Anda di halaman 1dari 68

PENGARUH AKTIVITAS FISIK DAN SOSIAL TERHADAP

FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI PEDUKUHAN


MURANGAN KABUPATEN SLEMAN
PROVINSI DIY

OLEH:
THERESIA HERESTUWITO NARU
2012-060-021

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMAJAYA


FAKULTAS KEDOKTERAN
2015
PENGARUH AKTIVITAS FISIK DAN SOSIAL TERHADAP
FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI PEDUKUHAN
MURANGAN KABUPATEN SLEMAN
PROVINSI DIY

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:
THERESIA HERESTUWITO NARU
2012-060-021

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMAJAYA


FAKULTAS KEDOKTERAN
2015

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan


dihadapan Tim Penguji karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Jakarta, 13 November 2015

Tim Penguji

Pembimbing Utama,

dr. Dyonesia Ary Harjanti Sp.P.A.

Pembimbing Pendamping,

dr. Nelly Tina Widjaja, M.S.

Penguji

Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S.

ii
PANITIA SIDANG UJIAN KARYA TULIS ILMIAH
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN

Jakarta, 13 November 2015

Ketua

dr. Dyonesia Ary Harjanti, Sp.P.A.

Anggota

dr. Nelly Tina Widjaja, M.S.

Anggota

Dr.dr. Yuda Turana, Sp.S.

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan tidak ada bagian dari
tulisan ini yang telah dipublikasikan dan merupakan hak intelektual pihak lainnya,
kecuali yang telah dinyatakan dalam referensi. Apabila saya melanggar pernyataan
ini, saya bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di
lingkungan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

NAMA : Theresia Herestuwito Naru


NIM : 2012-060-021

Jakarta, 13 November 2015

Theresia Herestuwito Naru

iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, saya yang
bertanda tangan dibawah ini :
Nama : THERESIA HERESTUWITO NARU
NIM / NIP : 2012-060-021
Program Studi : Sarjana Kedokteran
Fakultas : Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jenis Karya : Skripsi / tugas akhir / tesis / disertasi / Laporan Penelitian /
Makalah

Menyatakan bahwa demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk


memberikan kepada Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya hak menyimpan,
mengalih-media / format, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (date base),
mendistribusikannya, jika dalam waktu lebih 1 (satu) tahun belum dipublikasikan,
maka saya setuju penelitian saya dipublikasikan di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta
atas karya ilmiah saya berjudul :

“PENGARUH AKTIVITAS FISIK DAN SOSIAL TERHADAP FUNGSI


KOGNITIF PADA LANSIA DI PEDUKUHAN MURANGAN
KABUPATEN SLEMAN PROVINSI DIY”
Segala tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah
ini menjadi tanggung jawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 13 November 2015

Yang menyatakan,

( Theresia Herestuwito Naru)

v
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
Jakarta, 13 November 2013

ABSTRAK

Pengaruh Aktivitas Fisik dan Sosial Terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia di
Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY

THERESIA H. NARU
Dibimbing oleh : dr. DYONESIA A. HARJANTI Sp.P.A. dan dr. NELLY T.
WIDJAJA, M.S.

Pendahuluan. Provinsi DIY merupakan salah satu daerah dengan populasi lansia
terbanyak di Indonesia. Bertambahnya jumlah populasi lansia akan menyebabkan
meningkatnya prevalensi gangguan degeneratif, salah satunya adalah penurunan
fungsi kognitif. Aktivitas fisik dan aktivitas sosial memiliki peran dalam mencegah
penurunan fungsi kognitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh aktivitas fisik dan aktivitas sosial terhadap fungsi kognitif pada lansia di
Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
Metode. Desain penelitian deskriptif analitik, dengan metode cross sectional.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling. Jumlah
responden yang dilibatkan sebanyak 107. Populasi penelitian adalah lansia usia ≥ 60
tahun di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Pengambilan data
dengan menggunakan kuisioner, selanjutnya dianalisis dengan uji Chi Square dan
analisis regresi sederhana.
Hasil. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dan sosial dengan
fungsi kognitif (p=0,000; OR=25.1), (p=0.0000; OR=42.2). Aktivitas fisik
berpengaruh terhadap fungsi kognitif sebesar 33%, aktivitas sosial berpengaruh
terhadap fungsi kognitif sebesar 25,4%.
Simpulan. Aktivitas fisik dan sosial berpengaruh dalam menurunkan resiko
terjadinya gangguan fungsi kognitif pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten
Sleman, Provinsi DIY. Namun aktivitas fisik memiliki pengaruh yang lebih besar
dibandingkan aktivitas sosial.

Kata kunci : Aktivitas fisik, aktivitas sosial, fungsi kognitif, lansia.

vi
SCHOOL OF MEDICINE
ATMA JAYA CATHOLIC UNIVERSITY OF INDONESIA
Jakarta, November 13 2015

ABSTRACT

The Effect of Physical and Social Activity to Cognitive Function on Elderly at


Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY

THERESIA H. NARU
Mentored by dr. DYONESIA A. HARJANTI Sp.P.A. and dr. NELLY T.
WIDJAJA, M.S.

Backround. Yogyakarta province had the highest number of elderly population in


Indonesia. The increasing number of elderly population would increase the
prevalence of degeneration disorder, such as degraded cognitive function. Physical
and social activity had a contribution to prevent degraded cognitive function. The
goal of this research was to learn about the effect of physical and social activity to
cognitive function in elderly population at Pedukuhan Murangan, Sleman sub-
province, Yogyakarta province.
Methods. Analytic descriptive, cross sectional study. All of the samples were taken
by stratified random sampling. Total of the respondents were 107. The research
population was elderly more than 60 y.o. in Pedukuhan Murangan, Sleman sub-
province, Yogyakarta province. A questionnaire was used to collect all of the data
then would be analyzed with Chi Square test and simple regression analyze.
Result. There was a significant correlation between physical and social activity level
with cognitive function (p=0.0000; OR=25.1), (p=0.0000; OR=42.2). The influence
of physical activity to the cognitive function was 33%, the influence of social activity
to cognitive function was 25.4%.
Conclusion. Physical and social activity had effects on reducing the risk of cognitive
function disorder, but physical activity had bigger influence than social activity.

Key Words : Physical activity, social activity, cognitive function, elderly.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala
hikmat dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Fisik Dan Sosial Terhadap Fungsi Kognitif Pada
Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY”. Penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini mendapatkan dukungan dari banyak
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyempatkan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membimbing dan
memberikan dukungan dengan segala cara dalam proses penulisan sampai
penyelesaian karya tulis ini, terutama kepada :
1. dr. Dyonesia Ary H., Sp.P.A. selaku pembimbing utama Karya Tulis
Ilmiah.
2. dr. Nelly Tina Widjaja, M.S. selaku pembimbing pendamping Karya Tulis
Ilmiah.
3. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S. selaku penguji Karya Tulis Ilmiah.
4. Kepala Pedukuhan beserta seluruh Ketua RW/RT Pedukuhan Murangan
Kapupaten Sleman, Provinsi DIY.
5. Orang tua dan teman-teman penulis yang memberikan dukungan moral
dan spiritual.
6. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki kekurangan Karya Tulis Ilmiah ini di kemudian hari. Penulis juga
memohon maaf jika ada kata-kata penulis yang kurang berkenan. Akhir kata, penulis
berharap agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat. Atas perhatian yang
diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.
Jakarta, 13 November 2015

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................... . ii

LEMBAR PANITIA SIDANG............................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................... v

ABSTRAK............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR......................................................................................... viii

DAFTAR ISI......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL................................................................................................ xii

DAFTAR ISTILAH............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang........................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah....................................................................... 2
1.3. Tujuan........................................................................................ 2
1.3.1. Tujuan Umum................................................................ 2
1.3.2. Tujuan Khusus............................................................... 2
4.1. Manfaat Penelitian..................................................................... 3
1.4.1. Manfaat Bagi Masyarakat.............................................. 3
1.4.2. Manfaat Bagi Pemerintah.............................................. 3
1.4.3. Manfaat Bagi Pendidikan.............................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Lansia........................................................................................ 4
2.1.1. Definisi Lansia…………………………………........... 4
2.1.2. Penggolongan Lansia..................................................... 4
2.2. Aktivitas Fisik…………........................................................... 5
2.2.1. Definisi dan Manfaat Aktivitas Fisik............................. 5
2.2.2. Aktivitas Fisik pada Lansia............................................ 5
2.2.3. Pengukuran Aktivitas Fisik............................................ 6

ix
2.3. Aktivitas Sosial.......................................................................... 8
2.3.1. Definisi Aktivitas Sosial................................................. 8
2.3.2. Jenis Aktivitas Sosial...................................................... 8
2.3.3. Pengukuran Aktivitas Sosial........................................... 9
2.4. Fungsi Kognitif.......................................................................... 9
2.4.1. Definisi Fungsi Kognitif................................................ 9
2.4.2. Aspek Fungsi Kognitif................................................... 9
2.4.3. Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif............... 10
2.4.4. Fungsi Kognitif pada Lansia.......................................... 11
2.4.5. Pengukuran Fungsi Kognitif.......................................... 12
2.5. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Fungsi Kognitif................. 15
2.6. Pengaruh Aktivitas Sosial Terhadap Fungsi kognitif................ 16
2.7. Kerangka Teori........................................................................... 18

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS


3.1. Kerangka Konsep....................................................................... 19
3.2. Variabel dan Definisi Operasional............................................. 19
3.2.1. Jenis Kelamin................................................................. 19
3.2.2. Usia................................................................................ 19
3.2.3. Tingkat Pendidikan........................................................ 20
3.2.4. Aktivitas Fisik................................................................ 20
3.2.5. Aktivitas sosial............................................................... 20
3.2.6. Fungsi Kognitif.............................................................. 21
3.3. Hipotesis..................................................................................... 21

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


4.1. Desain Penelitian………............................................................ 22
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian…….............................................. 22
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian…….......................................... 22
4.3.1. Populasi Penelitian……................................................. 22
4.3.2. Sampel Penelitian……….............................................. 22
4.4. Estimasi Besar Sampel……………........................................... 22
4.5. Cara Pengambilan Sampel Penelitian……................................. 24
4.6. Kriteria Responden………........................................................ 24
4.6.1. Kriteria Inklusi…........................................................... 24
4.6.2. Kriteria Eksklusi……..................................................... 25
4.7. Cara Pengumpulan dan Alat Pengambilan Data........................ 25
4.8. Rencana Pengolahan Data dan Analisis Data…….................... 25

x
BAB V HASIL
5.1. Karakteristik Jenis Kelamin Lansia............................................ 27
5.2. Karakteristik Usia Lansia........................................................... 27
5.3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Lansia................................... 28
5.4. Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Lansia.................................. 28
5.5. Gambaran Tingkat Aktivitas Sosial Lansia................................ 29
5.6. Gambaran Fungsi Kognitif Lansia............................................. 29
5.7. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Jenis Kelamin
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 29
5.8. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Usia
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 30
5.9. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Tingkat Pendidikan
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 31
5.10. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Aktivitas Fisik
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 31
5.11. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Aktivitas Sosial
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 32
5.12. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Aktivitas Fisik
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 33
5.13. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Aktivitas Sosial
dengan Fungsi Kognitif Lansia.................................................. 33

BAB VI PEMBAHASAN................................................................................ 34

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN


7.1. Simpulan.................................................................................... 37
7.2. Saran.......................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 39

LAMPIRAN......................................................................................................... 45

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Pengukuran Aktivitas Fisik............................................................ 7


Tabel 2.2. Physical Activity Ratio (PAR) Berbagai Aktivitas Fisik................ 7
Tabel 5.1. Karakteristik Jenis Kelamin Lansia di Pedukuhan Murangan,
Kabupaten Sleman, Provinsi DIY................................................. 27
Tabel 5.2. Karakteristik Usia Lansia di Pedukuhan Murangan,
Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.................................................. 27
Tabel 5.3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Lansia di Pedukuhan
Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY............................... 28
Tabel 5.4. Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Lansia di Pedukuhan
Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY............................... 28
Tabel 5.5. Gambaran Tingkat Aktivitas Sosial Lansia di Pedukuhan
Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY............................... 29
Tabel 5.6. Gambaran Fungsi Kognitif Lansia di Pedukuhan
Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY............................... 29
Tabel 5.7. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Jenis Kelamin
dengan Fungsi Kognitif Lansia...................................................... 30
Tabel 5.8. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Usia dengan
Fungsi Kognitif Lansia................................................................... 30
Tabel 5.9. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Tingkat Pendidikan
dengan Fungsi Kognitif Lansia...................................................... 31
Tabel 5.10. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Aktivitas Fisik
dengan Fungsi Kognitif Lansia...................................................... 32
Tabel 5.11. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Aktivitas Sosial
dengan Fungsi Kognitif Lansia...................................................... 32
Tabel 5.12. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Aktivitas Fisik
dengan Fungsi Kognitif Lansia...................................................... 33
Tabel 5.13. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Aktivitas Sosial
dengan Fungsi Kognitif Lansia...................................................... 33

xii
DAFTAR ISTILAH

Lansia Lanjut Usia


AAIC Alzheimer’s Association International Conference
BkkBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana asional
BDNF Brain- Derived Neurotropic Factor
CDC Centers for Disease Control and Prevention
FITT Frequency, Intensity, Time, Type
HLD High Density Lipoprotein
IGF-1 Insulin Like Growth Factor
PAL Physical Activity Level
PAR Physical Activity Ratio
MCI Mild Cognitive Impairment
MMSE Mini Mental State Examination
MRI Magnetic Resonance Imagine
UHH Usia Harapan Hidup

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berstruktur tua, hal ini dapat dilihat
dari persentase penduduk lansia tahun 2008, 2009, dan 2012 yang telah mencapai
diatas 7% dari keseluruhan penduduk. Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, populasi lansia berjumlah 18 juta jiwa dan
akan meningkat menjadi 48 juta jiwa pada tahun 2035 dengan Usia Harapan Hidup
(UHH) lebih dari 75 tahun.1,2
Sejak tahun 1995 Provinsi DIY merupakan salah satu wilayah di Indonesia
dengan jumlah penduduk lansia tertinggi, yaitu sekitar 13,04 % dari total populasi
lansia di Indonesia.2 Salah satu daerah di Yogyakarta dengan angka UHH yang
tertinggi di Indonesia adalah Kabupaten Sleman. UHH penduduk di Kabupaten
Sleman mencapai 75,6 tahun, sedangkan UHH di tingkat Provinsi DIY adalah 73,2
tahun. Adapun jumlah penduduk pra usia lanjut (45-59 tahun) sejumlah 53.146
(4,87%) jiwa dan penduduk lansia (>60 tahun) sejumlah 55.967 (5,13%) jiwa, dari
total penduduk 1.090.567 jiwa.3,4
Bertambahnya jumlah populasi lansia akan menyebabkan meningkatnya
prevalensi gangguan degeneratif, salah satunya ialah penurunan fungsi kognitif.
Penurunan fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa yaitu bentuk gangguan kognitif
yang paling ringan, dan kemudian bisa berlanjut menjadi demensia sebagai bentuk
gangguan kognitif yang paling berat.5 Perubahan-perubahan yang diakibatkan karena
penurunan fungsi kognitif dapat menurunkan kemandirian dan kualitas hidup para
lansia sehingga hal ini perlu diatasi.
Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat dicegah dengan melibatkan
lansia pada kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulasi otak seperti terlibat dalam
aktivitas sosial, aktivitas fisik dan aktivitas mental.6 Milfa dkk dalam jurnal
kesehatannya mengatakan bahwa aktivitas fisik seperti latihan ketahanan dan
berjalan dapat meningkatkan fungsi kognitif pada orang dewasa tua termasuk mereka
yang telah didiagnosis mengalami gangguan kognitif ringan.7 Selain aktif secara fisik

1
2

aktivitas sosial dinilai dapat memperbaiki kondisi kesehatan umum, mengurangi


depresi dan menumbuhkan kebiasaan hidup sehat bagi para lansia.
Berbagai kegiatan yang menstimulasi otak seperti aktifitas fisik dan sosial
dapat membantu lansia terhindar dari penurunan fungsi kognitif. Belum banyak
penelitian di Indonesia khususnya di daerah Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang
meneliti secara bersamaan pengaruh dari kedua aktivitas tersebut. Maka dari itu,
peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh dari tingkat aktivitas fisik dan
aktivitas sosial terhadap fungsi kognitif lansia serta mengetahui aktivitas mana yang
lebih mempengaruhi fungsi kognitif lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten
Sleman, Provinsi DIY.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi kognitif
lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Mengetahui pengaruh aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi
kognitif pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman,
Provinsi DIY.

1.3.2. Tujuan Khusus


 Mengetahui gambaran tingkat aktivitas fisik yang dilakukan lansia
di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
 Mengetahui gambaran tingkat aktivitas sosial yang dilakukan
lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
 Mengetahui gambaran fungsi kognitif lansia di Pedukuhan
Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
 Mengetahui hubungan aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi
kognitif pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman,
Provinsi DIY.
 Mengetahui pengaruh aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi
kognitif pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman,
Provinsi DIY.
3

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.4. Bagi Masyarakat


Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi
DIY tentang pengaruh positif dari aktivitas fisik dan sosial bagi
lansia, sehingga dapat membantu mencegah penurunan fungsi
kognitif pada lansia.

1.4.2. Bagi Pemerintah


Sebagai bahan literatur bagi pihak pemerintah tentang aktivitas yang
dapat membantu mencegah penurunan fungsi kognitif dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup lansia di Pedukuhan Murangan,
Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.

1.4.3. Bagi Pendidikan


Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain untuk mengembangkan
penelitian berikutnya yang serupa.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lansia

2.1.1. Definisi Lansia


Fatmah dalam bukunya yang berjudul “Gizi Usia Lanjut”
menyebutkan bahwa lansia merupakan kelompok orang yang sedang
mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu
tertentu.9 Pengertian lansia dibedakan menjadi 2 macam yaitu lansia
kronologis dan lansia biologis. Lansia kronologis dapat dihitung berdasarkan
kalender sedangkan lansia biologis menunjukan kondisi jaringan sebenarnya.
Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan
fisik karena perubahan struktur, fungsi sel, jaringan serta sistem organ.10,11
Menurut Erik Erickson, tahap lansia merupakan tahap integrity versus
despair, yaitu individu yang sukses melampaui tahap ini akan dapat
beradaptasi dengan baik, menerima berbagai perubahan yang terjadi dengan
tulus. Sebaliknya mereka yang gagal akan melewati tahap ini dengan penuh
pemberontakan. Sukses atau tidaknya seseorang melewati tahap ini
dipengaruhi oleh kematangan kepribadian dari fase perkembangan
sebelumnya, dukungan dari lingkungan, dan peristiwa hidup yang pernah
dihadapi.12

2.1.2 Penggolongan Lansia


Organisasi kesehatan dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4
kelompok:13
 kelompok usia pertengahan (middle age) : usia 46-59 tahun
 lansia (elderly) : usia 60-74 tahun
 tua (old) : usia 75-90 tahun
 sangat tua : > 90 tahun.
Sementara di Indonesia, Undang-Undang no 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia menetapkan bahwa batasan umur lansia di Indonesia
adalah 60 tahun ke atas yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
5

kegiatan maupun yang sudah tidak potensial lagi yang hidupnya tergantung
pada bantuan orang lain.1,11,14

2.2. Aktivitas Fisik

2.2.1. Definisi dan Manfaat Aktivitas Fisik


Menurut World Health Organization (WHO) aktivitas fisik adalah
setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot rangka sehingga
menghasilkan energi yang berfungsi untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan
mental.15 Segala bentuk aktivitas fisik yang bermanfaat untuk kesehatan
lansia sebaiknya memenuhi kriteria Frequency, Intensity, Time, Type (FITT).
Frekuensi adalah seberapa sering aktivitas dilakukan. Intensitas adalah
seberapa keras suatu aktivitas dilakukan. Waktu mengacu pada seberapa lama
suatu aktivitas dilakukan dalam satu pertemuan. Sedangkan jenis aktivitas
adalah jenis-jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh para lansia.16
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) aktivitas
fisik memberikan beberapa manfaat kesehatan antara lain :17
 Aktivitas fisik menurunkan rasio kematian akibat penyakit
hipertensi, stroke, dan penyakit kardiovaskuler.
 Aktivitas fisik dapat menurunkan risiko jatuh dan fraktur pada
lansia serta meningkatkan kemampuan lansia untuk
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
 Aktivitas fisik meningkatkan kesehatan mental, menurunkan
risiko depresi serta menurunkan gejala gangguan tidur yang
sering dialami lansia.

2.2.2. Aktivitas Fisik pada Lansia


Menurut Howley (2001) aktivitas fisik dapat dibagi menjadi dua yaitu
aktivitas fisik diwaktu senggang (leissure time physical activity) dan aktivitas
fisik pada waktu bekerja (occupational). Aktivitas fisik yang dapat dilakukan
lansia diwaktu senggang contohnya seperti berjalan, olahraga ringan,
memasak, berkebun, menyapu, mencuci piring, memasak, dan mengerjakan
pekerjaan rumah tangga. Menurut WHO, aktivitas tersebut sekurang-
kurangnya dapat dilakukan selama 75-150 menit untuk membantu menjaga
fleksibilitas otot serta menjaga keseimbangan lansia. Contoh aktivitas pada
saat bekerja antara lain, berdiri pada saat menjaga toko, menggunakan
6

transportasi umum, serta mengangkat beban yang ringan/berat. Aktivitas


tersebut bermanfaat bagi lansia karena membantu tubuh agar tetap bergerak
aktif dan stabil.18-20 Menurut Fatmah dalam buku berjudul “Asupan Gizi
Lansia”, aktivitas fisik yang dilakukan lansia sebaiknya memenuhi ketiga
unsur berikut:9
 Ketahanan (endurance)
Aktivitas fisik yang bersifat ketahanan, dapat membantu
jantung, paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat.
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : jalan kaki,
lari ringan, senam, berkebun.
 Kelenturan (flexibility)
Ativitas fisik yang bersifat kelenturan dapat membantu
pergerakan menjadi lebih mudah, mempertahankan otot tubuh
tetap lentur, dan membuat sendi berfungsi dengan baik.
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : mencuci
pakaian atau mobil dan mengepel lantai.
 Kekuatan (strength)
Aktivitas fisik yang bersifat kekuatan dapat membantu kerja
otot tubuh dalam menahan suatu beban yang diterima,
menjaga tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh,
serta membantu mencegah osteoporosis. Contoh beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : naik turun tangga,
mengangkat beban berat, dan membawa belanjaan.

2.2.3. Pengukuran Aktivitas Fisik


Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengukur
aktivitas fisik adalah recall kuisioner. Metode ini terbilang murah dan lebih
cepat. Aktivitas fisik akan dikategorikan berdasarkan nilai Physical Activity
Level (PAL).22
7

Tabel 2.1 Pengukuran Aktivitas Fisik


Kategori Aktivitas Fisik Nilai PAL
Sangat Ringan 1,20 – 1,39
Ringan 1,40 – 1,69
Sedang 1,70 – 1,99
Berat 2,00 – 2,40

Dalam pengukuran ini, akan dihitung total kalori yang dikeluarkan responden
dalam melakukan aktivitas fisik berdasarkan tabel nilai Physical Activity Ratio
(PAR) kemudian dimasukkan dalam rumus PAL.

Ʃ (Lama melakukan aktivitas x Physical Activity Ratio)


Physical Activity Level (PAL) =
24 jam

Tabel 2.2. Physical Activity Ratio (PAR) Berbagai Aktivitas Fisik22


Aktivitas Physical Activity
Ratio
Tidur 1,0
Menggunakan transportasi umum 1,2
Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol) 1,4
Makan 1,5
Duduk (bekerja kantor, menjaga toko) 1,5
Mengendarai mobil/berjalan jarak dekat 2,0
Memasak 2,1
Membawa barang belanjaan 2,2
Mandi dan berpakaian 2,3
Menyapu, mencuci baju dan piring tanpa mesin 2,3
Mengepel lantai / menyikat lantai 2,8
Berjalan jauh 3,2
Berkebun / bertani 4,1
Olahraga ringan (senam, lari ringan) 4,2
8

2. 3. Aktivitas Sosial

2.3.1. Definisi Aktivitas Sosial


Menurut Papilla dan Odds dalam bukunya yang berjudul “Adult
Development and Aging”, aktivitas sosial adalah kegiatan yang dilakukan
bersama-sama dan sifatnya informal dan bukannya aktivitas yang sifatnya
soliter, seperti menonton tv, membaca, atau mengerjakan berbagai hobi.23

2.3.2. Jenis Aktivitas Sosial


Usia tua bukan merupakan halangan untuk tetap aktif dalam
lingkungan masyarakat. Aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas
sosial seperti dikemukan Mathuranath dalam Activities of Daily Living Scale
for Elderly People adalah lansia mampu berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya bersama lansia lainnya atau orang-orang terdekat, menjalankan
hobi atau aktif dalam aktivitas kelompok.24 Selain aktivitas tersebut, Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkBN) pada tahun 2012
merekomendasikan beberapa aktivitas sosial yang berguna bagi lansia antara
lain :25
 Kegiatan spiritual di bidang keagamaan, dalam rangka
menyipakan lansia dalam menghadapi hari depan.
 Kegiatan gotong royong untuk memupuk kebersamaan.
 Kegiatan bakti sosial
 Kegiatan ekonomi produktif bagi lansia yang ingin dan
berminat untuk menambah penghasilan
 Kegiatan penyaluran hobi dan bakat, seperti bidang kesenian,
budaya dan kerajinan.
 Menjadi guru tamu (membagikan pengalaman). Lansia dapat
bekerjasama dengan PAUD, TK, SD yang ada di dekat
lingkungannya
 Menjadi pendamping kegiatan sosial kemasyarakatan bagi
lansia yang mempunyai keahlian tertentu, misalnya
pendamping Posyandu oleh lansia yang ahli di bidang
kesehatan.
 Menjadi “Bapak atau Orang tua Asuh”, bagi lansia peduli
yang ingin bersedekah dengan hartanya.
9

2.3.3. Pengukuran Aktivitas Sosial


Aktivitas sosial lansia dapat diukur dari banyaknya waktu dan
kegiatan dalam berinteraksi sosial misalnya berpartisipasi dalam kelompok
keagamaan atau politik, rekreasi bersama, bermain kartu, kelompok olahraga
dan berbagai aktivitas sosial lainnya yang melibatkan interaksi antar
individu.26,27
Pengukuran aktivitas sosial dilakukan menggunakan kuisioner
wawancara. Kuisioner terdiri dari 10 pertanyaan yang dimodifikasi dari
beberapa jurnal mengenai hubungan aktivitas sosial dan fungsi kognitif pada
lansia.26,28,29 Hasil dari pengukuran aktivitas sosial dikategorikan menjadi 2
jenis yaitu “Aktif” yakni lansia yang sering terlibat dalam beberapa kegiatan
sosial, dan “Kurang aktif’’ yakni lansia kurang berpartisipasi dalam beberapa
kegiatan sosial atau sama sekali tidak mengikuti kegiatan sosial.

2.4. Fungsi kognitif

2.4.1. Definisi Fungsi Kognitif


Dalam Buku Ajar Psikiatri, kognitif didefinisikan sebagai kemampuan
untuk mengenal atau mengetahui mengenai benda atau keadaan atau situasi,
yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas intelejensi
seseorang.30

2.4.2. Aspek Fungsi Kognitif


Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut, antara lain
:31-33
a) Orientasi
Orientasi merupakan kemampuan dalam mengenali
lingkungan yang meliputi kemampuaan untuk mengenali
dimana seseorang berada (orientasi tempat) dan kemampuan
seseorang untuk mengenali waktu (orientasi waktu).
b) Atensi (pemusatan perhatian)
Atensi merupakan kesadaran selektif seseorang untuk bereaksi
atau memperhatikan satu stimulus tertentu, dengan mampu
mengabaikan stimulus lain yang tidak dibutuhkan. Untuk
mempertahankan atensi dalam periode yang lama dibutuhkan
sebuah konsentrasi. Gangguan atensi dan konsentrasi akan
10

mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa,


dan fungsi eksekutif.
c) Bahasa
Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi. Komponen
ini meliputi kemampuan pengulangan, penamaan, pengertian
verbal, pengertian membaca dan menulis tulisan.
d) Memori
Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian
informasi, proses penyimpanan serta proses mengingat
berdasarkan neurologi klinis memori dapat dibagi menjadi 3
kategori yaitu immediated memori, recent memori dan remote
memori.
e) Visuospasial ( pengenalan ruang )
Kemampuan visuospasial berhubungan dengan persepsi visual
dari hubungan-hubungan ruang. Contoh dari kemampuan
visual adalah kemampuan menggambar atau meniru berbagai
macam gambar dan menyusun balok-balok.

2.4.3. Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif


Selain aktivitas, ada beberapa faktor lain yang berhubungan dengan
fungsi kognitif, yaitu.34,35
a) Usia
Dengan meningkatnya usia terjadi perubahan fungsi kognitif
sesuai dengan perubahan struktur dan fungsi otak. Hasil dari
pengukuran fungsi kognitif pada lansia adalah terjadi
perubahan 16% pada kelompok umur 65-69 tahun, 21% pada
70-74 tahun, 30% pada 75-79 tahun, dan 44% pada 80 tahun
keatas.
b) Pendidikan
Studi menunjukan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi
beresiko rendah menderita penurunan fungsi kognitif.
Sedangkan tingkat pendidikan rendah berhubungan dengan
penurunan fungsi kognitif yang lebih cepat.
11

c) Jenis Kelamin
Perempuan lebih banyak mengalami penurunan fungsi kognitif
dibandingkan laki-laki. Penurunan fungsi kognitif umum dan
memori verbal dikaitkan dengan rendahnya level estradiol
dalam tubuh. Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif
yaitu dapat membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta
sebagai pelindung sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien
Alzheimer.
d) Genetik
Penyakit Alzheimer merupakan penyebab yang paling sering,
ditemukan pada 50-60% pasien demensia. Penyakit ini
merupakan sebuah penyakit genetik heterogen yaitu pada alel
apolipoprotein EE4 di kromosom 19 pada q13.2.
e) Gaya Hidup
Kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok dinilai dapat
menurunkan fungsi kognitif seseorang. Sebaliknya, memiliki
gaya hidup yang lebih sehat dengan cara mengonsumsi
makanan yang bergizi, rutin melakukan aktivitas fisik dan
aktif bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dapat mencegah
penurunan fungsi kognitif.
f) Penyakit Hipertensi, Jantung dan Diabetes Melitus
Penyakit hipertensi dan jantunng dapat mengakibatkan
penurunan fungsi kognitif karena dihubungkan dengan
meningkatnya aterosklerosis, dan jumlah plak neuritik di
hipokampus. Begitu pula dengan penyakit diabetes mellitus
yang melibatkan beberapa proses vaskular dan inflamasi yang
dapat menyebabkan gangguan sistem pembuluh darah
termasuk di otak. Penyakit hipertensi, jantung dan diabetes
lebih sering dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif
berupa dimensia vaskuler.

2.4.4. Fungsi Kognitif Pada Lansia


Ketika seseorang memasuki usia lanjut terjadi berbagai perubahan.
Kemampuan kognitif, yang berupa belajar, mengingat dan kecerdasan akan
12

menurun bersamaan dengan meningkatnya umur seseorang. Hal ini diperkuat


oleh Neil Charness dalam beberapa studinya yang mengatakan bahwa fungsi
kognitif seperti ingatan, perhatian dan kecepatan memproses semuanyanya
mengalami penurunan. Sebuah studi pencitraan otak menjelaskan bahwa di
usia >50 tahun seseorang akan mengalami perubahan volume otak. Volume
hipokampus, struktur serebral yang memainkan peranan penting dalam fungsi
memori akan menurun setidaknya 0,86% pertahun dimulai dari usia 28
hingga 82 tahun.6
Kemunduran fungsi kognitif dapat berupa bentuk gangguan kognitif
yang paling ringan yaitu mudah lupa, yang diperkirakan dikeluhkan oleh 39%
lanjut usia yang berusia 50-59 tahun dan meningkat menjadi lebih dari 85% pada
usia lebih dari 80 tahun. Di fase ini fungsi kognitif seseorang masih bisa
berfungsi normal meskipun mulai sulit mengingat kembali informasi yang telah
dipelajari. Mudah lupa ini bisa berlanjut menjadi gangguan kognitif ringan (Mild
Cognitive Impairment) sampai ke demensia sebagai bentuk klinis yang paling
berat. Demensia adalah suatu kemunduran intelektual berat dan progresif yang
mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari seseorang.5
Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa menjadi tua ditandai
oleh kemunduran kognitif antara lain sebagai berikut:36
 Mudah lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
 Ingatan kepada hal-hal pada masa muda lebih baik daripada
hal-hal yang baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah
nama-nama
 Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang
tempat mundur, karena daya ingat sudah mundur dan juga
karena penglihatan biasanya sudah mundur.
 Skor yang dicapai dalam tes intelegensi menjadi lebih rendah
 Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru

2.4.5. Pengukuran Fungsi Kognitif


Pengukuran fungsi kognitif dilakukan dengan menggunakan kuisioner
Mini Mental State Examination (MMSE). Pemeriksaan ini merupakan
prosedur baku secara umum dan sering dipakai dalam beberapa penelitian
untuk mengukur fungsi kognitif pada lansia. Aspek kognitif yang diuji dalam
13

tes ini adalah kemampuan orientasi waktu dan tempat, registrasi, atensi dan
kalkulasi, memori, kemampuan bahasa serta konstruksi visual. Intrepretasi
hasil MMSE berbeda-beda. Secara umum jika hasil skor < 24 maka dianggap
abnormal. Berdasarkan pendidikannya jika pendidikan terakhir sampai tingkat
ke 8 maka skor 21 menunjukann adanya gangguan fungsi kognitif. Jika
pendidikan terakhir SMA < 23 berarti abnormal dan berpendidikan terakhir di
bangku kuliah < 24 adalah abnormal. Sedangkan berdasarkan tingkat
keparahan, skor 24 menunjukan tidak ada gangguan kognitif, skor 18-23
menunjukan mild Cognitive Impairment (MCI) dan skor 0-17 menunjukan
gangguan kognitif berat.37
Cara mengukur dengan MMSE yaitu :
a. Orientasi (10 point)
Pemeriksa akan memberikan pertanyaan tentang nama, tahun,
musim, tanggal, hari, bulan, negara, provinsi, kota, atau letak
suatu tempat sesuai dengan waktu saat pemeriksaan
dilaksanakan. Untuk setiap jawaban yang benar, akan
diberikan nilai 1.
b. Registrasi (3 poin)
Pemeriksa akan menyebutkan 3 kata yang tidak saling
berhubungan dengan suara yang jelas dan perlahan, setelah itu
pemeriksa akan meminta peserta untuk mengulanginya.
Jumlah kata yang disebutkan dengan benar pada pengulangan
pertama menentukan nilainya (0-3). Bila peserta tidak
mengulang dengan lengkap seluruh 3 kata tersebut pada
pengulangan pertama, maka pemeriksa akan mengulangi
kembali kata-kata tersebut sampai peserta dapat
mengulanginya tiga kali, lakukan hal ini sebanyak 6 kali
percobaan. Pemeriksa akan mencatat jumlah pengulangan
yang pemeriksa lakukan sampai peserta dapat mengulanginya.
Bila pada akhirnya peserta tidak dapat mengulangi ketiga kata
tersebut, maka ingatan tidak dapat diperiksa secara bermakna.
Setelah menyelesaikan prosedur di atas, pemeriksa akan
memberitahu peserta, “Cobalah untuk mengingat kata yang
telah diucapkan, nanti akan saya tanyakan kembali.”
14

c. Atensi dan Kalkulasi (5 poin)


Pemeriksa akan meminta peserta untuk menghitung mundur
dengan selisih 7 angka dari angka 100. Pemeriksa akan
menghentikan perhitungan setelah 5 kali pengurangan (93, 86,
79, 72, 65). Selanjutnya, pemeriksa akan menghitung jumlah
jawaban yang benar. Jika peserta, tidak dapat melakukan
hitung mundur, pemeriksa akan meminta peserta untuk
mengeja kata “wahyu” dari huruf terakhir sampai huruf
pertama. Nilai tes ini sesuai huruf yang disebutkan dengan
benar (misalnya uyhaw=5, uyahw=3).
d. Mengingat (3 poin)
Pemeriksa meminta pasien untuk mengulangi 3 kata yang
telah disebutkan sebelumnya ( nomer 2 ). Jumlah nilai
dihitung dari jawaban yang benar (0-3).
e. Bahasa dan Frase (9 poin)
 Memberi nama:
Pemeriksa menunjukkan kepada peserta sebuah jam
tangan dan menanyakan kepadanya apa nama benda
tersebut, pemeriksa akan melakukan hal yang sama
dengan menggunakan pensil. Nilailah setiap jawaban
yang benar (0-2).
 Repetisi:
Pemeriksa meminta peserta untuk mengulangi kalimat
yang telah diucapkan. Kesempatan pengulangan hanya
sekali. Pemeriksa memberi nilai 0 atau 1.
 3 Perintah :
Pemeriksa memberi peserta sebuah kertas kosong dan
meminta peserta untuk melakukan instruksi berikut :
 “Peganglah kertas tersebut dengan tangan kanan!”
 “Lipatlah menjadi dia bagian!”
 “Letakkan kertas tersebut di lantai!”
Pemeriksa akan memberikan nilai pada setiap perintah
yang dijalankan dengan benar (0-3 poin)
15

 Membaca
Pemeriksa akan menuliskan sebuah kalimat pada
selembar kertas kosong. “Tutuplah mata anda!” dalam
huruf yang cukup besar sehingga peserta dapat melihat
tulisan tersebut dengan jelas. Pemeriksa meminta peserta
untuk membaca kalimat tersebut dan melakukan perintah
tersebut. Pemeriksa akan memberikan nilai 1 bila peserta
dapat menutup mata langsung. Ini bukanlah penilaian
memori, maka pemeriksa akan meminta peserta untuk
melakukan perintah tersebut dengan cepat.
 Menulis
Pemeriksa akan memberi peserta selembar kertas kosong
dan meminta peserta untuk menulis sebuah kalimat
untuk pemeriksa. Kalimat yang dituliskan tidak
didiktekan, pemeriksa akan meminta peserta menulis
secara spontan. Kalimat tersebut harus terdiri atas subjek
dan predikat, serta memiliki makna. Tata bahasa dan
tanda kalimat yang benar tidak terlalu diperhitungkan.
 Menyalin
Pemeriksa akan menunjukkan 2 gambar segilima yang
saling berpotongan dan meminta peserta untuk menyalin
gambar tersebut. 10 sudut yang terdapat pada segilima
harus tampak dan kedua segilima harus berpotongan,
abaikan garis yang tidak lurus dan rotasi. Pemeriksa akan
memberi nilai 1 pada gambar tersebut.

2.5. Pengaruh Aktifitas Fisik Terhadap Fungsi Kognitif

Beberapa studi telah menyimpulkan adanya pengaruh positif dari aktifitas


fisik terhadap penurunan fungsi kognitif pada lansia. Aktifitas fisik dinilai dapat
meningkatkan peredaan darah serta suplai nutrisi dan perfusi ke otak, peningkatan
level dopamine, meningkatkan lipoprotein serta meningkatkan produksi endhotelial
nitric oxide. Efek langsung terhadap otak yaitu memelihara struktur saraf dan
meningkatkan perluasan serabut saraf, sinaps dan kapilaris. sehingga mengurangi
resiko terjadinya penurunan fungsi kognitif.7,38,39
16

Pada aktifitas fisik terjadi peningkatan faktor neurotropic salah satunya yaitu
produksi Brain-Derived Neurotropic Factor (BDNF) yang berperan banyak dalam
menjaga fungsi otak antara lain sebagai mediator penghubungan sel saraf dan,
sebagai neuroprotektif, neuroplastisitas, serta dapat meningkatkan volume
hipocampus.40 BDNF merupakan faktor yang baik dalam memediasi manfaat jangka
panjang dari aktifitas fisik terhadap otak. Pada berbagai penelitian terhadap hewan
dan manusia, meningkatnya neurotropin yang melindungi susunan saraf berhubungan
dengan meningkatnya aktivitas fisik, dan efek fisiologis ini mempunyai manfaat
positif terhadap fungsi kognitif pada otak yang sedang mengalami penuaan.41 Sebuah
studi mengatakan bahwa terjadi peningkatan kadar BDNF pada seseorang yang
melakukan latihan ketahanan selama 3 bulan.42
Peningkatan produksi Insulin Like Growth Factor (IGF-1) juga memainkan
peranan yang baik dalam neurogenesis dan angiogenesis terutama dalam hal
meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan saraf. Level serum IGF-1 meningkat
pada lansia yang melakukan aktivitas fisik sedang dan berat selama 6 bulan.43 Selain
itu aktivitas fisik juga meningkatkan level high density lipoprotein (HDL) yang
dianggap terlibat dalam mempertahankan integritas sistem saraf dan fungsi
kognitif.44
Bherer dan kawan-kawan dalam penelitiannya menggunakan MRI terhadap
165 lansia non-demensia, menemukan bahwa peningkatan aktifitas kebugaran
berhubungan dengan struktur hippocampus yang berkorelasi dengan peningkatan
fungsi memori yang lebih baik.6 Sedangkan sebuah studi neuroimaging lain
menunjukan bahwa latihan aerobik rutin selama 6 bulan meningkatkan volume
substansia alba dan grisea terutama yang terletak di korteks prefrontal. 45

2.6. Pengaruh Aktifitas Sosial Terhadap Fungsi Kognitif

Pada lansia, mereka yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial diketahui
dapat membantu menstimulasi fungsi kognitif dan memperlambat terjadinya
kepikunan.29 Aktifitas sosial mendatangkan efek positif bagi psikologi seseorang
dintaranya menimbulkan rasa kepercayaan diri, sehingga berdampak baik bagi fungsi
kognitif lansia. Efek positif tersebut dapat mengaktifasi struktur neural dan sistem
mesolimbik sehingga mendatangkan efek protektif bagi kesehatan.46,47
Beberapa penelitian mengatakan bahwa aktifitas sosial bersifat menstimulasi
dan menjaga fungsi kognitif, memperbaiki kondisi kesehatan umum dan mengurangi
17

risiko terkena penyakit kardiovaskuler, mengurangi depresi dan menumbuhkan


kebiasaan hidup sehat.8,48,49
Ertel dkk mendapatkan bahwa setiap penambahan skor aktifitas sosial
berhubungan dengan meningkatnya level fungsi kognitif secara umum dan
menurunkan resiko gangguan fungsi kognitif.50 Berdasarkan penelitian yang
dilakukan pada lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif lebih lanjut,
aktivitas sosial memiliki pengaruh tidak langsung dalam memperlambat proses
patologi pada otak yang berhubungan dengan fungsi kognitif sehingga dapat
menurunkan risiko demensia.51
Sebuah penelitian di California menemukan bahwa koneksi sosial yang aktif
merupakan faktor protektif bagi fungsi kognitif seseorang. Aktifitas dan koneksi
sosial bahkan berperan dalam memperlambat kejadian demensia dan penyakit
Alzheimer.52 Sebuah studi lain tentang hubungan antara keterikatan sosial dan
kejadian penurunan kognitif dalam suatu komunitas lansia juga menunjukan bahwa
lansia dengan keterikatan dan aktifitas sosial yang tinggi mempunyai resiko
penurunan fungsi kognitif yang lebih lambat.28
18

2.7. Kerangka Teori

Peningkatan volume
substansia grisea

Menurunkan tekanan
darah
Aktivitas Fisik :
 Ketahanan
Meningkatkan HDL
 Kelenturan
 Kekuatan F
Mempertahankan U
plastisitas saraf
N

Meningkatkan S
produksi IGF-1
I

Memperbaiki
kesehatan umum
Aktivitas Sosial :
 Kegiatan sosial :
keagamaan,
Mengurangi depresi
K
olahraga,
persahabatan, O
hobi, gotong
Menimbulkan
royong kepercayaan diri
G
 Menjadi guru
tamu dan N
pendamping
Meningkatkan fungsi
sosial memori I

T
Usia
I

F
Pendidikan

Faktor lain Jenis kelamin

Penyakit atau kondisi


lain yang
menyebabkan
gangguan pada otak
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL , HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Aktivitas Fisik

Aktivitas Sosial Fungsi Kognitif pada


Lansia

Faktor Lain

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1. Jenis kelamin


 Definisi operasional : ciri-ciri dari penampilan fisik seseorang
yang menunjukan perbedaan biologis laki-laki dan perempuan.
 Cara ukur : wawancara
 Alat ukur : kuisioner
 Hasil ukur : 0 = laki-laki
1 = perempuan
 Skala ukur : nominal

3.2.2. Usia
 Definisi operasional : usia responden dalam hitungan tahun,
dari lahir hingga ulang tahun terakhir pada saat dilakukan
wawancara.
 Cara ukur : wawancara
 Alat ukur : kuisioner
 Hasil ukur : 0 = 60-74
1 = 75-90
 Skala ukur : nominal

19
20

3.2.3. Tingkat Pendidikan


 Definisi operasional : tingkat pendidikan formal yang telah
diselesaikan responden. Tidak terhitung pendidikan yang
sedang dijalani.
 Cara ukur : wawancara
 Alat ukur : kuisioner
 Hasil : 0 = rendah ≤ SMP
1 = tinggi ≥ SMA
 Skala ukur : ordinal

3.2.4. Aktivitas fisik


 Definisi operasional : setiap gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh kontraksi otot dan memenuhi unsur ketahanan, kekuatan,
kelenturan rangka sehingga menghasilkan energi yang
berfungsi untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan mental.
 Cara ukur : wawancara
 Alat ukur : kuisioner
 Hasil : Sangat Ringan: 1,20 - 1,39
Ringan: 1,40 - 1,69
Sedang: 1,70 - 1,99
Berat: 2,00 - 2,40
 Skala : ordinal

3.2.5. Aktivitas sosial


 Definisi operasional : kegiatan yang dilakukan bersama-sama
dan sifatnya informal dan bukannya aktivitas yang sifatnya
soliter, seperti menonton tv, membaca, atau mengerjakan
berbagai hobi.
 Cara ukur : wawancara
 Alat ukur : kuisioner
 Hasil : Kurang aktif : 0-14
Aktif : 15-30
 Skala : ordinal
21

3.2.6. Fungsi Kognitif


 Definisi operasional : pekerjaan yang dengannya kita menjadi
waspada akan objek pikiran atau persepsi, mencakup semua
aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan.
 Cara ukur : wawancara
 Alat ukur : kuisioner
 Hasil : ≥ 24 : tidak ada gangguan
18-23 : MCI
0-17 : gangguan kognitif berat
 Skala ukur : ordinal

3.3. Hipotesis

 Aktivitas fisik dan sosial berpengaruh dalam mencegah penurunan fungsi


kognitif.
 Aktivitas fisik lebih berpengaruh dalam mencegah penurunan fungsi
kognitif dibanding aktivitas sosial.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif


analitik, cross sectional.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan selama 25 hari pada tanggal 10 Desember 2014 – 3


Januari 2015 di Padukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian


 Populasi Target
Populasi target penelitian adalah seluruh lansia usia ≥ 60 di
Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian adalah seluruh lansia usia ≥ 60 di
Padukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lansia usia ≥ 60 tahun
pertanggal 10 Desember 2014 dan bertempat tinggal di Padukuhan
Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang memenuhi kriteria inklusi.

4.4. Estimasi Besar Sampel

Perhitungan jumlah menggunakan rumus :


n= (Zα)2PQ
d2
Keterangan :
Zα : derivat baku alpha (96%)
p : prevalensi tidak diketahui jadi peneliti mengunakan nilai 0,5

22
23

Q :1–p
1 – 0,5 = 0,5
d : derajat ketepatan yang diinginkan 10%
n= (Zα)2PQ = (1,96)20,5 X 0,5 = 0,9604 = 96,04 = 97
d2 0,12
untuk menghindari adanya drop out sampel ( n ) dikalikan 10% dari total
penghitungan sampel
n X 10% = 97 X 0,1
= 9,7 responden = 10 responden
Jadi total sampel yang akan diteliti sebesar 97 + 10 = 107 responden
Setelah menentukan besar sampel, maka jumlah sampel yang diperoleh harus di uji
tingkat validitas dengan syarat p X n ≥ 5
0,5 X 97 = 49 (minimal sampel valid ).
Pedukuhan Murangan terdiri dari 4 RW dan 13 RT

Tabel 2. Daftar Jumlah lansia di Pedukuhan Murangan


Padukuhan RW RT Jumlah
lansia/RT
1 30
2 20
1
3 17
4 14
5 22
Murangan 6 20
2
7 8
8 10
3 9 11
10 21
13 10
4 11 19
12 17
Jumlah 219
24

Jumlah sampel dari masing-masing RT ditentukan kembali dengan rumus n =


(populasi kelas / jumlah populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan.
30
RW 1 : RT 1: 𝑥 107 = 14,6 = 15
219
20
RT 2: 𝑥 107 = 9,7 = 10
219
17
RT 3: 𝑥 107 = 8,3 = 9
219
14
RT 4: 𝑥 107 = 6,8 = 7
219
22
RW 2 : RT 5: 𝑥 107 = 10,7 = 11
219
20
RT 6: 𝑥 107 = 9,7 = 10
219
8
RT 7: 𝑥 107 = 3,9 = 4
219
11
RW 3 : RT 9: 𝑥 107 = 5,3 = 6
219
21
RT 10: 𝑥 107 = 10,2 = 11
219
10
RT 13: 𝑥 107 = 4,8 = 5
219
19
RW 4: RT 11: 𝑥 107 = 9,2 = 10
219
17
RT 12: 𝑥 107 = 8,3 = 9
219
Sehingga dari keseluruhan sampel kelas tersebut adalah 15 + 10 +9 + 7 + 11 + 10 + 4
+ 6 + 11 + 5 + 10 + 9 = 107.

4.5. Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified random sampling. Dalam


penelitian ini dipilih sampel dari masing-masing RT dengan menggunakan rumus n =
(populasi kelas / jumlah populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan.

4.6. Kriteria Responden

4.6.1. Kriteria Inklusi


1. Usia ≥ 60 tahun.
2. Berdomisili di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi
DIY.
25

4.6.2. Kriteria Eksklusi


1. Responden menolak untuk ikut dalam penelitian.
2. Responden tidak dapat berkomunikasi.
3. Responden tidak dapat membaca dan menulis.

4.7. Cara Pengumpulan dan Alat Pengambilan Data

Ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:


a) Alat ukur : Kuisioner
b) Teknik Pelaksanaan :
1. Peneliti akan mengunjungi rumah responden, memperkenalkan diri,
menjelaskan sekilas tentang maksud dan tujuan penelitian, meminta
persetujuan dan setelah itu melakukan wawancara. Wawancara
dilakukan ditempat yang tenang dengan tujuan meminimalisir adanya
gangguan selama wawancara berlangsung.
2. Jika terdapat kesulitan dalam bahasa, peneliti meminta bantuan
penterjemah.
3. Peneliti kemudian melakukan wawancara secara sistematis sesuai
dengan isi kuisioner selama kurang lebih 30 menit.
4. Peneliti menulis pada lembar kuisioner semua jawaban dari responden
tanpa adanya subjektivitas dari peneliti.
5. Peneliti melakukan pengecekan dan pengolahan data hasil wawancara.
6. Peneliti menganalisis data dan setelah itu melakukan pengambilan
kesimpulan.

4.8. Rencana Pengolahan Dan Analisis Data

Tahap-tahap setelah data terkumpul dari kuisioner adalah sebagai berikut :


1. Editing
Data yang terkumpul pada kuisioner diperiksa kelengkapan, kejelasan
jawaban, relevansi, dan kekonsistenan dalam menjawab. Jika terdapat
kekurangan jawaban responden maka bisa dilakukan wawancara ulang
untuk memperbaiki jawaban.
2. Coding
Data tersebut kemudian dimodifikasi menjadi data yang dapat dengan
mudah dianalisis lebih lanjut.
26

3. Entry
Setelah pengisian kuisioner telah selesai dilakukan maka dilakukan
pemrosesan data agar data dapat dianalisis. Data tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam komputer (proses entry). Data entry ini akan
dilakukan dengan program komputer, yaitu SPSS. Persiapan untuk data
entry seperti penyiapan program dan pembuatan template, data editing
pra data entry; dan penamaan variabel dalam template data entry.
double data entry akan dilakukan untuk meningkatkan akurasi data,
kemudian hasil tersebut akan dibandingkan untuk melihat kesalahan
pada pemasukan data.
4. Clean data
Sebelum diolah, data perlu dilakukan clean up untuk mencegah
terjadinya kesalahan waktu memasukkan data. Data cleaning dapat
dilakukan secara manual dengan membuat tabel distribusi frekuensi dari
semua variabel dan membuat tabel silang.
5. Analisis Data
Analisis data diakukan untuk menjawab tujuan penelitian dengan
melakukan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
sederhana, mudah dibaca dan menggunakan program analisis statistik.
Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis.
BAB V

HASIL DAN ANALISIS DATA

Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY terdiri dari 4 RW


dan 12 RT dengan jumlah lansia pertanggal 10 Desember 2014 – 3 Januari 2015
sebesar 219 orang. Dengan menggunakan metode stratified random sampling terpilih
jumlah responden sebanyak 107 orang. Seluruh reponden yang terpilih memenuhi
kriteria inklusi serta bersedia untuk diwawancarai. Berikut distribusi responden
berdasarkan beberapa kelompok serta hasil analisis hubungan dan pengaruh variabel
aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi kognitif lansia.

5.1. Karakteristik Jenis Kelamin Lansia

Pada penelitian ini jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingan


jumlah responden laki-laki yaitu berjumlah 59 (55,1%) responden.

Tabel 5.1. Karakteristik Jenis Kelamin Lansia di Pedukuhan Murangan,


Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
Jumlah Responden
Jenis Kelamin
N %
Perempuan 59 55,1
Laki-laki 48 44,9
Total 107 100%

5.2. Karakteristik Usia Lansia

Pada penelitian ini, responden yang berusia 60-74 tahun lebih banyak
jumlahnya, yaitu 86 (80,4%) orang. Sisanya yang berumur 75-90 tahun berjumlah 21
(19,6%) orang.

Tabel 5.2. Karakteristik Usia Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten


Sleman, Provinsi DIY
Jumlah Responden
Umur
N %
60-74 86 80,4
75-90 21 19,6
Total 107 100%

27
28

5.3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Lansia

Pada penelitian ini, jumlah responden yang berpendidikan rendah (≤SMP)


lebih banyak yaitu 73 (68,2%) orang. Sisanya, responden yang berpendidikan tinggi
(≥SMP) berjumlah 34 (31,8%) orang.

Tabel 5.3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Lansia di Pedukuhan Murangan,


Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
Jumlah Responden
Tingkat Pendidikan
N %
Tidak sekolah 19 17,7
Tidak tamat SD 14 13,1
Tamat SD 22 20,6
Tamat SMP 18 16,8
Tamat SMA 11 10,3
Tamat Perguruan Tinggi 23 21,5
Total 107 100%

5.4 Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Lansia

Pada penelitian ini responden yang melakukan tingkat aktivitas fisik berat
lebih banyak jumlahnya yaitu 62 (57,4%) orang. Responden yang melakukan
aktivitas fisik sangat ringan dan sedang berjumlah 32 (29,6%) orang dan responden
yang melakukan aktivitas fisik ringan berjumlah 13 (12%) orang.

Tabel 5.4. Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Lansia di Pedukuhan Murangan,


Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
Jumlah Responden
Aktivitas Fisik
N %
Sangat Ringan 16 14,8
Ringan 13 12
Sedang 16 14,8
Berat 62 57,4
Total 107 100
29

5.5. Gambaran Tingkat Aktivitas Sosial Lansia

Responden dalam penelitian ini lebih banyak yang aktif melakukan aktivitas
sosial, yaitu sebanyak 87 (81,5%) orang. Sedangkan sisanya yaitu 20 (18,5%) orang
kurang aktif melakukan aktivitas sosial.

Tabel 5.5. Gambaran Tingkat Aktivitas Sosial Lansia di Pedukuhan Murangan,


Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
Jumlah responden
Aktivitas sosial
N %
Kurang aktif 20 18,5
Aktif 87 81,5
Total 107 100

5.6. Gambaran Fungsi Kognitif Lansia

Pada penelitian ini, lebih banyak responden yang tidak memiliki gangguan
fungsi kognitif yaitu 61 (56,5%) orang. Responden dengan gangguan fungsi kognitif
ringan berjumlah 40 (38%) dan gangguan fungsi kognitif berat berjumlah 6 (5,5%)
orang.

Tabel 5.6. Gambaran Fungsi Kognitif Lansia di Pedukuhan Murangan,


Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
Jumlah Responden
Fungsi Kognitif
N %
Berat 6 5,5
Ringan 40 38
Tidak ada 61 56,5
Total 107 100

5.7. HASIL ANALISIS UJI CHI SQUARE ANTARA JENIS KELAMIN


DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA

Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 5.7 diketahui bahwa secara
statistik variabel jenis kelamin dengan fungsi kognitif lansia tidak mempunyai
hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,367 (p>0,05). Lansia perempuan yang
30

memiliki gangguan fungsi kognitif berjumlah 24 (52,2%) orang dan lansia laki-laki
yang memiliki gangguan fungsi kognitif berjumlah 22 (47,8%) orang.

Tabel 5.7. Hasil Analisis Uji Chi Square Antara Jenis Kelamin
dengan Fungsi Kognitif Lansia
Fungsi Kognitif
Total
Variabel Gangguan Normal P OR
n % n % n %
Jenis Kelamin Perempuan 24 52,2 35 57,4 59 55,1 0,367 0,81
Laki-laki 22 47,8 26 42,6 48 44,9
Total 46 100 61 100 107 100

5.8. HASIL ANALISIS UJI CHI SQUARE ANTARA USIA DENGAN


FUNGSI KOGNITIF LANSIA

Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 5.8 diketahui bahwa secara
statistik variabel jenis kelamin dan fungsi kognitif lansia mempunyai hubungan yang
bermakna dengan nilai p= 0,004 (p<0,05). Lansia usia 60-74 tahun yang memiliki
gangguan fungsi kognitif jumlahnya lebih banyak (67,4%) dibandingkan dengan
lansia usia 75-90 tahun (32,6%). Nilai OR 0,225 menjelaskan bahwa lansia dengan
usia 75-90 tahun mempunyai kemungkinan 22,5 kali (95,7%) untuk mengalami
gangguan fungsi kognitif dibandingkan dengan lansia usia 60-74 tahun.

Tabel 5.8. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Usia


dengan Fungsi Kognitif Lansia
Fungsi Kognitif
Total
Variabel Gangguan Normal P OR
n % N % n %
Usia 60-74 31 67,4 55 90,2 86 80,4 0,004 0,225
75-90 15 32,6 6 9,8 21 19,6
Total 46 100 61 100 107 100
31

5.9. HASIL ANALISIS UJI CHI SQUARE ANTARA TINGKAT


PENDIDIKAN DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA

Dari hasil analisis yang terdapat pada tabel 5.9 diketahui bahwa secara
statistik variabel pendidikan dan fungsi kognitif lansia mempunyai hubungan yang
bermakna dengan nilai p=0,000 (p<0,005). Lansia berpendidikan rendah yang
memiliki gangguan fungsi kognitif jumlahnya lebih banyak (95,7) dibandingan
dengan lansia yang berpendidikan tinggi (4,3%). Nilai OR 22,7 menunjukan bahwa
lansia dengan pendidikan rendah mempunyai kemungkinan 22,7 kali (95,7%) untuk
mengalami gangguan fungsi kognitif.

Tabel 5.9. Hasil Analisis Uji Chi Square antara Tingkat Pendidikan
dengan Fungsi Kognitif Lansia
Fungsi Kognitif
Total
Variabel Gangguan Normal P OR
N % N % n %
Tingkat Pendidikan Rendah 44 95,7 29 47,5 73 68,2 0,000 22,7
Tinggi 2 4,3 32 52,5 34 31,8
Total 46 100 61 100 107 100

5.10. HASIL ANALISIS UJI CHI SQUARE ANTARA AKTIVITAS FISIK


DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA

Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 5.10 diketahui bahwa secara
statistik kedua variabel mempunyai hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik
dengan fungsi kognitif lansia dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Nilai OR yang
didapatkan ialah 25,1. Hal ini menunjukan bahwa lansia dengan aktivitas fisik sangat
ringan dan ringan mempunyai kemungkinan 25,1 kali untuk mengalami gangguan
fungsi kognitif. Nilai OR sebesar 25,1 juga dapat diinterpretasikan bahwa
probabilitas lansia yang mempunyai aktivitas fisik sangat ringan dan ringan untuk
mengalami gangguan fungsi kognitif adalah sebesar 96,1 %.
32

Tabel 5.10. Analisis Uji Chi Square Aktivitas Fisik


dengan Fungsi Kognitif Lansia
Fungsi Kognitif
Total
Variabel Gangguan Normal P OR
N % N % N %
Sangat ringan +
Fisik ringan 26 56,5 3 4,9 29 27,1 0,000 25,1
Sedang + berat 20 43,4 58 95,1 78 72,9
Total 46 100 61 100 107 100

5.11. HASIL ANALISIS UJI CHI-SQUARE ANTARA AKTIVITAS SOSIAL


DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA

Dari hasi analisis yang terdapat pada tabel 5.11 diketahui bahwa kedua
variabel mempunyai hubungan yang bermakna antara aktivitas sosial dengan fungsi
kognitif lansia dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Nilai OR yang didapatkan ialah 42,2.
Hal ini menunjukan bahwa lansia yang kurang aktif melakukan aktivitas sosial
mempunyai kemungkinan 42,2 kali untuk mengalami gangguan fungsi kognitif. Nilai
OR sebesar 42,2 juga dapat diinterpretasikan bahwa probabilitas lansia yang kurang
melakukan aktivitas sosial untuk mengalami gangguan fungsi kognitif adalah sebesar
97,6 %.

Tabel 5.11. Hasil Analisis Uji Chi Square Aktivitas Sosial


dengan Fungsi Kognitif Lansia
Fungsi Kognitif
Total
Variabel Gangguan Normal P OR
N % N % N %
Sosial Kurang aktif 19 41,3 1 1,6 20 18,7 0,000 42,2
Aktif 27 58,6 60 98,3 87 81,3
46 100 61 100 107 100
33

5.12. HASIL ANALISIS REGRESI SEDERHANA ANTARA AKTIVITAS


FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF

Dari hasil analisis regresi sederhana yang terdapat pada tabel 5.12 diketahui
bahwa nilai signifikansi sebesar p=0,000 (p<0,05), ini menjelaskan bahwa variabel
aktivitas fisik berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi kognitif. Untuk
mengetahui persentase pengaruhnya dilihat dari nilai R2. Nilai R2 sebesar 0,330
mengandung pengertian bahwa pengaruh aktivitas fisik terhadap fungsi kognitif
lansia adalah sebesar 33%.

Tabel 5.12. Analisis Regresi Sederhana Antara Aktivitas Fisik


dengan Fungsi Kognitif

Variabel R2 p
aktivitas fisik 0,330 0,000

5.13. HASIL ANALISIS REGRESI SEDERHANA ANTARA AKTIVITAS


SOSIAL DENGAN FUNGSI KOGNITIF

Dari hasil analisis regresi sederhana yang terdapat pada tabel 5.13 diketahui
bahwa nilai signifikansi sebesar p=0,000 (p<0,05), ini menjelaskan bahwa variabel
aktivitas sosial berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi kognitif. Untuk
mengetahui persentase pengaruhnya dilihat dari nilai R2. Nilai R2 sebesar 0,254
mengandung pengertian bahwa pengaruh aktivitas fisik terhadap fungsi kognitif
lansia adalah sebesar 25,4%.

Tabel 5.13. Analisis Regresi Sederhana Antara Aktivitas Sosial


dengan Fungsi Kognitif

Variabel R2 p
aktivitas fisik 0,254 0,000
BAB VI

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Pedukuhan Murangan, Kabupaten


Sleman, Provinsi DIY usia rata-rata terbanyak responden ialah 60-74 (80,4%) tahun
dengan usia tertinggi 90 tahun. Rata-rata responden berjenis kelamin perempuan
(55,1%) dengan pendidikan terakhir terbanyak ialah berpendidikan rendah (68,2%).
Kebanyakan responden aktif melakukan aktivitas fisik dan aktivitas sosial sehingga
lebih banyak lansia yang tidak mengalami gangguan fungsi kognitif. Berdasarkan
hasil wawancara dengan responden, salah satu aktivitas fisik yang dilakukan ialah
mengikuti senam lansia yang diadakan 3 kali dalam seminggu. Responden juga
masih banyak yang melakukan aktivitas fisik yang sifatnya cukup berat antara lain
mengerjakan lahan pertanian dan berjalan jarak jauh. Selain itu lansia juga aktif
mengikuti aktivitas sosial, baik yang diadakan didalam lingkungan seperti pengajian
dan gotong royong maupun diluar lingkungan seperti mengikuti kegiatan
perkumpulan lansia.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif selain aktivitas
ialah jenis kelamin. Pada penelitian ini, tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara jenis kelamin dengan fungsi kognitif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Thomas dkk yang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan hasil
skor penilaian fungsi verbal dan memori pada lansia pria dan wanita.53 Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rafael dkk di Peru,
dalam penelitiannya fungsi kognitif pada lansia wanita lebih baik daripada lansia pria
dalam hal memori dan perintah, sedangkan fungsi kognitif lansia pria lebih baik dari
wanita dalam hal orientasi dan visiospasial.54
Selain faktor jenis kelamin, faktor lain yang mempengaruhi fungsi kognitif
lansia adalah usia dan tingkat pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan bermakna antara usia dengan fungsi kognitif lansia serta tingkat
pendidikan dengan fungsi kognitif lansia. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yao yang mengatakan bahwa usia merupakan faktor risiko bagi
kognisi pada lansia dan menjadi faktor utama bagi penurunan kemampuan kognitif
lansia.55 Penelitian oleh Wu pada lansia di Taiwan menunjukan adanya hubungan

34
35

antara tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif, lansia dengan tingkat pendidikan
rendah cenderung memiliki masalah kognitif dibandingkan dengan lansia yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi.56
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara
tingkat aktivitas fisik dengan fungsi kognitif lansia (p=0.000). Lansia yang
melakukan aktivitas fisik intensitas sedang dan berat cenderung mempunyai fungsi
kognitif yang baik. Hal yang sama dijumpai dalam 6 penelitian yang dilakukan
Milfa, Blonde, Baker, Allison, Middleton dan Tung Wai.7,57-61 Aktivitas fisik
berhubungan dengan menurunnya risiko terkena demensia sampai 18% dan semakin
berat tingkat aktivitas fisik lansia akan memperlambat penurunan fungsi kognitifnya.
Erickson dkk dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa semakin jauh seseorang
berjalan berhubungan dengan lebih besarnya volume substansia grisea sembilan
tahun kemudian.62
Hasil odds ratio penelitian ini menunjukkan bahwa lansia dengan aktivitas
fisik sangat ringan dan ringan mempunyai kemungkinan 25,1 kali (96,1%) untuk
mengalami gangguan fungsi kognitif. Hasil tersebut sejalan dengan tiga penelitian di
Amerika Serikat yaitu penelitian tahun 2004 oleh Weuve, tahun 2010 oleh Geda, dan
tahun 2001 oleh Yaffe.39,63-64 Dalam ketiga penelitian tersebut dikatakan bahwa nilai
odds ratio untuk kejadian penurunan fungsi kognitif lebih rendah pada lansia yang
aktif melakukan aktivitas fisik. Dapat disimpulkan bahwa, di Pedukuhan Murangan
lansia yang melakukan aktivitas fisik sedang dan berat mempunyai kemungkinan
lebih kecil (3,9%) untuk mengalami penurunan fungsi kognitif.
Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa aktivitas fisik berpengaruh
secara signifikan terhadap fungsi kognitif (p=0,000). Pengaruh aktivitas fisik
terhadap fungsi kognitif lansia adalah sebesar 33%. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Bherer dkk yang menyimpulkan bahwa aktivitas fisik
mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan melakukan aktivitas fisik terjadi
peningkatan pelepasan brain-derived neurotrophic factor (BDNF). BNDF berfungsi
menjaga fungsi otak antara lain sebagai neuroprotektif, neuroplastisitas,
meningkatkan volume hippocampus serta mempengaruhi memori dan kemampuan
belajar.6
Selain aktivitas fisik, penelitian ini juga mencari hubungan aktivitas sosial
terhadap fungsi kognitif lansia. Hasil penelitian menyimpulkan ada hubungan
bermakna antara tingkat aktivitas sosial terhadap fungsi kognitif lansia (p=0,000).
36

Selain ditemukannya hubungan bermakna antara tingkat aktivitas sosial dan fungsi
kognitif lansia, hasil odds ratio penelitian ini juga menunjukan bahwa bahwa lansia
yang kurang aktif melakukan aktivitas sosial mempunyai kemungkinan 42,2 kali
(97,6%) untuk mengalami gangguan fungsi kognitif. Artinya lansia yang aktif dalam
aktivitas sosial memiliki resiko lebih rendah (2,4%) untuk mengalami pnurunan
fungsi kognitif. Hal yang sama juga diungkapkan dalam penelitian oleh James
(2011) dan Yoqing (2012) yang menyatakan bahwa lansia yang aktif berpartisipasi
dalam kegiatan sosial mempunyai skor fungsi kognitif lebih tinggi dibandingkan
dengan mereka yang kurang aktif berpartisipasi.26,65
Hasil analisis regresi sederhana penelitian ini menjelaskan bahwa variabel
aktivitas sosial berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi kognitif sebesar
25,4%. Hasil yang sama diungkapkan dalam Foubert dkk dalam penelitiannya
terhadap lansia di Perancis yang menyimpulkan bahwa aktivitas sosial berpengaruh
terhadap penurunan resiko kejadian dimensia.66 Teori tentang pengaruh aktivitas
sosial terhadap fungsi kognitif dijelaskan oleh Glass dkk dalam penelitiannya
terhadap lansia di Amerika. Aktifitas sosial mendatangkan efek positif bagi psikologi
seorang yang dapat mengaktifasi struktur neural dan sistem mesolimbik sehingga
mendatangkan efek protektif bagi kesehatan.47
Penelitian yang dilakukan pada lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten
Sleman, Provinsi DIY ini memiliki beberapa keterbatasan dan kelemahan. Pertama,
pengukuran aktivitas fisik dan sosial responden dilakukan berdasarkan laporan
ingatan responden sehingga memungkinkan terjadinya bias recall.
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis hasil dan pembahasan dengan mengacu
pada tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
aktif melakukan aktivitas fisik sedang dan berat (72,2%).
2. Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
aktif melakukan aktivitas sosial ( 81,5%).
3. Sebagian besar (56,5%) lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten
Sleman, Provinsi DIY tidak mempunyai gangguan fungsi kognitif.
4. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan sosial dengan fungsi
kognitif lansia (p=0,000) di Pedukuhan Murangan, Kabupaten
Sleman, Provinsi DIY.
5. Aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang lebih besar (33%) terhadap
fungsi kognitif dibandingkan dengan aktivitas sosial (25,4%) pada
lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
6. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan fungsi kognitif
(p=0,367). Sementara itu terdapat hubungan antara usia (p=0,004) dan
pendidikan (p=0,000) dengan fungsi kognitif pada lansia di
Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.

7.2. Saran
Peneliti memberikan saran untuk penelitian selanjutnya :
1. Untuk menghindari adanya bias recall, peneliti mengharapkan adanya
penelitian lebih lanjut dengan metode observasi dalam periode waktu
tertentu terhadap aktivitas fisik dan sosial yang dilakukan lansia.
2. Dapat dilakukan perlakukan terhadap kelompok yang ingin diteliti
kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol. Misalnya, peneliti
dapat membentuk kelompok lansia yang melakukan senam dan
kegiatan penyaluran hobi kemudian dibandingkan dengan lansia lain
yang tidak ikut berpartisipasi.

37
38

3. Adanya penelitian lanjut yang dilakukan terhadap sekelompok lansia


yang melakukan jenis aktivitas fisik atau aktivitas sosial yang lebih
spesifik. Misalnya meneliti lansia yang aktif mengikuti aktivitas fisik
senam Tai Chi atau aktivitas sosial religius.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI, Pusat Data dan Informasi. Gambaran Kesehatan


Lanjut Usia di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.
Jakarta; 2013.
2. Siti PS. Usia lanjut di Indonesia. Dalam: Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta.
Universitas Gajah Mada;2011. h.4-7.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Kesehatan Usia Lanjut [Internet]. [cited
2014 Feb 2011]. Available from: http://dinkes.slemankab.go.id/kesehatan-usia-
lanjut.
4. Pemerintah Kabupaten Sleman. Bina Keluarga Lansia, Upaya Pemerintah
Maksimalkan Kesejahteraan Lansia [Internet]. [cited 2014 Feb 2013].
Available from: http://www.slemankab.go.id/3411/bina-keluarga-lansia-upaya-
pemerintah-maksimalkan-kesejahteraan-lansia-sleman-2.slm.
5. Wreksoatmodjo RB. Cermin Dunia Kesehatan. Dalam: Beberapa Kondisi
Fisik Dan Penyakit Yang Merupakan Faktor Resiko Gangguan Fungsi
Kognitif. Jakarta. Kable Farma. 2014;41:25-32.
6. Bherer L, Erickson KI, Liu-Ambrose T. A review of the effects of physical
activity and exercise on cognitive and brain functions in older adults.
Journal of Aging Research. 2013;1-8.
7. Milfa SM, Afriwardi, Rose DM. Hubungan antara tingkat aktivitas fisik
dengan fungsi kognitif pada usila di kelurahan jati kecamatan padang timur.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014;3:202-5.
8. Wreksoatmodjo RB. Pengaruh Sosial Engagement Terhadapt Fungsi Kognitif
Lanjut Usia di Jakarta [thesis]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Jakarta; 2013.
9. Fatmah. Aktivitas fisik dan olahraga bagi lansia. Dalam: Astikawati R, editor.
Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga; 2010. h.166-8.
10. Nina S. Hubungan Status Mental dengan Kemandirian Aktivitas Sehari-hari
pada Lanjut usia di Kelurahan Banjardowo, Gunuk Semarang [Skripsi].
Universitas Muhammadiyah. Semarang; 2012.
11. Endang S. Menuju Lansia Paripurna. Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional. Jakarta; 2014.

39
40

12. Kendra C. Integrity Versus Despair: Stage Eight of Phychosocial


Development. [Internet]. [cited 2014 Jul 14] Available from :
http://psychology.about.com/od/psychosocialtheories/a/integrity-versus-
despair.htm.
13. Proposed Working Definition of an Older Person in Africa for the
MDS Project [Internet]. [cited 2014 Jul 14]. Available from :
http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/.
14. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia. [Internet]. [cited 2014 Jun 14]. Available from
www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/45/438.bpkp.
15. WHO. Physical activity [Internet]. [cited 2014 Jul 14]. Available from:
http://www.who.int/topics/physical_activity/en/.
16. W Paigae. What is the FITT principle [Internet]. [cited 2014 Jul 23].
Available
from:http://exercise.about.com/old/weightloss/g/FITTprinciple.htm.
17. Physical activity for everyone: the benefits of physical activity. CDC.
[Internet]. [cited 2014 Jul 23].
Available from: http://www.cdc.gov/physicalactivity/everyone/health/.
18. Definitions: Health, Fitness, and Physical Activity. The President’s Council
On Physical Fitness and Sports. Department of Health and Human Service;
2010.
19. WHO | Physical Activity and Older Adults. [Internet]. WHO. [cited 2014 Jul
20]. Available from:
http://www.who.int/dietphysicalactivity/factsheet_olderadults/en/.
20. Physical Activity for Everyone: Guidelines: Older Adults. CDC. [Internet].
[cited 2014 Jul23]. Available from:
http://www.cdc.gov/physicalactivity/everyone/guidelines/olderadults.html.
21. Borodulin K. Physical Activity, Fitness, Abdominal Obesity, And
Cardiovascular Risk Factors In Finnish Men And Women [thesis]. Helsinki
(Finland): University of Helsinki; 2006.
22. Kraisid Tontisirin. Human energy requirements [report series]. Roma.
FAO/WHO/UNU Expert Consultation; 2001.
41

23. Papila DE. Aging Psychology Aspects. In: Stems HL, Teldman RD, Camp CJ,
editor. Adult Development And Aging.Ed 2. McGraw-Hill. New York; 2002.
p.32.
24. Marthuranath PS, George A, Cherian PJ, Mathew R, Sarma PS. Instrumental
activities of daily living scale for dementia screening in elderly people. Journal
International Psyhogeriatrics. 2004;3:461-74.
25. [BkkBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Pembinaan
Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia. Ed ke 6. Direktorat Bina Ketahanan
Keluarga Lansia dan Rentan. Jakarta; 2012.
26. James BD, Wilson RS, Barnes LL, Bennett DA. Late-life social activity and
cognitive decline in old age. Journal of the International Neuropsychological
Society. 2011;17:998–1005.
27. Puspita, Noviana, Dewi, Lukita Z. Perbedaan Tingkat Worry Antara Lansia
yang Mengikuti Aktivitas Sosial dan Tidak Mengikuti Aktivitas Sosial
[thesis]. Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya. Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya. Jakarta; 2006.
28. Wang H-X, Karp A, Winblad B, Fratiglioni L. Late-life engagement in social
and leisure activities is associated with a decreased risk of dementia: a
longitudinal study from the Kungsholmen project. Am J Epidemiol.
2002;155:1081–7.
29. Glei DA, Landau DA, Goldman N, Chuang YL, Rodríguez G, Weinstein M.
Participating in social activities helps preserve cognitive function: an analysis
of a longitudinal, population-based study of the elderly. Int J Epidemiol.
2005;34:864–71.
30. Darmono S. Kesadaran dan kognisi. Dalam: Elvira DS, Hadisukanto G,
editor. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke 2. Jakarta. FKUI. 2013. h.63.
31. Podewils LJ, Guallar E, Kuller LH, Fried LP, Lopez OL, Carlson M.
Physical activity, APOE genotype, and dementia risk: findings from the
cardiovascular health cognition study. Am J Epidemiol. 2005;161:639–51.
32. Sidiarto, Jokosetio. Proses ingat dan lupa. Dalam: Sribawa S, editor. Memori
Anda Setelah Usia 50. Jakarta. Universitas Indonesia. 2003. h.30.
33. Glisky EL. Changes in cognitive function in human aging. In: Riddle DR.
Brain Aging: Models, Methods, and Mechanisms [ebook]. Boca Raton
(FL): CRC Press; 2007.
42

34. Myers JS. Factors associated with changing cognitive function in older
adults: implications for nursing rehabilitation. Rehabil Nurs. 2008;33:117–
23.
35. Akdag B, Telci EA, Cavlak U. Factors affecting cognitive function in older
adults: a Turkish sample. International Journal of Gerontology. 2013;7:137–41.
36. Siti PS. Berbagai perubahan kognitif. Dalam: Psikologi Usia Lanjut.
Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. 2011. h.68.
37. Folstein MF, Folsten SF, McHugh PR. Mini-mental state : a practical
method for grading the cognitive state of patients for the clinician. J
Psychiatr Res. 1975;12:189-98.
38. Rogers RL, Meyer JS, Mortel KF. After reaching retirement age physical
activity sustains cerebral perfusion and cognition. J Am Geriatr Soc.
1990;38:123–8.
39. Weuve J, Kang JH, Manson JE, Breteler MM, Ware JH, Grodstein F. Physical
activity, including walking, and cognitive function in older women. JAMA.
2004: 292;1454–61.
40. Rasmussen P, Brassard P, Adser H. Evidence for a release of brain-derived
neurotrophic factor from the brain during exercise. Exp Physiol. 2009;94:1062-
69.
41. Vayman D, Gomez PF. License to run: exercise impacts functional plasticity in
the intact and injuried central nervous system by using neurothropines.
Neurorebabil Neural Repair. 2005;19:283-95.
42. Seifert T, Brassard P, Wissenberg M. Endurance training enhance BDNF
release from the human brain. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol.
2010;298:372-77.
43. Cassilhas RC, Viana VA, Grassmann V. The impact of resistance exercise on
the cognitive function of the elderly. Med Sci Sports Exerc. 2007;39:1401-7.
44. Podewils LJ, Guallar E, Kuller LH, Fried LO, Lopez OL, Carlson M et al.
Physical activity, APOE genotype, and dementia risk : findings from the
cardiovascular health cognition study. Am J Epidemol. 2005;161:639-51.
45. Colcombe SJ, Ericson KI, Raz N, Webb AG, Cohen NJ, McAuley E et al.
Aerobic exercise training increases brain volume in aging humans. J Gerontol
A Bio Sci med Sci. 2003;58:176-80.
43

46. Siegrist J. Social productivity and well-being of older people: a sociological


exploration. Social Theory and Health. 2004;2:1–17.
47. Glass TA, de Leon CM, Marottoli RA, Berkman LF. Population based study of
social and productive activities as predictors of survival among elderly
Americans. BMJ. 1999;319:478–83.
48. Yuda Turana. Stimulasi otak pada kelompok lansia di komunitas. Dalam:
Gambran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Dalam: Buletin Jendela Data
dan Informasi Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. 2013. h.19.
49. Polidori MC, Nelles G, Pientka L. Prevention of dementia: focus on lifestyle.
International Journal of Alzheimer’s Disease. 2010;10:1-9.
50. Ertel KA, Glymour MM, Berkman LF. Effect of social integration on
preserving memory function in a nationally representative US elderly
population. AM J Public Health. 2008;98:1215-20.
51. Crooks VC, Lubben J, Petitti DB, Little D, Chiu V. Social network, cognitive
function, and dementia incidence among elderly women. AM J Public Health.
2008;98:1221-7.
52. Ristau S. People do need people: social interaction boots brain health in older
age. Journal of the American Society on Aging. 2011;35:70-6.
53. Thomas D, Ablert R, Cherly V, Jocelyn S, Galen J. Gender differences and
cognition among older adults. A Neurophys Cog. 2006;12:78-88.
54. Rafael N, Javier O. Gender differences in cognitive abilities among the elderly
poor of Peru [paper discussion]. Luxembourge. University of Luxembourge;
2014;1-21.
55. Yao S, Zeng H, Sun S. Investigation on status and influential factors of
cognitive function of the community-dwelling elderly in Changsha city.
Journal of Gerontology and Geriatrics. 2009;49:329-34.
56. Wu MS, Lan TH, Chen CM, Chiu HC, Lan TY. Socio-demographic and
health-related factors associated with ciognitive impairment in the elderly in
Taiwan. BMC Public Health. 2011;11:2-8.
57. Blondell SJ, Hammersley-Mather R, Veerman JL. Does physical activity
prevent cognitive decline and dementia?: a systematic review and meta-
analysis of longitudinal studies. BMC Public Health. 2014;14:510.
44

58. Baker LD, Prank LL, Foster SK, Green PS, Wilkinson CW, McTiernan A et al.
Effects of aerobic exercise on mild cognitive impairment: a controlled trial.
Arch Neurol. 2010;67:9-71.
59. Allison J, Soham Al, Saad M, Kyriakos S, James E, Graham et al. Role of
physical activity in reducing cognitive decline in older mexican-american
adults. J Ant Geriatr Soc. 2014;62:1786-91.
60. Middleton LE, Manini TM, Simonsic EM, Harris TB, Tamara B, Deborah E et
al. Activity energy expenditure and incident cognitive impairment in older
adults. Arch Intern Med. 2011;171:1251–7.
61. Tung WA, Timothy K, Jenny L, Ping CL, Jason L, Jean W. Functional decline
in cognitive impairment-the relationship between physical and cognitive
function. Neuroepidemiology. 2008;31:167-73.
62. Erickson KI, Raji CA, LopezOL, Becker JT, Rosano C, Newman AB et al.
Physical activity predicts gray matter volume in late adulthood. Neurology.
2010;75:1415-22.
63. Geda YE, Roberts RO, Knopman DS, Teresa J, Christianson TJ, Pankratz VS
et al. Physical exercise, aging, and mild cognitive impairment: a population-
based study. Arch Neurol. 2010:67;80–6.
64. Yaffe K, Barnes D, Nevitt M, Lui LY, Covinsky K. A prospective study of
physical activity and cognitive decline in elderly women: women who walk.
Arch Intern Med. 2001:161;1703–8.
65. Yoqing H, Lei X, Smith JP, Zhao Y. Effects of social activities on cognitive
functions: evidence from charls [Working Paper]. 2012
66. Foubert S, Goffl L, Helmer C, K Pérès1, Orgogozo JM, Barberger G et al.
Change in leisure and social activities and risk of dementia in elderly cohort. J
Nutr Health Aging. 2014:18;876-82.
LAMPIRAN

45
46

Lembar Persetujuan
Kuisioner Aktivitas Fisik dan Aktivitas Sosial terhadap Fungsi Kognitif
pada Lansia
Kuisioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas fisik dan
sosial serta untuk mengetahui tingkat fungsi kognitif dari Bapak / Ibu. Bapak / Ibu
akan diwawancarai tentang beberapa hal mengenai aktifitas fisik dan sosial yang
biasanya dilakukan. Setelah itu akan dilakukan tes sederhana untuk mengetahui
tingkat fungsi kognitif Bapak/Ibu. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
penjelasan tentang pengaruh positif aktivitas fisik dan sosial terhadap fungsi
kognitif, sehingga dapat membantu mencegah penurunan fungsi kognitif pada lansia.
Informasi yang Bapak / Ibu berikan bersifat rahasia dan tidak akan kami sebarkan.

Sebelum wawancara dimulai, kami hendak terlebih dahulu meminta persetujuan


Bapak / Ibu. Apakah Bapak / Ibu beredia untuk diwawancarai?
1. Ya
2. Tidak, Alasan

Yogyakarta, ………………………………

Responden Pewawancara

(…………………..........) (…………………..........)
47

Aktivitas Fisik
FORMULIR SATU KALI 24 JAM RECALL AKTIVITAS FISIK
Berikut ini adalah daftar aktivitas fisik yang rutin dilakukan. Kegiatan apa saja yang
Bapak/Ibu lakukan setiap hari selama 24 jam.

Aktivitas Waktu (lama melakukan) Keterangan


48

Aktivitas Sosial

1. Apakah bapak/ibu sedang terlibat dalam perkumpulan organisasi lansia?


 Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?…..
 Tidak
2. Apakah bapak/ibu ikut dalam kegiatan keagamaan ?
 Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?…..
 Tidak
3. Apakah bapak/ibu berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan di lingkungan
sekitar rumah?
 Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?…..
 Tidak
4. Apakah bapak/ibu mengikuti kegiatan kebugaran atau senam lansia?
 Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?…..
 Tidak
5. Apakah bapak/ibu mengikuti keanggotaan tertentu? (misalnya pengajian atau
kelompok arisan)
 Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?…..
 Tidak
6. Apakah Bapak / Ibu menghadiri acara perkawinan atau penguburan?
 Ya…………………….Berapa kali dalam setahun terakhir?…..
 Tidak
7. Apakah Bapak / Ibu pergi ke tempat-tempat hiburan seperti pertunjukan wayang,
bioskop, atau tempat rekreasi lainnya bersama teman atau keluarga?
 Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?…..
 Tidak
8. Apakah Bapak / Ibu mengunjungi anak / saudara kandung?
 Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?…..
 Tidak

9. Apakah Bapak / Ibu dalam 3 bulan ini mengunjungi teman atau relasi?
 Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?…..
 Tidak
10. Apakah Bapak / Ibu terlbat dalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya sosial seperti
mengunjungi orang sakit, mengunjungi panti jompo, mengajar anak-anak dan
kegiatan sejenisnya?
 Ya…………………….Berapa kali dalam sebulan?…..
 Tidak
49

Kuisioner MMSE

I ORIENTASI 1 Hari
2 Tanggal
3 Bulan
4 Tahun
5 Musim
6 Ruangan saat ini
7 Alamat
8 Kota
9 Propinsi
10 Negara
II REGISTRASI 11 Bola
12 Melati
13 Kursi
III ATENSI/KALKULASI 14 93 atau A
15 86 atau I
16 79 atau N
17 72 atau U
18 65 atau D
IV MEMORI 19 Bola
20 Melati
21 Kursi
V BAHASA 22 Jam Tangan
23 Pensil
24 Namun, tanpa dan bila
25 Ambil kertas ini dengan
tangan kanan
26 Lipatlah menadi dua dan
27 Letakkan di lantai
28 Tutup mata anda
29 (tulis kalimat lengkap S+P)
VI KONSTRUKSI 30 Ikuti gambar di bawah ini
Total skor
Daftar Lansia di Pedukuhan Murangan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
Aktivitas
No Jenis Kelamin Usia Pendidikan Aktivitas Fisik Sosial Kognitif1 Kognitif2
1 perempuan 70 tidak sekolah sangat ringan kurang aktif gangguan kognitif berat
2 perempuan 61 tamat perguruan tinggi Berat aktif normal tidak ada
3 perempuan 61 tamat perguruan tinggi Berat aktif normal tidak ada
4 perempuan 67 tamat perguruan tinggi Berat aktif normal tidak ada
5 perempuan 80 tidak tamat sd sangat ringan kurang aktif gangguan kognitif berat
6 laki-laki 76 tamat sd Sedang kurang aktif gangguan kognitif ringan
7 perempuan 65 tidak tamat sd Berat aktif normal tidak ada
8 perempuan 63 tamat smp berat aktif normal tidak ada
9 perempuan 73 tamat sd ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
10 perempuan 63 tamat sd berat aktif normal tidak ada
11 perempuan 69 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
12 laki-laki 69 tamat smp berat aktif normal tidak ada
13 perempuan 61 tamat smp berat aktif normal tidak ada
14 perempuan 74 tamat sd sedang aktif gangguan kognitif ringan
15 perempuan 63 tamat sd berat aktif normal tidak ada
16 perempuan 63 tamat sd berat aktif normal tidak ada
17 perempuan 73 tamat perguruan tinggi sedang aktif normal tidak ada
18 laki-laki 76 tamat perguruan tinggi sedang aktif normal tidak ada
19 perempuan 71 tamat smp ringan aktif gangguan kognitif ringan
20 laki-laki 72 tamat perguruan tinggi ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
21 perempuan 72 tamat smp sedang kurang aktif gangguan kognitif ringan
22 perempuan 76 tamat sma sedang aktif normal tidak ada
23 laki-laki 72 tamat sd sedang aktif gangguan kognitif ringan

50
24 perempuan 70 tidak sekolah berat kurang aktif gangguan kognitif ringan
25 laki-laki 78 tamat sd sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
26 perempuan 70 tidak sekolah berat kurang aktif gangguan kognitif ringan
27 perempuan 60 tamat smp berat aktif normal tidak ada
28 laki-laki 86 tidak sekolah ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
29 perempuan 62 tidak tamat sd berat aktif gangguan kognitif ringan
30 perempuan 67 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
31 laki-laki 69 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
32 perempuan 60 tamat sma berat aktif normal tidak ada
33 perempuan 65 tamat sd berat aktif normal tidak ada
34 laki-laki 73 tamat sd sangat ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
35 laki-laki 62 tamat sd berat aktif gangguan kognitif ringan
36 perempuan 60 tamat sma berat aktif normal tidak ada
37 perempuan 64 tamat sd berat aktif gangguan kognitif ringan
38 laki-laki 73 tamat smp ringan aktif gangguan kognitif ringan
39 laki-laki 74 tamat sd sangat ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
40 laki-laki 63 tamat sma berat aktif normal tidak ada
41 laki-laki 63 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
42 perempuan 70 tidak sekolah sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
43 laki-laki 64 tidak sekolah berat aktif gangguan kognitif ringan
44 laki-laki 62 tamat sma berat aktif normal tidak ada
45 laki-laki 60 tamat smp berat aktif normal tidak ada
46 laki-laki 72 tamat perguruan tinggi ringan aktif normal tidak ada
47 laki-laki 63 tamat smp berat aktif normal tidak ada
48 laki-laki 65 tidak sekolah berat aktif gangguan kognitif ringan

51
49 perempuan 68 tamat smp berat aktif normal tidak ada
50 perempuan 74 tamat perguruan tinggi sangat ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
51 perempuan 60 tamat smp berat aktif normal tidak ada
52 laki-laki 68 tamat sd berat aktif gangguan kognitif ringan
53 perempuan 78 tamat sd sedang aktif gangguan kognitif ringan
54 perempuan 85 tidak tamat sd sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
55 laki-laki 73 tidak sekolah sedang aktif gangguan kognitif ringan
56 perempuan 68 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
57 perempuan 72 tidak tamat sd sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
58 laki-laki 62 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
59 perempuan 60 tamat sma berat aktif normal tidak ada
60 laki-laki 66 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
61 laki-laki 75 tidak tamat sd sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
62 laki-laki 73 tamat perguruan tinggi sedang aktif normal tidak ada
63 laki-laki 65 tamat smp berat aktif normal tidak ada
64 laki-laki 63 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
65 perempuan 60 tamat sma berat aktif normal tidak ada
66 laki-laki 60 tidak sekolah berat aktif normal tidak ada
67 laki-laki 70 tamat smp ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
68 laki-laki 60 tamat sma berat aktif normal tidak ada
69 perempuan 63 tamat smp berat aktif normal tidak ada
70 perempuan 88 tidak sekolah sedang kurang aktif gangguan kognitif ringan
71 laki-laki 87 tidak sekolah sedang aktif gangguan kognitif berat
72 laki-laki 67 tamat smp sedang aktif normal tidak ada
73 perempuan 65 tamat perguruan tinggi sedang aktif normal tidak ada

52
74 perempuan 65 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
75 laki-laki 78 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
76 laki-laki 79 tidak sekolah sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
77 perempuan 86 tidak sekolah sangat ringan kurang aktif gangguan kognitif berat
78 perempuan 63 tidak sekolah berat aktif gangguan kognitif ringan
79 perempuan 78 tidak sekolah ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
80 perempuan 69 tamat sma berat aktif normal tidak ada
81 perempuan 70 tamat smp ringan kurang aktif normal tidak ada
82 laki-laki 79 tamat smp sangat ringan aktif normal tidak ada
83 laki-laki 90 tamat sd sangat ringan aktif gangguan kognitif berat
84 perempuan 75 tidak sekolah ringan aktif gangguan kognitif ringan
85 perempuan 85 tidak sekolah sangat ringan aktif gangguan kognitif berat
86 laki-laki 63 tamat smp berat aktif normal tidak ada
87 perempuan 64 tidak sekolah berat aktif gangguan kognitif ringan
88 perempuan 67 tidak tamat sd berat aktif normal tidak ada
89 laki-laki 74 tamat sd ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
90 perempuan 65 tidak tamat sd berat aktif normal tidak ada
91 laki-laki 73 tidak sekolah sangat ringan aktif gangguan kognitif ringan
92 laki-laki 63 tidak tamat sd berat aktif normal tidak ada
93 perempuan 66 tidak tamat sd berat aktif normal tidak ada
94 perempuan 70 tamat sd berat aktif normal tidak ada
95 perempuan 76 tidak tamat sd berat aktif normal tidak ada
96 laki-laki 63 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
97 laki-laki 62 tamat sd berat aktif normal tidak ada
98 perempuan 62 tidak tamat sd berat aktif normal tidak ada

53
99 laki-laki 60 tamat sma berat aktif normal tidak ada
100 laki-laki 66 tamat sd berat aktif normal tidak ada
101 laki-laki 67 tidak tamat sd berat aktif gangguan kognitif ringan
102 perempuan 62 tidak tamat sd ringan aktif gangguan kognitif ringan
103 perempuan 72 tamat sd sedang kurang aktif gangguan kognitif ringan
104 laki-laki 73 tamat sd ringan kurang aktif gangguan kognitif ringan
105 perempuan 66 tamat perguruan tinggi berat aktif normal tidak ada
106 laki-laki 76 tamat perguruan tinggi sedang aktif normal tidak ada
107 perempuan 68 tamat sma berat aktif normal tidak ada

54

Anda mungkin juga menyukai