5/Juni/2016
FUNGSI OTOPSI FORENSIK DANKEWENANGAN seperti diatas, maka kepala kepolisian sektor
KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA yang berpangkat bintara dibawah pembantu
BERDASARKAN KUHAP1 letnan dua dikategorikan pula sebagai penyidik
Oleh: Indra Makie2 karena jabatannya.
Kata kunci: Otopsi, Forensik, Kewenangan,
ABSTRAK Kepolisian.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana fungsi Otopsi Forensik PENDAHULUAN
dalam proses peradilan pidana dan bagaimana A. Latar Belakang.
kewenangan kepolisian dalam mendapatkan Penyelidikan merupakan bagian yang tak
Otopsi Forensik berdasarkan KUHAP. Dengan terpisah dari fungsi penyidikan dan merupakan
menggunakan metode penetian yuridis salah satu cara atau metode atau sub daripada
normatif, maka dapat disimpulkan: 1. Fungsi fungsi penyidikan yang mendahului tindakan
otopsi forensik dalam proses pengadilan adalah lain, yaitu penindakan berupa penangkapan,
untuk mengetahui perusakan tubuh dan penahanan, penggeledahan, penyitaan,
kesehatan serta membinasakan nyawa pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan
manusia, yang mungkin disediakan atau pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada
diajukan pada sidang pengadilan secara mutlak penuntut umum.3Agar dapat diadakan
harus diganti oleh hasil otopsi. Karena itu penindakan penyelidik memerlukan persiapan
kedudukan seorang dokter dijamin untuk menentukan sasaran penyelidikan yang
netralitasnya, karena sangat menentukan diantaranya adalah sebagai berikut :
kebenaran, yang obyektif. Dalam persidangan 1. Orang yang diduga telah melakukan tindak
digunakan dengan nama visuem et repertum. pidana.
Visuem et Repertum adalah laporan tertulis dari 2. Benda/barang/surat yang dipergunakan
hasil otopsi pada suatu mayat untuk mencari untuk melakukan kejahatan yang dapat
tahu kebenaran suatu tindak pidana. 2. Dasar digunakan dalam rangka penyidikan maupun
dari kewenangan polisi terhadap otopsi di atur untuk barang bukti dalam sidang
oleh Pasal 133 ayat 1 KUHAP diberikan pengadilan.
kewenangan untuk memintakan pemeriksaan 3. Tempat/bangunan/alat angkut dimana suatu
Otopsi dan juga di perjelas dalam KUHAP pasal kejahatan telah
6 ayat (1) jo PP 27 tahun1983 pasal 2 ayat 1 dilakukan.4
mengenai penyidik yang berhak untuk meminta Untuk melakukan penyelidikan dapat
visum. Pada pasal tersebut disebutkan bahwa “ dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pejabat polisi Negara RI yang di beri 1. Secara terbuka penyelidikan ini dilakukan
kewenangan khusus oleh undang-undang apabila keterangan-keterangan/data-
dengan pangkat serendah-rendahnya data/bukti-bukti yang diperlukan mudah
pembantu letnan Dua. Penyidik pembantu untuk didapatkan dan dengan cara tersebut
serendah rendahnya sersan dua.Dari penjelasan dianggap tidak akan mengganggu dan
pasal tersebut, jelas sudah pengertian penyidik menghambat proses penyelidikan
yang berwenang untuk meminta Surat selanjutnya.
Permintaan Visum (SPV). Namun jika terjadi 2. Pihak penyelidikpun harus memperlihatkan
keadaan khusus, dimana tidak terdapat tanda pengenal diri mereka sesuai yang
penyidik yang dimaksud untuk meminta SPV, tercantum dalam Pasal 104 Kitab Undang-
maka penyidik lainpun memiliki wenang untuk Undang Hukum Acara Pidana dalam
meminta dilakukannya visum. Menyidik lain melakukan penyelidikannya.
tersebut dijelaskan pada PP 27 Tahun 1983
pasal 2 ayat (2) yang berbunyi “ bila disuatu
kepolisian sektor tidak ada pejabat penyidik 3
M. Yahya Harahap, S.H.. Pembahasan Permasalahan Dan
1 Penerapan KUHAP Penyidikan Dan Penuntutan. Sinar
Artikel Skripsi. Grafika. 2006.Hal.101
2 4
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat NIM. Bambang Waluyo. Viktimologi “perlindungan saksi dan
080711535 korban”, sinar grafika,2011 hal. 14
139
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016
140
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016
yang umum kemudian ditarik suatu kesimpulan foto, sidik jari, dan lain-lain harus
yang khusus. diperoleh.
7. Ketika dilakukan Otopsi Forensik tidak
PEMBAHASAN boleh disaksikan oleh orang yang tidak
A. Fungsi Otopsi Dalam Proses Peradilan berwenang.
Pidana Indonesia 8. Pencatatan perincian pada saat
Otopsi adalah sebagai salah satu barang tindakan Otopsi Forensik dilakukan oleh
bukti (corpus delicti) yang sah di pengadilan asisten
karena barang buktinya sendiri telah berubah 9. Pada laporan Otopsi Forensik tidak
pada saat persidangan berlangsung. Jadi boleh ada bagian yang dihapus.
otopsimerupakan barang bukti yang sah karena 10. Jenazah yang sudah membusuk juga
termasuk surat sah sesuai dengan KUHAP Pasal bisa Otopsi Forensik. 7
184. Ada 3 tujuan pembuatan otopsi, yaitu:
Ada 5 barang bukti yang sah menurut 1. Memberikan kenyataan (barang bukti)
KUHAP Pasal 184 ayat, yaitu: melalui laporan Visum et
1. Keterangan saksi repertumpada hakim.
2. Keterangan ahli 2. Menyimpulkan berdasarkan
3. surat hubungan sebab akibat
4. terdakwa 3. Memungkinkan hakim memanggil
5. Petunjuk6 dokter ahli lainnya untuk membuat
Selain itu, otopsi dilakukan atas kesimpulan otopsi yang lebih baru bila
permintaan penyidik sehubungan dengan otopsi belum dapat menjernihkan
adanya penyidikan suatu perkara. persoalan di sidang pengadilan, hakim
Hasil pemeriksaan adalah temuan objektif dapat meminta keterangan ahli atau
pada korban, yang diperoleh dari pemeriksaan diajukannya bahan baru, seperti yang
medis yang akan di gunakan.Ada beberapa hal tercantum dalam Kitab Undang-
yang perlu diperhatikan pada Proses penyidikan undang Hukum Acara Pidana
dalam Otopsi Forensik: (KUHAP), yang memberi kemungkinan
1. Tempat untuk melakukan otopsi adalah dilakukannya pemeriksaan atau
pada kamar jenazah dan juga bisa di penelitian ulang atas barang bukti,
kuburan. apabila timbul keberatan yang
2. Otopsi hanya dilakukan jika ada beralasan dari terdakwa atau
permintaan untuk Otopsi Forensik oleh penasehat hukumnya terhadap suatu
pihak yang berwenang. hasil pemeriksaan.8
3. Otopsi Forensik harus segera dilakukan Dari hal di atas, dapat disimpulkan bahwa
begitu mendapat surat permintaan Visum et repertumadalah keterangan dokter
untuk Otopsi Forensik. tentang apa yang dilihat dan ditemukan dalam
4. Hal-hal yang berhubungan dengan melakukan Otopsi Forensik guna kepentingan
penyebab kematian harus dikumpulkan peradilan. Jadi dalam hal ini otopsimerupakan
dahulu sebelum memulai Otopsi kesaksian tertulis dalam proses peradilan.
Forensik. Tetapi kesimpulan harus Untuk mendapatkan Visum et
berdasarkan temuan-temuan dari repertumyang benar maka OtopsiForensik
pemeriksaan fisik. dilaksanakan meliput:
5. Pencahayaan yang baik sangat penting 1. Pemeriksaan luar jenazah yang berupa
pada tindakan Otopsi Forensik. tindakan yang tidak merusak keutuhan
6. Identitas korban yang sesuai dengan jaringan jenazah secara teliti dan
pernyataan polisi harus dicatat pada sistematik.
laporan. Pada kasus jenazah yang tidak 2. Pemeriksaan bedah jenazah,
dikenal, maka tanda-tanda identifikasi, pemeriksaan secara menyeluruh
7
http://falzart.wordpress.com/2011/02/01/otopsi/
6 8
soeparno,op.cit hal.1. Ibid
141
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016
142
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016
143
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016
diberikan oleh pelaku atau pihak yang diatur dalam Undang-Undang ini, butir 21
lainnya, seperti negara atau lembaga menjelaskan penahanan adalah penempatan
khusus yang dibentuk untuk tersangka atau terdakwa di tempat tertentu
menangani masalah ganti kerugian oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim
korban kejahatan. dengan penetapannya, dalam hal serta
2. Hak untuk memperoleh pembinaan menurut cara yang diatur dalam undang-
dan rehabilitasi; undang ini.
3. Hak untuk memperoleh perlindungan Penangkapan dan penahanan merupakan
dari ancaman pelaku; salah satu dari wewenang yang diberikan
4. Hak untuk memperoleh bantuan kepada penyidik dalam rangka menjalankan
hukum; tugasnya dalam penyidikan, berbeda halnya
5. Hak untuk memperoleh kembali hak dengan penyelidik yang tidak diperbolehkan
miliknya; dengan serta merta melakukan penangkapan
6. Hak untuk memperoleh akses atas tanpa ijin dari penyidik kecuali pada saat-saat
pelayanan medis; yang telah dijelaskan di muka (Pasal 16 KUHAP).
7. Berhak menolak menjadi saksi bila hal Penangkapan dilakukan oleh petugas
ini akan membahayakan dirinya POLRI dengan menunjukkan surat tugas (kecuali
8. Berhak mempergunakan upaya tertangkap tangan (Pasal 18 ayat 2) ) kepada
hukum tersangka dengan menjelaskan alasan
9. Hak untuk diberitahu bila pelaku penangkapan dan uraian tentang tindak pidana
kejahatan akan dikeluarkan dari yang dipersangkakan kepadanya (Pasal 18 ayat
tahanan sementara, atau bila pelaku 1).
buron dari tahanan; Surat penagkapan haruslah diserahkan
10. Hak untuk memperoleh informasi kepada keluarga setelah penangkapan. (Pasal
tentang penyidikan polisi berkaitan 18 ayat 3). Jangka waktu penangkapan hanya
dengan kejahatan yang menimpa dapat dilakukan dalam jangka waktu paling
korban; lama satu hari (Pasal 19 ayat 1) karena
11. Hak atas kebebasan pribadi / penangkapan dilakukan hanya untuk proses
kerahasiaan pribadi, seperti penyelidikan dan penyidikan, oleh karena itu,
merahasiakan nomor telepon atau apabila proses tersebut tidak diperlukan lagi,
identitas korban lainnya. 14 maka tersangka harus segera dibebaskan.
Medis merupakan tim ahli yang Setelah tersangka ditangkap, penyidikan harus
mempunyai peran penting dalam mengungkap segera dilakukan pada hari itu juga (Pasal 122
tindak pidana, terutama yang bersinggungan KUHAP). Syarat penangkapan:
langsung dengan badan. Oleh karena itu, tim 1. Seorang tersangka diduga keras
medis dapat dijadikan saksi ahli dalam kasus melakukan tindak pidana.
yang berkaitan dengan medis dalam rangka 2. Dugaan kuat tersebut didasarkan
permintaan kepada tim medis sebagai saksi pada permulaan bukti yang cukup.
ahli, permintaan diajukan dalam bentuk tertulis 3. Tersangka telah dipanggil dua kali
dan dengan tegas menyebutkan hal-hal yang berturut-turut dan tersangka tidak
diminta diperiksa (Pasal 133 ayat 1 KUHAP) memenuhi panggilan tersebut (Pasal
Penangkapan dan penahanan 20 KUHAP).
Definisi penangkapan dijelaskan dalam Penahanan sebagaimana definisi yang
KUHAP butir 20. Penangkapan adalah suatu telah dijelaskan, penangkapan yang merupakan
tindakan penyidik berupa pengekangan perampasan kemerdekaan bergerak seseorang
sementara waktu kebebasan tersangka atau terdapat pertentangan antara dua asas, yaitu
terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna asas hak asasi manusia dan asas ketertiban
kepentingan penyidikan atau penuntutan dan umum. Oleh karena itu, penahanan hanya
atau peradilan dalam hal serta menurut cara dapat dilakukan jika sangat diperlukan. Selain
itu, penetapan penahanan tersangka harus
14
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38175 berdasarkan pada syarat-syarat sebagai syarat
/3/chapter%20ii.pdf
144
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016
obyektif atau disebut juga dengan gronden van disangkakan, status tersangka, dan barang
rechtmatigheid. bukti.
Syarat obyektif adalah dasar penahanan Proses peradilan pidana adalah suatu
yang ditinjau dari segi tindak pidananya, yaitu rangkaian acara peradilan mulai dari
tindak pidana-tindak pidana apa yang dapat penindakan terhadap adanya suatu tindak
dikenakan penahanan. pidana (sumber tindakan) sampai pada lahirnya
Syarat subyektif adalah alasan-alasan keputusan pengadilan yang mempunyai
penahanan yang dilihat dari perlu atau tidaknya kekuatan hukum tetap. Berlakunya hukum
seorang tersangka ditahan, hal ini juga pidana menurut waktu (tempus) di samping
dijelaskan dalam Pasal 21 ayat 1 yang berbunyi menurut tempat (locus), sangat penting untuk
Perintah penahanan atau penahanan lanjutan menetapkan tanggung jawab pidana.
dilakukan terhadap seorang tersangka atau Bila suatu tindakan telah memenuhi unsur
terdakwa yang diduga keras melakukan tindak delik yang dilarang, tetapi ternyata dilakukan
pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam sebelum berlakunya ketentuan tersebut,
hal adanya keadaan yang menimbulkan tindakan itu bukan saja tidak dapat dituntut
kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa kemuka persidangan, tetapi juga pihak yang
akan melarikan diri, merusak atau terkait tidak dapat dimintai
menghilangkan barang bukti dan atau pertanggungjawabannya. Harus ada
mengulangi tindak pidana. ketentuannya terlebih dahulu yang
Hasil pemeriksaan tersangka dan saksi oleh menentukan bahwa tindakan tersebut dapat
penyidik dalam bentuk berita acara yang dipidana.
dinamakan Berita acara tersangka/saksi. Berita
acara tersangka/saksi adalah merupakan PENUTUP
bagian dari berkas yang disampaikan kepada A. Kesimpulan
penuntut umum untuk kepentingan peradilan. 1. Fungsi otopsi forensik dalam proses
Berita acara ini merupakan catatan/tulisan yang pengadilan adalah untuk mengetahui
bersifat otentik dibuat dalam bentuk tertentu perusakan tubuh dan kesehatan serta
oleh penyidik atau penyidik pembantu dan membinasakan nyawa manusia, yang
tersangka dan saksi ahli (orang yang diperiksa) mungkin disediakan atau diajukan pada
menurut uraian tindak pidana yang memenuhi sidang pengadilan secara mutlak harus
unsur-unsur tindak pidana yang disangkakan diganti oleh hasil otopsi. Karena itu
dengan menyebut waktu, tempat dan keadaan. kedudukan seorang dokter dijamin
Pada waktu tindak pidana dilakukan, netralitasnya, karena sangat menentukan
identitas pemeriksa dan yang diperiksa, kebenaran, yang obyektif.Dalam
keterangan yang diperiksa, catatan mengenai persidangan digunakan dengan
akta dan atau benda atau segala, serta segala namavisuem et repertum. Visuem et
sesuatu yang dianggap perlu untuk kepentingan Repertum adalah laporan tertulis dari hasil
penyelesaian satu perkara. otopsi pada suatu mayat untuk mencari
Pembuatan BAP terhadap tersangka dan tahu kebenaran suatu tindak pidana.
saksi ahli adalah merupakan kewajiban 2. Dasar dari kewenangan polisi terhadap
penyidik/penyidik pembantu sebagai akibat otopsi di atur oleh Pasal 133 ayat 1 KUHAP
hukum dari dilakukannya pemeriksaan diberikan kewenangan untuk memintakan
terhadap tersangka dan saksi ahli dalam rangka pemeriksaan Otopsi dan juga di perjelas
penyidikan tindak pidana. Berita acara ini harus dalam KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP 27
memenuhi unsur-unsur formal dan materil yang tahun1983 pasal 2 ayat 1 mengenai
merupakan salah satu upaya yang sah menurut penyidik yang berhak untuk meminta
Undang-undang. Pelimpahan perkara dilakukan visum. Pada pasal tersebut disebutkan
dengan penyidikan melalui surat pengiriman bahwa “ Pejabat polisi Negara RI yang di
berkas perkara yang berisikan nomor perkara, beri kewenangan khusus oleh undang-
identitas tersangka, tindak pidana yang undang dengan pangkat serendah-
rendahnya pembantu letnan Dua. Penyidik
145
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016
146
Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016
147