Anda di halaman 1dari 9

Lex Privatum, Vol.IV/No.

5/Juni/2016

FUNGSI OTOPSI FORENSIK DANKEWENANGAN seperti diatas, maka kepala kepolisian sektor
KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA yang berpangkat bintara dibawah pembantu
BERDASARKAN KUHAP1 letnan dua dikategorikan pula sebagai penyidik
Oleh: Indra Makie2 karena jabatannya.
Kata kunci: Otopsi, Forensik, Kewenangan,
ABSTRAK Kepolisian.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana fungsi Otopsi Forensik PENDAHULUAN
dalam proses peradilan pidana dan bagaimana A. Latar Belakang.
kewenangan kepolisian dalam mendapatkan Penyelidikan merupakan bagian yang tak
Otopsi Forensik berdasarkan KUHAP. Dengan terpisah dari fungsi penyidikan dan merupakan
menggunakan metode penetian yuridis salah satu cara atau metode atau sub daripada
normatif, maka dapat disimpulkan: 1. Fungsi fungsi penyidikan yang mendahului tindakan
otopsi forensik dalam proses pengadilan adalah lain, yaitu penindakan berupa penangkapan,
untuk mengetahui perusakan tubuh dan penahanan, penggeledahan, penyitaan,
kesehatan serta membinasakan nyawa pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan
manusia, yang mungkin disediakan atau pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada
diajukan pada sidang pengadilan secara mutlak penuntut umum.3Agar dapat diadakan
harus diganti oleh hasil otopsi. Karena itu penindakan penyelidik memerlukan persiapan
kedudukan seorang dokter dijamin untuk menentukan sasaran penyelidikan yang
netralitasnya, karena sangat menentukan diantaranya adalah sebagai berikut :
kebenaran, yang obyektif. Dalam persidangan 1. Orang yang diduga telah melakukan tindak
digunakan dengan nama visuem et repertum. pidana.
Visuem et Repertum adalah laporan tertulis dari 2. Benda/barang/surat yang dipergunakan
hasil otopsi pada suatu mayat untuk mencari untuk melakukan kejahatan yang dapat
tahu kebenaran suatu tindak pidana. 2. Dasar digunakan dalam rangka penyidikan maupun
dari kewenangan polisi terhadap otopsi di atur untuk barang bukti dalam sidang
oleh Pasal 133 ayat 1 KUHAP diberikan pengadilan.
kewenangan untuk memintakan pemeriksaan 3. Tempat/bangunan/alat angkut dimana suatu
Otopsi dan juga di perjelas dalam KUHAP pasal kejahatan telah
6 ayat (1) jo PP 27 tahun1983 pasal 2 ayat 1 dilakukan.4
mengenai penyidik yang berhak untuk meminta Untuk melakukan penyelidikan dapat
visum. Pada pasal tersebut disebutkan bahwa “ dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pejabat polisi Negara RI yang di beri 1. Secara terbuka penyelidikan ini dilakukan
kewenangan khusus oleh undang-undang apabila keterangan-keterangan/data-
dengan pangkat serendah-rendahnya data/bukti-bukti yang diperlukan mudah
pembantu letnan Dua. Penyidik pembantu untuk didapatkan dan dengan cara tersebut
serendah rendahnya sersan dua.Dari penjelasan dianggap tidak akan mengganggu dan
pasal tersebut, jelas sudah pengertian penyidik menghambat proses penyelidikan
yang berwenang untuk meminta Surat selanjutnya.
Permintaan Visum (SPV). Namun jika terjadi 2. Pihak penyelidikpun harus memperlihatkan
keadaan khusus, dimana tidak terdapat tanda pengenal diri mereka sesuai yang
penyidik yang dimaksud untuk meminta SPV, tercantum dalam Pasal 104 Kitab Undang-
maka penyidik lainpun memiliki wenang untuk Undang Hukum Acara Pidana dalam
meminta dilakukannya visum. Menyidik lain melakukan penyelidikannya.
tersebut dijelaskan pada PP 27 Tahun 1983
pasal 2 ayat (2) yang berbunyi “ bila disuatu
kepolisian sektor tidak ada pejabat penyidik 3
M. Yahya Harahap, S.H.. Pembahasan Permasalahan Dan
1 Penerapan KUHAP Penyidikan Dan Penuntutan. Sinar
Artikel Skripsi. Grafika. 2006.Hal.101
2 4
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat NIM. Bambang Waluyo. Viktimologi “perlindungan saksi dan
080711535 korban”, sinar grafika,2011 hal. 14

139
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016

3. Penyelidikan secara tertutup, dimana sendiri.Tidak adanya pemahaman akan hukum


penyelidikan ini biasanya digunakan dalam yang benar dalam masyarakat, tingkat
dunia intelijen dan penyidik harus dapat kesadaran akan hukum yang rendah dalam
menghindarkan diri dari tindakan-tindakan masyarakat serta ‘hukum’ yang tumbuh dalam
yang bertentangan dengan ketentuan masyarakat itu sendiri yang lahir dalam bentuk
Undang-Undang.5 kebiasaan-kebiasaan yang bertolak belakang
Supaya tujuan dari penyelidikan dapat dengan hukum positif Indonesia menjadi salah
tercapai sesuai rencana maka sebelum satu penghambat yang menjadi kendala dalam
melakukan kegiatan penyidik terlebih dahulu perlindungan dan penegakan hukum pidana di
disusunrencana dimana penyelidikan agar lebih Indonesia.
terarah dan terkendali dengan baik, rencana Hal ini yang sering di alami oleh Kepolisian
penyelidikan tersebut memuat tentang: Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas
1. Sumber informasi yang perlu dihubungi dan fungsinya secara baik.Penindakan-
(orang, instansi, badan, tempat, dan lain- penindakan terhadap pelaku tindak kejahatan
lain). yang bernaung dibawah simbol-simbol
2. Informasi atau alat bukti apa yang keagamaan kerap kali diperhadapkan pada
dibutuhkan dari sumber tersebut (yang dilematika, Dan atau penolakan keluarga
bermanfaat untuk pembuktian tindak korban terhadap pelaksanaan proses acara
pidana). pidana terhadap korban, baik dalam tingkatan
3. Petugas pelaksana. penangkapan, penahananan bahkan sampai
4. Batas waktu kegiatan. pada kondisi penolakan terhadap pelaksanaan
Melalui laporan hasil Penyelidikan, setelah otopsi forensik terhadap korban yang diduga
penyelidikan selesai dilakukan, penyidik meninggal karena tindakan kejahatan.
mengolah data-data yang telah terkumpul dan
kemudian disusun suatu laporan hasil yang B. Perumusan Masalah
memuat sumber data atau keterangan, data 1. Bagaimana fungsi Otopsi Forensik dalam
atau keterangan apa yang diperoleh dari setiap proses peradilan pidana
sumber tersebut, barang bukti. Hasil tersebut di 2. Bagaimanakah kewenangan
atas selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan kepolisiandalam mendapatkan Otopsi
kesimpulan tentang benar tidaknya terjadi Forensik berdasarkanKUHAP
tindak pidana dan siapa pelakunya. Serta
tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan C. Metode Penelitian
dalam tahap penyelidikan selanjutnya. Dalam penelitian sehubungan dengan
Penyidikan sangat penting untuk penyusunan skripsi ini penulis menggunakan
dilaksanakan dalam proses acara pidanaoleh dua jenis metode penelitian yaitu metode
karena dengan hal itu maka tujuan hukum pengumpulan data dan pengolahan/ analisis
terwujudkansehingga dengan demikian pula data.
apa yang menjadi tujuan nasional Negara Dalam hal pengumpulan data, penelitian
Republik Indonesia tercapai pula. ini telah digunakan metode penelitian
Akan tetapi untuk mewujudkannya kepustakaan (library research) melalui
bukanlah persoalan yang mudah, dibutuhkan penelaan buku-buku, perundang-undangan,
kerja sama yang baik antara masyarakat dengan dan berbagai dokumen tertulis lainnya yang ada
pemerintah dalam hal ini pihak Kepolisian kaitannya dengan masalah yang ada.
Republik Indonesia. Hal ini penting oleh karena Sehubungan dengan itu, maka pendekatan
masyarakat itu sendiri sebagai salah satu dari 3 yang digunakan adalah pendekatan Yuridis
pilar penegakan hukum mengambil peran yang Normatif.
penting dalam pencapaian tujuan nasional yang Sedangkan untuk menganalisis untuk data
teraktualisasikan dalam tujuan hukum itu digunakan metode induktif yaitu dengan
bertitik tolak dari hal-hal yang khusus kemudian
5 ditarik suatu kesimpulan yang umum, dan
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=109 metode deduktif yaitu bertitik tolak dari hal-hal
324&val=1030

140
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016

yang umum kemudian ditarik suatu kesimpulan foto, sidik jari, dan lain-lain harus
yang khusus. diperoleh.
7. Ketika dilakukan Otopsi Forensik tidak
PEMBAHASAN boleh disaksikan oleh orang yang tidak
A. Fungsi Otopsi Dalam Proses Peradilan berwenang.
Pidana Indonesia 8. Pencatatan perincian pada saat
Otopsi adalah sebagai salah satu barang tindakan Otopsi Forensik dilakukan oleh
bukti (corpus delicti) yang sah di pengadilan asisten
karena barang buktinya sendiri telah berubah 9. Pada laporan Otopsi Forensik tidak
pada saat persidangan berlangsung. Jadi boleh ada bagian yang dihapus.
otopsimerupakan barang bukti yang sah karena 10. Jenazah yang sudah membusuk juga
termasuk surat sah sesuai dengan KUHAP Pasal bisa Otopsi Forensik. 7
184. Ada 3 tujuan pembuatan otopsi, yaitu:
Ada 5 barang bukti yang sah menurut 1. Memberikan kenyataan (barang bukti)
KUHAP Pasal 184 ayat, yaitu: melalui laporan Visum et
1. Keterangan saksi repertumpada hakim.
2. Keterangan ahli 2. Menyimpulkan berdasarkan
3. surat hubungan sebab akibat
4. terdakwa 3. Memungkinkan hakim memanggil
5. Petunjuk6 dokter ahli lainnya untuk membuat
Selain itu, otopsi dilakukan atas kesimpulan otopsi yang lebih baru bila
permintaan penyidik sehubungan dengan otopsi belum dapat menjernihkan
adanya penyidikan suatu perkara. persoalan di sidang pengadilan, hakim
Hasil pemeriksaan adalah temuan objektif dapat meminta keterangan ahli atau
pada korban, yang diperoleh dari pemeriksaan diajukannya bahan baru, seperti yang
medis yang akan di gunakan.Ada beberapa hal tercantum dalam Kitab Undang-
yang perlu diperhatikan pada Proses penyidikan undang Hukum Acara Pidana
dalam Otopsi Forensik: (KUHAP), yang memberi kemungkinan
1. Tempat untuk melakukan otopsi adalah dilakukannya pemeriksaan atau
pada kamar jenazah dan juga bisa di penelitian ulang atas barang bukti,
kuburan. apabila timbul keberatan yang
2. Otopsi hanya dilakukan jika ada beralasan dari terdakwa atau
permintaan untuk Otopsi Forensik oleh penasehat hukumnya terhadap suatu
pihak yang berwenang. hasil pemeriksaan.8
3. Otopsi Forensik harus segera dilakukan Dari hal di atas, dapat disimpulkan bahwa
begitu mendapat surat permintaan Visum et repertumadalah keterangan dokter
untuk Otopsi Forensik. tentang apa yang dilihat dan ditemukan dalam
4. Hal-hal yang berhubungan dengan melakukan Otopsi Forensik guna kepentingan
penyebab kematian harus dikumpulkan peradilan. Jadi dalam hal ini otopsimerupakan
dahulu sebelum memulai Otopsi kesaksian tertulis dalam proses peradilan.
Forensik. Tetapi kesimpulan harus Untuk mendapatkan Visum et
berdasarkan temuan-temuan dari repertumyang benar maka OtopsiForensik
pemeriksaan fisik. dilaksanakan meliput:
5. Pencahayaan yang baik sangat penting 1. Pemeriksaan luar jenazah yang berupa
pada tindakan Otopsi Forensik. tindakan yang tidak merusak keutuhan
6. Identitas korban yang sesuai dengan jaringan jenazah secara teliti dan
pernyataan polisi harus dicatat pada sistematik.
laporan. Pada kasus jenazah yang tidak 2. Pemeriksaan bedah jenazah,
dikenal, maka tanda-tanda identifikasi, pemeriksaan secara menyeluruh

7
http://falzart.wordpress.com/2011/02/01/otopsi/
6 8
soeparno,op.cit hal.1. Ibid

141
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016

dengan membuka rongga tengkorak, untuk kemudian mengambil kesimpulan maka


leher, dada, perut, dan panggul. oleh karenanya pada waktu memberi laporan
Kadangkala dilakukan pemeriksaan pemberitaan dari hasil otopsiitu harus yang
penunjang yang diperlukan seperti sesungguh-sesungguhnya dan seobyektif-
pemeriksaan histopatologi, toksikologi, obyektifnya tentang apa yang dilihat dan
serologi, dan sebagainya.9 ditemukannya pada waktu pemeriksaan.
Tujuan membedah mayat atau otopsi ada Dengan demikian hasil otopsimerupakan
beberapa macam, namun yang paling sering kesaksian tertulis. Maka hasil otopsisebagai
dilakukan: pengganti peristiwa yang terjadi dan harus
Pertama, yaitu untuk mengetahui dapat mengganti sepenuhnya barang bukti
penyebab kematiannya, saat terjadi tindakan yang telah diperiksa dengan memuat semua
kriminal.Untuk keperluan ini seorang dokter kenyataan sehingga akhirnya dapat ditarik
mengotopsi jenazah untuk mengetahui suatu kesimpulan yang tepat. Selain daripada
penyebab kematiannya.Apakah mayat tersebut itu hasil otopsimungkin dipakai pula sebagai
meninggal secara wajar atau karena tindakan dokumen dengan dapat ditanyakan pada
kriminal. dokter lain tentang barang bukti yang telah
Kedua, untuk mengetahui penyebab diperiksa apabila bersangkutan (jaksa, hakim)
kematian secara umum. Dengan otopsi ini tidak menyetujui hasil pemeriksaan tersebut.
seorang dokter dapat mengetahui penyakit Maka otopsi merupakan suatu hal yang
yang menyebabkan kematian jenazah tersebut, penting dalam pembuktian karena
sehingga kalau memang itu suatu wabah dan menggantikan sepenuhnya Corpus Delicti
dikhawatirkan akan menyebar, maka segera di (tanda Bukti).11 Seperti diketahui dalam suatu
ambil tindakan preventif demi keselamatan. perkara pidana yang menyangkut perusakan
Ketiga, otopsi praktek ilmu kedokteran, tubuh dan kesehatan serta membinasakan
Otopsi ini dilakukan oleh para mahasiswa nyawa manusia, maka si tubuh korban
fakultas kedokteran untuk mengetahui seluk merupakan Corpus Delicti.Maka oleh karenanya
beluk organ tubuhmanusia.Ini sangat Corpus Delicti yang demikian tidak mungkin
diperlukan untuk mengetahui adanya penyakit disediakan atau diajukan pada sidang
pada organ tubuh secara tepat. 10 pengadilan dan secara mutlak harus diganti
Selain ilmu kedokteran dan ilmu forensik, oleh hasil otopsi (Visuem et Repertum), Dan
ada juga pandangan lain dari tentang otopsi tentunya kedudukan seorang dokter di dalam
dari sudut pandang hukum islam, dimana penanganan korban kejahatan dengan
otopsi secara bahasa berarti pengobatan menerbitkan hasil otopsi seharusnya disadari
penyakit dengan jalan memotong atau mengiris dan dijamin netralitasnya, karena bantuan
bagian tubuh manusia yang sakit atau operasi, profesi dokter akan sangat menentukan adanya
dalam bahasa Arabdi kenal dengan istilah kebenaran
Jirahah bil al jirahah ayau amaliyah bil al Sehubungan dengan fungsiotopsiyang
jirahah yang berarti melukai, mengiris, atau semakin penting dalam pengungkapan suatu
operasi perbedahan.Dari pemeriksaan dapat kasus Pidana.Maka dari itu, keterangan ahli
disimpulkan sebab, jenis luka atau kelainan, berupa visum et repertumtersebut akan
jenis kekerasan penyebabnya, sebab dan menjadi sangat penting dalam pembuktian,
mekanisme kematian, serta saat kematian sehingga visum et repertum akan menjadi alat
seperti tersebut di atas. bukti yang sah karena berdasarkan sumpah atas
Otopsi harus dilaksanakan obyektif dengan permintaan yang berwajib untuk kepentingan
mengumpulkan kenyataan-kenyataan dan peradilan, sehingga akan membantu para
menghubungkannya satu sama lain secara logis petugas kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman
dalam mengungkap suatu perkara pidana.
9
I Ketut Murtika dan Djoko Prakoso, Dasar-dasar Ilmu
Kedokteran Kehakiman, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, Hal.
11
135. https://dewi37lovelight.wordpress.com/2011/02/10/per
10
https://satuankata.wordpress.com/tag/definisi-bedah- an-visum-et-repertum-dalam-penyidikan-tindak-pidana-
mayat/ di-indonesia-beserta-hambatan-yang-ditimbulkannya

142
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016

B. Kewenangan Kepolisian Republik c. pemeriksaan setempat terhadap


Indonesia Untuk Mendapatkan Hasil rumah, pekarangan, bangunan, dan
Otopsi Dan Hak Keluarga Korban Dalam tempat-tempat lainnya yang
Penyelidikan. diduduki atau dimiliki pihak
Menurut Pasal 5 penyelidik memiliki tertentu.
wewenang yang relatif luas dalam menerima d. mendatangkan ahli dalam hubungan
laporan dan menyelidiki tindak pidana. Di sisi dengan penyelidikan.12
lain, seorang Penyidik adalah pejabat polisi
yang diangkat secara khusus dan berpangkat Hak keluargaadalah salah satu bagian dari
cukup tinggi.Pengertian kewenangan dalam HAM / Hak Asasi Manusia hak yang melekat
penyelidikan polisi , berdasarkan Pasal 1 butir 5 pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan
KUHAP dalam aturan hukum yang berlaku di yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat
Indonesia tidak semua aparat negara bisa diganggu gugat siapapun. Sebagai warga negara
melakukan penyelidikan karena sudah terdapat yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak
dalam KUHAP. azasi manusia tanpa membeda-bedakan status,
Kepolisian sebagai salah satu lembaga golongan, keturunan, jabatan, dan lain
yang diberikan kewenangan oleh Pasal 133 ayat sebagainya.
1 KUHAP diberikan kewenangan untuk Melanggar HAM seseorang bertentangan
memintakan pemeriksaan Otopsi, dalam dengan hukum yang berlaku di Indonesia, Di
melaksanakan penyelidikan sebagaimana mana Hakasasi manusia memiliki wadah
dimaksud dalam Pasal 18, penyelidik organisasi yang mengurus permasalahan
berwenang: seputar Hak asasi manusia yaitu Komnas HAM.
1. Melakukan penyelidikan dan Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak
pemeriksaan terhadap peristiwa yang Asasi Manusia Dunia :
timbul dalam masyarakat yang 1. Hak asasi pribadi / personal Right
berdasarkan sifat atau lingkupnya patut Hak kebebasan untuk bergerak,
diduga bepergian dan berpindah-pindah
terdapat pelanggaran hak asasi tempat
manusia yang berat. 2. Hakkebebasan mengeluarkan atau
2. Menerima laporan atau pengaduan dari menyatakan pendapat.
seseorang atau kelompok orang Hak kebebasan memilih dan aktif di
tentang terjadinya pelanggaran hak organisasi atau perkumpulan.
asasi manusia yang berat, serta mencari Hak kebebasan untuk memilih,
keterangan dan barang bukti. memeluk, dan menjalankan agama
3. Memanggil pihak pengadu, korban, dan kepercayaan yang diyakini
atau pihak yang diadukan untuk masing-masing.13
diminta dan didengar keterangannya. Keluarga adalah kesatuan alamiah dan
4. Memanggil saksi untuk diminta dan fundamental dari masyarakat dan berhak
didengar kesaksiannya. mendapat perlindungan dari masyarakat dan
5. Meninjau dan mengumpulkan Negara.
keterangan di tempat kejadian dan Sekalipun demikian, tidak sedikit korban
tempat lainnya yang dianggap perlu. ataupun keluarganya mempergunakan hak-hak
6. Memanggil pihak terkait untuk yang telah disediakan. Ada beberapa hak umum
memberikan keterangan secara tertulis yang disediakan bagi korban atau keluarga
atau menyerahkan dokumen yang korban kejahatan, yang meliputi:
diperlukan sesuai dengan aslinya. 1. Hak untuk memperoleh ganti kerugian
7. Atas perintah penyidik dapat atas penderitaan yang dialaminya.
melakukan tindakan berupa: Pemberian ganti kerugian ini dapat
a. pemeriksaan surat.
b. penggeledahan dan penyitaan. 12
Penjelasan Pasal 18 KUHAP
13
http://riniallyssa17.blogspot.com/2011/02/pengertian-
macam-dan-jenis-hak-asasi.html

143
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016

diberikan oleh pelaku atau pihak yang diatur dalam Undang-Undang ini, butir 21
lainnya, seperti negara atau lembaga menjelaskan penahanan adalah penempatan
khusus yang dibentuk untuk tersangka atau terdakwa di tempat tertentu
menangani masalah ganti kerugian oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim
korban kejahatan. dengan penetapannya, dalam hal serta
2. Hak untuk memperoleh pembinaan menurut cara yang diatur dalam undang-
dan rehabilitasi; undang ini.
3. Hak untuk memperoleh perlindungan Penangkapan dan penahanan merupakan
dari ancaman pelaku; salah satu dari wewenang yang diberikan
4. Hak untuk memperoleh bantuan kepada penyidik dalam rangka menjalankan
hukum; tugasnya dalam penyidikan, berbeda halnya
5. Hak untuk memperoleh kembali hak dengan penyelidik yang tidak diperbolehkan
miliknya; dengan serta merta melakukan penangkapan
6. Hak untuk memperoleh akses atas tanpa ijin dari penyidik kecuali pada saat-saat
pelayanan medis; yang telah dijelaskan di muka (Pasal 16 KUHAP).
7. Berhak menolak menjadi saksi bila hal Penangkapan dilakukan oleh petugas
ini akan membahayakan dirinya POLRI dengan menunjukkan surat tugas (kecuali
8. Berhak mempergunakan upaya tertangkap tangan (Pasal 18 ayat 2) ) kepada
hukum tersangka dengan menjelaskan alasan
9. Hak untuk diberitahu bila pelaku penangkapan dan uraian tentang tindak pidana
kejahatan akan dikeluarkan dari yang dipersangkakan kepadanya (Pasal 18 ayat
tahanan sementara, atau bila pelaku 1).
buron dari tahanan; Surat penagkapan haruslah diserahkan
10. Hak untuk memperoleh informasi kepada keluarga setelah penangkapan. (Pasal
tentang penyidikan polisi berkaitan 18 ayat 3). Jangka waktu penangkapan hanya
dengan kejahatan yang menimpa dapat dilakukan dalam jangka waktu paling
korban; lama satu hari (Pasal 19 ayat 1) karena
11. Hak atas kebebasan pribadi / penangkapan dilakukan hanya untuk proses
kerahasiaan pribadi, seperti penyelidikan dan penyidikan, oleh karena itu,
merahasiakan nomor telepon atau apabila proses tersebut tidak diperlukan lagi,
identitas korban lainnya. 14 maka tersangka harus segera dibebaskan.
Medis merupakan tim ahli yang Setelah tersangka ditangkap, penyidikan harus
mempunyai peran penting dalam mengungkap segera dilakukan pada hari itu juga (Pasal 122
tindak pidana, terutama yang bersinggungan KUHAP). Syarat penangkapan:
langsung dengan badan. Oleh karena itu, tim 1. Seorang tersangka diduga keras
medis dapat dijadikan saksi ahli dalam kasus melakukan tindak pidana.
yang berkaitan dengan medis dalam rangka 2. Dugaan kuat tersebut didasarkan
permintaan kepada tim medis sebagai saksi pada permulaan bukti yang cukup.
ahli, permintaan diajukan dalam bentuk tertulis 3. Tersangka telah dipanggil dua kali
dan dengan tegas menyebutkan hal-hal yang berturut-turut dan tersangka tidak
diminta diperiksa (Pasal 133 ayat 1 KUHAP) memenuhi panggilan tersebut (Pasal
Penangkapan dan penahanan 20 KUHAP).
Definisi penangkapan dijelaskan dalam Penahanan sebagaimana definisi yang
KUHAP butir 20. Penangkapan adalah suatu telah dijelaskan, penangkapan yang merupakan
tindakan penyidik berupa pengekangan perampasan kemerdekaan bergerak seseorang
sementara waktu kebebasan tersangka atau terdapat pertentangan antara dua asas, yaitu
terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna asas hak asasi manusia dan asas ketertiban
kepentingan penyidikan atau penuntutan dan umum. Oleh karena itu, penahanan hanya
atau peradilan dalam hal serta menurut cara dapat dilakukan jika sangat diperlukan. Selain
itu, penetapan penahanan tersangka harus
14
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38175 berdasarkan pada syarat-syarat sebagai syarat
/3/chapter%20ii.pdf

144
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016

obyektif atau disebut juga dengan gronden van disangkakan, status tersangka, dan barang
rechtmatigheid. bukti.
Syarat obyektif adalah dasar penahanan Proses peradilan pidana adalah suatu
yang ditinjau dari segi tindak pidananya, yaitu rangkaian acara peradilan mulai dari
tindak pidana-tindak pidana apa yang dapat penindakan terhadap adanya suatu tindak
dikenakan penahanan. pidana (sumber tindakan) sampai pada lahirnya
Syarat subyektif adalah alasan-alasan keputusan pengadilan yang mempunyai
penahanan yang dilihat dari perlu atau tidaknya kekuatan hukum tetap. Berlakunya hukum
seorang tersangka ditahan, hal ini juga pidana menurut waktu (tempus) di samping
dijelaskan dalam Pasal 21 ayat 1 yang berbunyi menurut tempat (locus), sangat penting untuk
Perintah penahanan atau penahanan lanjutan menetapkan tanggung jawab pidana.
dilakukan terhadap seorang tersangka atau Bila suatu tindakan telah memenuhi unsur
terdakwa yang diduga keras melakukan tindak delik yang dilarang, tetapi ternyata dilakukan
pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam sebelum berlakunya ketentuan tersebut,
hal adanya keadaan yang menimbulkan tindakan itu bukan saja tidak dapat dituntut
kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa kemuka persidangan, tetapi juga pihak yang
akan melarikan diri, merusak atau terkait tidak dapat dimintai
menghilangkan barang bukti dan atau pertanggungjawabannya. Harus ada
mengulangi tindak pidana. ketentuannya terlebih dahulu yang
Hasil pemeriksaan tersangka dan saksi oleh menentukan bahwa tindakan tersebut dapat
penyidik dalam bentuk berita acara yang dipidana.
dinamakan Berita acara tersangka/saksi. Berita
acara tersangka/saksi adalah merupakan PENUTUP
bagian dari berkas yang disampaikan kepada A. Kesimpulan
penuntut umum untuk kepentingan peradilan. 1. Fungsi otopsi forensik dalam proses
Berita acara ini merupakan catatan/tulisan yang pengadilan adalah untuk mengetahui
bersifat otentik dibuat dalam bentuk tertentu perusakan tubuh dan kesehatan serta
oleh penyidik atau penyidik pembantu dan membinasakan nyawa manusia, yang
tersangka dan saksi ahli (orang yang diperiksa) mungkin disediakan atau diajukan pada
menurut uraian tindak pidana yang memenuhi sidang pengadilan secara mutlak harus
unsur-unsur tindak pidana yang disangkakan diganti oleh hasil otopsi. Karena itu
dengan menyebut waktu, tempat dan keadaan. kedudukan seorang dokter dijamin
Pada waktu tindak pidana dilakukan, netralitasnya, karena sangat menentukan
identitas pemeriksa dan yang diperiksa, kebenaran, yang obyektif.Dalam
keterangan yang diperiksa, catatan mengenai persidangan digunakan dengan
akta dan atau benda atau segala, serta segala namavisuem et repertum. Visuem et
sesuatu yang dianggap perlu untuk kepentingan Repertum adalah laporan tertulis dari hasil
penyelesaian satu perkara. otopsi pada suatu mayat untuk mencari
Pembuatan BAP terhadap tersangka dan tahu kebenaran suatu tindak pidana.
saksi ahli adalah merupakan kewajiban 2. Dasar dari kewenangan polisi terhadap
penyidik/penyidik pembantu sebagai akibat otopsi di atur oleh Pasal 133 ayat 1 KUHAP
hukum dari dilakukannya pemeriksaan diberikan kewenangan untuk memintakan
terhadap tersangka dan saksi ahli dalam rangka pemeriksaan Otopsi dan juga di perjelas
penyidikan tindak pidana. Berita acara ini harus dalam KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP 27
memenuhi unsur-unsur formal dan materil yang tahun1983 pasal 2 ayat 1 mengenai
merupakan salah satu upaya yang sah menurut penyidik yang berhak untuk meminta
Undang-undang. Pelimpahan perkara dilakukan visum. Pada pasal tersebut disebutkan
dengan penyidikan melalui surat pengiriman bahwa “ Pejabat polisi Negara RI yang di
berkas perkara yang berisikan nomor perkara, beri kewenangan khusus oleh undang-
identitas tersangka, tindak pidana yang undang dengan pangkat serendah-
rendahnya pembantu letnan Dua. Penyidik

145
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016

pembantu serendah rendahnya sersan pihak kepolisian dalam mengusut suatu


dua.Dari penjelasan pasal tersebut, jelas kasus.
sudah pengertian penyidik yang
berwenang untuk meminta Surat DAFTAR PUSTAKA
Permintaan Visum (SPV). Namun jika
terjadi keadaan khusus, dimana tidak Achmad S. Soema Di Pradja.1981. Pokok-Pokok
terdapat penyidik yang dimaksud untuk Hukum Acara Pidana Indonesia, Penerbit
meminta SPV, maka penyidik lainpun Alumni, Bandung,
memiliki wenang untuk meminta Poernomo Bambang,1992, Asas-Asas Hukum
dilakukannya visum. Menyidik lain Pidana, Penerbit Ghalia
tersebut dijelaskan pada PP 27 Tahun 1983 Indonesia,Yogyakarta,.
pasal 2 ayat (2) yang berbunyi “ bila Bambang Waluyo, 2008, Pidana dan
disuatu kepolisian sektor tidak ada pejabat Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta. Hamid
penyidik seperti diatas, maka kepala , A.T. 1982,Praktek Peradilan Perkara
kepolisian sektor yang berpangkat bintara Pidana, CV. Al Ihsan, Surabaya.
dibawah pembantu letnan dua Hardari H Nawawi. 1993, Metode Penelitian
dikategorikan pula sebagai penyidik karena Bidang Sosial, Gadja Mada University
jabatannya. Press, Yogyakarta.
Hilman Hadikusuma, 2005, Bahasa Hukum
B. Saran Indonesia, PT. Alumni, Bandung,
1. Tugas seorang dokter dalam membantu Leden Marpaung, 2009, Proses Penanganan
pengusutan tindak pidana terhadap Perkara Pidana (penyidikan dan
kesehatan dan nyawa manusia ialah penyelidikan), Sinar Grafika, Jakarta.
pembuatan visum et repertum sehingga Martiman Prodjohamidjojo, 1990, Komentar
harus lebih obyektif tentang apa yang KUHAP, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
dilihat dan ditemukan dan secara logis Moc Fasisal Salam, 2001, Hukum Acara Pidana
kemudian mengambil kesimpulan. Dengan Teori dan Praktek. CV. Mandar Maju,
demikian visum et repertum merupakan Bandung.
kesaksian tertulis.Adanya pembuktian Satjipto Raharjo, 2002, Polisi Sipil dalam
ilmiah diharapkan polisi, jaksa, dan hakim Perubahan Sosial di Indonesia, Penerbit
tidaklah mengandalkan pengakuan dari Kompas, Jakarta.
tersangka atau saksi hidup dalam Soedjono D, 1982 , Pemeriksaan Pendahuluan,
penyidikan dan menyelesaikan suatu Penerbit Alumni, Bandung.
perkara. Karena saksi hidup dapat Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-faktor yang
berbohong atau disuruh berbohong, maka Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.
dengan hanya berdasarkan keterangan Raja Grafindo Persada, Jakarta.
saksi dimaksud, tidak dapat dijamin SusiloYuwono, 1982, Penyelesaian Perkara
tercapainya tujuan penegakan kebenaran Pidana Berdasarkan KUHAP Sistem dan
dalam proses perkara pidana dimaksud. Prosesdur, Penerbit Alumni, Bandung.
2. Keterangan ahli berupa visum et repertum
akan menjadi sangat penting dalam
pembuktian, sehingga visum et repertum Dasar Undang-Undang:
akan menjadi alat bukti yang sah karena Hukum Acara Pidana (sebuah Catatan Khusus),
berdasarkan sumpah atas permintaan yang Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung ,
berwajib untuk kepentingan peradilan. 1999.
Walaupun dalam pengerjaanya visum et Yarmer A. Daniel, Understanding Police and
repertum terkadang mempunyai beberapa Police Work – Psychological Issue, New
hambatan. Namun pembuktian terhadap York University Press, 1990
unsur tindak pidana dari hasil pemeriksaan Peraturan Perundang-undangan Undang-
yang termuat dalam visum et repertum, undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
dapat menentukan langkah yang diambil

146
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016

2002 Tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010
TentangPelaksanaan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.
Peraturan Kepala Kepolisian RI No.: 12 Tahun
2009 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Penanganan perkara Pidana
di Lingkungan Kepolisian Negara Republik
Indonesia

147

Anda mungkin juga menyukai