Referat Pemeriksaan Lab Forensik Fix
Referat Pemeriksaan Lab Forensik Fix
PENDAHULUAN
1. Bidang akademis
Peneliti berharap agar makalah pemeriksaan laboratorium forensik sederhana dapat
dijadikan sumber informasi bagi mahasiswa fakultas kedokteran, terutama
mahasiswa yang sedang menjalani Kepaniteraan Klinik Forensik untuk membantu
mengetahui penyebab kematian korban .
Peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat
tentang pemeriksaan laboratorium forensik sederhana saat melakukan autopsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyaringan/Skrining
Pada tahap ini, uji yang dilakukan hanyalah sebatas menentukan apakah bercak
merah yang ditemukan merupakan darah atau bukan. Terdapat 2 alternatif
pemeriksaan pada tahap penyaringan, yaitu tes Benzidine (tes Adler) dan tes
Fenolftalein (tes Kastle-Meyer). Pada tahap ini, hasil positif (+) berarti mungkin darah,
dan hasil negatif (-) dapat disimpulkan pasti bukan darah.
Hasil: Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap
pada kertas saring.
Tes Teichmann
Pertama kali dilakukan oleh Teichmann (1853). Tes diawali dengan memanaskan
darah yang kering dengan asam asetat glacial dan klorida untuk membentuk derivat
hematin. Kristal yang terbentuk kemudian diamati di bawah mikroskop, biasanya
kristal muncul dalam bentuk belah-belah ketupat dan berwarna coklat.
Cara pemeriksaan: Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek,
tambahkan 1 butir kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca
penutup dan dipanaskan.
Hasil: Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal hemin HCL yang
berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik.
Kesulitan : Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu panas
atau terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan pada sampel.
Tes Takayama
Apabila heme sudah dipanaskan dengan seksama dengan menggunakan pyridine
dibawah kondisi basa dengan tambahan sedikit gula seperti glukosa, Kristal pyridine
ferroprotoporphyrin atau hemokromogen akan terbentuk.
Cara pemeriksaan : tes Takayama dilakukan dengan cara meletakkan seujung
jarum bercak pada gelas kaca objek, kemudian ditetesi dengan setetes reagen
takayama, tutup dengan gelas penutup kemudian dipanaskan. Selanjutnya dilihat di
bawah mikroskop.
Hasil : hasil pemerikaan positif bila ditemukan ditemukan kristal pyridine
hemochromogen yang berbentuk bulu berwarna jingga.
Kelebihan: Test dapat dilakukan dan efektif dilakukan pada sampel atau bercak
yang sudah lama dan juga dapat memunculkan noda darah yang menempel pada
baju. Selain itu test ini juga memunculkan hasil positif pada sampel yang mempunyai
hasil negative pada test Teichmann. Tes ini lebih spesifik tapi kurang sensitif
dibandingkan tes benzidine.
Penentuan Spesies
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan apakah darah yang diperiksa
merupakan darah manusia atau milik spesies lain.
Rambut manusia berbeda dengan rambut hewan pada sifat-sifat lapisan sisik
(kutikula), gambaran korteks dan medula rambut. Kutikula merupakan lapisan paling luar
dari rambut, di bawahnya terletak korteks yang terdiri dari gabungan serabut-serabut
dengan pigmen. Di tempat yang paling dalam/ tengah, terdapat medula yang mengandung
pigmen dalam jumlah terbanyak. Rambut manusia memiliki diameter sekitar 50-150
mikron dengan bentuk kutikula yang pipih, sedangkan rambut hewan memiliki diameter
kurang dari 25 mikron atau lebih dari 300 mikron dengan kutikula yang kasar atau
menonjol. Pigmen pada rambut manusia sedikit dan terpisah-pisah sedangkan pada
hewan padat dan tidak terpisah.
Perbandingan diameter rambut hewan dengan diameter rambut manusia, indeks
medula rambut manusia adalah 1:3, sedangkan indeks medula rambut hewan adalah 1:2
atau lebih besar. Pemeriksaan indeks medula merupakan pemeriksaan terpenting untuk
membedakan rambut manusia dari rambut hewan. Berdasarkan asal tumbuhnya, rambut
manusia dibedakan atas rambut kepala; alis, bulu mata dan bulu hidung; kumis dan
jenggot; rambut badan; rambut ketiak dan rambut kemaluan.
Umumnya tidak terdapat perbedaan yang jelas antara jenis-jenis rambut tersebut di
atas. Rambut kepala umumnya kasar, lemas, lurus/ ikal/ keriting dan panjang dengan
penampang melintang yang berbentuk bulat (pada rambut yang lurus), oval atau elips
(pada rambut ikal/ keriting). Alis, bulu mata dan bulu hidung umumnya relatif kasar,
kadang-kadang kaku dan pendek. Rambut kemaluan dan rambut ketiak lebih kasar
sedangkan rambut badan halus dan pendek. Pemeriksaan mikroskopik rambut utuh akan
memperlihatkan akar, bagian tengah dan ujung yang lengkap. Pada rambut yang tercabut,
rambut akan terlihat utuh disertai dengan jaringan kulit. Sebaliknya rambut yang lepas
sendiri mempunyai akar yang mengerut tanpa jaringan kulit. Rambut yang terpotong
benda tajam, dengan mikroskop terlihat terpotong rata, sedangkan akibat benda tumpul
akan terlihat terputus tidak rata.
Panjang rambut kepala kadang-kadang dapat memberi petunjuk jenis kelamin.
Tetapi untuk menentukan jenis kelamin yang pasti, harus dilakukan pemeriksaan terhadap
sel-sel sarung akar rambut dengan larutan orcein. Pada rambut wanita dapat ditemukan
adanya kromatin seks pada inti sel-sel tersebut. Perkiraan umur berdasarkan pemeriksaan
keadaan pigmen pada rambut sukar sekali dilakukan. Umumnya dapat dikatakan, bahwa
bila usia bertambah maka rambut akan rontok. Rontoknya rambut pada pria umumnya
terjadi pada dekade kedua atau ketiga, sedangkan pada wanita sering terjadi rontoknya
rambut ketiak dan pertumbuhan rambut pada wajah pada saat menopouse. Rambut ketiak
dan rambut kemaluan akan tumbuh pada usia pubertas. Rambut, baik rambut kepala
ataupun kelamin, merupakan bagian tubuh manusia yang dapat memberikan banyak
informasi bagi kepentingan peradilan, antara lain tentang :
a. saat korban meninggal dunia
b. sebab kematian
c. jenis kejahatan
d. identitas korban
e. identitas pelaku
Sifat- sifat dari rambut dapat dipakai untuk menentukan saat kematian korban
antara lain : Tingkat pertumbuhannya, yaitu sekitar 0,4 mm per hari. Pertumbuhan
tersebut akan berhenti jika orang meninggal dunia. Atas sifat tersebut maka saat kematian
dapat diperhitungkan asalkan diketahui kapan korban terakhir kali mencukur rambutnya.
Memang ada pendapat yang menyatakan bahwa rambut orang yang baru saja meninggal
dunia masih dapat tumbuh menjadi lebih panjang, tetapi sebetulnya bertambah
panjangnya rambut tersebut disebabkan oleh menuyusutnya kulit.
Sebab kematian
Informasi tentang sebab kematian juga dapat diperoleh melalui rambut mengingat
beberapa racun tertentu, terutama racun metalik, disimpan di bagian tubuh tersebut.
Jenis kejahatan
Mengenai jenis kejahatan yang terjadi dapat diperkirakan dengan melihat macam
rambut yang ditemukan. Adanya rambut pubis pada tubuh korban memberikan dugaan
adanya tindak pidana perkosaan atau tindak pidana seksual lainnya dan adanya rambut
binatang pada tubuh manusia atau sebaliknya juga dapat memberikan perkiraan adanya
bestialit. Identitas korban rambut mempunyai sifat tahan terhadap pembusukan dan
bahan-bahan kimia sehingga dapat dijadikan sarana identifikasi bagi mayat-mayat tidak
dikenal yang sudah membusuk. Meskipun tak dapat memberikan identitas personal tetapi
dari rambut paling tidak dapat ditemukan umur, jenis kelamin, ras, dan sebagainya.
Identitas pelaku
Rambut juga dapat dipakai sebagai sarana identifikasi guna mengetahui identitas
pelakunya. Sebagaimana diketahui bahwa pada tindak pidana perkosaan dan
pembunuhan, sering ditemukan rambut pelaku tertinggal atau berhasil dijambak oleh
korban sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan identifikasi.
Benda/ senjata
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa serat itu rambut maka langkah
selanjutnya adalah menentukan apakah rambut tersebut berasal dari manusia atau hewan.
Ciri rambut manusia yaitu halus dan tipis, kutikula mempunyai sisik kecil dan bergerigi,
medula sempit atau kadang-kadang tak ada, kortek tebal, index medulla kurang dari 0,3
dan pigmennya lebih ke arah perifer. Sedangkan, ciri rambut binatang ialah kasar dan
tebal, kutikula mempunyai sisik lebar dan polihidral, medula lebar, kortek tipis, index
medulla lebih dari 0,5 dan pigmennya di perifer maupun di sentral. Dengan tes presipitasi
akan dapat dibedakan dengan tepat antara rambut manusia dan rambut binatang. 3.
Identifikasi Jika sudah dapat dipastikan rambut manusia maka pemeriksaan lanjutan perlu
dilakukan untuk menentukan siapa pemiliknya. Perlu diketahui bahwa rambut
mempunyai sifat tahan terhadap pembusukan dan bahan-bahan kimia sehingga dapat
dijadikan salah satu sarana identifikasi bagi mayatmayat yang sudah membusuk.
Meskipun tak dapat memberikan identitas personal seperti halnya sidik jari, tetapi dapat
memberikan identitas umum, antara lain :
a. Umur : umur dari pemilik rambut dapat ditentukan dengan memeriksa rambut
tersebut berdasarkan tempat tumbuh dan warnanya. Tumbuhnya rambut di
berbagai bagian tubuh berbeda-beda waktunya. Rambut pubis dan rambut ketiak
misalnya, tumbuh pada masa adolesen. Selain itu warna rambut juga dapat
dipakai sebagai petunjuk umur dari pemiliknya. Pada orang-orang tua warna
rambut akan berubah menjadi putih. Rambut lanugo pada bayi baru lahir
mempunyai sifat halus, tidak berpigmen, tak bermedula dengan pola sisik yang
lebih seragam.
b. Jenis kelamin : Melalui berbagai pemeriksaan yang teliti akan dapat ditentukan
jenis kelamin dari pemilik rambut. Rambut laki-laki pada umumnya lebih kaku,
lebih kasar dan lebih gelap. Sedang rambut wanita umumnya halus, panjang dan
meruncing ke arah ujung. Dari distribusinya juga dapat ditentukan jenis
kelaminnya. Rambut jenggot, rambut dada dan kumis adalah khas rambut laki-
laki. Penyebaran rambut pubis antara laki-laki dan wanita juga menunjukkan
gambaran yang berbeda.
c. Ras : untuk menentukan jenis rasnya dapat dilihat dari warna, panjang, bentuk
dan susunan rambut. Rambut orang Eropa misalnya, berwarna pirang, kecoklatan
atau kemerahan
2.3.3 Paru
Mikroskopik Paru
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi
dengan larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan-irisan melintang untuk
memungkinkan cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi
selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologi. Biasanya dibuat pewarnaan HE
dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.
Tanda khas untuk paru bayi belum pernah bernafas adalah adanya tonjolan
(projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan
bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak seperti gada (club-like). Pada
permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah. Tanda
khas untuk paru bayi yang belum bernafas yang sudah membusuk, dengan pewarnaan
Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikuler pada permukaan dinding
alveoli berkelok-kelok seperti rambut keriting, sedangkan pada projection berjalan
dibawah kapiler sejajar dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung
terbuka (open loops). Pada paru bayi baru lahir mati mungkin juga ditemukan tanda
inhalasi cairan amnion yang luas karena asfiksi intrauterin.
Pemeriksaan Diatom
Alga (ganggang) bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2) yang tahan
panas dan asam kuat. Diatom ini dapat dijumpai dalam air tawar, air laut, sungai, air
sumur dan udara. Bila seseorang mati karena tenggelam, maka cairan bersama diatom
akan masuk ke dalam saluran pernapasan atau pencernaan, kemudian diatom akan
masuk ke dalam aliran darah melalui kerusakan dinding kapiler pada waktu korban
masih hidup dan tersebar ke seluruh jaringan.
Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru segar. Bila mayat telah
membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari jaringan ginjal, otot skelet atau
sumsum tulang paha. Pemeriksaan diatom pada hati dan limpa kurang bermakna sebab
berasal dari penyerapan abnormal dari saluran pencernaan terhadap air minum atau
makanan.
2.3.4 Mata
Uji Nalorfin
Untuk mendeteksi seseorang apakah ia pecandu atau bukan, dapat diketahui
melalui Uji Nalorfin. Pemberian Nalorfin pada pecandu morfin akan memperlihatkan
midriasis dan gejala putus obat lainnya. Tetapi bila midriasis tidak terjadi, maka
belum tentu ia bukan pecandu.
Caranya : Ukur diameter pupil dengan pupilometer dan lakukan pemeriksaan ini
di dalam ruang khusus yang tidak dipengaruhi cahaya. Pemeriksaan dilakukan lagi
30 menit setelah diberikan 3 mg Nalorfin subkutan.
2.3.5 Lambung
Pada pemeriksaan lambung sampel yang diambil adalah cairan lambung. Pemeriksaan
cairan lambung dapat mendeteksi adanya keracunan contohnya akibat keracunan sianida.
Teknik yang dapat dilakukan antara lain :
KESIMPULAN