Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Malaria merupakan penyakit protozoa yang paling penting dan paling luas

penyebarannya dan juga merupakan salah satu penyakit infeksi yang pentng dan

merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi

oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak

dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria.

Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan

kecepatan angin, ketinggian. Salah satu faktor lingkungan yang juga mempengaruhi

peningkatan kasus malaria adalah penggundulan hutan, terutama hutan-hutan bakau di

pinggir pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal di

hutan, dapat berpindah di pemukiman manusia, kerusakan hutan bakau dapat

menghilangkan musuh-musuh alami nyamuk sehingga kepadatan nyamuk menjadi tidak

terkontrol.

Diperkirakan jumlah penderita tiap tahun mencapai 100 juta. Di Afrika saja tiap

tahun sekitar 1 juta anak meninggal karena malaria. Program perang terhadap malaria

dari program WHO yang mulai pada tahun 1956, mula-mula sangat berhasil, tapi

kemudian dianggap gagal karena diseluruh dunia jumlah kasus malaria meningkat lagi.

Beratus juta manusia hidup pada daerah yang terkontaminasi malaria. Seringkali
menyebabkan kematian karena pasien tak ditangani secara segera. Yang terutama

berbahaya adalah jia terjadi pada anak-anak

1.2 TUJUAN

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui obat antimalaria, struktur

kimia, mekanisme kerja dan target molekul obat, serta hubungan struktur dengan

aktivitas obat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium.

Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam

tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian

menginfeksi sel darah merah. Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan

gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi

komplikasi yang berujung pada kematian.

2. Obat Malaria

Obat antimalaria pertama yang dikenal sebagai salah satu obat tertua dan

terpenting adalah kuinin, yang diisolasi dari kulit batang Cinchona spesies (Rubiaceae)

pada tahun 1820. Pada tahun 1940, penemuan klorokuin hasil sintesis yang digunakan

untuk obat antimalaria yang lain, kedua obat tersebut masih digunakan sampai saat ini.
Kajian parasitologi molekuler pada tahun 1980, telah diperoleh kemajuan untuk

memahami mekanisme resistensi dari obat antimalaria yang paling banyak digunakan,

yaitu kuinolon analog dan antifolat. Resistensi parasit terhadap klorokuin diketahui

disebabkan oleh adanya mutasi pada gen. Diduga resistensi ini melibatkan lebih dari

satu gen. Mekanisme resistensi terhadap obat-obatan antifolat, pirimetamin, proguanil

dan sulfadoksin terjadi karena mutasi pada dan mutasi pada gen sitokrom b di dalam

genom mitokondria mengakibatkan parasit resisten terhadap atovakuon, obat

antimalaria terbaru. Problem penting pada profilaksis dan penenganan malaria adalah

berkembangnya resistensi. Misalnya sebagian galaur plasmodium falciparu misalnya di

Asia Tenggara) resisten terhadap obat yang amat penting klorokuin.

Obat antimalaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan

stadium parasit, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, efek samping ringan dan

toksisitas rendah. Obat antimalaria dikelompokkan menurut rumus kimia dan efek atau

cara kerja obat pada stadium parasit. Antimalaria yang memiliki struktur dasar kuinolin

yaitu kuinin, klorokuin, amodiakuin dan meflokuin.

a. Kuinin

Obat malaria tertua, terutama berkhasiat pada bentuk eritrositer parasit malaria.

Senyawa ini sangat terdesak oleh obat sintesi baru yang lebih berkhasiat dan dapat

ditoleransi baik. Kuinin adalah alkaloid utama dari kulit pohon kina, sejenis pohon yang

ditemukan di Amerika Selatan. Calancha, seorang Rahib dari Lima Peru pertama kali

menulis kegunaan pengobatan dengan tepung kina pada demam yang berulang pada

awal tahun 1633. Pada tahun 1820, Pelletier dan Caventou memisahkan kinin dan
kinkonin dari cinchona. Hingga sekarang kina diperoleh secara utuh dari sumber alam

disebabkan sulitnya mensintesa kompleks molekulnya.

Obat ini bekerja dengan menghambat hemepolimerase, sehingga

mengakibatkan penumpukan zat sitotoksik yaitu heme. Mekanisme kerjanya: memblok

sintesis asam nukleat dengan pembentukan kompleks DNA atau dengan kata lain

Menekan pengambilan oksigen dan metabolisme karbohidrat, membentuk khelat

dengan DNA, mengganggu duplikasi dantranskripsi parasit, berfek terhadap distribusi

kalsium dalam jaringan otot dan menurunkan eksitabilitas pada akhir syaraf motorik,

efek terhadap kardiovaskular mirip dengan kuinidin. Kuinin juga menghambat

metabolisme karbohidrat. Kuinin bersifat toksik terhadap berbagai bakteri dan

organisme bersel tunggal seperti tripanosoma, plasmodium dan spermatozoa, serta

mempunyai daya iritasi kuat.

Kuinin tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul berisi 300 dan 600 mg basa. Juga
tersedia dalam bentuk injeksi mengandung 300 mg/ml. Dosis oral adalah 10 mg/kg berat
badan/8 jam selama 4 hari pertama dan dilanjutkan 15 mg/kg berat badan/8 jam selama
4 hari.

b. Klorokuin

Suatu turunan 4-amonokuinolin adalah obat skizon darah yang sangat kuat, dan

selama tidak ada resistensi, merupakan obat pilihan pertama pada serangan malaria

akut. Senyawa ini adsorpsi oleh usus dengan cepat dan sempurna dan disimpan dalam
hati, limpa, ginjal, paru-paru, leukosit, dan eritrosit. Klorokuin dengan cepat mengakhiri

demam dalam 24-48 jam.

Mekanisme kerjanya adalah klorokuin berikatan pada DNA dan RNA sehingga

menghambat polimerase DNA dan RNA, mempengaruhi metabolisme dan kerusakan

haemoglobin oleh parasit, menghambat efek prostaglandin, klorokuin mempengaruhi

keasaman cairan sel parasit dan menaikkan pH internal sehingga menghambat

pertumbuhan parasit, berpengaruh terhadap agregasi feriprotoporpirin IX pada reseptor

kloroquin sehingga merusak membran parasit dan juga berpengaruh pada sintesis

nulkeoprotein. Berikut adalah struktur klorokuin.

Klorokuin biasanya dapat ditoleransi dengan baik, walaupun dalam jangka

panjang. Gatal-gatal, mual, muntah, sakit kepala, nyeri abdomen, penglihatan kabur

merupakan efek yang tidak diinginkan. Pemberian obat setelah makan mungkin dapat

mengurangi efek tersebut.

Klorokuin tersedia sebagai tablet klorokuin fosfat 250 mg yang mengandung 150

mg basa. Klorokuin dihidroklorida injeksi mengandung 40 mg basa tiap ml. Dosis oral

diberikan pada hari pertama dengan dosis 10 mg/kg berat badan, diikuti 6 jam kemudian

dengan dosis 5 mg/kg, serta pada hari kedua dan ketiga dengan dosis 5 mg/kg.

Pemberian secara intra vena dengan dosis 10 mg/kg berat badan selama ≥ 8 jam,

dilanjutkan 15 mg/kg selama ≥ 24 jam (pemberian dalam 10 ml NaCl 0,9%/dekstrosa 5%).

c. Meflokuin

Strukturnya mirip kuinin. Sama seperti kuinin dan klorokuin merupakan

skizontisida darah yang kuat. Obat ini dikembangkan untuk penanganan malaria tropika
yang resisten terhadap klorokuin. Meflokuin bekerja dengan menghambat pengeluaran

(up take) klorokuin pada sel yang terinfeksi, mekanisme ini menerangkan efek antagonis

dari klorokuin dan meflokuin pada parasit yang sedang tumbuh.

Efek samping yang dapat terjadi adalah muntah dan kadang-kadang ganguan

saraf pusat (halusinasi, disorientasi). Berikut adalah struktur dari meflokuin.

d. Primakuin

Primakuin adalah anti malaria esensial yang dikombinasikan dengan klorokuin

dalam pengobatan malaria. Obat ini efektif terhadap gametosid dari semua Plasmodium

sehingga dapat mencegah penyebaran penyakit. Juga efektif terhadap bentuk hipnozoit

dari malaria sehingga dapat digunakan untuk pengobatan radikal dan mencegah relaps.

Obat ini tidak mempunyai efek yang nyata terhadap bentuk aseksual parasit di darah

sehingga selalu digunakan bersamaan dengan skizontosida darah dan tidak pernah

digunakan sebagai obat tunggal.

Diduga obat ini bekerja dengan menghasilkan oksigen reaktif atau berkompetisi

dengan transport elektron dalam tubuh parasit. Primakuin diabsorbsi dengan baik

setelah pemberian oral dan dengan cepat dimetabolisasi. Waktu paruh ± 6 jam.
Metabolit dari primakuin merupakan bahan oksidatif dan dapat menyebabkan hemolisis

pada pasien yang sensitif.

Primakuin tersedia dalam bentuk tablet berisi 15 mg bentuk basa. Diberikan

setelah pemberian klorokuin dengan dosis 0.25 mg/kg berat badan/hari selama 5 hari

untuk infeksi P. Vivax dan P. Ovale serta 0.75 mg/kg berat badan dosis tunggal pada

infeksi P falciparum. Dosis dewasa yaitu 15 mg per hari selama 14 hari. Berikut struktur

primakuin.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Obat antimalaria antara lain adalah kinin, klorokin, meflokuin, dan primakuin,

memiliki struktur kimia yang hampir sama yaitu memiliki 2 cincin benzena dengan satu

gugus nitrogen di salah satu cincinnya (merupakan turunan kuinin). Mekanisme kerja

dan target molekul obat berbeda pada setiap obat.

3.2 SARAN

Agar untuk presentasi berikutnya dapat ditampilkan mekanisme reaksi obat,

karena hingga saat ini, masih belum dapat di temukan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Malaria (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Malaria) diakses 29 oktober 2012,
pukul 17.00 WITA Makassar.

Anonim, 2006, pengobatan malaria (online), (http://medicatherapy.com/) diakses 29 oktober


2012, pukul 17.20 WITA Makassar.

Azlin, E., 2004, Obat Anti Malaria, Sari Pediatri (5)4.

Lubis, F.A., Pasaribu, P., dan Lubis, C.P., 2008, Efikasi Kinin-Doksisiklin pada Pengobatan Malaria
Falsiparum Tanpa Komplikasi, Sari Pediatri, (10)4.

Syamsudin, 2005, Mekanisme Kerja Obat Antimalaria, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 3(1):
37-40

Anda mungkin juga menyukai