengguna obat
intravena (dimasukkan melalui pembuluh darah), HIV dapat dicegah dengan
menggunakan jarum dan alat suntik yang bersih. Penularan HIV
melalui transplantasi dan transfusi hanya menjadi penyebab sebagian kecil kasus
HIV di dunia (3-5%). Hal ini pun dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan
produk darah dan transplan sebelum didonorkan dan menghindari donor yang
memiliki risiko tinggi terinfeksi HIV.

Penularan dari pasien ke petugas kesehatan yang merawatnya juga sangat jarang
terjadi (< 0.0001% dari keseluruhan kasus di dunia). Hal ini dicegah dengan
memeberikan pengajaran atau edukasi kepada petugas kesehatan, pemakaian pakaian
pelindung, sarung tangan, dan pembuangan alat dan bahan yang telah terkontaminasi
sesuai dengan prosedur. Pada tahun 2005, sempat diusulkan untuk
melakukan sunat dalam rangka pencegahan HIV. Namun menurut WHO, tindakan
pencegahan tersebut masih terlalu awal untuk direkomendasikan.

Ada beberapa jalur penularan yang ditakutkan dapat menyebarkan HIV, yaitu
melalui ludah, gigitan nyamuk, dan kontak sehari-hari (berjabat tangan, terekspos batuk

15
dan bersin dari penderita HIV, menggunakan toilet dan alat makan bersama, berpelukan).
Namun, CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) menyatakan bahwa
aktivitas tersebut tidak mengakibatkan penularan HIV. Beberapa aktivitas lain yang
sangat jarang menyebabkan penularan HIV adalah melalui gigitan manusia dan beberapa
tipe ciuman tertentu.

Sub-Sahara Afrika tetap merupakan daerah yang paling parah terkena HIV di
antara kaum perempuan hamil pada usia 15-24 tahun di sejumlah negara di sana. Ini
diduga disebabkan oleh banyaknya penyakit kelamin, praktik 16ocial16 tubuh, transfusi
darah, dan buruknya tingkat kesehatan dan gizi di sana.

2. AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang
timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau
infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-
lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV)
yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus
ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung
antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh
yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air
susu ibu.[2][3]Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal,
ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi
selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-
cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-
Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi
38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama

16
dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25
juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian,
penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim
telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan
lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini
terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan
menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana.
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila
dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman
17ocial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang
terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

F. Infeksi Organ karena Penyakit Menular Seksual


Penyakit Radang Panggul dalam istilah kedokteran disebut sebagai Pelvic
Inflamatory Disease (PID) adalah peradangan atau infeksi pada organ-organ yang
terdapat pada panggul wanita. Organ panggul termasuk uterus (rahim), tuba falopi
(saluran telur), indung telur, dan leher rahim.
Dengan kata lain, radang panggul adalah infeksi organ reproduksi wanita yang
merupakan komplikasi yang sering disebabkan oleh beberapa penyakit menular seksual,
seperti klamidia dan gonore.
Gejala radang panggul yang dialami oleh wanita diantaranya sakit perut bagian
bawah, demam, keputihan, dan lain-lain.

1. Penyebab Radang Panggul dan Faktor Risikonya

Penyakit radang panggul disebabkan oleh sejumlah bakteri, namun yang


paling sering menyebabkannya adalah infeksi gonore dan klamidia. Bakteri ini
biasanya diperoleh saat ber-'hubungan' dengan orang yang tercemar dan tanpa
menggunakan kondom.

Penyebab radang panggul yang lebih jarang, yaitu ketika bakteri masuk ke
saluran reproduksi kapan saja karena hambatan oleh leher rahim terganggu. Hal

17
ini dapat terjadi pada penggunaan alat kontrasepsi spiral (IUD), setelah
melahirkan, keguguran atau aborsi.

Dengan demikian, ada beberapa faktor risiko yang membuat wanita rentan
terkena radang panggul ini, antara lain:

 Memiliki PMS (Penyakit Menular Seksual) dan tidak diobati;


 Memiliki lebih dari satu pasangan seks;
 Memiliki pasangan yang memiliki pasangan seks selain Anda;
 Memiliki riwayat PID sebelumnya;
 Aktif secara seksual dan berusia 25 tahun atau lebih muda;
 Douche; Douching dapat mendorong bakteri ke organ panggul dan
menyebabkan infeksi.
 Menggunakan alat kontrasepsi spiral (IUD).

2. Gejala Radang Panggul


Diagnosis radang panggul biasanya didasarkan pada kombinasi dari
sejarah medis, pemeriksaan fisik, dan hasil tes lainnya. Mungkin seseorang tidak
menyadari bahwa ia mengalami radang panggul karena gejalanya mungkin
ringan, atau bahkan tidak mengalami gejala radang panggul sama sekali. Namun,
jika gejala radang panggul itu terjadi, maka seperti inilah yang dapat dialami:
 Nyeri di perut bagian bawah
 Demam
 Cairan keputihan yang tidak biasa dengan bau tak sedap
 Nyeri dan / atau pendarahan ketika melakukan hubungan
 Sensasi terbakar (pedih atau panas) ketika buang air kecil
 Pendarahan di antara periode menstruasi.

Jika Anda mengalami gejala radang panggul seperti di atas, maka periksalah ke
dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosis dan pengobatan secepatnya.

18
Pengobatan Radang PanggulJika PID didiagnosis secara dini, maka dapat
diobati dengan baik. Namun, pengobatan tidak akan memperbaiki kerusakan yang
telah terjadi pada sistem reproduksi. Jadi, semakin lama radang panggul tidak
diobati, maka semakin besar kemungkinan seseorang memiliki komplikasi.

3. Pengobatan untuk penyakit radang panggul meliputi:

 Antibiotik. Dokter mungkin meresepkan kombinasi antibiotik. Setelah


menerima hasil tes lab, dokter dapat menyesuaikan obat yang lebih cocok
sessui dengan infeksi penyebab radang panggul (PID). Selama minum
antibiotik, gejala mungkin hilang walaupun infeksi sembuh total. Oleh
karena itu, obat antibiotik harus dihabiskan sesuai resep dokter. Biasanya,
dokter akan meminta kunjungan tindak lanjut dalam tiga hari untuk
memastikan pengobatan bekerja. Seperti telah disinggung sebelumnya,
terapi antibiotik dapat membantu mencegah komplikasi serius tapi tidak
dapat mengembalikan kerusakan yang telah terjadi.

 Obati Pasangan. Untuk mencegah infeksi berulang, maka pasangan harus


diperiksa dan diobati. Karena mungkin saja saja pasangan dapat terinfeksi
namun tidak memiliki gejala.

 Puasa Dulu. Hindari ber-'hubungan' sampai pengobatan selesai dan tes


menunjukkan bahwa infeksi telah dibersihkan pada pasien dan
pasangannya.

4. Apa yang terjadi jika radang panggul tidak diobati?

Jika didiagnosis dan diobati secara dini, maka komplikasi PID dapat dicegah.
Namun sebaliknya, jika tidak diobati maka bisa timbul komplikasi antara lain:

19
 Pembentukan jaringan parut baik di luar maupun di dalam saluran tuba
yang dapat menyebabkan penyumbatan tuba

 Kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim)

 Infertilitas (ketidakmampuan untuk hamil)

 Nyeri perut atau panggul jangka panjang.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akibat yang ditimbulkan oleh Penyakit Menular Seksual menjadi permasalahan
yang sangat kompleks baik dari segi kesehatan, budaya, sosial ekonomi dan perilaku
masyarakat.
Penyakit menular seksual tidak hanya menimbulkan bahaya bagi organ seksual,
namu juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada organ lainnya, termasuk alat
indera dan system syaraf pada manusia.
Penyakit tersebut ternyata tidak selalu menular melalui hubungan seksual secara
langsung, dan tidak semua penyakit dapat diobati karena pada penyakit tertentu belum
ada obat penyembuhnya yang efektif.
Seiring dengsn tersebar luasnya penyakit menular seksual, maka pengetahuan
seputar berbagai penyakit menular seksual harus dipelajari dan diketahui oleh berbagai
kalangan, khususnya sejak remaja.

B. Saran
Sebagai saran dari penulis semoga setelah membaca makalah ini kita semua dapat
mengerti tentang apa yang dimaksud dengan penyakit menular seksual dan dapat
melakukan berbagai tindak pencegahan, karena ini merupakan kewajiban kita semua
untuk mengurangi tingkat kejadian pada penyakit mematikan tersebut.
Menghindari tindakan seks bebas, memberikan pengetahuan pada seluruh remaja
agar menghindari tindakan yang tidak bermoral tersebut karena dapat merusak masa
depan mereka dan dapat menjadi penyesalan seumur hidup.

21
DAFTAR PUSTAKA

 Daili SF. Tinjauan penyakit menular seksual. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, dan
AisahS (Eds.). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI,2010; h.363-5.

 Hakim L. Epidemiologi penyakit menular seksual. Dalam: Daili SF, Makes WI,
Zubier F,dan Judanarso J (Eds.). Penyakit Menular Seksual. Edisi ke-5. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI,2010;h.1-14.

 https://id.wikipedia.org/wiki/AIDS

 https://id.wikipedia.org/wiki/HIV

 https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_menular_seksual

22

Anda mungkin juga menyukai