Anda di halaman 1dari 10

Nama Definisi Etiologi Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penegakan Diagnosis Kriteria Rujukan Prognosis Tatalaksana

Penyakit Penunjang
Farmakologi Non Farmako KIE pasien /
keluarga
Rinitis Penyakit Debu tungau Keluar ingus  Perhatikan  Hitung DX : ditegakkan  Bila perlu bonam Antihistamin Pemeliharaan 1.menyingkirkan
Alergika inflamasi yang encer dari ada allergic eosinofil melalui anamnesa dilakukan prick dan peningkatan factor penyebab
disebabkan hidung salute dalam dan pemfis test untuk kebugaran yang di curigai
oleh reaksi (rinorea), (gerakan darah dan mengetahui jasmani (allergen).
alergi pada bersin, hidung menggosok secret DDX: Rinitis jenis allergen.
pasien atopi tersumbat, hidung). hidung. Vasomotor, Rinitis 2. menghindari
rasa gatal Akut.  Bila perlu suhu ekstrim
pada hidung  Wajah ada  Pemeriksaa tindakan panas maupun
(trias alergi) allergic n Ig E total operatif. dingin.
shiner, nasal serum.
crease 3. selalu
(menggosok menjaga
hidung kesehatan dan
keatas), facies kebugaran
adenoid. jasmani ( dapet
menurunkan
 Faring : gejala alergi).
dinding
posterior
faring tampak
granuler dan
edema,
dinding
lateral faring
menebal,
lidah seperti
gambaran
peta.

 Pada kulit
kemungkinan
ada
dermatitis
atopi.
Benda Suatu benda  Benda  Hidung  Pada Foto rontgen Diagnosis : di  Pengeluaran bonam Antibiotik oral  Tindakan  Tidak
Asing hidup atau hidup tersumbat rinoskopi cranium tegakkan dari benda asing selama 5 hari pengeluara berbahaya
mati yang (lintah, , anterior : (schedel) posisi anamnesa dan tidak berhasil bila terjadi n dengan kalau
masuk ke lalat, larva)  Onset tampak AP dan lateral pemfis. karena infeksi sekunder pinset / segera di
dalam hidung tiba2, benda asing, jika di perlukan perlekatan / pengait ambil.
 Benda mati  Umumnya DDX: Rinolit posisi benda tumpul.
( manik2, unilateral,  Ada secret asing sulit di  Inform
logam,  hiposmia/ purulen bila lihat.  Untuk lintah consent
batrai ) anosmia, sudah 2-3 (teteskan
 dapat hari.  Pasien tidak air  Memberika
timbul kooperatif tembakau n
nyeri, dan tunggu penjelasan
 setelah 2- 5 menit agar tidak
3 hari agar terjadi lagi
keluar terlepas (misalnya
secret dari mukosa menaruh
atau hidung) barang
berbau di berhati-
satu sisi. hAti)
Epistaksis Pendarahan Lokal / Keluar darah  Rinoskopi Anterior  Darah perifer  Diagnosis Klinis :  Pasien Bonam Masukkan kapas - 1. Mengontrol
dari hidung Sistemik dari hidung (pemeriksaan lengkap ditegakkan melalui epistaksis ke hidung yang tekanan
(rongga vestibulum, mukosa  Skrining anamnes, yang di curiga sudah di basahi darah pasien
hidung / hidung, septum nasi, Koagulopati pemeriksaan fisik, akibat tumor anastesi local (2 2. Menghindari
nasofaring) dinding internal (bleeding dan pemeriksaan di rongga cc larutan membuang
hidung dan konka time, clotting penunjang hidung/nasof pantokain 2 % Lendir
inferior) untuk time) aring untuk Dengan hidung
mengetahui sumber  DDx: Hemoptisis, menghilangkan terlalu keras
pendarahan. Varises esophagus  Epistaksis sakit) 3. Menghindari
 Rinoskopi Posterios yang berdarah, yang terus memasukkan
(pemeriksaan Perdarahan di basis berulang / benda keras ke
nasofaring dengan crania, Karsinoma masif hidung
epistaksis berulang nasofaring, 4. membatasi
untuk menyingkirkan Angiofibroma hidung obat2an yang
neoplasma dapat
 Pengukuran tek meningkatkan
Darah (untuk pendarahan seperti
menyingkirkan aspirin
diagnose hipertensi, dan ibuprofen
karena hipertensi bisa
menyebabkan
epistaksis posterior
hebat dan berulang
Tension Sakit kepala Stress dll Nyeri kepala  Tanda vital harus Tidak di DX : anamnesa Bila nyeri kepala bonam  Aspirin 600- Hubungan baik Keluarga ikut
Headache akibat tegang otot normal, perlukan (factor psikis) dan tidak membaik. 900 mg dokter dengan membantu
peningkatan berlangsung neurologis karakteristik nyeri Bila depresi berat  Asetaminofen pasien (empati). mengurangi
stres 30 menit normal. kepala serta dari dengan 1000 mg kecemasan atau
hingga 1  Pemeriksaan pemeriksaan fisik. kemungkinan  Ibuprofen depresi paseien
minggu. kepala dan leher bunuh diri 200-400 mg atau stress
Nyeri dari serta DDX: migren, cluster- pasieen.
leher menjalar pemeriksaan type headache (nyeri (mensuport)
ke kepala dan neurologis berupa kepala cluster
menjalar ke pemeriksaan
bahu. kekuatan
motorik, reflek,
koordinasi dan
sensoris.
 Pemeriksaan
mata (
peningkatan
tekanan pada
bola mata yang
menyebabkan
sakit kepala)
Migrain Nyeri kepala Gangguan  Nyeri Pada pemeriksaan fisik Neuro- DX : ditegakan Pasien di rujuk bonam Ergotamine, Istirahat di  Pasien dan
primer dengan neuro- kepala tanda vital harus imaging dengan anamnesa, ketika migren tempat gelap keluarga
kualitas Biologis, sebelah/ normal, pemeriksaan gejala klinis, pem fis terus berlanjut Sumatripan 50- dan tenang berusaha
vaskuler perubahan nyeri neurologis harus dan neurologis. dan tidak hilang 200 mg dalam dengan kompres mengontrol
(berdenyut) , sensitivitas keduanya. normal. dengan 24 jam. dingin. serangan.
unilateral, Sistem saraf.  Sakit DDX : Arteriovenous pengobatan
diikuti mual, kepala malformation, analgesic non  Keluarga
fotofobia, berdenyut. atipycal facial pain, spesifik. menasehati
fonofobia,  Semakin cerebral aneurysms, pasien agar
gangguan parah dgn childhood migraint beristirahat,
tidur dan aktivitas. varian, chronic menghindari
depresi. paroxysmal
 Mual hemicranias, cluster pemicu dan
dngn/tanp headeache. berolahraga
a muntah. teratur.
 Fotofobia
atau  Keluarga
fonofobia. mengingatka
 Sakit n berhenti
kepala merokok
mereda pd
siang hari.

Vertigo Pusing kepala Lesi pada  Vertigo  Pemeriksaan Pemeriksaan DX: ditegaakan  Vertigo baik  Antihistamin  Latihan Keluarga selalu
berputar labirin dan vestibular : umum. penunjang dengan anamnesa, vestibular (dimenhidrinat vertibular memotivasi
nervus sensasi  Pemeriksaan sesuai dengan pemfis dan sentral segera Per oral 25-50 dengan pasien.
vestibularis. berputar, neurologis, etiologi neurologis. di rujuk. mg 4x sehari) metode
Lesi di nucleus timbulnya kesadaran, nervus  Tidak terdapat (Difenhidramin Brand Mendorong
vestibularis episodic, kranialis (III,IV,VI,V) DDX: penyakit perbaikan pada HCL 25-50 mg 4x daroff. pasien agar
batang otak, diprovokasi sensorik meniere, neuritis vertigo sehari PO). selalu teratur
thalamus oleh (VII,VII,IX,X,XI,XII). vestibularis, vestibular  Betahistin  Terapi BPPV dalam
sampai ke gerakan  Motorik Labirinitis, setelah (analog kanal melakukan
korteks kepala, bisa (kelumpuhan 1 sisi). Vertigo pasca diterapi histamine) ex: posterior : latihan
serebri disertai  Keseimbangan (tes trauma. farmakologi (betahistine 1.Maneuver vestibular.
mual dan nistagmus, tes dan non mesylate 12 epley,
muntah. Romberg, tes farmakologi. mg 3x sehari 2. prosedur
 Vertigo Romberg PO. semont,
vestibular dipertajam, tes  Kalsium 3. Metode brand
periver : jalan tandem, tes antagonis daroff
timbulnya fuduka, tes past (Cinnarizine
mendadak, pointing) 15-30 mg 3x
sakit kepala sehari
berat, mual
muntah,
keringat
dingin,
tinnitus.
 Vertigo
vestibular
sentral :
timbulnya
lambat,
tidak di
pengaruhi
gerakan
kepala, rasa
berputar
ringan, tidak
mual
muntah.
 Vertigo non
vestibular :
bukan
berputar
melainkan
rasa
melayang,
goyang dan
continue di
sebabkan
oleh
gerakan
objek
sekitarnya.

Tetanus Penyakit pada Tetanospasmi  Tetanus,  Pada tetanus lokal Tidak ada DX: ditegakkan  Bila tidak Tetanus  Diazepam  Perawatan Peran keluarga
sistem syaraf n Lokal : ditemukan pemeriksaan berdasarkan temuan terjadi dapat atau luka pada pasien
yang (neurotoksin kekakuan kekakuan dan penunjang klinis dan riwayat perbaikan menimbulkan Vankuronium  Imunisasi dengan risiko
disebabkan yang dan spasme spasme yang yang spesifik. imunisasi. setelah kematian 6-8 mg/hari Tetanus terjadinya
oleh dihasilkan yang menetap. penanganan dan  Kejang :  Pengawasa tetanus adalah
tetanospasmi oleh menetap  Pada tetanus DDX: pertama. gangguan diazepam n, agar tidak memotivasi
n. Ditandai Clostridium disertai sefalik ditemukan  Meningoensefaliti  Terjadi fungsi tubuh, dosis 0,5 ada untuk dilakukan
dengan Tetani) rasa sakit trismus, rhisus s, komplikasi, namun mg/kgBB/kali hambatan vaksinasi dan
spasme tonik pada otot sardonikus dan  Poliomielitis, seperti distres apabila i.v. fungsi penyuntikan
persisten sekitar. disfungsi  Rabies, sistem diobati perlahan- respirasi. ATS.
dengan  Tetanus nervus kranial.  Lesi orofaringeal, pernapasan. dengan cepat lahan dengan  Ruang
serangan yang sefalik  Pada tetanus  Rujukan dan tepat, dosis Isolasi untuk
jelas dan (wajah): umum/generalisat  Tonsilitis berat, ditujukan ke pasien dapat optimum menghindari
keras. trismus, a adanya: trismus,  Peritonitis, fasilitas sembuh 10mg/kali rangsang
disfagia, kekakuan leher,  Tetani (timbul pelayanan dengan baik. diulang setiap luar seperti
rhesus kekakuan dada dan karena kesehatan kali suara,
sardonikus, perut hipokalsemia dan sekunder yang kejang. diikuti cahayaruan
disfungsi (opisthotonus), memiliki pemberian gan redup
hipofasfatemia di
nerfus fleksi-abduksi dokter Diazepam per dan tindakan
mana
terhadap
cranial. lengan serta kadar kalsium dan spesialis oral (sonde
penderita.
 Tetanus ekstensi tungkai, fosfat dalam neurologi. lambung)
 Diet cukup
umum : kejang umum yang serum rendah), dengan dosis
kalori dan
trismus, dapat terjadi  keracunan 0,5/kgBB/kali protein
irritable, dengan rangsangan Strychnine, sehari 3500-4500
kekakuan ringan seperti sinar,  reaksi diberikan 6 kalori per
leher, suara dan sentuhan fenotiazine kali. Dosis hari dengan
susah dengan kesadaran maksimal 100-150 gr
menelan, yang tetap diazepam 240 protein
kekakuan baik. mg/hari
dada dan  Pada tetanus  Bila masih
perut, rasa neonatorum kejang
sakit dan ditemukan (tetanus yang
kecemasan. kekakuan dan sangat berat),
 Tetanus spasme dan posisi harus
neonatoru tubuh klasik: dilanjutkan
m : pada trismus, kekakuan dengan
bayi yang pada otot bantuan
lahir di punggung ventilasi
dukun menyebabkan mekanik,
(infeksi tali opisthotonus yang dosis
pusar) berat dengan diazepam
lordosis lumbal. dapat
ditingkatkan
sampai 480
mg/hari
dengan
bantuan
ventilasi
mekanik,
dengan atau
tanpa
kurarisasi.
 Anti Tetanus
Serum (ATS)
diberikan IM
diikuti
dengan
50.000 unit
dengan infus
IV lambat.
 Eritromisin:
50
mg/kgBB/hari
dalam 4
dosis, selama
10 hari
Bell’s Bells’palsy Penyebab  Paralisis  Kelemahan atau Laboratorium DX : Diagnosis Kriteria Rujukan Prognosis  Kortikosteroid  Lindungi Banyak latihan
Palsi adalah Bells’ palsy otot fasialis paralisis yang darah: ditegakkan 1. Bila dicurigai pada (Prednison) 1 mata.
paralisis tidak atas dan melibatkan saraf Darah lengkap, berdasarkan kelainan lain ( umumnya mg/kg atau 60 Perawatan
fasialis perifer diketahui bawah fasial (N VII) gula darah anamnesis, lihat diagnosis baik, kondisi mg/day selama mata:
idiopatik, yang (idiopatik), unilateral, mengakibatkan sewaktu, pemeriksaan fisik banding) terkendali 6 hari, lubrikasi
merupakan dan diduga dengan kelemahan wajah tes faal ginjal umum dan 2. Tidak dengan  Steroid ; okular
penyebab penyakit ini onset akut (atas dan bawah) (BUN/kreatinin neurologis (saraf menunjukkan pengobatan meningkatkan topikal
tersering dari merupakan (periode 48 satu sisi serum) kranialis, motorik, perbaikan pemeliharaan perbaikan dengan air
paralisis bentuk jam) (unilateral). sensorik, serebelum). 3. Terjadi . fungsi saraf mata
fasialis perifer polineuritis  Nyeri  Saat pasien diminta Bells’ palsy adalah kekambuhan kranial, jika artificial
unilateral. dengan auricular untuk tersenyum, diagnosis eksklusi. atau komplikasi diberikan pada (tetes air
kemungkinan posterior akan tampak onset awal mata
penyebabnya atau kelumpuhan otot DDX :  Apabila tidak buatan)
virus, otalgia, orbikularis 1. Stroke ada gangguan dapat
inflamasi, ipsilateral oris unilateral, dan vertebrabasilaris fungsi ginjal : mencegah
auto imun  Peningkata bibir akan tertarik (hemiparesis antiviral corneal
dan faktor n produksi ke sisi wajah yang alternans) (Asiklovir) exposure.
iskemik. air mata normal 2. Acoustic neuroma dapat  Fisioterapi
(epifora), (kontralateral). dan lesi diberikan atau
yang diikuti  Pada saat pasien cerebellopontine dengan dosis akupunktur
penurunan diminta untuk angle 400 mg oral 5 dapat
3. Otitis media akut dilakukan
produksi air mengangkat alis, atau kronik kali sehari setelah
mata yang sisi dahi yang 4. Sindroma Ramsay selama 7-10 melewati
dapat lumpuh terlihat Hunt (adanya lesi hari. Jika virus fase akut (+/-
mengakibat datar vesicular pada telinga varicella 2
kan mata  Pada fase awal, atau bibir) zoster minggu).
kering (dry pasien juga dapat 5. Amiloidosis dicurigai, dosis
eye), melaporkan 6. Aneurisma a. tinggi 800 mg
ipsilateral adanya vertebralis, a. oral 5 kali/hari.
 Hiperakusis peningkatan basilaris, atau a.
ipsilateral salivasi. Carotis
 Penurunan 7. Sindroma
rasa autoimun
pengecapan 8. Botulismus
pada lidah, 9. Karsinomatosis
ipsilateral 10. Cholesteatoma
telinga tengah
11. Malformasi
congenital
12. Schwannoma n.
Fasialis
13. Infeksi ganglion
genikulatum
14. Penyebab lain,
misalnya trauma
kepala
Kejang Kejang Demam,  Keluhan Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan DX: Kriteria Rujukan Prognosis  Diazepam - 1. Prognosis dari
Demam Demam (KD) Infeksi utama  tanda-tanda vital penunjang: 1. Kejang demam 1. Apabila kejang baik dan per rektal kejang demam.
adalah adalah dan kesadaran 1.Pemeriksaan sederhana tidak membaik tidak (0,5mg/kgBB) 2. Tidak ada
bangkitan kejang  Pada kejang hematologi a. Kejang umum setelah diberikan menyebabka atau BB < 10 peningkatan
kejang yang  tipe kejang, demam tidak rutin dan urin tonik, klonik atau obat n kematian kg diazepam risiko
terjadi pada lama, ditemukan rutin tonik-klonik. antikonvulsan rektal 5 mg , keterlambatan
kenaikan suhu frekuensi penurunan b. Durasi< 15 menit sampai lini BB > 10 kg sekolah atau
tubuh (suhu dan kesadaran. 2.Pemeriksaan c. Kejang tidak ketiga diazepam kesulitan
rektal > 38o C) kesadaran  Pemeriksaan lain atas berulang dalam 24 (fenobarbital). rektal 10 mg, intelektual
akibat dari pasca neurologi meliputi indikasi : jam. 2. Jika diperlukan atau akibat kejang
suatu proses kejang. kepala, ubun-ubun glukosa, 2. Kejang demam pemeriksaan lorazepam demam.
ekstra kranial  Umumnya besar, tanda elektrolit, kompleks penunjang (0,1 mg/kg) 3. Kejang
kejang rangsang pungsi lumbal. a. Kejang fokal atau seperti EEG dan  Dosis demam kurang
demam meningeal, pupil, fokal menjadi umum. pencitraan (lihat pemberian IV dari 30 menit
terjadi pada saraf kranial, b. Durasi> 15 menit indikasi EEG dan 0,3-0,5 tidak
anak dan motrik, c. Kejang berulang pencitraan) mg/kgBB/kali mengakibatkan
berlangsun tonus otot, refleks dalam 24 jam. dengan kerusakan otak.
g pada fisiologis dan maksimum 4. Risiko
permulaan patologis. DDX: pemberian kekambuhan
demam 1. Meningitis 20 mg. penyakit yang
akut 2. Epilepsi sama di masa
 serangan 3. Gangguan  Jika dengan 2 depan.
kejang metabolik, seperti: kali 5. Rendahnya
klonik gangguan elektrolit. pemberian risiko terkena
umum atau diazepam epilepsi dan
tonik rektal/intrav tidak adanya
klonik, ena masih manfaat
 Penting terdapat menggunakan
untuk kejang dapat terapi obat
ditanyakan diberikan antiepilepsi
riwayat fenitoin IV dalam
kejang dengan dosis mengubah risiko
sebelumny inisial 20 itu.
a mg/kgBB,
 kondisi diencerkan
medis yang dalam NaCl
berhubung 0,9% dengan
an, obat- pengenceran
obatan, 10 mg
 trauma, fenitoin
gejala dalam 1
infeksi, ml NaCl
 keluhan 0,9%, dengan
neurologis, kecepatan
nyeri atau pemberian
cedera 1mg/kgBB/m
akibat enit,
kejang. maksimum
 Riwayat 50 mg/menit,
kejang dosis inisial
maksimum
demam adalah 1000
dalam mg.
keluarga
juga perlu  Jika dengan
ditanyakan. fenitoin
masih
terdapat
kejang, dapat
diberikan
fenobarbital
IV dengan
dosis inisial
20 mg/kgBB,
tanpa
pengenceran
dengan
kecepatan
pemberian
20 mg/menit.
HIV/AID
tanpa
komplikas
i

Anda mungkin juga menyukai